Anda di halaman 1dari 92

Outlook Komoditas Pertanian

Tanaman Pangan
Kedelai

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN


KEMENTERIAN PERTANIAN
2015
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN
TANAMAN PANGAN
KEDELAI

ISSN : 1907 1507

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)


Jumlah Halaman : 73 halaman

Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi

Penyunting :
Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc
DR. Ir. Budi Waryanto, MSi
Ir. Noviati, MSi
Ir. Roch Widaningsih, MSi

Naskah :
Ir. Dyah Riniarsi T., MSi.

Design dan Layout :


Tarmat
Victor S. B. H.

Diterbitkan oleh:
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian
2015

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya


Outlook Kedelai 2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas


berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Publikasi Analisis Outlook
Komoditas Kedelai Tahun 2015 dapat diselesaikan. Publikasi ini
mengulas analisisdiskriptif perkembangan komoditas kedelai beserta
analisis proyeksi penawaran dan permintaan komoditas tersebut untuk
beberapa tahun ke depan.

Kegiatan ini dapat terlaksana atas kerjasama beberapa instansi


terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, serta dukungan dan kerja sama tim teknis lingkup Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian. Kepada semua pihak yang telah
membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
penyusunan publikasi buku outlook komoditas kedelai ini, kami
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya.

Kami menyadari kekurangan dalam menyusun publikasi ini,


untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
guna memperbaiki dan menyempurnakannya di waktu mendatang.
Semoga publikasi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan
memberikan manfaat bagi pembaca.

Jakarta, Oktober 2015


Kepala Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian,

Dr. Ir. Suwandi, MSi


NIP. 19670323.199203.1.003

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v


Outlook Komoditas Kedelai 2015

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania


Outlook Kedelai 2015

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................v
DAFTAR ISI ..................................................................... vii
DAFTAR TABEL.................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... xiiI
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................... xv

I. PENDAHULUAN ......................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..........................................................1


1.2. Tujuan ....................................................................2
1.3. Ruang Lingkup ...........................................................3

II. METODOLOGI ........................................................... 5

2.1. Sumber Data dan Informasi ............................................5


2.2. Metode Analisis ..........................................................6
2.1.1. Analisis Deskriptif ......................................6
2.1.2. Kelayakan Model ........................................7
2.3. Model Analisis Penawaran dan Permintaan..........................7

III. KERAGAAN KEDELAI NASIONAL ...................................... 15

3.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan


Produktivitas ........................................................... 15
3.1.1. Luas Panen ............................................ 15
3.1.2. Produksi ................................................ 17
3.1.3. Produktivitas .......................................... 19

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii


Outlook Komoditas Kedelai 2015

3.2. Provinsi Sentra Produksi Kedelai .................................... 21


3.3. Konsumsi Perkapita/Nasional ........................................ 23
3.4. Harga Produsen dan Konsumen ...................................... 26
3.5. Perkembangan Ekspor dan Impor Kedelai di
Indonesia ............................................................... 28

IV. KERAGAAN KEDELAI DUNIA .......................................... 33

4.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan


Produktivitas Kedelai Dunia.......................................... 33
4.2. Negara Sentra Luas Panen, Produksi, dan
Produktivitas Kedelai Dunia.......................................... 34
4.3. Harga Produsen Dunia ................................................ 39
4.4. Ekspor dan Impor Kedelai Dunia .................................... 40

V. ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN .......................... 47

5.1. Penawaran Kedelai 2016-2019 ....................................... 47


5.2. Permintaan Kedelai 2016-2019 ...................................... 50
5.3. Neraca Kedelai 2016-2019 ........................................... 50

VI. KESIMPULAN .......................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 55

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania


Outlook Kedelai 2015

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data ...................... 6
Tabel 2. Pembagian blok persamaan model Suplai Demand
Tanaman Pangan ............................................................... 8
Tabel 3. Keterangan variabel dalam model ............................. 14
Tabel 4. Luas panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai di
Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, 1970-2015 .................. 19
Tabel 5. Sasaran Komoditas Kedelai Tahun 2015 ....................... 22
Tabel 6. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Kedelai Indonesia, Tahun 2016 2019 ......................... 49
Tabel 7. Proyeksi Ketersediaan Konsumsi KedelaiTahun
2016 2019 ........................................................ 50
Tabel 8. Proyeksi Neraca Kedelai Tahun 2016-2019 .................... 52

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix


Outlook Komoditas Kedelai 2015

x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania


Outlook Kedelai 2015

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Perkembangan Luas Panen Kedelai Indonesia,
1970 2015 .................................................... 16
Gambar 2. Perkembangan Produksi Kedelai di Indonesia,
1970 2015 .................................................... 18
Gambar 3. Perkembangan Produktivitas Kedelai di
Indonesia, 1970 2015 ....................................... 20
Gambar 4. Kontribusi Produksi Provinsi Sentra Kedelai di
Indonesia, 2010 2015 ....................................... 21
Gambar 5. Perkembangan Konsumsi Kedelai per Kapita
per Tahun, 1993 2014 ...................................... 25
Gambar 6. Perkembangan Harga Kedelai Tingkat Produsen
dan Konsumen di Indonesia, 1983-2015 ................... 27
Gambar 7. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor
Kedelai di Indonesia, 1980-2015 ............................ 29
Gambar 8. Perkembangan Neraca Ekspor dan Impor
Kedelai di Indonesia, Tahun 1980-2015 ................... 31
Gambar 9. Perkembangan Luas Panen dan Produksi
Kedelai Dunia, 1961-2013 ................................... 31
Gambar 10. NegaraSentra Produksi Kedelai Dunia dan
Kontribusinya, 2009-2013 ................................... 33
Gambar 11. Negaradengan Luas Panen Kedelai Terbesar
Dunia dan Kontribusinya, 2009-2013 ....................... 35
Gambar 12. Negara dengan Produktivitas Kedelai Tertinggi
Dunia, 2009 2013............................................ 36

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Gambar 13. Rata-rata Harga Produsen Kedelai di 10


Negara Tertinggi, Tahun 2008 2012 ....................... 38
Gambar 14. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume
Impor Kedelai Dunia, 1991 2012 .......................... 39
Gambar 15. Kontribusi Volume Ekspor Negara Pengekspor
Kedelai Dunia dan Indonesia, 2008 2012 ................ 41
Gambar 16. Kontribusi Nilai Ekspor Negara Pengekspor
Kedelai Dunia dan Indonesia, 2007 2012 ................ 42
Gambar 17. Kontribusi Volume Impor Negara Pengimpor
Kedelai Dunia dan Indonesia, 2007 2011 ................ 43
Gambar 18. Kontribusi Nilai Impor Negara Pengimpor
Kedelai Dunia dan Indonesia, 2007 2011 ................ 44

xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania


Outlook Kedelai 2015

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Kedelai di Indonesia, 1970 2015 ............. 59
Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Kedelai, di Jawa dan
Luar Jawa, 1970-2015 ...................................... 60
Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Kedelai, di Jawa
dan Luar Jawa, 1970-2015 ................................ 61
Lampiran 4. Perkembangan Produksi Kedelai, di Jawa dan
Luar Jawa, 1970-2014 ...................................... 62
Lampiran 5. Provinsi Sentra Produksi Kedelai di Indonesia,
2011-2015 .................................................... 63
Lampiran 6. Perkembangan Konsumsi (Susenas) dan
Ketersediaan (NBM) per Kapita, 1993-2014 ............ 64
Lampiran 7. Perkembangan Harga Produsen dan Harga
Konsumen Kedelai di Indonesia, 1983-2015............. 65
Lampiran 8. Perkembangan Volume Ekspor, Impor dan
Neraca Perdagangan Kedelai di Indonesia, 1980-
2015 .......................................................... 66
Lampiran 9. Perkembangan Nilai Ekspor, Impor dan Neraca
Perdagangan Kedelai di Indonesia, 1980 2014 ........ 67
Lampiran 10. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Kedelai Dunia, Tahun 1961 2013 ........... 68
Lampiran 11. Perkembangan Produksi Kedelai 6 (Enam)
Negara Terbesar di Dunia, 2009 2013 .................. 69

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Lampiran 12. Perkembangan Luas Panen Kedelai 6 (Enam)


Negara Terbesar di Dunina dan Indonesia, 2009
2013 .......................................................... 70
Lampiran 13. Perkembangan Produktivitas Kedelai 6 (Enam)
Negara Terbesar di Dunia, 2009 2013 .................. 71
Lampiran 14. Konsumsi Kedelai 10 (Sepuluh) Negara Terbesar
di Dunia, 2008 2012....................................... 71
Lampiran 15. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume
Impor Dunia, 1961 2011 .................................. 72
Lampiran 16. Negara Pengekspor Kedelai Terbesar Dunia,
2007 2012 .................................................. 73
Lampiran 17. Perkembangan Nilai Ekspor Kedelai 5 (Lima)
Negara Besar di Dunia, 2007-2011 ....................... 73
Lampiran 18. Perkembangan Volume Impor Kedelai 10
(Sepuluh) Negara Besar di Dunia, 2007 2011 ......... 74
Lampiran 19. Perkembangan Nilai Impor Kedelai 8 (Delapan)
Negara Besar di Dunia, 2007 2011 ...................... 74

xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania


Outlook Kedelai 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kedelai merupakan sumber protein nabati paling populer bagi


masyarakat Indonesia pada umumnya. Konsumsi utamanya dalam
bentuk tempe dan tahu yang merupakan lauk pauk vital bagi
masyarakat Indonesia. Bentuk lain produk kedelai adalah kecap,
tauco, dan susu kedelai. Indonesia merupakan negara produsen tempe
terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia.
Berdasarkan data SUSENAS tahun 2014 yang dirilis BPS, konsumsi
tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia sebesar 6,95 kg dan
tahu 7,07 kg. Ironisnya pemenuhan kebutuhan akan kedelai yang
merupakan bahan baku utama tempe dan tahu, 67,28% atau sebanyak
1,96 juta ton harus diimpor dari luar. Hal ini terjadi karena produksi
dalam negeri tidak mampu mencukupi permintaan produsen tempe
dan tahu dalam negeri.
Perkembangan luas panen kedelai Indonesia periode 1980-2015
berfluktuasi namun cenderung meningkat dengan laju peningkatan
sebesar 0,62% per tahun. Pada tahun 2015 diperkirakan luas panen
kedelai meningkat 4,01%, menjadi 640,35 ribu hektar dari tahun
sebelumnya sebesar 615,69 ribu hektar. Produksi kedelai di Indonesia
pada periode 1980-2015 berfluktuasi cenderung meningkat dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 2,37% per tahun. Berdasarkan data
ARAM I BPS tahun 2015, produksi kedelai diperkirakan mencapai
998,87 ribu ton atau meningkat 4,59% dibandingkan tahun 2014
sebesar 955,00 ribu ton.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Fluktuasi data luas panen dan produksi dari tahun ke tahun


selama periode 1980 hingga 2015, ternyata menunjukkan peningkatan
produktivitas secara konsisten rata-rata 1,70% per tahun.
Produktivitas kedelai Indonesia berdasarkan ARAM I tahun 2015 adalah
sebesar 15,60 ku/ha atau naik 0,58% dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil proyeksi, diperkirakan keseimbangan


penawaran dan permintaan kedelai di Indonesia mengalami
peningkatan defisit pada tahun 2015 2019 rata-rata sebesar 9,86%
per tahun. Kekurangan pasokan kedelai tahun 2016 sampai dengan
2019 masing-masing sebesar 1,61 juta ton, 1,83 juta ton, 1,93 juta
ton, dan 1,93 juta ton.

xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania


Outlook Kedelai 2015

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kedelai merupakan sumber protein nabati paling populer bagi


masyarakat Indonesia pada umumnya. Konsumsi utamanya dalam
bentuk tempe dan tahu yang merupakan lauk pauk vital bagi
masyarakat Indonesia. Bentuk lain produk kedelai adalah kecap,
tauco, dan susu kedelai. Produk ini dikonsumsi oleh sebagian besar
masyarakat kita. Indonesia merupakan negara produsen tempe
terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia.
Berdasarkan data SUSENAS tahun 2014 yang dirilis BPS, konsumsi
tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia sebesar 6,95 kg dan
tahu 7,068 kg. Ironisnya pemenuhan kebutuhan akan kedelai yang
merupakan bahan baku utama tempe dan tahu, 67,28% atau sebanyak
1,96 juta ton harus diimpor dari luar. Hal ini terjadi karena produksi
dalam negeri tidak mampu mencukupi permintaan produsen tempe
dan tahu.

Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi kedelai putih,


merupakan bahan baku tempe dan tahu, bukan asli tanaman tropis
sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada Jepang dan Cina.
Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah
sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak
bersifat fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan
meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Kedelai dengan nama latin Glycine max (kedelai kuning);


Glycinesoja (kedelai hitam) merupakan tumbuhan serbaguna.
Akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen bebas, kedelai merupakan
tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya dapat
digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak. Pemanfaatan
utama kedelai adalah dari bijinya. Biji kedelai kaya protein dan lemak
serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat)
dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi berbagai bentuk seperti
tahu (tofu), bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap,
yang aslinya dibuat dari kedelai hitam), tempe, susu kedelai (baik
bagi orang yang sensitif laktosa), tepung kedelai, minyak (dari sini
dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut,
dan biodiesel), serta taosi atau tauco.

Peningkatan produksi kedelai baik dari kuantitas maupun


kualitas terus diupayakan oleh pemerintah. Upaya dilakukan dengan
ekstensifikasi maupun intensifikasi. Pengembangan komoditas kedelai
untuk menjadi unggulan sub sektor tanaman pangan perlu mendapat
dukungan dari semua pihak yang terkait. Untuk melihat prospek
pengembangan komoditas kedelai di Indonesia dan keragaannya di
dunia global, berikut ini disajikan perkembangan komoditas kedelai
serta hasil proyeksi penawaran dan permintaan kedelai di Indonesia
untuk periode beberapa tahun ke depan.

I.2. Tujuan

Tujuan penyusunan outlook komoditas kedelai adalah


- melakukan analisis peramalan komoditas kedelai dengan
menggunakan metode statistik yang mencakup indikator luas

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

panen, produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor-impor, dan


harga.
- Sebagai penyedia bahan dan informasi bagi penyusunan kebijakan
dan program pengembangan komoditas tanaman pangan
khususnya komoditas kedelai dimasa yang akan datang.

1.3. Ruang Lingkup


- Ruang lingkup outlook komoditas kedelai meliputi variabel-
variabel dari komponen penawaran dan permintaan, yang
meliputi: produksi, luas panen, produktivitas, harga
konsumen, harga produsen, impor, konsumsi, ekspor dan
impor, baik dalam lingkup nasional maupun global.
- Keseimbangan penawaran dan permintaan diprediksi hingga
tahun 2019, dengan terlebih dahulu memproyeksi variabel-
variabel yang mempengaruhi maupun komponen-komponen
yang menyusun penawaran dan permintaan.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3


Outlook Komoditas Kedelai 2015

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

II. METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam peramalan Indikator produksi


kedelai adalah sebagai berikut: Analisis keragaan atau perkembangan
Kedelai dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang
mencakup indikator luas panen, produksi, konsumsi, ekspor-impor
serta harga di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen dengan
analisis deskriptif sederhana.

