Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini penulis membahas mengenai cara pengeloaan iklim pada tanaman
kapulaga.

Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa literatur yang telah penulis peroleh dari buku, media
internet, jurnal dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
makalah ini

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Purwokerto, Desember 2013

Penulis

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tanaman kapulaga merupakan tanaman herbal yang membentuk rumpun, Kapulaga


(Amomum cardamomum) selama ini dikenal sebagai rempah untuk masakan dan juga lebih banyak
digunakan untuk campuran jamu. Di beberapa daerah kapulaga dikenal dengan nama kapol, palago,
karkolaka, dan lain-lain. Orang Tionghoa menyebutnya pai thou kou (bahasa Tionghoa). Orang Yunani
biasa menyebut cardamomom yang kemudian dilatinkan oleh orang Romawi menjadi cardamomum.
Dalam bahasa Inggris disebut cardamom. Dalam bahasa Thai disebut krava, elaichi dalam bahasa
Hindi, dan elakkaai dalam bahasa Tamil.

Kapulaga bentuknya seperti tumbuhan jahe, dan dapat mencapai ketinggian 2-3 meter.
pada umumnya kapulaga tumbuh di hutan-hutan yang masih lebat. Kapulaga hidup subur di
ketinggian 200-1.000 meter di atas permukaan laut. Semula kapulaga ditemukan tumbuh alamiah di
daerah Pegunungan Malabar, pantai barat India. Karena laku di pasar dunia, kemudian banyak
ditanam di Sri Lanka, Thailand, dan Guatemala. Di Indonesia mulai dibudidayakan sejak 1986. Dalam
perdagangan kemudian ditawarkan juga varietas kapulaga lain dari pegunungan tinggi Mysore (India)
yang buah lonjongnya lebih membulat, dan lebih disukai karena lebih sedap. Berbeda dengan
kapulaga Malabar yang tandan bunganya merayap, tandan bunga kapulaga Mysore tumbuh tegak

Tanaman kapulaga awalnya memang hidup liar, namun kini kapulaga dibudidayakan
sebagai tanaman rempah. Tumbuhan berbatang basah ini memiliki batang berpelepah daun yang
membalut batangnya. Letak daunnya berseling-seling. Bunga tumbuhan ini tersusun dalam tandan
yang keluar dari rimpangnya.

B. TUJUAN

Tujuan pembuatan makalah ini adalah

1. Mengetahui pengelolaan iklim pada tanaman kapulaga

II. PENGELOLAAN CUACA

Tanaman kapulaga di Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu jenis local (Amomum
cardomomum) dan kapulaga sabrang (Elettaria cardomomum) yang merupakan introduksir dari India.
Tanaman Kapulogo atau Kapulaga merupakan salah satu diantara tanaman rempah yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi dan berprospek cerah mengingat kapulaga sebagai bahan obat alam diyakini
tidak mempunyai efek samping dibanding dengan menggunakan obat kimiawi.

Selain itu, dalam pembudidayaannya tanaman ini pun tidak memerlukan lahan
tersendiri, dalam arti tumbuh di bawah naungan tanaman lain sebagai tanaman sela atau tanaman
tumpangsari. Hasil berupa buah jika sudah kering mempnyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buah
kering kapulaga disamping sebagai bahan jamu, juga diambil minyak atsirinya untuk bahan penyedap
atau pengharum makanan, minuman dan sebagai bahan baku atau campuran di dalam industri
parfum.

Sistem pola tanam yang dapat diterapkan dalam pengembangan tanaman kapulaga
adalah sistem pola tanam pekarangan dan pola tanam perkebunan. Dengan adanya pola tanam
terpadu maka dapat diharapkan penghasilan Petani meningkat disamping itu juga dapat
meningkatkan produktivitas lahan perkebunan dan konservasi. Beranjak dari kapulaga yang relatif
mudah dibudidayakan dan bisa dipanen 4 kali dalam setahun, maka hal tersebut telah banyak
menarik minat petani untuk membudidayakan.

