Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini penulis membahas mengenai cara pengeloaan iklim pada tanaman
kapulaga.
Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa literatur yang telah penulis peroleh dari buku, media
internet, jurnal dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
makalah ini
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Penulis
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kapulaga bentuknya seperti tumbuhan jahe, dan dapat mencapai ketinggian 2-3 meter.
pada umumnya kapulaga tumbuh di hutan-hutan yang masih lebat. Kapulaga hidup subur di
ketinggian 200-1.000 meter di atas permukaan laut. Semula kapulaga ditemukan tumbuh alamiah di
daerah Pegunungan Malabar, pantai barat India. Karena laku di pasar dunia, kemudian banyak
ditanam di Sri Lanka, Thailand, dan Guatemala. Di Indonesia mulai dibudidayakan sejak 1986. Dalam
perdagangan kemudian ditawarkan juga varietas kapulaga lain dari pegunungan tinggi Mysore (India)
yang buah lonjongnya lebih membulat, dan lebih disukai karena lebih sedap. Berbeda dengan
kapulaga Malabar yang tandan bunganya merayap, tandan bunga kapulaga Mysore tumbuh tegak
Tanaman kapulaga awalnya memang hidup liar, namun kini kapulaga dibudidayakan
sebagai tanaman rempah. Tumbuhan berbatang basah ini memiliki batang berpelepah daun yang
membalut batangnya. Letak daunnya berseling-seling. Bunga tumbuhan ini tersusun dalam tandan
yang keluar dari rimpangnya.
B. TUJUAN
Tanaman kapulaga di Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu jenis local (Amomum
cardomomum) dan kapulaga sabrang (Elettaria cardomomum) yang merupakan introduksir dari India.
Tanaman Kapulogo atau Kapulaga merupakan salah satu diantara tanaman rempah yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi dan berprospek cerah mengingat kapulaga sebagai bahan obat alam diyakini
tidak mempunyai efek samping dibanding dengan menggunakan obat kimiawi.
Selain itu, dalam pembudidayaannya tanaman ini pun tidak memerlukan lahan
tersendiri, dalam arti tumbuh di bawah naungan tanaman lain sebagai tanaman sela atau tanaman
tumpangsari. Hasil berupa buah jika sudah kering mempnyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buah
kering kapulaga disamping sebagai bahan jamu, juga diambil minyak atsirinya untuk bahan penyedap
atau pengharum makanan, minuman dan sebagai bahan baku atau campuran di dalam industri
parfum.
Sistem pola tanam yang dapat diterapkan dalam pengembangan tanaman kapulaga
adalah sistem pola tanam pekarangan dan pola tanam perkebunan. Dengan adanya pola tanam
terpadu maka dapat diharapkan penghasilan Petani meningkat disamping itu juga dapat
meningkatkan produktivitas lahan perkebunan dan konservasi. Beranjak dari kapulaga yang relatif
mudah dibudidayakan dan bisa dipanen 4 kali dalam setahun, maka hal tersebut telah banyak
menarik minat petani untuk membudidayakan.
Pengelolaan Iklim
1. Penyesuaian
Tanah yang cocok untuk ditanami kapulaga adalah tanah latosol, andosol, alluvial,
podsolik merah kuning dan mediteran, yang memiliki humus tebal, berdrainase baik selain itu
bertekstur lempung berliat atau lempung berpasir. Pada tanah bertekstur liat pertumbuhan kapulaga
tidak mengecewakan asal diadakan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanaman ini tidak tahan
terhadap genangan air, tanah yang memiliki topografi rata sampai miring dapat ditanami tanaman ini.
Di lahan yang berlereng curam, rumpun tanaman yang terbentuk akan berfungsi mengurangi atau
menghambat aliran air permukaan yang berlebihan sehingga erosi permukaan dapat ditekan.
Kandungan Bahan organik tanah harus tinggi dg derajat kemasaman atau pH 5,6-6,8. Kapulaga dapat
tumbuh pada ketinggian 200-1000 m dari permukaan laut dan optimalnya 300-500 m dari
permukaan laut.