2.1. Sumber Data dan Informasi


Outlook Komoditas Kedelai tahun 2015 disusun berdasarkan
data dan informasi yang diperoleh baik dari data primer maupun data
sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup
Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian
seperti Biro Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture
Organization (FAO).
Daftar tabel data dan sumber data yang digunakan untuk
penulisan adalah sebagai berikut:

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Tabel 1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data

Sumber
No. Variabel Periode Keterangan
Data

Luas Panen,
Produksi, dan
1970-2015 BPS
1. Produktivitas di
Indonesia

Kementan
2. Sasaran 2014 (Ditjen
Tan.Pangan)

Harga Produsen
3. 1983-2013 Kementan Ose (biji kering)
Nasional

Ekspor dan Impor


4. 1980-2014 BPS
Nasional

5. Konsumsi 1993-2014 BPS

Ketersediaan Kementan
6. 1993-2014
Konsumsi (BKP)

Luas Panen,
Produksi, dan
7. Produktivitas, 1961-2013 FAO
Harga, Ekspor, dan
ImporDunia

2.2. Metode Analisis


2.2.1. Analisis Deskriptif
Adalah metode yang digunakan untuk melakukan
analisis keragaan atau perkembangan komoditas kedelai
berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator
luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ketersediaan

6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

konsumsi, ekspor-impor,hargadi tingkat produsen maupun di


tingkat konsumen, serta jumlah penduduk.

2.2.2. Kelayakan Model


Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t,
dan koefisien determinasi (R2).
Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman
dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubahpeubah
tak bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan
persamaan:
SS Regresi
R2 =
SS Total
dimana : SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi
SS Total adalah jumlah kuadrat total

2.3. Model Analisis Penawaran dan Permintaan

Model merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dimana setiap


kegiatan dalam perekonomian pertanian yang akan dianalisis
terangkum dalam model tersebut. Model ini disebut model
ekonometrika suplai demand tanaman pangan, yang disusun dalam
sistem persamaan simultan dan dinamis terbagi dalam dua blok, yaitu
terdiri dari Blok Suplai dan Blok Demand. Model yang dibangun dapat
dikembangkan untuk masing-masing sub sektor sesuai dengan variabel
yang tersedia.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Tabel 2. Pembagian blok persamaan model Suplai Demand


Tanaman Pangan

Nama Blok Persamaan Nomor Persamaan

Blok Suplai
1-5
1. Luas Panen 6 - 10
2. Produktivitas
11 14
3. Impor 15 19
4. Produksi 20 - 24
5. Suplai
Blok Demand
1. Konsumsi Perkapita (beras, jagung, 25 - 29
kedelai, ubi kayu, kc tanah)
2. Konsumsi Nasional (beras, jagung, 30 - 34
kedelai, ubi kayu, kc tanah)
3. Demand beras 35 - 40
4. Demand jagung 41 44
5. Demand kedelai 45 48
6. Demand ubi kayu 49 51
7. Demand kacang tanah 52 54
8. Neraca (beras, jagung, kedelai, ubi 55 59
kayu, kc tanah)

8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Blok Suplai

Produksi

Luas Panen Padi


LPP = a0 + a1 LPP(t-1) + a2 HRB(t-1) + a3 LPUP + a4 HRJ(t-1) +
a5 HRK(t-1) + 1 .............................................................................................. (1)
Parameter estimasi yang diharapkan : a1, a2 > 0; a3, a4,a5 > 0

Luas Panen Jagung


LPJ = b0 + b1 LPJ(t-1) + b2 HRJ(t-1) + b3 LPUJ + b4 HRK(t-
1) + b5 HRUK(t-1) + b6 HRKC(t-1) + 2 .................................. (2)
Parameter estimasi yang diharapkan : b1, b2 > 0; b3, b4,b5, b6 > 0

Luas Panen Kedelai


LPK = c0 + c1 LPK(t-1) + c2 HRK(t-1) + c3 LPUK + c4 HRJ(t-
1) + c5 HRUK(t-1) + c6 HRKC(t-1) + 3 ................................... (3)
Parameter estimasi yang diharapkan : c1, c2 > 0; c3, c4,c5, c6 > 0

Luas Panen Ubi Kayu


LPUK = d0 + d1 LPUK(t-1) + d2 HRUK(t-1) + d3 LPUUK + d4
HRJ(t-1) + d5 HRK(t-1) + d6 HRKC(t-1) + 4............................. (4)
Parameter estimasi yang diharapkan : d1, d2 > 0; d3, d4,d5, d6 > 0

Luas Panen Kacang Tanah


LPKC = e0 + e1 LPKC(t-1) + e2 HRKC(t-1) + e3 LPUKC + e4
HRJ(t-1) + e5 HRK(t-1) + e6 HRUK(t-1) + 5 ............................ (5)
Parameter estimasi yang diharapkan : e1, e2 > 0; e3, e4,e5, e6 > 0

Produktivitas

Produktivitas Padi
YP = f0 + f1 YP(t-1) + f2 HRUREA(t-1) + f3 TEK + f4 DSLPTT
+ f5 CH + f6 LIRIGASI + f7 RLPPJ + ...................................... (6)
Parameter estimasi yang diharapkan : f1, f3, f4 , f5, f6, f7 > 0 f2 < 0

Produktivitas Jagung
YJ = g0 + g1 YJ(t-1) + g2 HRUREA(t-1) + g3 TEK + g4 DSLPTT
+ g5 CH + g6 LIRIGASI + g7 RLPJJ + 7 ................................. (7)
Parameter estimasi yang diharapkan : g1, g3, g4 , g5, g6, g7> 0 g2 < 0

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Produktivitas Kedelai
YK = h0 + h1 YK(t-1) + h2 HRUREA(t-1) + h3 TEK + h4
DSLPTT + h5 CH + h6 LIRIGASI + h7 RLPKJ + 8. ..................... (8)
Parameter estimasi yang diharapkan : h1, h3, h4 , h5, h6 ,h7 > 0 h2 < 0

Produktivitas Ubi Kayu


YUK = i0 + i1 YUK(t-1) + i2HRUREA(t-1) + i3 TEK + i4 DSLPTT
+ i5 CH + i6 LIRIGASI + 9 ............................................... (9)
Parameter estimasi yang diharapkan : i1, i3, i4 , i5, i5 > 0 i2 < 0

Produktivitas Kacang Tanah


YKC = j0 + j1 YKC(t-1) + j2 HRUREA(t-1) + j3 TEK + j4
DSLPTT + j5 CH + j6 LIRIGASI + 10(10)
Parameter estimasi yang diharapkan : i1, i3, i4 , i5, i5 > 0 i2 < 0

Impor

Impor Beras
IB = ko + k1 PRODP + k2 KONSB + k3 HIB + k4 HRB + 11 . . . . . . . . .(11)
Parameter estimasi yang diharapkan : k2, k4> 0
k1, k3 < 0

Impor Jagung

IJ = lo + l1 PRODJ + l2 KONSJ + l3 HIJ + l4 HRJ + 12 . . . . . . . . .. (12)


Parameter estimasi yang diharapkan : l2, l4> 0
l1, l3 < 0
Impor Kedelai
IK = mo + m1 PRODK + m2 KONSK + m3 HIK + m4 HRK + 13 . . . . . (13)
Parameter estimasi yang diharapkan : m2, m4> 0
m1, m3 < 0
Impor Kacang Tanah
IKC = no + n1 PRODKC + n2 KONSKC + n3 HIKC + n4 HRKC + 14. .. . (14)
Parameter estimasi yang diharapkan : n2, n4> 0
n1, n3 < 0
Persamaan Identitas

Produksi
PRODP = LPP * YP. . . . . . . . . (15)

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

PRODJ = LPJ * YJ . . . . . . . . . . (16)


PRODK= LPK * YK . . . . . . . . . . (17)
PRODUK = LPUK * YUK . . . . . . . (18)
PRODKC= LPKC * YKC . . . . . . . (19)

SUPLAI
SP = PRODP + (IB*100/62.7) . . . . . . . . . . . . . . . . (20)
SJ = PRODJ + IJ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (21)
SK = PRODK + IK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (22)
SKC= PRODKC + IKC . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (23)
SUK = PRODUK + IUK. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (24)

Blok Demand

Konsumsi
Konsumsi Per Kapita Beras
KONSB = o0 + o1 PDB + o2 IHK + o3 KONSB(t-1) + 12 . . . . . . . . . . .(25)
Parameter estimasi yang diharapkan: l1, l3 > 0 ; l2 < 0

Konsumsi Per Kapita Jagung


KONSJ = p0 + p1 PDB + p2 IHK + p3 KONSJ(t-1) + 12 . . . . . . . . . . .(26)
Parameter estimasi yang diharapkan: p1, p3 > 0 ; p2 < 0

Konsumsi Per Kapita Kedelai


KONSK = q0 + q1 PDB + q2 IHK + q3 KONSK(t-1) + 12 . . . . . . . . . . .(27)
Parameter estimasi yang diharapkan: q1, q3 > 0 ; q2 < 0

Konsumsi per Kapita Ubi Kayu


KONSUK = r0 + r1 PDB + r2 IHK + r3 KONSUK(t-1) + 12 . . . . . . . . . . (28)
Parameter estimasi yang diharapkan: r3> 0 ; r1,r2< 0

Konsumsi per kapita Kacang Tanah


KONSKC = s0 + s1 PDB + s2 IHK + s3 KONSKC(t-1) + 12 . . . . . . . . . .(29)
Parameter estimasi yang diharapkan: r3> 0 ; r1,r2< 0

Konsumsi Nasional Beras


KONNB = POP * KONSB . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(30)

Konsumsi Nasional Jagung


KONNJ = POP * KONSJ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(31)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Konsumsi Nasional Kedelai


KONNK = POP * KONSK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(32)

Konsumsi Nasional Ubi Kayu


KONNUK = POP * KONSUK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(33)

Konsumsi Nasional Kacang Tanah


KONNKC = POP * KONSKC . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(34)

DEMAND

DEMAND BERAS
DB = KONNB + EKSB + PAKG + PAKB + BB + TCG + TCB ................ (35)
PAKG = (PRODP*0.0044) * 0.627 .......................................... (36)
PAKB = (PRODP*0.627)*0. .................................................. (37)
BB = (PRODP*0.0104)* 0. ................................................... (38)
TCG = (PRODP*0.0540) *0.627 ............................................. (39)
TCB = (PRODP*0.627)*0.025 ............................................... (40)

DEMAND JAGUNG
DJ = KONNJ + EKSJ + PAKJ + BJ + TCJ .................................. (41)
PAKJ = PRODJ*0.06 ......................................................... (42)
BJ = PRODJ*0.004 ........................................................... (43)
TCJ = PRODJ*0.05 ........................................................... (44)

DEMAND KEDELAI
DK = KONNK + EKSK + BK + TCK ........................................ (45)
PAKK = PRODK*0.003 ....................................................... (46)
BK = PRODK*0.015 ......................................................... (47)
TCK = PRODK*0.05 ......................................................... (48)

DEMAND UBI KAYU


DUK = KONNUK + EKSUK + PAKUK + TCUK ............................. (49)
PAKUK = PRODUK*0.02 .................................................... (50)
TCUK = PRODUK*0.02 ..................................................... (51)

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

DEMAND KACANG TANAH


DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC ..................... (52)
BKC = PRODKC*0.026 ...................................................... (53)
TCKC = PRODKC*0.05 ...................................................... (54)

NERACA
NRCB =(SP*0.627) DB .................................................... (55)
NRCJ =SJ DJ ............................................................... (56)
NRCK = SK DK ............................................................. (57)
NRCUK = SUK- DUK .......................................................... (58)
NRCKC = SKC DKC ... ..................................................... (59)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Tabel 3. Keterangan variabel dalam model

KE T E R A N G A N V A R IA B EL DA L A M M O D E L

V AR IAB E L K E T ER A N G A N SAT U AN
PROD P P R O D U KS I P A D I TO N
PROD J P R O D U KS I J A G U N G TO N
PROD K P R O D U KS I K E DE LA I TO N
PROD K C P R O D U KS I K A CA N G T A N A H TO N
PROD UK P R O D U KS I U B I KA Y U TO N
LPP L U AS P AN E N P AD I HA
LPJ L U AS P AN E N J AG U N G HA
LPK L U A S P A N E N K E DE LA I HA
L P KC L U A S P A N E N K A CA N G T A N A H HA
LPUK L U A S P A N E N U B I KA YU HA
YP P R O D U KT IV IT A S PA DI T O N /H A
YJ P R O D U KT IV IT A S JA G U N G T O N /H A
YK P R O D U KT IV IT A S KE D EL A I T O N /H A
YKC P R O D U KT IV IT A S KA C A N G TA N A H T O N /H A
YUK P R O D U KT IV IT A S U B I K A YU T O N /H A
L P P( t- 1) L U A S P A N E N P A D I T A H U N S EB EL U M N YA HA
L P J( t- 1) L U A S P A N E N J A G U N G TA H U N S E B E L U M N Y A HA
L P K( t- 1) L U A S P A N E N K E DE LA I T A H U N S E B EL U M N Y A HA
L P KC ( t- 1) L U A S P A N E N K A CA N G T A H U N S E B E L U M N YA HA
L P U K( t- 1) L U A S P A N E N U B I KA YU TA H U N S E B E LU M N YA HA
H R B ( t- 1) H A R G A R I IL B E R A S TA H U N S E B E LU M N YA R U P IA H
H R J (t -1 ) H A R G A R I IL JA G U N G T A H U N S E B E L U M N YA R U P IA H
H R K (t -1 ) H A R G A R I IL K E DE LA I TA H U N S E B E L U M N Y A R U P IA H
H R K C (t -1 ) H A R G A R I IL K A CA N G T A N A H T A H U N S E B EL U M N Y A R U P IA H
H R U K (t -1 ) H A R G A R I IL U B I KA YU T A H U N S EB E LU M N YA R U P IA H
LPUP L U AS P U SO P AD I HA
LPUJ L U AS P U SO J AG U N G HA
LPUK L U A S P U S O K E DE LA I HA
L P U KC L U A S P U S O K A CA N G T A N A H HA
LPUUK L U A S P U S O U B I KA Y U HA
H R U R E A (t -1 ) H A R G A R I IL U R E A TA H U N S EB E LU M N YA R U P IA H
T EK TE K N O L O G I
D S L PT T D U M M Y S L PT T
CH C U R AH H U J AN M IL I M ET ER
L IR IG AS I L U A S I R IG A S I HA
R L P PJ R A S I O LU A S P A N E N P A D I J A W A TE R HA D A P N A S IO N A L
R L P JJ R A S I O LU A S P A N E N J A G U N G JA W A T E R H A D A P N A S I O N A L
R L P KJ R A S I O LU A S P A N E N K E D E LA I JA W A T ER H A D A P N A S I O N A L
KO NS KON SUM S I
K O N SB K O N S U M S I B ER A S K G /K A P /T H N
K O N SJ K O N S U M S I JA G U N G K G /K A P /T H N
K O N SK K O N S U M S I KE D EL A I K G /K A P /T H N
K O N S KC K O N S U M S I KA C A N G TA N A H K G /K A P /T H N
IB IM P O R B E R AS TO N
IJ IM P O R J AG U N G TO N
IK I M P O R K ED E LA I TO N
IK C IM P O R K AC A N G T AN A H TO N
H IB H A R G A I N T E R N A S IO N A L B ER A S US $
SP S U P LA Y P A D I TO N
SJ S U P LA Y JA G U N G TO N
SK S U P LA Y K ED E LA I TO N
SK C S U P LA Y KA C A N G TA N A H TO N
B LO K D E M A N D
K O N SB K O N SU M SI B ER A S K G /K A P /T H N
POP P O PU L A S I ORA NG
K O N SK K O N SU M SI KE D EL A I K G /K A P /T H N
K O N S KC K O N SU M SI KA C A N G TA N A H K G /K A P /T H N
KON NB K O N SU M SI N A S I O N A L B ER A S K G /K A P /T H N
KON NJ K O N SU M SI N A S I O N A L JA G U N G K G /K A P /T H N
KON NK K O N SU M SI N A S I O N A L K ED EL A I K G /K A P /T H N

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

III. KERAGAAN KEDELAI NASIONAL

3.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan


Produktivitas

3.1.1. Luas Panen

Keragaan luas panen kedelai Indonesia periode 1980-2015


berfluktuasi namun cenderung meningkat dengan laju peningkatan
rata-rata sebesar 0,62% per tahun. Pada periode yang sama, keragaan
luas panen kedelai di Jawa dan luar Jawa serupa dengan keragaan
nasional. Luar Jawa cenderung meningkat sebesar 4,29% per tahun,
sebaliknya di Jawa mengalami penurunan rata-rata 0,28% per tahun.
Secara agregat luas panen kedelai nasional lima tahun terakhir
mengalami penurunan sebesar 0,36%, dipicu oleh penurunan luas
panen di Jawa sebesar 3,02%. Meskipun luas panen di Luar Jawa pada
periode tersebut meningkat 4,59%, tetapi peningkatan tersebut belum
sebanding dengan penurunan yang terjadi di Jawa. Penurunan luas
panen cukup nyata terjadi pada tahun 2012 dan 2013, masing-masing
sebesar 8,78% dan 2,96%. Penurunan luas panen nasional di tahun-
tahun tersebut disebabkan oleh penurunan wilayah Jawa sebesar
5,48% dan 10,27%, serta Luar Jawa tahun 2012 sebesar 14,90%.
Peningkatan luas panen di Jawa kembali terjadi tahun 2014 sebesar
10,56%, namun tahun 2015 diperkirakan turun kembali sebesar 1,86%.
Kondisi berbeda di Luar Jawa, luas panen terus meningkat tiga tahun
terakhir, masing-masing sebesar 12,08%, 13,80%, dan 13,40%. Pada
tahun 2014 dan 2015, luas panen kedelai nasional meningkat cukup
nyata sebesar 11,78% dan 4,01%. Realisasi luas panen kedelai tahun
2013 sebesar 550,79 ribu hektar, tahun 2014 menjadi 615,69 ribu

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15


Outlook Komoditas Kedelai 2015

hektar, dan tahun 2015 menjadi 640,35 ribu hektar (Gambar 1, Tabel
1, dan Lampiran 2).