Description: C:\Users\Ghani\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet


Files\Content.Word\13736453681545387712.jpg Gambar 01. Tumpang sari kapulaga dan karet

Pengelolaan Iklim

1. Penyesuaian

Tanah yang cocok untuk ditanami kapulaga adalah tanah latosol, andosol, alluvial,
podsolik merah kuning dan mediteran, yang memiliki humus tebal, berdrainase baik selain itu
bertekstur lempung berliat atau lempung berpasir. Pada tanah bertekstur liat pertumbuhan kapulaga
tidak mengecewakan asal diadakan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanaman ini tidak tahan
terhadap genangan air, tanah yang memiliki topografi rata sampai miring dapat ditanami tanaman ini.
Di lahan yang berlereng curam, rumpun tanaman yang terbentuk akan berfungsi mengurangi atau
menghambat aliran air permukaan yang berlebihan sehingga erosi permukaan dapat ditekan.
Kandungan Bahan organik tanah harus tinggi dg derajat kemasaman atau pH 5,6-6,8. Kapulaga dapat
tumbuh pada ketinggian 200-1000 m dari permukaan laut dan optimalnya 300-500 m dari
permukaan laut.

Sedangkan iklim yang cocok untuk tanaman kapulaga adalah daerah daerah yang
bertipe iklim A, B, dan C (sistim schidt dan ferguson). Kelembaban udara cukup tinggi yaitu 40
75%,dengan curah hujan optimal 2.500-4.000 mm per tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi
berpengaruh buruk sehingga tangkai bunganya pendek dan bunga banyak yang busuk. Musim
kemarau yang panjang mengakibatkan pembentukan anakan sedikit, sehingga bunga yang dihasilkan
berkurang. Pada daerah dengan rata-rata curah hujan 2.500 per tahun diperlukan 136 hari hujan per
tahun dengan bulan kering tidak lebih dari 3 bln, bulan basah 8 bln dan bulan lembab 1,5 bln. Suhu
rata-rata yang dikehendaki berkisar antara 20-300 C, sedangkan di dataran rendah denga pohon
pelindung yang cukup rimbun suhunya 23-30o C. Intensitas cahaya yang baik untuk pertumbuhan
kapulaga berkisar 30 70 %. Kelebihan lain dari tanaman kapulaga adalah dapat tumbuh baik pada
dataran rendah maupun dataran tinggi. Sementara itu untuk memperoleh hasil yang terbaik,
ketinggian pada 300 500 meter dari permukaan air laut merupakan daerah budidaya yang paling
tepat. (Warsana SP,2000)

2. Peramalan

Penanaman kapulaga sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau sekitar Bulan
Oktober atau November. Dengan demikian, pada pertumbuhan awal tanaman tidak kekurangan air
dan tidak terkena cahaya matahari yang terlalu panas, mengingat tanaman ini sangat rentan terhadap
kekeringan. Meskipun demikian menurut keterangan responden penanaman diluar musim penghujan
dapat saja dilakukan namun harus disertai dengan penyiraman setiap pagi dan sore untuk menjaga
kelembaban tanahnya.

3. Pengubahsuaian

Kapulaga dapat tumbuh subur di tempat teduh atau di bawah kayu tegakan Perhutani,
yang sebagian besar berupa tanaman pinus. Kapulaga hanya mau tumbuh baik di bawah naungan.
Komoditas ini cocok untuk dikembangkan sebagai tanaman tumpangsari pada kebun-kebun tanaman
keras. Misalnya di hutan jati, kebun kopi, kakao, petai, jeruk dan lain-lain yang bagian bawah
tegakannya masih menerima sedikit sinar matahari dengan perbandingan 1 : 2 (1 penaung 2
kapulaga).

