Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

ULKUS DIABETIKUM

Pembimbing : dr. Lukman Nurfauzi, Sp.B

Disusun oleh : Raisa Sevenry Suha (2013730086)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKARWANGI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017

1
BAB I
KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. M
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Cibadak
No. RM : 529156
Ruangan : Aisyah lt II
Tgl masuk RS : 21 Juli 2017

Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan utama
Luka pada kaki kanan yang tak kunjung sembuh sejak 2 minggu yang lalu
Riwayat penyakit sekarang
Os datang dengan keluhan luka pada kaki kanan yang tak kunjung sembuh sejak 2
minggu yang lalu, OS mengaku luka awalnya berupa benjolan kecil-kecil
bergerombol seperti melepuh setelah membakar sampah. Benjolan tersebut
dipecahkan oleh dirinya sendiri dan keesokan harinya timbul luka di daerah tersebut
hingga bernanah. Di sekeliling luka tersebut tampak kemerahan dan kaki kanan
membengkak. Luka tersebut semakin hari berubah warna menjadi gelap sampai
kehitaman. Di daerah luka tersebut juga terasa baal. OS juga mengaku mengalami
demam yang disertai dengan demam menggigil serta keringat dingin setelah
demamnya turun. sejak 1 minggu sejak masuk rumah sakit, sifat demam hilang
timbul dan sering hilang ketika diberikan obat demam. Os juga mengaku sering haus
dan sering buang air kecil, banyak makan, mual, muntah. Sementara gangguan
penglihatan disangkal.

2
OS mengaku mempunyai riwayat penyakit DM sejak 10 tahun yang lalu dan mengaku
mengkonsumsi insulin secara rutin tetapi jarang kontrol gula darah secara rutin. OS
juga mengaku mengecek Gula darah Sewaktu terakhir 2 hari yang lalu sekitar >300
Riwayat penyakit dahulu
OS mengaku memiliki penyakit Diabetes Melitus (DM) sejak 10 tahun yang lalu
dengan keluhan sering haus dan banyak kencing. Os mengaku rutin mengkonsumsi
obat pengontrol gula (metformin dan glibenclamid). Os juga mengaku ada riwayat
sakit lambung. Riwayat penyakit jantung, hipertensi dan penyakit ginjal disangkal.
OS mengaku ada riwayat sakit lambung jauh sebelum mengalami Diabetes Melitus
Riwayat penyakit keluarga
OS mengaku tidak tau anggota keluarga yang menderita DM, hipertensi, penyakit
jantung dan penyakit ginjal
Riwayat Pengobatan
OS mengaku luka hanya dibersihkan dengan NaCl setiap hari dan di verban diarea
luka tersebut dan demam yang diobati dengan paracetamol. OS juga mengaku rutin
menggunakan insulin.
Riwayat Alergi
OS mengaku tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat atau makanan
Riwayat Psikososial
OS mengaku tidak memperhatikan pola makan dan tidak melakukan diet makanan
secara teratur karena belum pernah konsul ke ahli gizi untuk makanan yang perlu
dikonsumsi.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Freukuensi nadi : 84 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,5oC
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 55 Kg
IMT : 21,48

3
Kepala
Bentuk : Normocephal, simetris
Rambut : Putih, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/- ,
pupil isokor kanan = kiri, refleks cahaya (+/+)
Telinga : Bentuk normal, simetris kiri dan kanan,
membran timpani tidak terlihat, serumen (+)
Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, tidak deviasi,
Pernafasan cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada.
Mulut : Mukosa bibir basah, lidah tidak kotor, faring dan tonsil
tidak hiperemis.
Leher
Inspeksi : Bentuk normal, deviasi trakea (-)
Palpasi : Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening (-)
JVP tidak meningkat
Thoraks Anterior
Inspeksi : Bentuk dada kanan = kiri, pergerakan nafas kanan = kiri
Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal kanan = kiri
Iktus kordis teraba di sela iga V garis midklavikula kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Batas atas : sela iga III garis sternalis kiri
Batas kanan : sela iga IV garis parasternalis kanan
Batas kiri : sela iga V garis midklavikula kiri
Auskultasi : Pernafasan vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Thoraks Posterior
Inspeksi : punggung simetris kanan = kiri
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Pernafasan vesikuler