Gambar 1. Perkembangan Luas Panen Kedelai Indonesia, 1970 2015

Selama empat dekade (1970-2015), sampai dengan tahun 2015


dominasi luas panen kedelai di Jawa terhadap nasional mencapai
65,09% atau rata-rata seluas 559,54 ribu hektar. Kontribusi luas panen
Luar Jawa sebesar 34,91% atau rata-rata seluas 300,13 ribu hektar.
Namun kondisi lima tahun terakhir terjadi pergeseran kontribusi luas
panen, kontribusi Jawa mengalami penurunan sedikit menjadi 62,73%
dan Luar Jawa meningkat menjadi 37,27%. Hal ini dapat dimaklumi
karena alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di Pulau
Jawa dinilai sudah tak terkendali, menyusul pesatnya perkembangan
sektor industri dan pemukiman di Indonesia. Setiap tahun diperkirakan

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

80 ribu hektare areal pertanian hilang, berubah fungsi ke sektor lain


atau setara 220 hektar setiap harinya (BPS, 2013).

Terkait dengan hal ini maka pemerintah perlu mengupayakan


suatu program pengembangan komoditas kedelai yang tepat sehingga
kontribusi luas panen di Luar Jawa yang saat ini hanya sekitar 34,91%
dapat terus ditingkatkan, mengingat potensi lahan tanam kedelai di
Luar Jawa masih sangat luas.

3.1.2. Produksi

Produksi kedelai Indonesia pada periode 19802015 berfluktuasi


dan cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
2,37% per tahun. Pada periode ini, tren produksi kedelai di Jawa dan
Luar Jawa juga seirama, namun Luar Jawa lebih tinggi dari pada
Jawa. Peningkatan produksi di Jawa rata-rata sebesar 1,43% per tahun
dan Luar Jawa sebesar 5,47% per tahun (Lampiran 3).
Produksi kedelai nasional lima tahun terakhir meningkat rata-
rata 2,49% per tahun, Pulau Jawa menyumbang 2,95% per tahun dan
Luar Jawa 8,30% per tahun. Secara nasional peningkatan produksi
kedelai periode 2011-2015 baru terealisasi tahun 2014 sebesar 22,44%
dan 2015 sebesar 4,59%, sedangkan tiga tahun sebelumnya mengalami
penurunan sebesar 6,15% (2011), 0,96% (2012), dan 7,49% (2013).
Produksi kedelai di Jawa dan Luar Jawa juga diwarnai penurunan.
Pulau Jawa tahun 2013 menurun 13,53% dan Luar Jawa tahun 2012
menurun sebesar 13,59%. Peningkatan produksi kedelai yang signifikan
terjadi di tahun 2014, dimana produksi kedelai nasional menjadi
sebesar 955,00 ribu ton, meningkat dari tahun 2013 sebesar 779,99

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17


Outlook Komoditas Kedelai 2015

ribu ton. Berdasarkan data ARAM I, produksi kedelai tahun 2015


diperkirakan mencapai 998,87 ribu ton. Disumbang oleh peningkatan
produksi di Jawa sebesar 0,21% dan Luar Jawa 12,79%.

Gambar 2. Perkembangan Produksi Kedelai di Indonesia, 1970 2015

Keragaan kontribusi produksi kedelai tahun 1970-2015


menunjukkan bahwa produksi kedelai di Jawa menyumbang 66,26%
terhadap produksi nasional, sedangkan Luar Jawa sebesar 33,74%.
Perkembangan lima tahun terakhir masih menunjukkan kondisi yang
sama, kontribusi produksi Pulau Jawa sebesar 66,51% dan Luar Jawa
33,49% (Gambar 2,Tabel 3, dan Lampiran 3).

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Tabel 4. Luas panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai di Jawa, Luar


Jawa dan Indonesia, 1970-2015
Rata-rata Luas Panen Rata-rata Produksi Rata-rata Produktivitas
Wilayah Tahun
000 Ha Pertumb. (%) 000 Ton Pertumb. (%) Ku/Ha Pertumb. (%)

1970-2015 559,54 -0,28 622,20 1,75 11,35 2,00


Jawa 1980-2015 553,81 -0,53 668,10 1,43 12,31 1,91
2011-2015 375,99 -3,02 589,07 0,34 15,55 3,72
1970-2015 300,13 4,29 316,81 6,22 10,28 1,76
Luar Jawa 1980-2015 346,58 3,72 376,40 5,47 11,03 1,58
2011-2015 223,35 4,59 296,59 7,43 13,13 2,76
1970-2015 859,67 0,82 939,01 2,66 10,97 1,80
Indonesia 1980-2015 900,39 0,40 1.044,49 2,37 11,85 1,70
2011-2015 599,34 -0,36 885,66 2,49 14,76 2,73
Kontribusi terhadap Indonesia (%) :
Jawa 65,09 66,26
Luar Jawa 34,91 33,74

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah oleh Pusdatin

3.1.3. Produktivitas

Perkembangan produktivitas kedelai nasional tahun 1980 sampai


dengan tahun 2015 menunjukan pola fluktuatif dan cenderung
meningkat rata-rata 1,70% per tahun. Selama periode tersebut gejolak
penurunan produktivitas hampir tidak terlihat, seperti terlihat pada
Gambar 3. Peningkatan produktivitas nasional disumbang oleh
pertumbuhan di Jawa sebesar 1,91% per tahun dan Luar Jawa sebesar
1,58% per tahun.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Gambar 3. Perkembangan Produktivitas Kedelai di Indonesia, 1970


2015

Keragaan produktivitas kedelai nasional lima tahun terakhir


menunjukkan adanya peningkatan produktivitas yaitu sebesar 2,73%
per tahun, Jawa tumbuh rata-rata 3,72%per tahun dan Luar Jawa rata-
rata tumbuh 2,76% per tahun. Produktivitas kedelai Indonesia
berdasarkan ARAM Itahun 2015 adalah sebesar 15,60 ku/ha atau naik
0,58% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 15,51 ku/ha (Lampiran
4).

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

3.2. Provinsi Sentra Produksi Kedelai

Sentra produksi kedelai Indonesia berada di 7 (tujuh) provinsi,


memberikan kontribusi sebesar 87,40% terhadap produksi kedelai
nasional selama lima tahun terakhir, dan 27 provinsi lainnya
menyumbang 12,60%. Kontribusi terbesar diberikan oleh Provinsi Jawa
Timur sebesar 39,74% (rata-rata produksi 351,92 ribu ton), diikuti
Jawa Tengah 14,03% (rata-rata produksi 124,23 ribu ton), dan Nusa
Tenggara Barat 10,65% (rata-rata produksi 94,33 ribu ton). Empat
provinsi sentra lain berkontribusi di bawah 10%, yakni Jawa Barat
8,76% (rata-rata produksi 77,55 ribu ton), Aceh 5,96% (rata-rata
produksi 52,78 ribu ton), Sulawesi Selatan 5,06% (rata-rata produksi
44,80 ribu ton), dan DI. Yogyakarta 3,21% (rata-rata produksi 28,41
ribu ton). Rincian kontribusi dan rata-rata besaran produksi di
provinsi sentra disajikan di Gambar 4 dan Lampiran 5.

Gambar 4. Kontribusi Produksi Provinsi Sentra Kedelai di


Indonesia, 2010 - 2015

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Berdasarkan data sasaran dari Direktorat Jenderal Tanaman


Pangan, produksi kedelai tahun 2015 adalah sebesar 1,5 juta ton.
Sedangkan capaian produksi dari hasil ARAM I, diperkirakan sebesar
998,87 ribu ton. Dengan kata lain sasaran produksi kedelai tahun 2015
tidak akan tercapai, karena capaian produksi kedelai tahun 2015
sebesar 92,13% dari sasaran yang telah ditetapkan. Capaian produksi
tersebut terealisasi dari capaian luas panen kedelai tahun yang sama
seluas 640,35 ribu hektar, atau hanya tercapai 62,33% dari target luas
sebesar 1,03 juta hektar. Sementara dari target produktivitas yang
ditetapkan sebesar 14.60 ku/ha, tercapai pada besaran lebih tinggi
yaitu 15,60ku/ha. Sasaran komoditas kedelaiyang ditetapkan oleh
Ditjen Tanaman Pangan, khususnya untuk produksi dan luas panen
kedelai tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Sasaran Komoditas Kedelai Tahun 2015

ARAM I thd
No. Uraian Sasaran ARAM I Beda (%)
Sasaran (%)
1 Luas Panen (Ha) 1.027.425 640.351 62,33 -37,67
2 Produktivitas (Ku/Ha) 14,60 15,60 106,85 6,85
3 Produksi (Ton) 1.500.000 998.866 66,59 -33,41

Sumber: Ditjen Tanaman Pangan diolah Pusdatin

Pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan pada era


Kabinet Kerja ingin mewujudkan Indonesia Berkedaulatan Pangan
Tiga Tahun Mendatang untuk komoditas padi, jagung, kedelai, daging
sapi, dan tebu. Kedaulatan pangan berbeda makna dengan
swasembada yang lebih cenderung kepada ketahanan pangan tetapi
belum otomatis berdaulat terhadap pangan. Swasembada pangan
sama saja dengan ketahanan pangan yakni apabila mampu memenuhi
kebutuhan bahan pangan. Artinya, bahan pangan tersedia di pasar dan

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

masyarakat konsumen. Dari mana bahan pangan itu diperoleh


sehingga ada di pasar dan masyarakat konsumen tidak

dipermasalahkan. Kedaulatan pangan cakupannya lebih luas dengan


mempertimbangan status negara kita sebagai negara agraris.
Kedaulatan pangan bermakna bahwa bahan pangan yang ada harus
diproduksi sendiri dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
konsumen. Jadi kedaulatan pangan kriterianya diproduksi sendiri atau
dihasilkan dari pertanian sendiri dan menguasai pasar-pasar sendiri
tanpa harus diatur oleh bangsa lain atau luar negeri.

3.3. Konsumsi Perkapita/Nasional

Konsumsi kedelai berupa dua jenis, yakni konsumsi langsung


dan tidak langsung. Dalam hal ini yang dimaksud konsumsi tidak
langsung adalah kedelai yang diolah lebih lanjut menjadi produk
tertentu untuk konsumsi atau lainnya. Olahan biji kedelai dapat
dibuat menjadi berbagai bentuk seperti tempe, tahu (tofu),
bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya
dibuat dari kedelai hitam), susukedelai (baik dikonsumsi bagi orang
yang sensitif laktosa), tepung kedelai, minyak (dari sini dapat dibuat
sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut, dan biodiesel),
serta taosi atau tauco. Seperti kita ketahui produk olahan kedelai
adalah penyumbang utama kebutuhan protein nabati.

Sebagai pembanding disajikan pula keragaan ketersediaan


kedelai untuk konsumsi dari Neraca Bahan Makanan (NBM).
Ketersediaan yang dimaksud dalam NBM adalah selisih produksi

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23


Outlook Komoditas Kedelai 2015

ditambah impor, dikurangi ekspor, tercecer, penggunaan pakan, bibit


dan untuk industri (diolah untuk bukan makanan).

Sebagian besar kedelai oleh masyarakat Indonesia dikonsumsi


dalam bentuk produk olahan, seperti tahu, tempe, tauco, oncom,
kecap, dan susu kedelai. Sampai saat ini konsumsi dalam bentuk
segar hanya sedikit, mempertimbangkan hal tersebut maka untuk
memudahkan penghitungan dan penyajian data konsumsi, semua
produk olahan kedelai dikonversi ke dalam bentuk segar.

Selama periode 20022014 konsumsi kedelai cukup fluktuatif


dan cenderung menurun, dengan laju penurunan rata-rata 1,15% per
tahun. Konsumsi kacang kedelai pada periode ini rata-rata sebesar
7,62 kg/kapita/tahun, konsumsi tertinggi sebesar 8,63
kg/kapita/tahun terjadi pada tahun 2007. Namun satu tahun
kemudian mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 11,16%
sehingga konsumsi menjadi 7,67 kg/kapita/tahun. Penurunan
konsumsi pada tahun 2007-2008 tidak terlepas dari terjadinya resesi
ekonomi global dan adanya kebutuhan pangan untuk energi alternatif,
dampaknya adalah penurunan daya beli masyarakat dunia termasuk
Indonesia (Ariani, M. 2010). Pada periode selanjutnya, konsumsi
kedelai utamanya produk kedelai cenderung menurun hingga tahun
2014 menjadi sebesar 7,13 kg/kapita/tahun, karena adanya
pergeseran konsumsi dari protein nabati ke protein hewani. Merujuk
seiring dengan meningkatnya perekonomian global yang berhubungan
peningkatan daya beli penduduk Indonesia (Gambar 5 dan Lampiran
6).

Lain halnya keragaan ketersediaan kedelai periode 19932014,


ternyata sangat fluktuatif dan menunjukkan tren peningkatan, gejolak

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

fluktuasi sangat kentara terutama pada periode 19962002. Angka


ketersediaan mencapai titik kulminasi pada tahun 1999 yaitu 12,29
kg/kapita/tahun, sementara terendah terjadi pada tahun 2001 yaitu
5,76 kg/kap/tahun. Secara agregat rata-rata ketersediaan kedelai
pada periode 19932016 adalah 9,07 kg/kapita/tahun. Pada periode
ini ketersediaan kedelai tumbuh sekitar 1,67% setiap tahunnya.

Gambar 5. Perkembangan KonsumsiKedelai per Kapita per Tahun, 1993


2014

Ketersediaan kedelai cenderung mengalami penurunan pada


periode 20032007 (Gambar 5). Pada periode ini angka ketersediaan
menurun sebesar rata-rata 3,37% setiap tahunnya. Pada tahun
berikutnya kembali meningkat hingga tahun 2011 menjadi sebesar
10,91 kg/kapita/tahun atau naik sebesar 11,78% dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 9,76 kg/kapita/tahun. Penurunan ketersediaan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25


Outlook Komoditas Kedelai 2015

kembali terjadi pada tahun 2012, diperkirakan akan berlanjut sampai


tahun 2014.
Permintaan kedelai berdasarkan data ketersediaan per kapita
sempat mengalami penurunan hampir 30% pada masa krisis tahun
1998, walaupun kemudian kembali meningkat drastis pada tahun
berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa kedelai masih terimbas krisis
dibandingkan komoditas pertanian lainnya, karena sekitar 44% (1,03
juta ton) kebutuhan kedelai pada saat itu berasal dari impor. Oleh
karena itu swasembada kedelai sangat diperlukan mengingat masih
adanya peluang untuk meningkatkan produksi kedelai domestik pada
masa mendatang dalam rangka mengurangi ketergantungan pada
pasokan impor.