Kebun sawit dan karet misalnya, sulit untuk diberi tumpangsari kapulaga karena
tajuknya sangat rapat. Bisa juga kapulaga ditumpangsarikan dengan pisang. Satu baris tanaman
pisang diselingi dengan satu baris tanaman kapulaga. Untuk naungan kapulaga bisa dipilih lamtoro,
glirisidia, kaliandra, albisia atau dadap. Meskipun sudah ditumpangsarikan dengan pisang, apabila
tidak diberi naungan khusus, pertumbuhan kapulaga tidak akan optimal.

4. Penyulihan

Pada musim kemarau perlu di lakukan pengelolaan terhadap sistem irigasi dan drainasi
lahan tanaman kapulaga karena tanaman kapulaga tidak tahan terhadap kekeringan dan genangan
air sehingga memerlukan drainase yang baik. Pada saat penanaman tanah pada lubang tanam
diusahakan gembur dan dengan aerasi yang baik sehingga setek yang ditanam tidak terendam air.
Penanaman setek ke dalam lubang tanam dilakukan sampai batas rimpang dan tunas yang telah
tumbuh tertimbun tanah setinggi 2-3 cm akan mempercepat pertumbuhannya. Penanaman setek
yang terlalu dalam atau lebih dari 5 cm akan menghambat keluarnya tunas dari rimpang. Sebaliknya
penanaman yang terlalu dangkal akan memudahkan tanaman rebah maka daripada itu harus
menggunakan ajir. Dalam satu lubang ditanam 3 setek atau batang, arak tanam yang diterapkan dan
1.5 m x 2 m atau per 14 m2 3 lubang untuk system tanam tumpang sari.

Pemeliharaan tanaman kapulaga ini tidak terlalu sulit hanya membersihkan rumput
yang tumbuh di sekitar tananam disertai pemupukan, Penanaman kapulaga ini sekaligus juga sebagai
program pupuk organik yang dilakukan oleh para petani. Mereka memanfaatkan pupuk kandang dan
kompos rumah tangga untuk memupuk tanaman ini. yang tidak kalah pentingnya juga pemberian
mulsa berupa bahan organik dari jenis tanaman leguminosa. Untuk lebih meningkatkan mutu maka
perlu dilakukan pemupukan mengingat tanaman kapulaga termasuk rakus akan unsur hara, sehingga
pemupukan sangat diperlukan terutama sekali pupuk organik dan pupuk buatan. Adapun cara dan
jumlah pupuk yang diberikan adalah berdasarkan masa pertumbuhan TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan). Untuk ini pupuk organik diberikan pada saat pengolahan tanah, dan pada saat
penggemburan diluar rumpun sebanyak 1 1,5 kg pupuk kandang, pemupukan berikutnya setiap 3
bulan sekali. Sedangkan untuk pupuk buatan diberikan pada umur 1 bulan sebanyak 1 sendok makan
pupuk urea dan diulang pada umur 3 bulan dengan 1 sendok pupuk urea disebar diluar rumpun atau
disemprotkan pada daun. Bagi tanaman kapulaga yang sudah menghasilkan, pupuk kandang diberikan
sebanyak 10 15 kg setiap rumpun dan pemberian selanjutnya disesuaikan dengan kondisi tanaman
dan lingkungan. Pupuk buatan diberikan 10 12,5 gram berupa Urea dan TSP. Pupuk ini diberikan
diluar rumpun pada batas perakaran dengan membuat selokan kecil, kemudian ditutup dengan tanah
dan disiram seperlunya. Kapulaga sebagaimana tumbuhan lain, juga tidak terhindar dari
penyakit.Hama yang biasa menyerang kapulaga adalah berupa kutu, ulat pemakan daun, penggerek
akar rimpang, penggerek batang, penggerek buah dan kumbang pamakan daun. Pemberantasannya
bisa dilakukan dengan mempergunakan berbagai insektisida yang dijual di pasaran bebas.Untuk
penyakit yang menyerang biasanya penyakit busuk (Mozaik) yang disebabkan oleh virus. Cara
pengendalian yang efektif adalah dengan jalan membuang tanaman yang terserang dan menanam
tanaman baru yang berasal dari pembibitan asal biji.