4
Abdomen
Inspeksi : Supel, perut tampak datar, dan tidak ada jaringan parut
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Seluruh lapang abdomen timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas
Superior : Akral hangat, Sianosis (-/-), edema (-/-)
Inferior : Akral hangat, Sianosis (-/-), edema (+/-), ulkus yang tak beraturan
dan bengkak pada kaki kanan berwarna kehitaman dan tepi eritema, panas, pus
(+) disertai nyeri tekan pada daerah disekitar luka

Diagnosis Sementara
Ulkus Diabetes
Selulitis
Ulkus Tropikum

Penatalaksanaan
Novorapid
Levemir
OMZ 2x1
Sucralfat syr 3x1
Cefixim 2x1

Prognosis
Dubia ad bonam

Pemeriksaan anjuran
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
2. Pemeriksaan Glukosa darah Puasa, Sewaktu dan 2 Jam PP
3. Pemeriksaan Kultur kuman penyebab ulkus

5
BAB II
PEMBAHASAN ULKUS DIABETIK

A. Definisi

Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus
berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian
jaringan setempat. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit
karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan
neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan,
dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun
anaerob.
.
B. Klasifikasi
Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Wagner
terdiri dari 5 tingkatan :
0. Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.
1. Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.
2. Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
3. Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.
4. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari kaki,
bagian depan kaki atau tumit.
5. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki

C. Epidemiologi
Ulkus diabetes merupakan masalah besar baik dinegara maju apalagi di negara
berkembang. Diseluruh dunia pada tahun 2011 diperkirakan sebanyak 350 juta
penduduk menderita diabetes mellitus dan sebanyak 55 juta org di Eropa diperkirakan
juga mendrita diabetes mellitus. Ulkus Diabetes adalah merupakan komplikasi yang
terbanyak yang mengakibatkan penderita dirawat, menjalani debridement dan juga
diamputasi.
Penyebab amputasi terbanyak pada penderita diabetes adalah ganngguan
neuroiskemik yang diperberat oleh infeksi. Dalam 1 tahun sebanyak 5 8% penderita
Diabetes akan menjalani Amputasi Mayor. Diabetes meningkatkan resiko amputasi

6
sebanyak 8 kali lipat pada penderita diatas usia 45 tahun. Sebanyak 12 kali lipat pada
penderita diatas 65 tahun dan 23 kali lipat pada penderita antara 65 sampai 74 tahun.

D. Etiologi
Penyebab timbulnya ulkus pada penderita adalah
Neuropati
Iskemia
Trauma

Neuropati
Neuropati perifer mengakibatkan penderita rentan mengalami trauma pada kaki, ini
akibat sensasi yang berkurang bahkan sampai menghilang pada kaki.
Neuropati motorik mengakibatkan perubahan bentuk pada kaki. Ini juga
mengakibatkan titik tumpu kaki bisa berubah akibat terjadinya pemendekan pada otot
dan tendon. Perubahan titik tumpu akan mengakibatkan tekanan yang abnormal pada
titik penonjolan tertentu pada tulang, seperti penekanan pada kepala metatarsal kaki dan
menimbulkan kallus.
Neuropati otonom mengakibatkan kulit kaki penderita menjadi kering , akibatnya
kulit kaki penderita menjadi pecah pecah dan mudah terinfeksi.