3.4. Harga Produsen dan Konsumen

Keragaan harga kedelai nasional, baik harga produsen maupun


konsumen menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat
(Gambar 6). Rata-rata pertumbuhan harga produsen dan konsumen
pada periode 1983-2015 berturut-turut adalah 10,83% dan 12,72% per
tahun. Rata-rata pertumbuhan harga kedelai pada periode sebelum
krisis ekonomi tahun 1997 cenderung lebih rendah dibandingkan
dengan masa setelah krisis. Pada periode 1983-1997 rata-rata
pertumbuhan harga produsen dan konsumen berturut-turut adalah
8,56% dan 10,51% setiap tahunnya. Rata-rata pertumbuhan harga
kedelai ini meningkat pada periode lima tahun terakhir (2011-
2015)yaitu menjadi 6,55% untuk harga produsen dan 2,31% untuk
harga konsumen (Gambar 6 dan Lampiran 7).

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Peningkatan harga kedelai, baik harga produsen maupun


konsumen paling fantastis terjadi di tahun 1998, harga produsen naik
63,72% atau dari Rp. 1.231,- menjadi Rp. 2.015,- dan harga konsumen
naik lebih tinggi yaitu sebesar 132,67% atau dari Rp. 1.463,- menjadi
Rp. 3.404,-. Setelah melewati masa krisis harga kedelai kembali
mengalami kenaikan tinggi pada tahun 2008. Harga produsen naik
sebesar 35,40% dibandingkan tahun sebelumnya atau dari Rp. 4.588,-
di tahun 2007 menjadi Rp. 6.212,- di tahun 2008. Sedangkan harga
konsumen tahun 2008 naik sebesar 60,68% dibandingkan tahun
sebelumnya atau dari Rp. 4.847,- menjadi Rp. 7.789,-. Meskipun
demikian peningkatan harga konsumen kedelai sepertinya bertahan
sampai tahun 2013 saja, karena dua tahun terakhir terus mengalami
penurunan sebesar 8,41% dan 2,36%.

Gambar 6. Perkembangan Harga Kedelai Tingkat Produsen


dan Konsumen di Indonesia, 1983-2015

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Jika dilihat dari disparitas harga yang terjadi antara harga


produsen dan konsumen, terlihat periode setelah krisis ekonomi global
selalu memberikan dampak terjadinya lonjakan disparitas harga
kedelai. Krisis ekonomi pertama tahun 1997-1998 terjadi peningkatan
sebesar 498,05% dan krisis yang kedua tahun 2008 lebih tinggi yaitu
sebesar 508,54%. Disparitas harga tertinggi terjadi pada tahun 2013
(data terakhir) yaitu sebesar Rp. 4.144,- per kilogram dimana harga
kedelai tingkat produsen sebesar Rp. 6.905,-, sedangkan harga tingkat
konsumen mencapai Rp. 11.049,- per kilogram. Dua tahun
terakhirterjadi penurunan disparitas harga cukup signifikan, tahun
2014 sebesar 56,72% dan tahun 2015 sebesar 49,64%. Hal ini
dimungkinkan terjadi karena semakin efektifnya rantai pemasaran
dari produsen ke konsumen, dengan cara
pemangkasan/memperpendek rantai.

3.5. Perkembangan Ekspor dan Impor Kedelai di Indonesia

Sepanjang tahun 1980-2015 tercatat volume ekspor kedelai


fluktuatif dan tumbuh sangat fantastis, rata-rata sebesar 518,58% per
tahun, serta cenderung meningkat. Selama periode tersebut tercatat
angka pertumbuhan di atas 1000% terjadi tiga kali, yaitu tahun 1988
sebesar 5.600% (tahun 1987 sebesar 10 ton menjadi 570 ton), tahun
1997 sebesar 4591,30% (tahun 1996 sebesar 598 ton menjadi 28,05
ribu ton), dan 2011 sebesar 2.236,62% (tahun 2010 sebesar 385 ton
menjadi 8.996 ton). Volume ekspor Indonesia paling tinggi terjadi
pada tahun 2014, sebesar 41,30 ribu ton. Disamping itu juga diwarnai
beberapa kali penurunan volume ekspor, tertinggi terjadi tahun 1998
sebesar 96,59% (Gambar 7 dan Lampiran 8).

28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Lima tahun terakhir volume ekspor tumbuh, rata-rata sebesar


537,91%. Sempat diwarnai penurunan pada tahun 2013 dan 2015,
masing-masing sebesar 67,21% dan 28,24%. Volume ekspor pada tahun
2015 diperkirakan sebesar 29,64 ribu ton.

Pada periode yang sama volume impor kedelai juga cukup


fluktuatif dan menunjukkan tren meningkat, dengan rata-rata
pertumbuhan 18,62% per tahun. Peningkatan volume impor sangat
signifikan terjadi pada tahun 1983 sebesar 347,72%, dan tahun 1999
sebesar 116%. Diantara tahun-tahun tersebut terjadi penurunan
volume impor tetapi secara persentase tidak terlalu signifikan.
Volume impor tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 2,57 juta ton.

Gambar 7. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kedelai di


Indonesia, 1980-2015

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Keragaan impor kedelai lima tahun terakhir juga cenderung


meningkat landai, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,94% per
tahun. Impor kedelai mengalami penurunan di tahun 2012 dan 2015,
masing-masing sebesar 41,58% dan 15,04%. Volume impor tahun 2015
relatif tinggi, yaitu sebesar 1,67 juta ton.
Secara agregat besaran volume ekspor kedelai sangat kecil
dibandingkan impornya, dikarenakan lebih dari setengah kebutuhan
kedelai dalam negeri atau 70% masih dipenuhi dari impor. Faktor
utama penyebab tingginya impor kedelai adalah rendahnya produksi
kedelai dalam negeri. Seperti telah diuraikan dalam bahasan
sebelumnya, produksi kedelai masih rendah jika dibandingkan dengan
besarnya kebutuhan dalam negeri. Tingginya impor kedelai
mempunyai korelasi secara langsung dengan kurangnya pasokan
kedelai dalam negeri.
Konsumsi kedelai domestik terutama untuk pemenuhan bahan
baku industri produk olahan seperti tahu dan tempe. Kedelai kuning
sebagai bahan baku utama pembuatan tempe dan tahu merupakan
varietas yang kurang optimal pertumbuhannya di Indonesia karena
iklim yang kurang sesuai. Hal ini menjadi penyebab rendahnya
produksi kedelai dalam negeri.
Neraca ekspor dan impor kedelai Indonesia selama tiga dekade
(1987-2015) menunjukkan adanya fluktuasi defisit kebutuhan kedelai
dalam negeri cukup tinggi, pada kisaran 1 sampai dengan 2 juta ton.
Rata-rata peningkatan defisit kedelai pada periode ini 8,08% per
tahun, kenyataan ini sangat mencemaskan apabila tidak ada
terobosan-terobosan yang nyata untuk meningkatkan produksi kedelai
domestik. Mengingat laju pertumbuhan produksi kedelai dalam negeri
hanya 2,37% per tahun, diperkirakan tidak akan mampu mengimbangi

30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

kebutuhan kedelai domestik seiring bertambahnya jumlah penduduk


(Lampiran 8).

Gambar 8. Perkembangan Neraca Ekspor dan Impor Kedelai di Indonesia,


1980-2015

Berdasarkan keragaan nilai ekspor dan impor kedelai, neraca


perdagangan kedelai Indonesia pada periode 1987-2013 mengalami
pembengkakan defisit yang cenderung terus meningkat. Pada tahun
2014 tercatat defisit sebesar yaitu 7.484,60juta US$ (Lampiran 9).
Berdasarkan kajian hasil analisis kinerja perdagangan komoditas
pertanian, indeks spesialisasi perdagangan komoditas kedelai adalah
sekitar -0,9. Nilai ini menunjukkan komoditas kedelai masih berupaya

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31


Outlook Komoditas Kedelai 2015

untuk memenuhi kebutuhan nasional, belum dalam taraf pematangan


atau perluasan ekspor.

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

IV. KERAGAAN KEDELAI DUNIA

4.1. PerkembanganLuas Panen, Produksi, dan Produktivitas


Kedelai Dunia

Keragaan luas panen dan produksi kedelai dunia periode 1961-


2013 berdasarkan data FAO cenderung terus meningkat dengan pola
serupa. Rata-rata luas panen pada periode ini meningkat sebesar
3,11% per tahun dan produksi tumbuh sebesar 4,98% setiap tahun.
Selama lima dekade ini peningkatan luas panen paling tinggi terjadi
tahun 1973 dengan pertumbuhan sebesar 17,86%, sedangkan
peningkatan produksi tertinggi juga pada tahun yang sama dengan
pertumbuhan sebesar 25,42%. Sempat terjadi penurunan luas panen,
tertinggi pada tahun 1983 sebesar 6,36% sedangkan penurunan
produksi tertinggi di tahun yang sama sebesar 13,74%.

Gambar 9. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kedelai


Dunia, 1961-2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Perkembangan sepuluh tahun terakhir (20042013)


menunjukkan bahwa luas panen dan produksi kedelai cenderung terus
meningkat. Pertumbuhan luas panen tertinggi tahun 2004 sebesar
9,52%, sedangkan pada produksi terjadi tahun 2010 sebesar 18,63%.
Pada tahun 2013 luas panen kedelai dunia mencapai 111,27 juta
hektar, atau meningkat 6,06% dari tahun 2012 sebesar 104,92 juta
hektar. Pada tahun yang sama produksi kedelai dunia sebesar 276,40
juta ton, atau meningkat 14,62% dari tahun 2012 sebesar 241,14 juta
ton (Gambar 9 dan Lampiran 10).

4.2. Negara Sentra Luas Panen, Produksi, dan


ProduktivitasKedelai Dunia

Selama lima tahun terakhir, beberapa negara yang menjadi


sentra produksi kedelai dunia, meliputi Amerika, Brazil, Argentina,
China, India dan Paraguay memberikan kontribusi sebesar 92,53%
terhadap rata-rata produksi kedelai dunia sebesar 253,50 juta ton.
Besaran rata-rata produksi dan kontribusi dari masing-masing negara
sentra adalah Amerika 87,55 juta ton atau berkontribusi sebesar
34,54%, Brazil 69,69 juta ton (27,49%), Argentina 44,39 juta ton
(17,51%), China 14,02 juta ton (5,53%), India 12,31 juta ton (4,85%),
dan Paraguay 6,61 juta ton (2,61%). Produksi kedelai Indonesia
menempati posisi ke-13 dunia, atau memberikan kontribusi sebesar
0,34% dengan rata-rata produksi lima tahun terakhir sebesar 869,71
ribu ton (Gambar 10 dan Lampiran 11).

34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Paraguay Indonesia Lainnya


2,61% 0,34% 7,12%
India
4,85% USA
34,54%
China
5,53%

Argentina
17,51%

Brazil
27,49%

Gambar 10. Negara Sentra Produksi Kedelai Dunia dan Kontribusinya, 2009-
2013

Meskipun Amerika menjadi negara produsen kedelai nomor


satu dunia, namun pertumbuhan produksi lima tahun terakhir
menunjukkan fenomena adanya penurunan produksi sebesar 0,36%
per tahun. Fenomena yang sama dialami oleh China dan Indonesia,
selama lima tahun rata-rata mengalami pertumbuhan produksi
menurun sebesar 4,35% dan 5,37% per tahun. Negara produsen kedelai
lain yang menunjukkan pertumbuhan positif karena masih terus
mengalami peningkatan produksi, yaitu Brazil sebesar 10,20% per
tahun, Argentina 16,94% per tahun, India 6,31% per tahun, dan
Paraguay 41,58% per tahun.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Gambar 11. Negara dengan Luas Panen Kedelai Terbesar Dunia dan
Kontribusinya, 2009-2013

Luas panen kedelai terbesar dunia juga terdistribusi di 6


(enam) negara sentra produsen dengan urutan yang hampir sama. Ada
sedikit perbedaan pada luas panen India lebih tinggi dari pada China,
meskipun dari sisi produksi China lebih tinggi dari India. Kondisi ini
menunjukkan bahwa produktivitas kedelai China lebih tinggi daripada
India.

Total kontribusi luas panen kedelai enam negara sentra


mencapai 90,86%, Amerika memberikan kontribusi terbesaryaitu
29,35% atau 30,65 juta hektar, diikuti Brasil dengan kontribusi sebesar
23,34% (24,38 juta hektar), Argentina 17,36% (18,13 juta hektar),
India 10,06% (10,50 juta hektar), China 7,46% (7,79 juta hektar), dan
Paraguay 2,69% (2,81 juta hektar). Luas panen Indonesia berada pada
posisi yang sama dengan produksi, yakni urutan 13 dunia dengan
kontribusi sebesar 0,60% atau rata-rata luas panen lima tahun terakhir

36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

625 ribu hektar terhadap rata-rata luas panen kedelai dunia yang
mencapai 104,44 juta hektar (Gambar 11 dan Lampiran 12).

Keragaan produktivitas kedelai dunia menunjukkan fenomena


yang menarik, kecuali Amerika, negara-negara produsen utama
kedelai di dunia tidak menempati posisi yang sama jika ditinjau dari
produktivitasnya. Lima negara dengan produktivitas kedelai tertinggi
di dunia ditempati oleh negara Turki, Italia, Mesir, Amerika, dan
Brazil. Turki menempati urutan pertama dengan rata-rata
produktivitas 38,03 ku/ha diikuti oleh Italia dengan 33,22 ku/ha,
Mesir 29,64 ku/ha, Amerika 28,56 ku/ha, dan Brazil28,55 ku/ha
(Gambar 12 dan Lampiran 13).

Selama lima tahun terakhir rata-rata produktivitas kedelai


dunia sebesar 24,28 ku/ha. Produktivitas kedelai Indonesia masih jauh
di bawah rata-rata dunia yaitu sebesar 13,96 ku/ha.Setelah
membandingkan angka produktivitas kedelai Indonesia dengan negara-
negara sentra dan dunia, menunjukkan bahwa Indonesia masih
mempunyai peluang besar untuk meningkatkan produktivitas, tentu
saja dengan memanfaatkan seoptimal mungkin sumber daya yang ada
dan selalu mengikuti perkembangan teknologi baru sehingga
diharapkandapat meningkatkan produksi kedelai nasional.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Gambar 12. Negara dengan Produktivitas Kedelai Tertinggi Dunia, 2009 - 2013

Rata-rata pertumbuhan produktivitas kedelai dunia lima tahun


terakhir sebesar 2,84% per tahun. Pada periode ini peningkatan rata-
rata pertumbuhan produktivitas kedelai terjadi di empat negara yang
mempunyai produktivitas tinggi, yaitu Turki, Itali, Brazil, dan Canada,
sedangkan dua negara lain (Mesir dan Amerika) mengalami penurunan.
Peningkatan tertinggi di Turki sebesar 3,54% per tahun, diikuti oleh
Canada sebesar 3,49% per tahun, Brazil 3,34% per tahun, dan Itali
1,52% per tahun.Penurunan pertumbuhan di Mesir dan Amerika,
masing-masing sebesar 1,77% per tahun dan 0,21% per tahun.
Produktivitas Indonesia pada periode yang sama masih meningkat,
namun di bawah rata-rata dunia yaitu sebesar 1,37% per tahun
(Gambar 12 dan Lampiran 13).