Kapulaga mulai dapat dipanen setelah tujuh bulan. Pemanenan dapat dilakukan
dengan tanda-tanda sisa-sisa perhiasan bunga yang terdapat pada bagian ujung karangan bunga
mulai rontok. Sebaiknya buah dipanen sebelum masak sempurna karena bila biji telah masak biasanya
akan pecah pada waktu dikeringkan dan warnanya menjadi kurang baik. Setelah pemanenan, buah
dicuci atau dibersihkan terlebih dahulu lalu dijemur langsung dengan sinar matahari sampai kering
dan kadar airnya mencapai 10-12 %. Buah kering dimasukkan ke dalam karung atau kantong plastik
dan diikat atau ditutup rapat. Penyimpanan dilakukan di tempat yang kering.

Penyebab Kapolaga Tidak Berbuah

Di Indonesia dikenal ada 2 jenis kapolaga, yaitu kapolaga sabrang dari marga Elettaria, dankapolaga
lokal dari marga Amomum. Tanaman ini dapat diperbanyak secara generatip (daribiji) maupun
vegetatip. Beberapa kemungkinan faktor penyebab dominan :

1. Kondisi lingkungan tumbuh tanaman tidak sesuai. Untuk jenis kapolaga sabrang
(sepertitelah dijelaskan di atas) umumnya dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi baik
padalahan-lahan dengan ketinggian tempat > 500 m dpl (pegunungan). Sedangkan jenis kapolagalokal,
lebih sesuai untuk dataran rendah sampai menengah ( < 500 m dpl).

2. Faktor iklim, seperti jumlah dan pola penyebaran curah hujan yang tidak
terpenuhi.Tanaman umumnya menghendaki adanya bulan kering yang cukup tegas (3-4 bulan)
dalamsatu tahun. Hal ini sangat diperlukan untuk merangsang inisiasi bunga. Sebaliknya, jumlahdan
pola penyebaran curah hujan yang terlalu banyak dan hampir sepanjang tahun, jugaberdampak tidak
baik dalam pembentukan buah. Bahkan pada tanaman tertentu, bakal bungayang sudah terbentuk
dapat gagal (berubah) menjadi daun, bila kondisi iklim terlalu banyak hujan atau kurang pencahayaan
(lama penyinaran).
3. Penyerbukan bunga yang gagal. Berdasarkan karakter (morfologi) bunganya,
agenpenyerbuk bunga kapolaga dapat oleh angin atau serangga. Dalam hal ini tidak
diperolehinformasi agen mana yang lebih dominan. Kalau faktor yang lebih dominan adalah
serangga,maka biasanya tidak terjadi sepanjang tahun. Artinya, hanya tahun terjadi pada
tahuntertentu, mungkin karena faktor iklim yang terlalu panas (curah hujan ekstrim rendah)sehingga
populasi serangga penyerbuk turun drastis. Sebaliknya, kalau kapolaganya hampirsepanjang tahun
tetap berbunga normal tetapi tidak berhasil membentuk buah, makamungkin perlu kajian lebih lanjut
untuk mengidentifikasi faktor penyebab yangsesungguhnya.

III. PENUTUP

Tanaman Kapulaga merupakan tanaman rempah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan
berprospek cerah sebagai bahan obat alam tidak mempunyai efek samping dibanding dengan
menggunakan obat kimiawi.