Iskemia
Penderita diabetes dua kali lebih gampang terkena gangguan pembuluh darah perifer
dibandingkan dengan bukan penderita. Gangguan pembuluh darah bisa berbentuk
gangguan pada makrosirkulasi dan bisa juga mikrosirkulasi.
Gangguan makrosirkulasi dikenal sebagai Periferal Arterial Disease dan
mengakibatkan luka penderita susah sembuh dan beresiko mengalami amputasi
Pemeriksaan gangguan makrosirkulasi ini bisa ditemui dengan pemeriksaan fisik
pembuluh darah pada kedua tungkai penderita. Jika ditemui kecurigaan adanya
gangguan pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaaan menggunakan ultra sonografi
Doppler. Dari pemeriksaan Ultrasonografi bisa diperiksa gangguan anatomi maupun
gangguan aliran pada penderita.
Jika ditemui gangguan pada pemeriksaan doppler, pemeriksaan selanjutnya adalah
dengan menggunakan angiografi. Dengan pemeriksaan angiografi dapat dilakukan

7
rekonstruksi pembuluh darah sehingga dapat dialkukan perencanaan pengobatan
pembuluh darah pada penderita ulkus diabet.

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala ulkus diabetika yaitu :
a. Sering kesemutan.
b. Nyeri saat istirahat.
c. Sensasi rasa berkurang.
d. Kerusakan Jaringan (nekrosis).
e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
g. Kulit kering

F. Diagnosis Ulkus diabetika


Diagnosis ulkus diabetika meliputi :
a. Pemeriksaan Fisik : inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkus pada kulit
atau jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang atau
hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.
b. Pemeriksaan Penunjang : X-ray, Gula Darah dan pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui apakah ulkus diabetika menjadi infeksi dan menentukan kuman
penyebabnya.

G. Patogenesis Ulkus diabetika


Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes mellitus
adalah ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor yang sering
disebut Trias yaitu : Iskemik, Neuropati, dan Infeksi.
Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi
komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena
adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang,
penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat
berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi
trauma yang akan menjadi ulkus diabetika. Iskemik merupakan suatu keadaan yang
disebabkan oleh karena kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan
kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada
8
pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau
berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki
menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis
jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.
Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit
karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah.
Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena
berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman,
dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematia jaringan yang akan
berkembang menjadi ulkus diabetika. Proses angiopati pada penderita Diabetes
mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi
pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai
menjadi berkurang kemudian timbul ulkus diabetika. Pada penderita DM yang tidak
terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram basalis
arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi
kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan
dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika. Eritrosit pada
penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang menyebabkan
deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit terganggu,
sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi jaringan dan kekurangan
oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus diabetika.
Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan
tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan
memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan
mengganggu sirkulasi darah. Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol
total, LDL, trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan
akan menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang
akan merangsang terjadinya aterosklerosis. Perubahan/inflamasi pada dinding
pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah,
konsentrasi HDL (highdensity- lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah.
Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap
aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun
sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi
nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau
9
tungkai. Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali
menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang
terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun sehingga bila ada
infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem phlagositosis-bakterisid
intra selluler. Pada penderita ulkus diabetika, 50 % akan mengalami infeksi akibat
adanya glukosa darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhan bakteri yang
subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman erobik
Staphylokokus atau Streptokokus serta kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens,
Clostridium novy, dan Clostridium septikum. Patogenesis ulkus diabetika pada
penderita Diabtes mellitus pada bagan berikut.

H. Faktor Risiko Ulkus diabetika


Faktor risiko terjadi ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Lipsky
dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk. terdiri atas :
a. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah :
1. Umur 60 tahun.
2. Lama DM 10 tahun.
b. Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah (termasuk kebiasaan dan gaya hidup) :

10
1. Neuropati (sensorik, motorik, perifer).
2. Obesitas.
3. Hipertensi.
4. Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol.
5. Kadar glukosa darah tidak terkontrol.
6. Insusifiensi Vaskuler karena adanya Aterosklerosis yang disebabkan :
a. Kolesterol Total tidak terkontrol.
b. Kolesterol HDL tidak terkontrol.
c. Trigliserida tidak terkontrol.
7. Kebiasaan merokok.
8. Ketidakpatuhan Diet DM.
9. Kurangnya aktivitas Fisik.
10. Pengobatan tidak teratur.
11. Perawatan kaki tidak teratur.
12. Penggunaan alas kaki tidak tepat.