38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

4.3. Harga Produsen Dunia

Perkembangan rata-rata harga produsen kedelai tertinggi dunia


periode 2008 2012 di 10 negara, tertinggi di Suriname sebesar
2.328,54 USD/ton, diikuti Jepang dan Laos di urutan kedua dan
ketiga, masing-masing sebesar 1.515,28 USD/ton dan 840,04 USD/ton.
Indonesia di urutan kelima dengan rata-rata harga kedelai per tahun
sebesar 729,12 USD/ton. Tingginya rata-rata harga kedelai Indonesia
lima tahun terakhir diduga sangat dipengaruhi oleh tingginya
permintaan dalam negeri. Di sisi lain produksi kedelai dalam negeri
cenderung stagnan, kalaupun produksi meningkat peningkatannya
tidak setinggi peningkatan kebutuhan. Hal ini menyebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan domestik, yang memberikan efek berantai
pada peningkatan volume impor relatif tinggi dan berdampak pada
melonjaknya harga kedelai dalam negeri.

Gambar 13. Rata-rata Harga Produsen Kedelai di 10 Negara Tertinggi,


Tahun 2008 2012

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Pada periode yang sama peningkatan harga kedelai paling tinggi


terjadi di China, rata-rata meningkat sebesar 14,16% per tahun.
Berikutnya Suriname mengalami peningkatan harga rata-rata 11,80%
per tahun dan Peru meningkat sebesar 9,55% per tahun. Indonesia
berada di urutan keempat, dengan peningkatan harga kedelai rata-
rata 6,05% per tahun (Gambar 13 dan Lampiran 14).

4.4. Ekspor dan Impor Kedelai Dunia

Keragaan kedelai duniadari sisi volume ekspor dan impor


kedelai pada dua dekade ini (1991 2012) menunjukkan keselarasan.
Hal ini dapat dilihat dari seimbangnya angka pertumbuhan keduanya,
pada periode tersebut volume ekspor rata-rata meningkat sebesar
6,52% per tahun dan volume impor 6,47% per tahun. Pada tahun 1991
volume ekspor dan impor kedelai dunia masing-masing sebesar 27,191
juta ton dan 26,468 juta ton, sedangkan tahun 2012 volume ekspor
meningkat menjadi 96,90 juta ton dan tahun 2011 volume impor
meningkat menjadi 90,814 juta ton (Gambar 14 dan Lampiran 15).

40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Gambar 14. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Kedelai


Dunia, 1991 2012

Negara pengekspor kedelai dunia berdasarkan data FAO


didominasi oleh lima negara dengan total kontribusi mencapai 96,33%.
Rata-rata volume ekspor dunia periode 2008 2012 sebesar 86,70 juta
ton, terkonsentrasi di dua negara, yaitu Amerika sebesar 39,00 juta
ton (berkontribusi 44,99% terhadap total ekspor dunia) dan Brazil
sebesar 28,55 juta ton (berkontribusi 32,94%). Selanjutnya adalah
Argentina, Paraguay, dan Kanada dengan rata-rata volume ekspor
masing-masing 9,74 juta ton (berkontribusi 11,24%), 3,71 juta ton
(4,28%), dan 2,51 juta ton (2,89%). Pada periode ini Indonesia berada
di urutan 52 dunia dengan kontribusi sangat kecil, hanya 0,001% atau
rata-rata volume ekspor 1,09 ribu ton (Gambar 15 dan Lampiran 16).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Gambar 15. Kontribusi Volume Ekspor Negara Pengekspor Kedelai Dunia dan
Indonesia (%), 2008 2012

Tren volume ekspor kedelai dunia pada kurun waktu tersebut


cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan rata-rata
peningkatan sebesar 5,63%. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor di
lima negara pengekspor pada periode yang sama paling tinggi adalah
Argentina sebesar 22,56% per tahun, diikuti Kanada 19,11%, dan
Paraguay 11,99% per tahun. Pertumbuhan volume ekspor di Amerika
dan Brazil cenderung kecil dibandingkan dengan dua negara
sebelumnya, masing-masing sebesar 8,14% dan 7,57% per tahun.
Dalam hal ini Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan
volume ekspor, rata-rata per tahun naik sebesar 74,15%.
Tidak jauh berbeda dengan volume, keragaan nilai ekspor
kedelai dunia juga didominasi oleh 5 (lima) negara yang sama, total
kontribusi ke-5 negara ini mencapai 94,06%. Terkonsentrasi di
Amerika dan Brazil berturut-turut menyumbang sebesar 43,19% dan

42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

32,84% dari total nilai ekspor kedelai dunia atau rata-rata sebesar
27,09 milyar US$ dan 20,60 milyar US$ untuk periode 2008 2012.
Nilai ekspor kedelai Indonesia menduduki posisi ke-54 dunia dengan
kontribusi sangat kecil, hanya 0,001% atau sebesar 870 ribu US$
(Gambar 16 dan Lampiran 17).

Gambar 16. Kontribusi Nilai Ekspor Negara Pengekspor Kedelai Dunia dan
Indonesia (%), 2007 2012

Apabila ditinjau dari sisi pertumbuhan nilai ekspor selama


periode 2008 2012, paling tinggi Argentina meningkat rata-rata
146,44% per tahun dan Paraguay meningkat 104,06% per tahun.
Sedangkan Kanada, Amerika, dan Brazil meningkat masing-masing
sebesar 57,91%, 42,98%, dan 42,67% per tahun. Nilai ekspor dunia
pada kurun waktu tersebut mengalami peningkatan cukup tinggi, rata-
rata per tahun naik sebesar 47,04%.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Secara agregat keragaan volume impor dunia tahun 2007


2011 rata-rata mencapai 84,05 juta ton, terkonsentrasi hanya di
China dengan dominasi kontribusi sebesar 51,88% atau 43,61 juta ton
terhadap rata-rata volume impor dunia. Volume impor negara lain
relatif kecil, melihat besaran kontribusinya di bawah 5%, termasuk
Indonesia yang berkontribusi sebesar 2,04% atau rata-rata setiap
tahun mengimpor kedelai sebesar 1,71 juta ton. Selama kurun waktu
tersebut Indonesia masuk sebagai negara pengimpor terbesar ke-9.

Gambar 17. Kontribusi Volume Impor Negara Pengimpor Kedelai Dunia dan
Indonesia, 2007 2011

Perkembangan volume impor dunia relatif stagnan pada


periode tersebut, tidak mengalami gejolak pertumbuhan yang berarti,
rata-rata per tahun meningkat 5,49%. Peningkatan volume impor
cukup tinggi terjadi hanya di China, rata-rata per tahun meningkat
sebesar 14,91%. Volume impor Indonesia rata-rata per tahun
meningkat 4,20% (Gambar 17 dan Lampiran 18).

44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Secara agregat nilai impor kedelai dunia rata-rata per tahun


sebesar 40,35 milyar US$, didominasi oleh China dengan memberikan
kontribusi sebesar 52,99% atau nilai impor rata-rata per tahun 21,38
milyar US$. Nilai impor negara pengimpor lain terpaut jauh dari
China, pada kisaran 1 milyar US$, termasuk nilai impor Indonesia
sebesar 0,78 milyar US$ atau berkontribusi hanya 1,93% terhadap nilai
impor dunia pada periode 2007 - 2011.

Gambar 18. Kontribusi Nilai Impor Negara Pengimpor Kedelai Dunia dan
Indonesia, 2007 2011

Keragaan global nilai impor kedelai dunia periode 2007 2011 terus
meningkat dari waktu ke waktu seiring peningkatan volume ekspor,
rata-rata per tahun meningkat sebesar 21,77%. Pertumbuhan nilai
impor tertinggi terjadi di China sebesar 32,07%, kedua adalah
Indonesia sebesar 29,53%, dan ketiga Thailand sebesar 25,16%
(Gambar 18 dan Lampiran 19).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45


Outlook Komoditas Kedelai 2015

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

V. ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

5.1. Penawaran Kedelai 2016-2019

Analisis penawaran kedelai, didekati menggunakan angka


produksi kedelai. Angka produksi merupakan hasil perkalian besaran
luas panen kedelai dengan produktivitas per hektar. Untuk menduga
proyeksi produksi tersebut maka dilakukan proyeksi terhadap dua
indikator luas panen dan produktivitas. Pada analisis ini dilakukan
permodelan berdasarkan data produksi tahunan, sehingga data series
yang dibutuhkan adalah data luas panen dan produktivitas kedelai per
tahun.
Berdasarkan hasil proyeksi yang dilakukan oleh Pusdatin
menggunakan persamaan simultan, luas panen kedelai tahun 2016
diperkirakan mengalami penurunan sebesar 2,75% dibandingkan
tahun sebelumnya. Proyeksi luas panen tiga tahun ke depan (2017-
2019) diperkirakan terus meningkat, masing-masing sebesar 0,53%,
0,53%, dan 0,52%. Selama periode 2014-2019 rata-rata pertumbuhan
luas panen kedelai sebesar 0,57%. Penurunan luas panen kedelai
tahun 2016 diperkirakan merupakan dampak dari adanya peningkatan
luas panen padi sebesar 1,42% dan jagung sebesar 1,84%.
Potensi peningkatan luas panen diperkirakan dapat tercapai,
seiring keinginan pemerintahan baru menambah luasan sawah, karena
berdasarkan hasil olahan data yang didapat dari Puslitbangtanak
(2001) dan BPS (2000), setidaknya ada sekitar 13,25 juta hektar lahan
non rawa (mineral) dan sekitar 3,5 juta hektar lahan rawa atau pasang
surut yang dapat dijadikan sawah baru (Ditjen PSP Kementerian
Pertanian, 2013).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Pola pertumbuhan pada luas panen diikuti pula pada


produktivitas, cenderung menurun di tahun 2016 dan meningkat tiga
tahun berikutnya. Proyeksi pada produktivitas kedelai untuk tahun
2016 diperkirakan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
sebesar 0,08%, menjadi 15,59 Ku/Ha dari 15,60 Ku/Ha di tahun 2015.
Meskipun demikian proyeksi tiga tahun ke depan cukup prospektif
dengan adanya peningkatan sebesar 1,74% hingga 1,80%. Upaya untuk
mencapai meningkatkan produktivitas merupakan harapan
meningkatkan produksi kedelai di tahun-tahun mendatang. Terutama
untuk wilayah sentra produksi di Jawa, mengingat ekstensifikasi lahan
tidak memungkinkan diterapkan di Pulau Jawa.
Sasaran produksi kedelai yang dicanangkan oleh Ditjen Tanaman
Pangan adalah peningkatan produksi melalui peningkatan
produktivitas, walaupun tetap tidak meninggalkan program-program
peningkatan luas panen. Beberapa fokus program pemerintah untuk
peningkatan produksi dan produktivitas komoditas ini tertuang dalam
Rencana Strategis Kementerian Pertanian antara lain; memperbaiki
produktivitas dan nilai tambah produk pertanian di beberapa sentra
produksi yaitu dengan cara: 1) menciptakan sistem pertanian yang
ramah lingkungan, 2) penggunaan pupuk kimiawi dan organik secara
berimbang untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah, 3)
memperbaiki dan membangun infrastruktur lahan dan air serta
perbenihan dan perbibitan dan 4) membuka akses pembiayaan
pertanian dengan suku bunga rendah bagi petani.

48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Tabel 6. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Indonesia,


Tahun 2016 2019

Luas Panen Pertumbuhan Produktivitas Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan


Tahun
( Ha) (%) (Ku/Ha) (%) (Ton) (%)
2014 615.685,00 15,51 959.997,00
2015*) 640.351,00 4,01 15,60 0,58 998.866,00 4,05
2016**) 622.723,49 -2,75 15,59 -0,08 969.521,13 -2,94
2017**) 626.018,80 0,53 15,87 1,80 991.122,48 2,23
2018**) 629.314,11 0,53 16,15 1,77 1.012.723,84 2,18
2019**) 632.609,42 0,52 16,43 1,74 1.034.325,19 2,13
Rata-rata 0,57 1,16 1,53
Keterangan : *) Angka Ramalan I
**) Angka Proyeksi Pusdatin

Prospek bagus ini secara otomatis berimbas pada peningkatan


produksi kedelai pada tahun 2017 sampai 2019, meskipun tahun 2016
produksi mengalami penurunan. Pada tahun 2016 produksi
diperkirakan masih di bawah angka satu juta ton, yaitu sebesar 969,52
ribu ton. Berdasarkan peningkatan luas panen dan produktivitas tahun
2017-2019, maka produksi kedelai tahun 2017 diperkirakan naik
menjadi 991,12 ribu ton, tahun 2018 sebesar 1,01 juta ton, dan tahun
2019 sebesar 1,03 juta ton.
Secara agregat luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai
di Indonesia akan mengalami pertumbuhan positif pada 5 (lima) tahun
ke depan. Pada kurun waktu 2014-2019, luas panen akan meningkat
rata-rata pertahun sebesar 0,57%, produktivitas naik 1,16%, dan
produksi naik sebesar 1,53% (Tabel 5).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49


Outlook Komoditas Kedelai 2015

5.2. Permintaan Kedelai 2016-2019

Proyeksi permintaan kedelai pada analisis ini dihitung


berdasarkan data ketersediaan konsumsi nasional (NBM) bersumber
dari BKP Kementan dan diproyeksikan sampai dengan empat tahun ke
depan (2016-2019). Total permintaan merupakan hasil perkalian
ketersediaan per kapita untuk konsumsi per tahun dikalikan data
jumlah penduduk tengah tahun yang diterbitkan BPS.

Hasil proyeksi memperkirakan besarnya permintaan kedelai per


kapita pada tahun 2016-2019 akan terus meningkat hingga tahun 2018,
menjadi sebesar 11,07 kg/kapita/tahun. Setahun kemudian sedikit
turun sebesar 0,60% menjadi 11,00kg/kapita/tahun. Secara agregat
pada periode ini ketersediaan konsumsi kedelai nasional rata-rata
mengalami peningkatan sebesar 4,99% per tahun. Rincian hasil
proyeksi disajikan pada Tabel 6 di bawah.

Tabel 7.Proyeksi Ketersediaan Konsumsi KedelaiTahun 2016 2019

Ketersediaan Jumlah Ketersediaan


Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan
Tahun Konsumsi Penduduk Konsumsi
( Kg/kap/thn) (%) (Jiwa) (%) Nasional (Ton) (%)
2014 8,65 252.164.800 2.181.225,52
2015*) 9,10 5,24 255.461.700 1,31 2.325.513,84 6,62
2016**) 9,98 9,68 258.750.436 1,29 2.583.363,02 11,09
2017**) 10,75 7,67 262.400.373 1,41 2.820.662,96 9,19
2018**) 11,07 2,98 266.050.309 1,39 2.945.199,20 4,42
2019**) 11,00 -0,60 269.700.245 1,37 2.967.695,99 0,76
Rata-rata 4,99 1,35 6,41

Sumber : BKP
Keterangan : *) Angka Sementara
**) Angka Proyeksi Pusdatin

50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Proyeksi kebutuhan kedelai nasional tahun 2016 diperkirakan


mencapai 2,58 juta ton. Tiga tahun berikutnya terus mengalami
peningkatan walaupun sedikit, masing-masing menjadi 2,82juta ton di
tahun 2017, tahun 2018 sebesar 2,95 juta ton, dan tahun 2019
menjadi 2,97 juta to. Rata-rata pertumbuhan kebutuhan kedelai
nasional pada periode tersebut sebesar 6,41% per tahun (Tabel 4).

5.3 Neraca Kedelai 2016-2019

Pada periode 20142019 diperkirakan defisit pasokan kedelai


Indonesia akan semakin membengkak, setelah menghitung angka
kebutuhan dan mempertimbangkan kemampuan produksi kedelai
dalam negeri.