Kapulaga dapat tumbuh subur di tempat teduh atau di bawah kayu tegakan Misalnya di hutan
jati, kebun kopi, kakao, petai, jeruk dan lain-lain yang bagian bawah tegakannya masih menerima
sedikit sinar matahari dengan perbandingan 1 : 2 (1 penaung 2 kapulaga).
Iklim yang cocok untuk tanaman kapulaga adalah daerah daerah yang bertipe

iklim A, B, dan C. Kelembaban udara cukup tinggi yaitu 40 75%, dengan curah hujan optimal
2.500-4.000 mm

TUGAS MAKALAH AGROKLIMATOLOGI PENGELOLAAN IKLIM PADA


TANAMAN JAHE Semester : Gasal 2013/2014 Oleh : Nama : Alfa Ganjar
Prayoga NIM : A1L012181 Angkatan : 2012 Kelas : Agroteknologi D
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN AGROTEKNOLOGI PURWOKERTO
2013 I. PENDAHULUAN A. Sejarah Jahe merupakan salah satu komoditas
ekspor rempah-rempah Indonesia, disamping itu juga menjadi bahan baku
obat tradisional maupun fitofarmaka, yang memberikan peranan cukup
berarti dalam penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa negara.
Sebagai komoditas ekspor dikemas berupa jahe segar, asinan (jahe putih besar),
jahe kering (jahe putih besar, kecil dan jahe merah), maupun minyak atsiri
dari jahe putih kecil (jahe emprit) dan jahe merah. Volume permintaannya
terus meningkat seiring dengan permintaan produk jahe dunia serta makin
berkembangnya industri makanan dan minuman di dalam negeri yang
menggunakan bahan baku jahe. Jahe ( Zingiber Officinale ) merupakan
tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari
Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua
bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan
jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan
tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae),
se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma
xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma
domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan
lain-lain. Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing
(Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa
dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb. Tanaman
Jahe merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang diperdagangkan
di dunia. Jahe diekspor dalam bentuk jahe segar, jahe kering, jahe segar olahan
dam minyak atsiri. Dengan semakin berkembangnya perusahaan jamu dalam
negeri bahkan telah melakukan ekspor kemancanegara maka peluang
pengembangan jahe sebagai salah satu bahan baku pembuatan jamu menjadi
sangat terbuka. Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu sentra produksi jahe
di Jawa Barat sebenarnya mempunyai peluang yang cukup besar dalam
pengembangan jahe. Hal ini jika dilihat dari potensi daerah, penyediaan
sarana pertanian dan banyaknya petani yang secara rutin menanam jahe.
Sesuai dengan kesesuaian lahan dan iklim, banyak tempat di Kabupaten
Sukabumi yang cocok untuk penanaman jahe. Begitu pula dengan sarana
pertanian yang mudah didapatkan dan terutama banyak petani yang telah
berpengalaman dalam perjahean. Walaupun demikian sampai saat ini petani
belum mendapatkan nilai tambah yang maksimal dalam usahataninya atau
dengan kata lain keuntungan usahatani jahe masih banyak dirasakan oleh
pedagang pengumpul dan para eksportir. Hal ini disebabkan karena para
petani belum menguasai teknologi budidaya yang mutakhir dan masalah mutu
hasil produksi. Dengan demikian banyak ditemukan kegagalan dalam
usahatani yang disebabkan oleh masalah hama/penyakit terutama penyakit
busuk bakteri, harga yang tidak sesuai dan hasil produksi yang rendah. Sebagai
salah satu komoditas perkebunan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat
terutama sebagai bahan rempah-rempah dan obat-abatan tradisional maka
jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk dikembangkan.
Apalagi dewasa ini jahe telah menjadi salah satu komoditas ekspor yang
permintaannya cukup tinggi dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan
dengan biaya produksi. Kendala yang ditemui oleh para eksportir adalah
pasokan jahe dari sentra-sentra produksi tidak mencukupi dibandingkan
dengan pesanan yang diterima. Adapun negara-negara tujuan ekspor adalah
Amerikan Serikar, Belanda, Uni Emirat Arab, Pakistan, Jepang, Hongkong.
Bahkan Hongkong yang tidak mengembangkan jahe juga telah mengekspor