I. Pengendalian Diabetes mellitus.


Pengendalian yang baik dapat mencegah komplikasi kronik ulkus diabetika.
Pada diabetisi dapat terkendali baik tidak hanya kadar glukosa darah tetapi juga
menyeluruh yaitu kadar glukosa darah, status gizi, tekanan darah, kadar kolesterol
total, kadar trigliserida dan HbA1C seperti pada tabel

11
Tabel . Kriteria Pengendalian DM untuk mencegah komplikasi Kronik
Baik Sedang Buruk
Glukosa Darah Puasa (mg/dl) 80 - 100 100 - 125 126
Glokusa darah 2 jam (mg/dl) 80 - 144 145 - 179 180
HbA1C < 6,5 6,5 - 8 >8
Kolesterol Total (mg/dl) < 200 200 - 239 240
Kolesterol HDL (mg/dl) > 45
Trigliserida (mg/dl) < 150 150 - 199 200
BMI=IMT (kg/m2)
Wanita 18,5 22,9 23 25 >25 / <18,5
Pria 20 24,9 25 - 27 >27 / <20
Tekanan Darah (mmHg) 130/80 130-140/80-90 >140/90
PERKENI 2006

J. Pencegahan dan Pengelolaan Ulkus diabetik


Pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut
adalah :
a. Memperbaiki kelainan vaskuler.
b. Memperbaiki sirkulasi.
c. Pengelolaan pada masalah yang timbul ( infeksi, dll).
d. Edukasi perawatan kaki.
e. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratorium
lengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah maupun
menghilangkan keluhan/gejala dan penyulit DM.
f. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.
g. Menghentikan kebiasaan merokok.

K. Penatalaksanaan ulkus berdasarkan kategori wegner


0. Tidak ada luka terbuka, kulit utuh,
Penatalaksanaan : meliputi edukasi kepada pasien tentang pencegahan terjadinya
ulkus
1. Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.

12
Penatalaksanaan : debridement jaringan nekrotik, perawatan lokal luka dan
pengurangan beban
2. Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
Penatalaksanaan : debridement, antibiotik sesuai dengan kultur dan perawatan
luka
3. Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.
Penatalaksanaan : debridement jaringan yang sudah gangren, amputasi sebagian,
imobilisasi yang ketat dan pemberian antibiotik sesuai kultur.
4. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari kaki,
bagian depan kaki atau tumit.
Penatalaksanaan : amputasi sebagian atau seluruh
5. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki
Penatalaksanaan : amputasi sebagian atau seluruh

L. Penatalaksanaan ulkus diabetes


Tujuan utama dalam penatalaksanaan ulkus diabetes adalah penutupan luka.
Penatalaksanaan ulkus diabetes secara garis besar ditentukan oleh derajat keparahan
ulkus, vaskularisasi dan adanya infeksi. Dasar dari perawatan ulkus diabetes meliputi
3 hal yaitu debridement, offloading dan kontrol infeksi.

Perawatan umum dan diabetes


Regulasi glukosa darah perlu dilakukan, meskipun belum ada bukti adanya
hubungan langsung antara regulasi glukosa darah dengan penyembuhan luka. Hal itu
disebabkan fungsi leukosit terganggu pada pasien dengan hiperglikemia kronik.
Perawatan meliputi beberapa faktor sistemik yang berkiatan yaitu hipertensi,
hiperlipidemia, penyakit jantung koroner, obesitas, dan insufisiensi ginjal.