Pada tahun 2016 diperkirakan kekurangan pasokan kedelai akan


mencapai 1,61 juta ton, naik 21,65% dari tahun 2015. Peningkatan
defisit ini diperkirakan akan berkelanjutan sampai tahun 2019,
meskipun pada periode yang sama prediksi produksi meningkat namun
laju pertumbuhan produksi lebih rendah dari laju konsumsi nasional.
Pada tahun 2019 defisit pasokan kedelai diperkirakan mendekati
angka 2 juta ton, yakni sebesar 1,93 juta ton atau naik 0,05% dari
tahun 2018 yang mengalami defisit sebesar 1,93 juta ton (Tabel 7).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Tabel 8. Proyeksi Neraca Kedelai Tahun 2016-2019

Konsumsi Nasional Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Surplus/Defisit


Tahun
(Ton) (%) (Ton) (%) (Ton)
2014 2.181.225,52 959.997,00 -1.221.228,52
2015*) 2.325.513,84 6,62 998.866,00 4,05 -1.326.647,84
2016**) 2.583.363,02 11,09 969.521,13 -2,94 -1.613.841,89
2017**) 2.820.662,96 9,19 991.122,48 2,23 -1.829.540,47
2018**) 2.945.199,20 4,42 1.012.723,84 2,18 -1.932.475,36
2019**) 2.967.695,99 0,76 1.034.325,19 2,13 -1.933.370,80
Rata-rata 6,41 1,53
Keterangan : *) Angka Sementara
**) Angka Proyeksi Pusdatin

Kekurangan pasokan kedelai yang cukup besar dari tahun ke


tahun dipenuhi dari impor. Besaran volume impor selalu mengikuti
tingginya defisit kedelai dalam negeri. Diharapkan beberapa tahun ke
depan peningkatan produksi tercapai dan kedaulatan pangan
terealisasi sehingga akan meminimalisir ketergantungan pada impor.
Seiring bergulirnya program pemerintah untuk mencapai kedaulatan
pangan, yang didalamnya terikut program-program/bantuan sarana
prasarana peningkatan produksi pertanian. Pencanangan program
kedaulatan pangan diharapkan memberikan ekses positif kepada
petani sehingga petani bergairah kembali untuk bercocok tanam.

52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

VI. KESIMPULAN

1. Perkembangan luas panen kedelai di Indonesia cukup


fluktuatif dan cenderung meningkat dengan rata-rata
pertumbuhan 0,62% per tahun selama periode 1980-2015.
Luas panen kedelai tahun 2015 mencapai 640,35 ribu hektar
atau meningkat 4,01% dibandingkan tahun 2014.
2. Perkembangan produktivitas kedelai di Indonesia berfluktuasi
dengan rata-rata pertumbuhan 1,70% per tahun selama
periode 1980-2015. Produktivitas kedelai tahun 2015 sebesar
15,60 ku/ha atau meningkat 0,58% dibandingkan tahun
2014.
3. Perkembangan produksi kedelai di Indonesia rata-rata
tumbuh 2,52% per tahun selama periode 1980-2015. Produksi
kedelai tahun 2015 sebesar 998,87 ribu ton, naik 18,12%
dibandingkan tahun 2014.
4. Produksi kedelai terkonsentrasi di Pulau Jawa, periode 2011-
2014 kontribusi terhadap produksi nasional mencapai 65,73%
atau sebesar 582,11 ribu ton.
5. Rata-rata ketersediaan konsumsi per kapita kedelai
masyarakat Indonesia tahun 2014 sebesar 8,65
kg/kapita/tahun.
6. Keseimbangan penawaran dan permintaan kedelai di
Indonesia periode 20142019 mengalami peningkatan defisit
rata-rata sebesar 9,86% per tahun.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53


Outlook Komoditas Kedelai 2015

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013.Alih Fungsi Lahan Pertanian di Indonesia 80 Ribu Hektar Per


Tahun. http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/

Ariani, M. 2010. Analisis Konsumsi Pangan Tingkat Masyarakat


Mendukung Pencapaian Diversifikasi Pangan,
http://www.journal.persagi.org/go/index.php/Gizi

Departemen Pertanian. 2004. Profil Kedelai (Glicine max). Buku 1.


Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Direktorat
Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan Departemen
Pertanian, Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Pembangunan


Tanaman Pangan Tahun 2015-2019. Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan. Jakarta.

http://imabio-unja.blogspot.com/2010/07/makalah-tentang-
kedelai.html

http://anggistlicious.blogspot.com/2013/11/makalah-tentang-
melambungnya-harga.html

http://finance.detik.com/read/2013/09/16/185357/2360418/1036/mentan
-suswono-70-kebutuhan-kedelai-di-indonesia-dari-impor

Nainggolan, DR. Ir. Kaman. 2008. Melawan Kelaparan dan Kemiskinan


Abad ke-21. Kekal Pres. Bogor

Sembiring RK. 2003. Analisis Regresi. Edisi Kedua. Penerbit ITB.


Bandung.

Statsoft. 2008. Time Series Analysis. [terhubung berkala].


http://www. statsoft.com/ textbook/stct.html [19 September
2009].

Statsoft. 2008. Regression. [terhubung berkala]. http://www.


statsoft.com/ textbook/stct.html [19 September 2009].

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55


Outlook Komoditas Kedelai 2015

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

LAMPIRAN

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57


Outlook Komoditas Kedelai 2015

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

LAMPIRAN I

Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai


di Indonesia, 1970 2015
Luas Panen Produktivitas Produksi
Tahun Pertumb.
(000 Ha) Pertumb. (%) (Ku/Ha) (000 Ton) Pertumb. (%)
(%)
1970 694,73 7,17 497,88
1971 679,63 -2,17 7,59 5,87 515,64 3,57
1972 697,50 2,63 7,43 -2,07 518,23 0,50
1973 743,66 6,62 7,28 -2,08 541,04 4,40
1974 753,50 1,32 7,82 7,49 589,24 8,91
1975 751,69 -0,24 7,85 0,34 589,83 0,10
1976 646,34 -14,02 8,07 2,88 521,78 -11,54
1977 646,12 -0,03 8,09 0,23 522,82 0,20
1978 733,14 13,47 8,41 3,94 616,60 17,94
1979 784,49 7,00 8,67 3,04 679,83 10,25
1980 732,35 -6,65 8,91 2,86 652,76 -3,98
1981 809,98 10,60 8,69 -2,51 703,81 7,82
1982 607,79 -24,96 8,58 -1,27 521,39 -25,92
1983 639,88 5,28 8,38 -2,34 536,10 2,82
1984 858,85 34,22 8,96 6,92 769,38 43,51
1985 896,22 4,35 9,70 8,33 869,72 13,04
1986 1253,77 39,90 9,78 0,82 1226,73 41,05
1987 1100,57 -12,22 10,55 7,81 1160,96 -5,36
1988 1177,36 6,98 10,79 2,29 1270,42 9,43
1989 1198,10 1,76 10,98 1,73 1315,11 3,52
1990 1334,10 11,35 11,15 1,57 1487,43 13,10
1991 1368,20 2,56 11,37 1,97 1555,45 4,57
1992 1665,71 21,74 11,22 -1,27 1869,71 20,20
1993 1470,21 -11,74 11,62 3,53 1708,53 -8,62
1994 1406,92 -4,30 11,12 -4,29 1564,85 -8,41
1995 1477,43 5,01 11,37 2,24 1680,01 7,36
1996 1279,29 -13,41 11,86 4,30 1517,18 -9,69
1997 1119,08 -12,52 12,13 2,24 1356,89 -10,56
1998 1095,07 -2,15 11,92 -1,67 1305,64 -3,78
1999 1151,08 5,11 12,01 0,76 1382,85 5,91
2000 824,48 -28,37 12,34 2,74 1017,63 -26,41
2001 678,85 -17,66 12,18 -1,31 826,93 -18,74
2002 544,52 -19,79 12,36 1,47 673,06 -18,61
2003 526,80 -3,26 12,75 3,14 671,60 -0,22
2004 565,16 7,28 12,80 0,41 723,48 7,73
2005 621,54 9,98 13,01 1,59 808,35 11,73
2006 580,53 -6,60 12,88 -0,97 747,61 -7,51
2007 459,12 -20,91 12,91 0,23 592,53 -20,74
2008 590,96 28,72 13,13 1,70 775,71 30,91
2009 722,79 22,31 13,48 2,67 974,51 25,63
2010 660,82 -8,57 13,73 1,85 907,03 -6,92
2011 622,25 -5,84 13,68 -0,36 851,29 -6,15
2012 567,62 -8,78 14,85 8,55 843,15 -0,96
2013 550,79 -2,96 14,16 -4,65 779,99 -7,49
2014 615,69 11,78 15,51 9,53 955,00 22,44
2015*) 640,35 4,01 15,60 0,58 998,87 4,59
Rata-rata Pertumbuhan (%)
1980-2015 0,62 1,70 2,37
2011-2015 -0,36 2,73 2,49

Sumber : Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian


Keterangan : *) Angka Ramalan I

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa,


1970-2015
Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, 1970-2015

Luas Panen (000 Ha)


Tahun
Jawa Pertumb. (%) Luar Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumb. (%)

1970 596,72 98,02 694,73


1971 581,50 -2,55 98,13 0,12 679,63 -2,17
1972 582,05 0,10 115,45 17,65 697,50 2,63
1973 598,44 2,82 145,22 25,78 743,66 6,62
1974 611,98 2,26 141,52 -2,55 753,50 1,32
1975 601,08 -1,78 150,61 6,42 751,69 -0,24
1976 499,10 -16,97 147,24 -2,24 646,34 -14,02
1977 517,26 3,64 128,87 -12,48 646,12 -0,03
1978 594,12 14,86 139,02 7,88 733,14 13,47
1979 619,56 4,28 164,93 18,63 784,49 7,00
1980 586,50 -5,34 145,85 -11,57 732,35 -6,65
1981 652,64 11,28 157,34 7,88 809,98 10,60
1982 462,33 -29,16 145,46 -7,55 607,79 -24,96
1983 474,95 2,73 164,93 13,38 639,88 5,28
1984 617,79 30,07 241,07 46,17 858,85 34,22
1985 581,76 -5,83 314,46 30,44 896,22 4,35
1986 733,82 26,14 519,95 65,35 1253,77 39,90
1987 613,47 -16,40 487,10 -6,32 1100,57 -12,22
1988 656,41 7,00 520,95 6,95 1177,36 6,98
1989 681,18 3,77 516,92 -0,77 1198,10 1,76
1990 725,66 6,53 608,44 17,70 1334,10 11,35
1991 710,67 -2,07 657,53 8,07 1368,20 2,56
1992 879,65 23,78 786,06 19,55 1665,71 21,74
1993 767,16 -12,79 703,04 -10,56 1470,21 -11,74
1994 725,73 -5,40 681,19 -3,11 1406,92 -4,30
1995 769,87 6,08 707,57 3,87 1477,43 5,01
1996 742,92 -3,50 536,37 -24,19 1279,29 -13,41
1997 694,07 -6,58 425,01 -20,76 1119,08 -12,52
1998 668,78 -3,64 426,29 0,30 1095,07 -2,15
1999 705,10 5,43 445,98 4,62 1151,08 5,11
2000 553,14 -21,55 271,34 -39,16 824,48 -28,37
2001 468,08 -15,38 210,77 -22,33 678,85 -17,66
2002 396,80 -15,23 147,73 -29,91 544,52 -19,79
2003 374,35 -5,66 152,45 3,20 526,80 -3,26
2004 384,48 2,71 180,68 18,52 565,16 7,28
2005 423,87 10,25 197,67 9,40 621,54 9,98
2006 390,57 -7,86 189,97 -3,90 580,53 -6,60
2007 325,69 -16,61 133,43 -29,76 459,12 -20,91
2008 389,78 19,68 201,18 50,78 590,96 28,72
2009 460,48 18,14 262,31 30,39 722,79 22,31
2010 439,59 -4,54 221,23 -15,66 660,82 -8,57
2011 404,18 -8,06 218,07 -1,43 622,25 -5,84
2012 382,04 -5,48 185,59 -14,90 567,62 -8,78
2013 342,80 -10,27 208,00 12,08 550,79 -2,97
2014 378,99 10,56 236,70 13,80 615,69 11,78
*)
2015 371,94 -1,86 268,41 13,40 640,35 4,01
Rata-rata Pertumbuhan (%)
1980-2015 -0,53 3,72 0,62
2011-2015 -3,02 4,59 -0,36
Sumber : Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
Keterangan : *) Angka Ramalan I

60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Lampiran 3. Perkembangan Produksi Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, 1970-


2015
Produksi (000 Ton)
Tahun
Jawa Pertumb. (%) Luar Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumb. (%)

1970 429,26 68,63 497,88


1971 451,73 5,24 63,91 -6,87 515,64 3,57
1972 446,65 -1,13 71,58 12,00 518,23 0,50
1973 439,44 -1,61 101,60 41,93 541,04 4,40
1974 457,17 4,03 132,07 29,99 589,24 8,91
1975 467,66 2,30 122,17 -7,50 589,83 0,10
1976 406,07 -13,17 115,71 -5,29 521,78 -11,54
1977 418,46 3,05 104,36 -9,81 522,82 0,20
1978 508,53 21,52 108,07 3,56 616,60 17,94
1979 545,02 7,18 134,81 24,74 679,83 10,25
1980 528,64 -3,01 124,12 -7,92 652,76 -3,98
1981 579,39 9,60 124,42 0,24 703,81 7,82
1982 402,93 -30,46 118,47 -4,79 521,39 -25,92
1983 399,13 -0,94 136,98 15,63 536,10 2,82
1984 564,81 41,51 204,57 49,35 769,38 43,51
1985 593,03 5,00 276,69 35,25 869,72 13,04
1986 714,92 20,55 511,81 84,98 1226,73 41,05
1987 656,70 -8,14 504,26 -1,48 1160,96 -5,36
1988 743,41 13,20 527,01 4,51 1270,42 9,43
1989 795,43 7,00 519,69 -1,39 1315,11 3,52
1990 873,81 9,85 613,63 18,08 1487,43 13,10
1991 869,53 -0,49 685,93 11,78 1555,45 4,57
1992 1079,43 24,14 790,28 15,21 1869,71 20,20
1993 954,95 -11,53 753,58 -4,64 1708,53 -8,62
1994 836,53 -12,40 728,32 -3,35 1564,85 -8,41
1995 904,95 8,18 775,06 6,42 1680,01 7,36
1996 917,56 1,39 599,62 -22,64 1517,18 -9,69
1997 876,14 -4,51 480,76 -19,82 1356,89 -10,56
1998 830,25 -5,24 475,39 -1,12 1305,64 -3,78
1999 886,35 6,76 496,50 4,44 1382,85 5,91
2000 712,45 -19,62 305,18 -38,53 1017,63 -26,41
2001 587,17 -17,59 239,77 -21,44 826,93 -18,74
2002 502,59 -14,40 170,47 -28,90 673,06 -18,61
2003 488,15 -2,87 183,45 7,62 671,60 -0,22
2004 502,20 2,88 221,28 20,62 723,48 7,73
2005 563,23 12,15 245,13 10,78 808,35 11,73
2006 518,43 -7,95 229,19 -6,50 747,61 -7,51
2007 424,99 -18,02 167,55 -26,89 592,53 -20,74
2008 519,00 22,12 256,71 53,22 775,71 30,91
2009 646,84 24,63 327,67 27,64 974,51 25,63
2010 633,21 -2,11 273,82 -16,44 907,03 -6,92
2011 574,12 -9,33 277,17 1,22 851,29 -6,15
2012 603,64 5,14 239,51 -13,59 843,15 -0,96
2013 521,95 -13,53 258,04 7,73 779,99 -7,49
2014 622,16 19,20 332,84 28,99 955,00 22,44
2015*) 623,46 0,21 375,41 12,79 998,87 4,59
Rata-rata Pertumbuhan (%)
1980-2015 1,43 5,47 2,37
2011-2015 0,34 7,43 2,49
Sumber : Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
Keterangan : *) Angka Ramalan I