Sedangkan iklim yang cocok untuk tanaman kapulaga adalah daerah daerah yang
bertipe iklim A, B, dan C (sistim schidt dan ferguson). Kelembaban udara cukup tinggi yaitu 40
75%,dengan curah hujan optimal 2.500-4.000 mm per tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi
berpengaruh buruk sehingga tangkai bunganya pendek dan bunga banyak yang busuk. Musim
kemarau yang panjang mengakibatkan pembentukan anakan sedikit, sehingga bunga yang dihasilkan
berkurang. Pada daerah dengan rata-rata curah hujan 2.500 per tahun diperlukan 136 hari hujan per
tahun dengan bulan kering tidak lebih dari 3 bln, bulan basah 8 bln dan bulan lembab 1,5 bln. Suhu
rata-rata yang dikehendaki berkisar antara 20-300 C, sedangkan di dataran rendah denga pohon
pelindung yang cukup rimbun suhunya 23-30o C. Intensitas cahaya yang baik untuk pertumbuhan
kapulaga berkisar 30 70 %. Kelebihan lain dari tanaman kapulaga adalah dapat tumbuh baik pada
dataran rendah maupun dataran tinggi. Sementara itu untuk memperoleh hasil yang terbaik,
ketinggian pada 300 500 meter dari permukaan air laut merupakan daerah budidaya yang paling
tepat. (Warsana SP,2000)
2. Peramalan
Penanaman kapulaga sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau sekitar Bulan
Oktober atau November. Dengan demikian, pada pertumbuhan awal tanaman tidak kekurangan air
dan tidak terkena cahaya matahari yang terlalu panas, mengingat tanaman ini sangat rentan terhadap
kekeringan. Meskipun demikian menurut keterangan responden penanaman diluar musim penghujan
dapat saja dilakukan namun harus disertai dengan penyiraman setiap pagi dan sore untuk menjaga
kelembaban tanahnya.
3. Pengubahsuaian
Kapulaga dapat tumbuh subur di tempat teduh atau di bawah kayu tegakan Perhutani,
yang sebagian besar berupa tanaman pinus. Kapulaga hanya mau tumbuh baik di bawah naungan.
Komoditas ini cocok untuk dikembangkan sebagai tanaman tumpangsari pada kebun-kebun tanaman
keras. Misalnya di hutan jati, kebun kopi, kakao, petai, jeruk dan lain-lain yang bagian bawah
tegakannya masih menerima sedikit sinar matahari dengan perbandingan 1 : 2 (1 penaung 2
kapulaga).
Kebun sawit dan karet misalnya, sulit untuk diberi tumpangsari kapulaga karena
tajuknya sangat rapat. Bisa juga kapulaga ditumpangsarikan dengan pisang. Satu baris tanaman
pisang diselingi dengan satu baris tanaman kapulaga. Untuk naungan kapulaga bisa dipilih lamtoro,
glirisidia, kaliandra, albisia atau dadap. Meskipun sudah ditumpangsarikan dengan pisang, apabila
tidak diberi naungan khusus, pertumbuhan kapulaga tidak akan optimal.
4. Penyulihan
Pada musim kemarau perlu di lakukan pengelolaan terhadap sistem irigasi dan drainasi
lahan tanaman kapulaga karena tanaman kapulaga tidak tahan terhadap kekeringan dan genangan
air sehingga memerlukan drainase yang baik. Pada saat penanaman tanah pada lubang tanam
diusahakan gembur dan dengan aerasi yang baik sehingga setek yang ditanam tidak terendam air.
Penanaman setek ke dalam lubang tanam dilakukan sampai batas rimpang dan tunas yang telah
tumbuh tertimbun tanah setinggi 2-3 cm akan mempercepat pertumbuhannya. Penanaman setek
yang terlalu dalam atau lebih dari 5 cm akan menghambat keluarnya tunas dari rimpang. Sebaliknya
penanaman yang terlalu dangkal akan memudahkan tanaman rebah maka daripada itu harus
menggunakan ajir. Dalam satu lubang ditanam 3 setek atau batang, arak tanam yang diterapkan dan
1.5 m x 2 m atau per 14 m2 3 lubang untuk system tanam tumpang sari.
Pemeliharaan tanaman kapulaga ini tidak terlalu sulit hanya membersihkan rumput
yang tumbuh di sekitar tananam disertai pemupukan, Penanaman kapulaga ini sekaligus juga sebagai
program pupuk organik yang dilakukan oleh para petani. Mereka memanfaatkan pupuk kandang dan
kompos rumah tangga untuk memupuk tanaman ini. yang tidak kalah pentingnya juga pemberian
mulsa berupa bahan organik dari jenis tanaman leguminosa. Untuk lebih meningkatkan mutu maka
perlu dilakukan pemupukan mengingat tanaman kapulaga termasuk rakus akan unsur hara, sehingga
pemupukan sangat diperlukan terutama sekali pupuk organik dan pupuk buatan. Adapun cara dan
jumlah pupuk yang diberikan adalah berdasarkan masa pertumbuhan TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan). Untuk ini pupuk organik diberikan pada saat pengolahan tanah, dan pada saat
penggemburan diluar rumpun sebanyak 1 1,5 kg pupuk kandang, pemupukan berikutnya setiap 3
bulan sekali. Sedangkan untuk pupuk buatan diberikan pada umur 1 bulan sebanyak 1 sendok makan
pupuk urea dan diulang pada umur 3 bulan dengan 1 sendok pupuk urea disebar diluar rumpun atau
disemprotkan pada daun. Bagi tanaman kapulaga yang sudah menghasilkan, pupuk kandang diberikan
sebanyak 10 15 kg setiap rumpun dan pemberian selanjutnya disesuaikan dengan kondisi tanaman
dan lingkungan. Pupuk buatan diberikan 10 12,5 gram berupa Urea dan TSP. Pupuk ini diberikan
diluar rumpun pada batas perakaran dengan membuat selokan kecil, kemudian ditutup dengan tanah
dan disiram seperlunya. Kapulaga sebagaimana tumbuhan lain, juga tidak terhindar dari
penyakit.Hama yang biasa menyerang kapulaga adalah berupa kutu, ulat pemakan daun, penggerek
akar rimpang, penggerek batang, penggerek buah dan kumbang pamakan daun. Pemberantasannya
bisa dilakukan dengan mempergunakan berbagai insektisida yang dijual di pasaran bebas.Untuk
penyakit yang menyerang biasanya penyakit busuk (Mozaik) yang disebabkan oleh virus. Cara
pengendalian yang efektif adalah dengan jalan membuang tanaman yang terserang dan menanam
tanaman baru yang berasal dari pembibitan asal biji.