Debridement
Debridement menjadi salah satu tindakan yang terpenting dalam perawatan
luka. Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis, callus
dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke
jaringan sehat. Debridement meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang
membantu proses penyembuhan luka. Metode debridement yang sering dilakukan
yaitu surgical (sharp), autolitik, enzimatik, kimia, mekanis dan biologis. Metode
13
surgical, autolitik dan kimia hanya membuang jaringan nekrosis (debridement
selektif), sedangkan metode mekanis membuang jaringan nekrosis dan jaringan hidup
(debridement non selektif). Surgical debridement merupakan standar baku pada ulkus
diabetes dan metode yang paling efisien, khususnya pada luka yang banyak terdapat
jaringan nekrosis atau terinfeksi. Pada kasus dimana infeksi telah merusak fungsi kaki
atau membahayakan jiwa pasien, amputasi diperlukan untuk memungkinkan kontrol
infeksi dan penutupan luka selanjutnya. Debridement enzimatis menggunakan agen
topikal yang akan merusak jaringan nekrotik dengan enzim proteolitik seperti papain,
colagenase, fibrinolisin-Dnase, papainurea, streptokinase, streptodornase dan tripsin.
Agen topikal diberikan pada luka sehari sekali, kemudian dibungkus dengan balutan
tertutup. Penggunaan agen topikal tersebut tidak memberikan keuntungan tambahan
dibanding dengan perawatan terapi standar. Oleh karena itu, penggunaannya terbatas
dan secara umum diindikasikan untuk memperlambat ulserasi dekubitus pada kaki
dan pada luka dengan perfusi arteri terbatas. Debridement mekanis mengurangi dan
membuang jaringan nekrotik pada dasar luka. Teknik debridement mekanis yang
sederhana adalah pada aplikasi kasa basah-kering (wet-to-dry saline gauze). Setelah
kain kasa basah dilekatkan pada dasar luka dan dibiarkan sampai mengering, debris
nekrotik menempel pada kasa dan secara mekanis akan terkelupas dari dasar luka
ketika kasa dilepaskan.

Offloading
Offloading adalah pengurangan tekanan pada ulkus, menjadi salah satu
komponen penanganan ulkus diabetes. Ulserasi biasanya terjadi pada area telapak
kaki yang mendapat tekanan tinggi. Bed rest merupakan satu cara yang ideal untuk
mengurangi tekanan tetapi sulit untuk dilakukan Total Contact Casting (TCC)
merupakan metode offloading yang paling efektif. TCC dibuat dari gips yang
dibentuk secara khusus untuk menyebarkan beban pasien keluar dari area ulkus.
Metode ini memungkinkan penderita untuk berjalan selama perawatan dan
bermanfaat untuk mengontrol adanya edema yang dapat mengganggu penyembuhan
luka. Meskipun sukar dan lama, TCC dapat mengurangi tekanan pada luka dan itu
ditunjukkan oleh penyembuhan 73-100%. Kerugian TCC antara lain membutuhkan
ketrampilan dan waktu, iritasi dari gips dapat menimbulkan luka baru, kesulitan untuk
menilai luka setiap harinya Karena beberapa kerugian TCC tersebut, lebih banyak

14
digunakan Cam Walker, removable cast walker, sehingga memungkinkan untuk
inspeksi luka setiap hari, penggantian balutan, dan deteksi infeksi dini.