manisan jahe yang dioleh dari jahe yang diimpor dari Indonesia. B. Uraian
Tanaman Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Sub-divis : Angiospermae Kelas :
Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus :
Zingiber Species : Zingiber Officinale Deskripsi
Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m,
rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15
23 mm, lebar 8 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 4 mm ;
bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 10 mm, dan tidak berbulu;
seludang agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan
tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 3 kali
lebarnya, sangat tajam ; panjang malai 3,5 5 cm, lebar 1,5 1,75 cm ;
gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ;
sisik pada gagang terdapat 5 7 buah, berbentuk lanset, letaknya
berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, panjang sisik 3 5 cm; daun
pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak
berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 1,75 cm ;
mahkota bunga berbentuk tabung 2 2,5 cm, helainya agak sempit,
berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 2,5 mm, lebar
3 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih
kekuningan, panjang 12 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang 9
mm ; tangkai putik 2. Jenis Tanaman Jahe dibedakan menjadi 3 jenis
berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3
varietas jahe, yaitu : 1. Jahe putih/kuning besar Jahe putih/kuning besar atau
disebut juga jahe gajah atau jahe badak Rimpangnya lebih besar dan gemuk,
ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe
ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik
sebagai jahe segar maupun jahe olahan. 2. Jahe putih/kuning kecil Jahe
putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit Ruasnya kecil,
agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah
berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah,
sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk
ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya. 3.
Jahe merah Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih
kecil sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga
memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga
cocok untuk ramuan obat-obatan. C. Manfaat Tanaman Rimpang jahe dapat
digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan
seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga
dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional,
diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup.
Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam
perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan
jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri dan
koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan
pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain.
Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif
(peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh
darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik,
anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah
empedu. D. Sentra Penanaman Terdapat di seluruh
Indonesia, ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe telah
banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India,
Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika
mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen
jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia. E. Syarat
Pertumbuhan Iklim 1. Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif
tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun. 2. Pada umur 2,5 sampai 7
bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain
penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar
matahari sepanjang hari. 3. Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman
jahe antara 20-35 oC. Media Tanam 1. Tanaman jahe paling cocok
ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus. 2.
Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah
laterik. 3. Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar
4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah
6,8-7,0. Ketinggian Tempat 1. Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan
subtropis dengan ketinggian 0 - 2.000 m dpl. 2. Di Indonesia pada umumnya
ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl. F. Pedoman Budidaya
Pembibitan Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu
genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang
dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh
karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain: a. Bahan bibit diambil
langsung dari kebun (bukan dari pasar). b. Dipilih bahan bibit dari tanaman
yang sudah tua (berumur 9-10 bulan). c. Dipilih pula dari tanaman yang
sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet. Penanaman suatu komoditas
pertanian tidak selalu dilakukan pada habitat asalnya, sehingga Untuk
mendapatkan produksi dengan kualitas dan kuantitas yang baik maka
dibutuhka tanaman dengan kondisi lingkungan yang baik. Salah satu cara
untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang baik adalah dengan melakukan
pengelolaan cuaca. Pengelolaan cuaca yang dapat dilakukan diantaranya
adalah penyesuaian, peramalan, pengubahsuaian, dan penyulihan. Pengelolaan
cuaca untuk tanaman jahe sangat perlu dilakukan khususnya untuk
penanaman pada lingkungan yang bukan merupakan habitat aslinya sehingga
dibutuhkan beberapa pengelolaan cuaca agar tanaman tetap berproduksi
optimal tanpa bergantung pada cuaca ataupun iklim. Adapun Fungsi
Pengeloaan cuaca adalah: 1) Planning (perencanaan) 2) Organizing
(pengorganisasian) 3) Staffing
(penstafan) 4)
Leading (kepemimpinan) 5) Controling (pengawasan) II. PENGELOLAAN
CUACA Pengelolaan cuaca adalah suatau proses perencanaan dan
implementasi kegiatan yang bersifat manipulasi unsur cuaca untuk
memperoleh manfaat. (tanpa menyebabkan kerusakan sumberdaya atmosfer).
tujuannya adalah untuk menurunkan ketergantungan usaha pertanian
ter-hadap cuaca (iklim). A. PENYESUAIAN Penyesuaian adalah pengelolaan
iklim (suatu usaha pertanian) yang dilaksanakan sesuai dengan iklim suatu
wilayah Penyesuaian dapat dilakukan dengan cara: a. Meneliti dengan cermat
watak iklim suatu tempat. b. Merekap/mencatat unsur iklim apa yang
dianggap penting (1 atau beberapa) c. Mencari syarat tumbuh tanaman yang
sesuai dengan iklim Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi,
yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau
lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman
jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari
sepanjang hari. Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara
20-35 oC. Sedangkan Ketinggian Tempat yang dikehendaki tanaman jahe
pada daerah tropis dan subtropis adalah 0 - 2.000 m dpl. Di Indonesia pada
umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl. Sehingga dalam upaya
pengelolaan cuaca untuk tanaman jahe melalui penyesuaian dapat dilakukan
dengan menanam tanaman tersebut pada lokasi yang sesuai, untuk di
Indonesia misalnya budidaya jahe dapat dilakukan di Sukabumi, Kupang,
Ponorogo, dll yang merupakan sentra penghasil jahe di Indonesia karena
memiliki kesesuaian cuaca (iklim). Keunggulan metode penyesuaian: Biaya
produksi rendah, karena keberhasilannya diserahkan kepada alam
Kelemahan metode penyesuaian: Penyesuaian biasanya terhadap nilai
rata-rata kejadian di atmosfer untuk berbagai unsur cuaca (iklim), yang
terdapat nilai ektrim. B. PERAMALAN Peramalan adalah pengelolaan suatu
usaha pertanian dengan menduga cuaca (iklim) yang akan terjadi di suatu
wilayah. Peramalan jangka pendek (harian) meliputi suhu, curah hujan,
Kecepatan Angin sehingga dapat digunakan acuan dalam menentukan waktu
pemupukan, pengendalian OPT, dll.. Peramalan Jangka panjang meliputi
strategi usaha pertanian, pola tata tanam, kapan menyebar benih, memindah
bibit, memanen, menentukan awal musim hujan (akhir musim
kemarau) Caranya
menentukan peramalan Mengikuti media (Radio, TV, Surat kabar, dll.)
Menghitung (mengolah) data cuaca (iklim) Menghubungkan antar data
cuaca (iklim) dll. Peramalan cuaca untuk
penanaman jahe sangat penting mengingat Tanaman jahe membutuhkan
curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun. Sehinga
penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan
September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan
membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Selain itu peramalan