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Lampiran 4. Perkembangan Produktivitas Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa,


1970-2014
Produktivitas (Ku/Ha)
Tahun
Jawa Pertumb. (%) Luar Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumbuh. (%)

1970 7,19 7,00 7,17


1971 7,77 7,99 6,51 -6,98 7,59 5,87
1972 7,67 -1,22 6,20 -4,80 7,43 -2,07
1973 7,34 -4,31 7,00 12,84 7,28 -2,08
1974 7,47 1,73 9,33 33,39 7,82 7,49
1975 7,78 4,15 8,11 -13,08 7,85 0,34
1976 8,14 4,57 7,86 -3,12 8,07 2,88
1977 8,09 -0,56 8,10 3,04 8,09 0,23
1978 8,56 5,80 7,77 -4,01 8,41 3,94
1979 8,80 2,77 8,17 5,15 8,67 3,04
1980 9,01 2,46 8,51 4,12 8,91 2,86
1981 8,88 -1,51 7,91 -7,08 8,69 -2,51
1982 8,72 -1,83 8,14 2,98 8,58 -1,27
1983 8,40 -3,58 8,31 1,98 8,38 -2,34
1984 9,14 8,79 8,49 2,18 8,96 6,92
1985 10,19 11,50 8,80 3,68 9,70 8,33
1986 9,74 -4,43 9,84 11,87 9,78 0,82
1987 10,70 9,88 10,35 5,17 10,55 7,81
1988 11,33 5,80 10,12 -2,28 10,79 2,29
1989 11,68 3,11 10,05 -0,62 10,98 1,73
1990 12,04 3,12 10,09 0,32 11,15 1,57
1991 12,24 1,61 10,43 3,44 11,37 1,97
1992 12,27 0,29 10,05 -3,62 11,22 -1,27
1993 12,45 1,44 10,72 6,61 11,62 3,53
1994 11,53 -7,40 10,69 -0,25 11,12 -4,29
1995 11,75 1,98 10,95 2,45 11,37 2,24
1996 12,35 5,07 11,18 2,06 11,86 4,30
1997 12,62 2,21 11,31 1,18 12,13 2,24
1998 12,41 -1,65 11,15 -1,41 11,92 -1,67
1999 12,57 1,26 11,13 -0,17 12,01 0,76
2000 12,88 2,46 11,25 1,03 12,34 2,74
2001 12,54 -2,61 11,38 1,15 12,18 -1,31
2002 12,67 0,97 11,54 1,44 12,36 1,47
2003 13,04 2,95 12,03 4,28 12,75 3,14
2004 13,06 0,17 12,25 1,78 12,80 0,41
2005 13,29 1,73 12,40 1,26 13,01 1,59
2006 13,27 -0,13 12,06 -2,75 12,88 -0,97
2007 13,05 -1,66 12,56 4,15 12,91 0,23
2008 13,32 2,07 12,76 1,59 13,13 1,70
2009 14,05 5,48 12,49 -2,12 13,48 2,67
2010 14,16 0,75 12,31 -1,41 13,73 1,85
2011 13,55 -4,31 12,29 -0,15 13,68 -0,36
2012 15,80 16,64 12,91 5,00 14,85 8,55
2013 15,23 -3,61 12,41 -3,87 14,16 -4,65
2014 16,42 7,81 14,06 13,30 15,51 9,53
2015*) 16,76 2,07 13,99 -0,50 15,60 0,58
Rata-rata Pertumbuhan (%)
1980-2015 1,91 1,58 1,70
2011-2015 3,72 2,76 2,73

Sumber : Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian


Keterangan : *) Angka Ramalan I

62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Lampiran 5. Provinsi Sentra Produksi Kedelai di Indonesia, 2011-2015


(Ton)
Rata-rata
Kumulatif
No. Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015*) Rata2 Share (%) Pertumb.
(%)
(%)
1 Jawa Timur 366.999 361.986 329.461 355.464 345.683 351.919 39,74 39,74 -1,04
2 Jawa Tengah 112.273 152.416 99.318 125.467 131.685 124.232 14,03 53,76 6,44
3 Nusa Tenggara Barat 88.099 74.156 91.065 97.172 121.137 94.326 10,65 64,41 7,67
4 Jawa Barat 56.166 47.426 51.172 115.261 117.745 77.554 8,76 73,17 23,95
5 Aceh 50.006 51.439 45.027 63.352 54.078 52.780 5,96 79,13 3,29
6 Sulawesi Selatan 33.716 29.938 45.693 54.723 59.951 44.804 5,06 84,19 14,15
7 DI. Yogyakarta 32.795 36.033 31.677 19.579 21.953 28.407 3,21 87,40 -5,66
Lainnya 111.232 89.759 86.579 123.979 146.634 111.637 12,60 100,00 7,72
Indonesia 851.286 843.153 779.992 954.997 998.866 885.659 100,00

Sumber : Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian


Keterangan : *) Angka Ramalan I

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Lampiran 6. Perkembangan Konsumsi (Susenas) dan Ketersediaan


(NBM) per Kapita, 1993-2014

Ketersediaan Konsumsi
Tahun Pertumb.(%) Pertumb.(%)
(Kg/Kapita/Tahun) (Kg/Kapita/Tahun)

1993 11,76
1994 11,18 -4,93
1995 11,05 -1,16
1996 11,09 0,36
1997 8,98 -19,03
1998 6,32 -29,62
1999 12,29 94,46
2000 10,4 -15,38
2001 5,76 -44,62
2002 8,68 50,69 8,40
2003 7,89 -9,10 7,98 -4,93
2004 7,58 -3,93 7,22 -9,61
2005 7,75 2,24 7,79 7,95
2006 7,11 -8,26 8,30 6,56
2007 7,09 -0,28 8,63 3,94
2008 7,56 6,63 7,67 -11,16
2009 8,73 15,48 7,16 -6,59
2010 9,76 11,80 7,01 -2,12
2011 10,91 11,78 7,56 7,80
2012 10,06 -7,79 7,12 -5,78
2013 8,83 -12,23 7,15 0,38
2014*) 8,65 -2,04 7,13 -0,27
Rata2 9,07 1,67 7,62 -1,15
Sumber : BPS (Susenas)danKementan (NBM-BKP)
Keterangan:*) Angka Sementara

64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Lampiran 7. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen


Kedelai di Indonesia, 1983-2015

Harga Harga
Produsen Pertumb. Konsumen Pertumb. Margin Pertumb.
Tahun
(RP/Kg) (%) (RP/Kg) (%) (Rp/Kg) (%)
1983 397 380 -17
1984 467 17,60 528 39,09 62 -463,80
1985 480 2,90 559 5,82 79 27,94
1986 569 18,49 656 17,37 87 10,51
1987 584 2,65 761 15,96 177 102,81
1988 669 14,57 845 11,07 176 -0,49
1989 685 2,35 860 1,79 175 -0,33
1990 767 12,02 1.015 17,93 247 41,02
1991 843 9,87 1.117 10,07 274 10,68
1992 848 0,57 1.100 -1,54 252 -8,04
1993 917 8,17 1.192 8,36 275 9,01
1994 1.002 9,27 1.285 7,83 283 3,02
1995 1.034 3,16 1.291 0,43 257 -9,25
1996 1.134 9,65 1.343 4,09 210 -18,30
1997 1.231 8,57 1.463 8,91 232 10,77
1998 2.015 63,72 3.404 132,67 1.389 498,05
1999 2.521 25,09 4.073 19,65 1.552 11,75
2000 2.696 6,96 3.479 -14,60 782 -49,60
2001 2.992 10,96 3.797 9,15 805 2,92
2002 3.084 3,08 4.283 12,80 1.199 48,93
2003 3.278 6,30 3.766 -12,06 489 -59,25
2004 3.499 6,76 3.993 6,02 494 1,06
2005 3.876 10,75 4.228 5,88 352 -28,66
2006 4.036 4,13 4.472 5,78 436 23,90
2007 4.588 13,68 4.847 8,38 259 -40,66
2008 6.212 35,40 7.788 60,68 1.576 508,54
2009 6.588 6,06 8.525 9,46 1.937 22,86
2010 6.664 1,16 8.912 4,55 2.248 16,08
2011 7.254 8,84 9.779 9,73 2.526 12,36
2012 7.514 3,59 10.316 5,49 2.802 10,96
2013 6.905 -8,10 11.049 7,10 4.144 47,87
2014 8.326 20,58 10.120 -8,41 1.794 -56,72
2015*) 8.978 7,82 9.881 -2,36 903 -49,64
Rata-rata Pertumbuhan
1983-1997 8,56 10,51 -20,32
1983-2015 10,83 12,72 19,88
2011-2015 6,55 2,31 -7,03
Sumber : BPS dan Kemendag
Keterangan: *) Estimasi Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Lampiran 8. Perkembangan Volume Ekspor, Impor dan Neraca


Perdagangan Kedelai di Indonesia, 1980-2015

Ekspor Pertumbuhan Impor Pertumbuhan Neraca Pertumbuhan


Tahun
(Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%)
1980 - - 100.918 - - -
1981 - - 170.060 68,51 - -
1982 - - 72.465 -57,39 - -
1983 - - 324.442 347,72 - -
1984 - - 606.755 87,01 - -
1985 - - 498.197 -17,89 - -
1986 - - 672.355 34,96 - -
1987 10 - 543.702 -19,13 -543.692 -
1988 570 5.600,00 537.962 -1,06 -537.392 -1,16
1989 153 -73,16 534.849 -0,58 -534.696 -0,50
1990 242 58,17 546.313 2,14 -546.071 2,13
1991 283 16,94 866.105 58,54 -865.822 58,55
1992 2.447 764,66 864.859 -0,14 -862.412 -0,39
1993 995 -59,34 1.085.032 25,46 -1.084.037 25,70
1994 3.043 205,83 1.299.057 19,73 -1.296.014 19,55
1995 630 -79,30 1.289.282 -0,75 -1.288.652 -0,57
1996 598 -5,08 1.691.440 31,19 -1.690.842 31,21
1997 28.054 4.591,30 1.535.745 -9,20 -1.507.691 -10,83
1998 956 -96,59 1.030.780 -32,88 -1.029.824 -31,70
1999 134 -85,99 2.226.467 116,00 -2.226.333 116,19
2000 521 288,81 2.574.001 15,61 -2.573.480 15,59
2001 1.188 128,02 2.224.712 -13,57 -2.223.524 -13,60
2002 235 -80,22 1.365.252 -38,63 -1.365.017 -38,61
2003 169 -28,09 1.192.717 -12,64 -1.192.548 -12,63
2004 1.300 669,23 1.115.793 -6,45 -1.114.493 -6,55
2005 876 -32,62 1.086.178 -2,65 -1.085.302 -2,62
2006 1.732 97,72 1.132.144 4,23 -1.130.412 4,16
2007 2.390 37,99 1.420.256 25,45 -1.417.866 25,43
2008 1.775 -25,73 1.176.863 -17,14 -1.175.088 -17,12
2009 2.131 20,06 1.320.865 12,24 -1.318.734 12,22
2010 385 -81,93 1.740.505 31,77 -1.740.120 31,95
2011 8.996 2.236,62 2.088.616 20,00 -2.079.620 19,51
2012 33.950 277,39 1.220.120 -41,58 -1.186.170 -42,96
2013 11.133 -67,21 1.785.385 46,33 -1.774.252 49,58
2014 41.304 271,01 1.964.081 10,01 -1.922.777 8,37
2015 29.640 -28,24 1.668.744 -15,04 -1.639.104 -14,75
Rata-rata pertumbuhan (%)
1980-2015 518,58 18,62 8,08
2011-2015 537,91 3,94 3,95
Sumber: BPS diolah oleh Pusdatin

66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Lampiran 9. Perkembangan Nilai Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan


Kedelai di Indonesia, 1980 2014

Ekspor Pertumbuhan Impor Pertumbuhan Neraca


Tahun
(US$) (%) (US$) (%) (000 US$)
1980 0 0 33.171.000 0 0
1981 0 0 41.910.000 26,35 0
1982 0 0 17.844.000 -57,42 0
1983 0 0 88.764.000 397,44 0
1984 0 0 182.052.000 105,10 0
1985 0 0 115.002.000 -36,83 0
1986 0 0 148.444.000 29,08 0
1987 10.000 0 115.030.000 -22,51 -115.020
1988 82.000 720,00 156.080.000 35,69 -155.998
1989 387.000 371,95 161.266.000 3,32 -160.879
1990 399.000 3,10 147.983.000 -8,24 -147.584
1991 404.000 1,25 226.495.000 53,05 -226.091
1992 3.307.000 718,56 229.042.000 1,12 -225.735
1993 1.421.000 -57,03 288.890.000 26,13 -287.469
1994 4.720.000 232,16 364.850.000 26,29 -360.130
1995 1.080.000 -77,12 350.657.000 -3,89 -349.577
1996 955.000 -11,57 518.689.000 47,92 -517.734
1997 17.239.000 1.705,13 513.597.000 -0,98 -496.358
1998 179.000 -98,96 270.435.000 -47,34 -270.256
1999 754.000 321,23 472.211.000 74,61 -471.457
2000 117.000 -84,48 557.148.000 17,99 -557.031
2001 345.000 194,87 494.232.000 -11,29 -493.887
2002 152.000 -55,94 582.475.032 17,85 -582.323
2003 6.303.174 4.046,83 706.753.132 21,34 -700.450
2004 6.703.110 6,34 967.957.301 36,96 -961.254
2005 6.564.363 -2,07 801.778.855 -17,17 -795.214
2006 8.405.986 28,05 809.055.654 0,91 -800.650
2007 8.612.640 2,46 500.879.242 -38,09 -492.267
2008 8.252.100 -4,19 732.721.934 46,29 -724.470
2009 8.030.426 -2,69 647.702.910 -11,60 -639.672
2010 9.978.512 24,26 871.173.000 34,50 -861.194
2011 11.390.000 14,15 1.290.078.693 48,09 -1.278.689
2012 15.791.999 38,65 3.224.915.039 149,98 -3.209.123
2013 185.960.421 1.077,56 7.519.060.969 133,16 -7.333.101
2014 205.530.596 10,52 7.690.126.676 2,28 -7.484.596
Rata-rata pertumbuhan (%)
1980-2014 337,89 23,66
2003-2014 233,03 73,60
Sumber: BPS diolah oleh Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Lampiran 10. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi


Kedelai Dunia, Tahun 1961 2013

Luas Panen Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Produktivitas Pertumbuhan