Penanganan Infeksi
Ulkus diabetes memungkinkan masuknya bakteri, serta menimbulkan infeksi pada
luka. Karena angka kejadian infeksi yang tinggi pada ulkus diabetes, maka diperlukan
pendekatan sistemik untuk penilaian yang lengkap. Diagnosis infeksi terutama
berdasarkan keadaan klinis seperti eritema, edema, nyeri, lunak, hangat dan keluarnya
nanah dari luka. Penentuan derajat infeksi menjadi sangat penting. Menurut The
Infectious Diseases Society of America membagi infeksi menjadi 3 kategori, yaitu:
Infeksi ringan : apabila didapatkan eritema < 2 cm
Infeksi sedang: apabila didapatkan eritema > 2 cm
Infeksi berat : apabila didapatkan gejala infeksi sistemik. Ulkus diabetes yang
terinfeksi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
- Non-limb threatening : selulitis < 2cm dan tidak meluas sampai tulang atau
sendi.
- Limb threatening : selulitis > 2cm dan telah meacapai tulang atau sendi,
serta adanya infeksi sistemik.
Penelitian mengenai penggunaan antibiotika sebagai terapi ulkus diabetes
masih sedikit, sehingga sebagian besar didasarkan pada pengalaman klinis. Terapi
antibiotik harus didasarkan pada hasil kuftur bakteri dan kemampuan toksistas
antibiotika tersebut. Pada infeksi yang tidak membahayakan (non-limb threatening)
biasanya disebabkan oleh staphylokokus dan streptokokus. Infeksi ringan dan sedang
dapat dirawat poliklinis dengan pemberian antibiotika oral, misalnya cephalexin,
amoxilin-clavulanic, moxifloxin atau clindamycin. Sedangkan pada infeksi berat
biasanya karena infeksi polimikroba, seperti staphylokokus, streptokokus,
enterobacteriaceae, pseudomonas, enterokokus dan bakteri anaerob misalnya
bacteriodes, peptokokus, peptostreptokokus. Pada infeksi berat harus dirawat dirumah
sakit, dengan pemberian antibiotika yang mencakup gram posistif dan gram negatif,
serta aerobik dan anaerobik. Pilihan antibiotika intravena untuk infeksi berat meliputi
imipenem-cilastatin, B-lactam B-lactamase (ampisilin-sulbactam dan
piperacilintazobactam), dan cephalosporin spektrum luass.

15
M. Prognosis
Pada penderita diabetes, 1 diantara 20 penderita akan menderita ulkus pada
kaki dan 1 diantara 100 penderita akan membutuhkan amputasi setiap tahun. Oleh
karena itu, diabetes merupakan faktor penyebab utama amputasi non trauma
ekstremitas bawah di Amerika Serikat. Amputasi kontralateral akan dilakukan pada
50 % penderita ini selama rentang 5 tahun ke depan. Neuropati perifer yang terjadi
pada 60% penderita diabetes merupakan resiko terbesar terjadinya ulkus pada kaki,
diikuti dengan penyakit mikrovaskuler dan regulasi glukosa darah yang buruk. Pada
penderita diabetes dengan neuropati, meskipun hasil penyembuhan ulkus tersebut
baik, angka kekambuhanrrya 66% dan angka amputasi meningkat menjadi 12%.