juga sangat berpengaruh terhadap pengendalian OPT, dan pemupukan terkait
dengan waktu dan metode yang digunakan. Misalnya tidak melakukan
pengendalian hama dengan cara menyemprot pada saat hujan,
dll. Keunggulan metode Peramalan: Peramalan yang baik membantu
mengurangi resiko gagal pada penyesuaian, karena dapat mengetahui
penyimpangan di waktu yang akan datang. Kelemahan metode peramalan:
Perubahan cuaca yang tidak menentu menjadi faktor penghambat ketepatan
C. PENGUBAHSESUAIAN Pengubahsuaian adalah pengelolaan suatu usaha
pertanian dengan mengubah cuaca / iklim (mikro) supaya mendekati
kebutuhan cuaca (iklim) suatu tanaman. Akan tetapi cuaca meso dan
makro sulit diubah. Pengubahsuaian yang dapat dilakukan untuk tanaman
jahe misalnya adalah penanaman jahe pada daerah yang memiliki curah hujan
yang sangat rendah, maka pengubahsuaian dapat dilakukan dengan membuat
saluran irigasi ataupun dengan penyiraman berkala sampai tanaman berumur
5-6 bln karena pada fase ini tanaman cukup banyak membutuhkan air.
Sedangkan untuk pengubahsuaian cuaca / iklim yang lain hampir tidak perlu
dilakukan karena tanaman jahe merupakan tanaman yang cukup toleran
terhadap beberapa kondisi cuaca. Keunggulan metode pengubahsuaian:
Menambah wilayah yang cocok untuk daerah perkebunan kopi Kelemahan
metode pengubahsuaian: Biaya agak mahal D. PENYULIHAN Penyulihan
(subtitusi) adalah pengelolaan suatu usaha pertanian dengan
mengganti/menambah unsur cuaca (iklim) yang terbatas atau yang tidak ada.
Penyulihan yang dapat dilakukan misalnya adalah budidaya tanaman jahe
yang menghendaki panen di luar musim (off season). Maka penanaman mulai
dilakukan pada awal musim kemarau. Pada saat musim kemarau diperkirakan
tidak pernah terjadi hujan (CH= 0), sehingga ketersediaan air bagi tanaman
sangat minim. Untuk mengatasi hal tersebut maka dibuat saluran irigasi yang
mampu menyuplai kebutuhan air bagi tanaman mengingat tanaman jahe
membutuhkan air yang cukup banyak pada saat pertumbuhan vegetativnya.
Keunggulan metode penyulihan : Kepastian keberhasilan produksi tinggi
Kelemahan metode penyulihan : Modal awal (investasi)
tinggi III. KESIMPULAN 1. Jahe
( Zingiber Officinale ) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun
berbatang semu yang mampu hidup (memiliki toleran tinggi) pada
beberapa kondisi cuaca / iklim tertentu. Akan tetapi tanaman jahe juga
memiliki cuaca / iklim yang optimum bagi pertumbuhannya, sehingga untuk
mendapatkan hasil yang maksimal maka perlu dilakukannya beberapa
pengelolaan cuaca. 2. Hubungan antara unsur iklim dan hasil tanaman sangat
berpengaruh, yaitu jumlah produksi yang dihasilkan serta efektivitas dan
efisiensi pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit. 3. Peranan cuaca
dan iklim terhadap produksi tanaman adalah pada proses fotosintesis yang
menentukan hasil dari jumlah dan kualitas hasil tanaman. 4. Iklim dan cuaca
sangat sulit untuk dimodifikasi atau dikendalikan sesuai dengan kebutuhan
maka melalui penggunaan metode statistik, dapat dilakukan pendugaan
besarnya pengaruh unsur cuaca terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. 5.
Pengelolaan cuaca dibagi menjadi 4 cara yaitu peneyesuaian, peramalan,
pengubahsuaian (modifikasi), dan subtitusi (penyulihan) yang masing-masing
memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. 6. Adapun Fungsi Pengeloaan
cuaca adalah: a. Planning (perencanaan) b. Organizing (pengorganisasian) c.
Staffing
(penstafan) d.
Leading (kepemimpinan) e. Controling (pengawasan) DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal. Anonim. 1999. Mengenal Budidaya
Jahe dan Prospek Jahe. Koperasi Daar El-Kutub, Jakarta, Kartasapoetra,
Ance Gunarsih, Ir., 1993. Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan
Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara. Kartojo. 1995. Peran Iklim Bagi Pertanian.
Jakarta. Industri Pengolahan Pangan di Indonesia vol.VI. Hal 15-20. Paimin,
FB. 1999. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe. Penebar Swadaya,
Jakarta Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. ITB: Bandung. Yoganingrum, A. 1999.
Paket Informasi Teknologi Budidaya dan Pasca Panen. Pusat Dokumentasi dan
Informasi Ilmiah-LIPI, Jakarta,

Anda mungkin juga menyukai