Tahun
(000 Ha) (%) (000 Ton) (%) (Ku/Ha) (%)
1961 23.819 26.883 11,29
1962 23.822 0,01 27.120 0,88 11,38 0,87
1963 24.399 2,42 28.207 4,01 11,56 1,55
1964 25.681 5,25 29.080 3,09 11,32 -2,06
1965 25.820 0,54 31.705 9,03 12,28 8,44
1966 26.534 2,77 36.413 14,85 13,72 11,76
1967 28.112 5,95 37.933 4,18 13,49 -1,67
1968 28.874 2,71 41.420 9,19 14,35 6,31
1969 28.897 0,08 41.967 1,32 14,52 1,24
1970 29.526 2,17 43.697 4,12 14,80 1,91
1971 30.034 1,72 45.619 4,40 15,19 2,63
1972 31.724 5,63 47.257 3,59 14,90 -1,93
1973 37.391 17,86 59.268 25,42 15,85 6,41
1974 37.390 0,00 52.640 -11,18 14,08 -11,18
1975 38.765 3,68 64.249 22,05 16,57 17,72
1976 37.168 -4,12 57.399 -10,66 15,44 -6,82
1977 42.057 13,15 73.855 28,67 17,56 13,71
1978 46.392 10,31 75.450 2,16 16,26 -7,39
1979 50.708 9,30 88.698 17,56 17,49 7,55
1980 50.647 -0,12 81.040 -8,63 16,00 -8,52
1981 50.476 -0,34 88.525 9,24 17,54 9,61
1982 52.384 3,78 92.122 4,06 17,59 0,27
1983 49.050 -6,36 79.467 -13,74 16,20 -7,88
1984 52.939 7,93 90.753 14,20 17,14 5,81
1985 53.064 0,24 101.157 11,46 19,06 11,20
1986 51.896 -2,20 94.446 -6,63 18,20 -4,53
1987 52.542 1,24 100.102 5,99 19,05 4,69
1988 54.861 4,41 93.522 -6,57 17,05 -10,52
1989 58.647 6,90 107.254 14,68 18,29 7,28
1990 57.209 -2,45 108.456 1,12 18,96 3,66
1991 54.987 -3,89 103.323 -4,73 18,79 -0,88
1992 56.171 2,15 114.467 10,79 20,38 8,45
1993 59.499 5,93 115.148 0,59 19,35 -5,03
1994 62.499 5,04 136.449 18,50 21,83 12,81
1995 62.510 0,02 126.950 -6,96 20,31 -6,98
1996 61.094 -2,27 130.206 2,56 21,31 4,94
1997 66.938 9,57 144.358 10,87 21,57 1,19
1998 70.983 6,04 160.136 10,93 22,56 4,61
1999 72.050 1,50 157.779 -1,47 21,90 -2,93
2000 74.367 3,22 161.299 2,23 21,69 -0,95
2001 76.801 3,27 178.245 10,51 23,21 7,00
2002 78.960 2,81 181.678 1,93 23,01 -0,86
2003 83.640 5,93 190.652 4,94 22,79 -0,93
2004 91.602 9,52 205.524 7,80 22,44 -1,57
2005 92.567 1,05 214.561 4,40 23,18 3,31
2006 95.315 2,97 221.966 3,45 23,29 0,47
2007 90.163 -5,41 219.727 -1,01 24,37 4,65
2008 96.468 6,99 231.272 5,25 23,97 -1,62
2009 99.338 2,98 223.411 -3,40 22,49 -6,19
2010 102.808 3,49 265.042 18,63 25,78 14,63
2011 103.806 0,97 261.940 -1,17 25,23 -2,12
2012 104.918 1,07 241.142 -7,94 22,98 -8,92
2013 111.273 6,06 276.396 14,62 24,84 8,07
Rata - Rata Pertumbuhan
1961 - 2013 3,11 4,98 1,76
1984 - 1997 2,33 4,70 2,29
1998 - 2013 3,28 4,36 1,04
2004 - 2013 2,97 4,06 1,07
Sumber: FAO

68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Lampiran 11. Negara Sentra Produksi Kedelai Dunia dan Indonesia,


2009 - 2013
(000 Ton)
No. Negara Tahun Rerata Share Kumulatif Rata-rata
2009 2010 2011 2012 2013 (%) (%) Pertban (%)
1 USA 91.417 90.605 84.192 82.055 89.483 87.550 34,54 34,54 -0,36
2 Brazil 57.345 68.756 74.815 65.849 81.700 69.693 27,49 62,03 10,20
3 Argentina 30.993 52.677 48.879 40.100 49.306 44.391 17,51 79,54 16,94
4 China 14.981 15.083 14.485 13.050 12.500 14.020 5,53 85,07 -4,35
5 India 9.965 12.736 12.214 14.666 11.948 12.306 4,85 89,92 6,31
6 Paraguay 3.855 7.460 8.310 4.345 9.086 6.611 2,61 92,53 41,58
.... .............. .... .... .... .... .... .... .... .... ....
13 Indonesia 975 907 851 843 780 871 0,34 92,88 -5,38
Lainnya 13.458 16.816 18.194 20.234 21.593 18.059 7,12 100,00
Dunia 222.989 265.042 261.940 241.142 276.396 253.502
Sumber: FAO

Lampiran 12. Perkembangan Luas Panen Kedelai di Negara Sentrai Dunia dan
Indonesia, 2009 - 2013
(000 Ha)
Tahun Share Kumulatif Rata-rata
No. Negara Rerata
2009 2010 2011 2012 2013 (%) (%) Pertban (%)
1 USA 30.907 31.003 29.856 30.799 30.703 30.654 29,35 29,35 -0,14
2 Brazil 21.751 23.327 23.969 24.975 27.865 24.377 23,34 52,69 6,44
3 Argentina 16.771 18.131 18.746 17.577 19.419 18.129 17,36 70,05 3,94
4 India 9.735 9.554 10.180 10.840 12.200 10.502 10,06 80,11 5,93
5 China 9.190 8.516 7.889 6.750 6.600 7.789 7,46 87,57 -7,84
6 Paraguay 2.570 2.671 2.805 2.920 3.080 2.809 2,69 90,26 4,63
.... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ......
13 Indonesia 723 661 621 568 551 625 0,60 90,86 -6,55
Lainnya 7.725 8.944 9.739 10.489 10.856 9.551 9,14 100,00 8,97
Dunia 99.372 102.808 103.806 104.918 111.273 104.435 2,89
Sumber: FAO

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Lampiran 13. Negara dengan Produktivitas Kedelai Tertinggi Dunia dan


Indonesia, 2009 - 2013
(Ku/Ha)
Tahun Rata-rata
No. Negara Rerata
2009 2010 2011 2012 2013 Pertban (%)
1 Turki 36,57 36,87 38,70 36,39 41,61 38,03 3,54
2 Itali 34,76 34,64 34,02 27,59 35,07 33,22 1,52
3 Mesir 31,25 28,45 31,20 28,57 28,75 29,64 -1,77
4 USA 29,58 29,22 28,20 26,64 29,15 28,56 -0,21
5 Brazil 26,37 29,48 31,21 26,37 29,32 28,55 3,34
6 Canada 25,35 29,42 27,53 30,29 28,57 28,23 3,49
.... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ......
63 Indonesia 13,48 13,73 13,59 14,85 14,16 13,96 1,37
Dunia 22,55 25,78 25,23 22,98 24,84 24,28 2,84
Sumber: FAO

Lampiran 14. Perkembangan Harga Kedelai Terbesar Dunia di 10


(Sepuluh) Negara, 2008 2012

(US $/ton)
Tahun Rata-rata
No. Negara Rerata
2008 2009 2010 2011 2012 Pertban (%)
1 Suriname 2.116,60 1.574,50 2.605,50 2.554,30 2.791,80 2.328,54 11,80
2 Japan 1.539,80 1.651,30 1.493,00 1.603,50 1.288,80 1.515,28 -3,64
3 Laos 772,40 830,40 958,80 773,60 865,00 840,04 3,87
4 Albania 834,40 737,90 674,40 743,80 693,50 736,80 -4,16
5 Indonesia 640,50 638,10 738,60 827,50 800,90 729,12 6,05
6 China 500,80 582,70 738,60 803,40 841,50 693,40 14,16
7 Cambodia 750,60 572,80 595,10 716,10 710,70 669,06 -0,05
8 Peru 608,70 554,80 631,20 694,50 856,10 669,06 9,55
9 Venezuela 606,20 604,70 689,90 641,00 657,30 639,82 2,32
10 Rwanda 661,90 639,10 588,50 633,90 644,80 633,64 -0,48
Sumber:FAO

70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Lampiran 15. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Dunia,


1961 - 2012
Volume Ekspor Pertumbuhan Volume Impor Pertumbuhan
Tahun
(Ton) (%) (Ton) (%)
1961 4.173.433 4.089.979
1962 4.924.576 18,00 4.953.358 21,11
1963 5.226.843 6,14 5.267.087 6,33
1964 6.290.046 20,34 6.196.348 17,64
1965 6.976.649 10,92 6.665.273 7,57
1966 7.520.611 7,80 7.681.508 15,25
1967 8.142.326 8,27 8.275.665 7,73
1968 8.754.889 7,52 8.346.401 0,85
1969 9.333.611 6,61 9.378.026 12,36
1970 12.626.864 35,28 12.294.595 31,10
1971 12.338.094 -2,29 12.701.382 3,31
1972 13.793.885 11,80 13.845.892 9,01
1973 15.629.465 13,31 14.676.001 6,00
1974 17.233.022 10,26 17.514.102 19,34
1975 16.478.507 -4,38 16.311.432 -6,87
1976 19.766.366 19,95 19.978.679 22,48
1977 20.024.559 1,31 19.622.289 -1,78
1978 24.061.821 20,16 23.407.314 19,29
1979 25.488.810 5,93 26.115.098 11,57
1980 26.877.321 5,45 27.037.175 3,53
1981 26.218.980 -2,45 26.275.857 -2,82
1982 28.927.865 10,33 28.675.864 9,13
1983 26.592.382 -8,07 26.845.734 -6,38
1984 25.790.321 -3,02 25.641.999 -4,48
1985 26.151.686 1,40 25.836.969 0,76
1986 27.674.298 5,82 27.087.842 4,84
1987 29.198.292 5,51 29.401.658 8,54
1988 26.071.245 -10,71 26.555.486 -9,68
1989 23.614.375 -9,42 23.734.223 -10,62
1990 25.876.780 9,58 26.329.960 10,94
1991 27.191.302 5,08 26.468.231 0,53
1992 29.128.545 7,12 29.921.887 13,05
1993 28.795.723 -1,14 28.139.039 -5,96
1994 30.107.388 4,56 29.612.823 5,24
1995 31.929.238 6,05 33.321.159 12,52
1996 34.937.756 9,42 32.872.991 -1,34
1997 39.514.457 13,10 39.011.233 18,67
1998 37.998.190 -3,84 38.532.034 -1,23
1999 40.290.937 6,03 41.807.813 8,50
2000 47.377.782 17,59 48.482.446 15,97
2001 56.959.901 20,22 57.367.057 18,33
2002 54.627.949 -4,09 56.810.587 -0,97
2003 65.034.688 19,05 65.798.063 15,82
2004 57.643.428 -11,37 58.411.077 -11,23
2005 65.382.041 13,42 66.869.432 14,48
2006 67.903.755 3,86 66.356.159 -0,77
2007 74.422.406 9,60 74.463.682 12,22
2008 79.022.174 6,18 79.101.269 6,23
2009 81.542.484 3,19 79.941.901 1,06
2010 97.315.862 19,34 95.949.975 20,02
2011 90.977.784 -6,51 90.813.977 -5,35
2012 96.897.995 6,51 - -
Rata-rata
1961 - 2012 6,76 6,84
1991 - 2012 6,52 6,47
2002 - 2012 5,38 5,15
2008 - 2012 5,74 6,84
Sumber: FAO

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71


Outlook Komoditas Kedelai 2015

Lampiran 16. Negara Pengekspor Kedelai Terbesar Dunia, 2007 2012


(000 Ton)
Share Kumulatif Rata-rata
No. Negara Rerata
2008 2009 2010 2011 2012 (%) (%) Pertban (%)
1 USA 33.996 40.506 42.351 34.311 43.859 39.004 43,75 43,75 8,14
2 Brazil 24.499 28.563 29.073 32.986 32.468 29.518 33,11 76,86 7,57
3 Argentina 11.734 4.292 13.616 10.820 6.158 9.324 10,46 87,32 22,56
4 Paraguay 3.689 2.129 4.659 5.094 3.162 3.746 4,20 91,52 11,99
5 Canada 1.851 2.279 2.776 2.651 3.605 2.632 2,95 94,47 19,11
...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ......
52 Indonesia 1 0 0 1 2 1 0,001 94,47 74,15
Lainnya 3.254 3.775 4.842 90.978 7.646 22.099 24,79 119,26 432,95
Dunia 79.022 81.542 97.316 90.978 96.898 89.151 5,63
Sumber : FAO

Lampiran 17. Perkembangan Nilai Ekspor Kedelai 5 (Lima) Negara


Terbesar Dunia, 2007-2012
(000 US$)
Tahun Share Kumulatif Rata-rata
No. Negara Rerata
2008 2009 2010 2011 2012 (%) (%) Pertban (%)
1 USA 15.537.191 16.475.855 42.350.556 34.310.515 43.858.749 27.091.515 43,19 43,19 42,98
2 Brazil 10.952.197 11.424.283 29.073.200 32.985.562 32.468.028 20.602.109 32,84 76,03 42,67
3 Argentina 4.583.263 1.675.156 13.616.013 10.820.030 6.158.407 6.714.655 10,70 86,74 146,44
4 Paraguay 1.485.312 787.159 4.658.608 5.093.590 3.161.711 2.679.444 4,27 91,01 104,06
5 Canada 857.548 965.290 2.775.969 2.650.762 3.605.331 1.914.801 3,05 94,06 57,91
...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ......
54 Indonesia 1.405 342 343 438 438 870 0,001 94,06 -11,92
Lainnya 1.716.440 1.779.524 4.841.173 5.116.887 7.645.331 4.219.871 6,73 100,79 57,71
Dunia 35.133.356 33.107.609 97.315.862 90.977.784 96.897.995 62.728.052 47,04
Sumber : FAO

72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Kedelai 2015

Lampiran 18. Perkembangan Volume Impor Kedelai 10 (Sepuluh)


Negara Terbesar Dunia, 2007 - 2011
(000 Ton)
Tahun Share Kumulatif Rata-rata
No. Negara Rerata
2007 2008 2009 2010 2011 (%) (%) Pertban (%)
1 China 30.817 37.436 42.552 54.798 52.453 43.611 51,88 51,88 14,91
2 Belanda 4.191 4.013 3.048 3.553 3.049 3.571 4,25 56,13 -6,48
3 Meksiko 3.611 3.507 3.426 3.772 3.340 3.531 4,20 60,33 -1,63
4 Jepang 4.161 3.711 3.390 3.456 2.831 3.510 4,18 64,51 -8,90
5 Jerman 3.693 3.485 3.165 3.383 3.190 3.383 4,02 68,53 -3,41
6 Spanyol 2.729 3.275 2.933 3.127 3.177 3.048 3,63 72,16 4,45
7 Taiwan 2.333 2.095 2.366 2.548 2.346 2.338 2,78 74,94 0,62
8 Thailand 1.541 1.723 1.535 1.819 1.994 1.722 2,05 76,99 7,27
9 Indonesia 2.241 1.173 1.315 1.741 2.089 1.712 2,04 79,03 4,20
10 Itali 1.531 1.647 1.368 1.550 1.241 1.467 1,75 80,77 -4,00
Lainnya 17.616 17.035 14.844 16.204 15.105 16.161 19,23 100,00 -3,44
Dunia 74.464 79.101 79.942 95.950 90.814 84.054 5,49
Sumber : FAO

Lampiran 19. Perkembangan Nilai Impor Kedelai 8 (Delapan) Negara


Terbesar Dunia, 2007 - 2011
(Juta $)
Tahun Share Kumulatif Rata-rata
No. Negara Rerata
2007 2008 2009 2010 2011 (%) (%) Pertban (%)
1 China 11.473 21.815 18.787 25.093 29.726 21.379 52,99 52,99 32,07
2 Belanda 1.664 2.374 1.747 1.832 1.810 1.886 4,67 57,66 4,97
3 Meksiko 1.378 1.969 1.282 1.564 1.626 1.564 3,88 61,54 8,49
4 Jepang 1.177 1.801 1.419 1.592 1.762 1.550 3,84 65,38 13,67
5 Jerman 1.228 1.853 1.454 1.490 1.720 1.549 3,84 69,22 11,81
6 Spanyol 945 1.711 1.283 1.389 1.759 1.417 3,51 72,73 22,73
7 Taiwan 879 1.165 1.033 1.188 1.306 1.114 2,76 75,49 11,56
8 Thailand 559 969 692 813 1.126 832 2,06 77,55 25,16
9 Indonesia 479 698 621 840 1.246 777 1,93 79,48 29,53
10 Itali 539 871 612 679 646 670 1,66 81,14 9,51
Lainnya 6.132 8.763 7.139 7.345 8.676 7.611 18,86 100,00 11,35
Dunia 26.454 43.990 36.068 43.825 51.403 40.348 21,77
Sumber : FAO

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73

Anda mungkin juga menyukai