Kapulaga mulai dapat dipanen setelah tujuh bulan. Pemanenan dapat dilakukan
dengan tanda-tanda sisa-sisa perhiasan bunga yang terdapat pada bagian ujung karangan bunga
mulai rontok. Sebaiknya buah dipanen sebelum masak sempurna karena bila biji telah masak biasanya
akan pecah pada waktu dikeringkan dan warnanya menjadi kurang baik. Setelah pemanenan, buah
dicuci atau dibersihkan terlebih dahulu lalu dijemur langsung dengan sinar matahari sampai kering
dan kadar airnya mencapai 10-12 %. Buah kering dimasukkan ke dalam karung atau kantong plastik
dan diikat atau ditutup rapat. Penyimpanan dilakukan di tempat yang kering.
Di Indonesia dikenal ada 2 jenis kapolaga, yaitu kapolaga sabrang dari marga Elettaria, dankapolaga
lokal dari marga Amomum. Tanaman ini dapat diperbanyak secara generatip (daribiji) maupun
vegetatip. Beberapa kemungkinan faktor penyebab dominan :
1. Kondisi lingkungan tumbuh tanaman tidak sesuai. Untuk jenis kapolaga sabrang
(sepertitelah dijelaskan di atas) umumnya dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi baik
padalahan-lahan dengan ketinggian tempat > 500 m dpl (pegunungan). Sedangkan jenis kapolagalokal,
lebih sesuai untuk dataran rendah sampai menengah ( < 500 m dpl).
2. Faktor iklim, seperti jumlah dan pola penyebaran curah hujan yang tidak
terpenuhi.Tanaman umumnya menghendaki adanya bulan kering yang cukup tegas (3-4 bulan)
dalamsatu tahun. Hal ini sangat diperlukan untuk merangsang inisiasi bunga. Sebaliknya, jumlahdan
pola penyebaran curah hujan yang terlalu banyak dan hampir sepanjang tahun, jugaberdampak tidak
baik dalam pembentukan buah. Bahkan pada tanaman tertentu, bakal bungayang sudah terbentuk
dapat gagal (berubah) menjadi daun, bila kondisi iklim terlalu banyak hujan atau kurang pencahayaan
(lama penyinaran).
3. Penyerbukan bunga yang gagal. Berdasarkan karakter (morfologi) bunganya,
agenpenyerbuk bunga kapolaga dapat oleh angin atau serangga. Dalam hal ini tidak
diperolehinformasi agen mana yang lebih dominan. Kalau faktor yang lebih dominan adalah
serangga,maka biasanya tidak terjadi sepanjang tahun. Artinya, hanya tahun terjadi pada
tahuntertentu, mungkin karena faktor iklim yang terlalu panas (curah hujan ekstrim rendah)sehingga
populasi serangga penyerbuk turun drastis. Sebaliknya, kalau kapolaganya hampirsepanjang tahun
tetap berbunga normal tetapi tidak berhasil membentuk buah, makamungkin perlu kajian lebih lanjut
untuk mengidentifikasi faktor penyebab yangsesungguhnya.
III. PENUTUP
Tanaman Kapulaga merupakan tanaman rempah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan
berprospek cerah sebagai bahan obat alam tidak mempunyai efek samping dibanding dengan
menggunakan obat kimiawi.
Kapulaga dapat tumbuh subur di tempat teduh atau di bawah kayu tegakan Misalnya di hutan
jati, kebun kopi, kakao, petai, jeruk dan lain-lain yang bagian bawah tegakannya masih menerima
sedikit sinar matahari dengan perbandingan 1 : 2 (1 penaung 2 kapulaga).
Iklim yang cocok untuk tanaman kapulaga adalah daerah daerah yang bertipe
iklim A, B, dan C. Kelembaban udara cukup tinggi yaitu 40 75%, dengan curah hujan optimal
2.500-4.000 mm