16
BAB III
ANALISA KASUS

Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya
komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang
lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat
berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob.
Pada kasus ini Os datang dengan keluhan luka pada kaki kanan yang tak kunjung
sembuh sejak 2 minggu yang lalu, OS mengaku luka awalnya berupa benjolan kecil-
kecil bergerombol seperti melepuh setelah membakar sampah. Benjolan tersebut
dipecahkan oleh dirinya sendiri dan keesokan harinya timbul luka di daerah tersebut
hingga bernanah. Di sekeliling luka tersebut tampak kemerahan dan kaki kanan
membengkak. Luka tersebut semakin hari berubah warna menjadi gelap sampai
kehitaman. Di daerah luka tersebut juga terasa baal. OS juga mengaku mengalami
demam yang disertai dengan demam menggigil serta keringat dingin setelah
demamnya turun. sejak 1 minggu sejak masuk rumah sakit, sifat demam hilang
timbul dan sering hilang ketika diberikan obat demam. Os juga mengaku sering haus
dan sering buang air kecil, banyak makan, mual, muntah. Sementara gangguan
penglihatan disangkal.
OS mengaku mempunyai riwayat penyakit DM sejak 10 tahun yang lalu dan
mengaku mengkonsumsi insulin secara rutin tetapi jarang kontrol gula darah secara
rutin. OS juga mengaku mengecek Gula darah Sewaktu terakhir 2 hari yang lalu
sekitar >300
Terdapat beberapa kemungkinan penyebab ulkus diabetikum salah satunya
seperti faktor usia, glukosa darah yang tidak terkontrol, ketidakpatuhan diet DM atau
kurangnya aktifitas fisik. Pada kasus ini kemungkinan akibat glukosa darah yang tidak
terkontrol dan ketidakpatuhan diet DM karena menurut pengakuan pasien walaupun
sering mengkonsumsi obat-obatan pengontrol gula tetapi jarang melakukan medical
check up dan kurang memperhatikan diet makanan yang mengandung glukosa. Tetapi
perlu juga di teliti labih lanjut tentang faktor risiko lain pada pasien yang sehingga
bisa dijadikan bahan edukasi terhadap pasien akan komplikasi lain dari DM yang
mungkin terjadi. Langkah diagnostik yang diperlukan pada kasus ini harus secara
sistematis mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik sampai pemeriksaan penunjang,
17
karena beberapa kemungkinan penyakit dapat terjadi pada kasus ini. Maka dari itu,
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS) perlu
dilakukan untuk lebih memperkuat diagnosis bahwa ulkus yang dialami pasien akibat
komplikasi dari penyakit diabetes. Hal ini semakin terbukti dengan hasil GDS yang
tergolong tinggi yaitu >300 mg/dl sehingga kemungkinan terhadap ulkus diabetik
semakin kuat.
Penatalaksanaan ulkus yang disebabkan oleh karena diabetes adalah mencegah
ulkus menjadi semakin luas dengan melakukan perawatan luka yang baik dan benar,
selain itu kontrol gula darah juga perlu dilakukan sehingga membantu dalam
mempercepat proses penyembuhan luka dan mencegah komplikasi lainnya. Pada
kasus ini penatalaksanaan yang dilakukan sudah cukup baik dan komperehensif mulai
dari pemberian obat-obatan pengontrol gula darah seperti injeksi insulin (novomix)
dan metformin, lalu dilakukan pembersihan luka (debridement) sebagai salah satu
langkah dalam perawatan luka (wound care) juga pemberian obat-obat antibiotik
untuk mencegah infeksi pada luka pasien. Secara teori, pemberian antibiotik harus
didasarkan pada kultur kuman yang terdapat pada luka sehingga antibiotik yang
diberikan sesuai dengan jenis dan sifat kuman. Selain itu, konsultasi gizi juga
diperlukan untuk mengontrol makanan yang di konsumsi pasien sehingga dapat
tercapai diet diabetes yang optimal dan seimbang. Edukasi kepada pasien tentang
penyakit diabetes, faktor risiko diabetes dan komplikasi diabetes merupakan salah
satu komponen penatalaksaan yang sifatnya preventif dengan harapan glukosa darah
pada pasien ini dapat terkontrol dan mencegah terjadinya komplikasi lain seperti
retinopati diabetikum atau gagal ginjal.

18
BAB IV

KESIMPULAN

Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi tersering pada penyakit


Diabetes Melitus yang merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya
komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang
lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat
berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob.
Pemeriksaan yang sistematis menjadi hal yang perlu diutamakan dalam mendiagnosis
ulkus mulai dari anamnesis yang mencangkup gejala-gejala klinis seperti kesemutan,
luka yang tak kunjung sembuh dan adanya riwayat penyakit diabetes. Selain itu di
perlukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti glukosa darah untuk memastikan
penyebab ulkus yang tak kunjung sembuh merupakan komplikasi dari diabetes
melitus juga kultur kuman penyebab infeksi pada ulkus. Penatalaksanaan pada kasus
ini harus bersifat komperehensif atau menyeluruh mulai dari perawatan luka sampai
pemberian obat-obatan pengontrol glukosa darah dengan harapan luka dapat sembuh
dan mencegah komplikasi lain dari diabetes melitus.

19
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009

Edmond, Michael E, Alethea V.M. Foster. Lee J. Sanders. A Practical Manual of


Diabetic Footcare. Blackwell Publishing Ltd. 2004

Kamus Kedokteran Dorlan edisi 29, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.

Kasper, et al. Harrisons Principles of Internal Medicine 16th edition. McGraw-Hill


Medical Publishing Division. 2005

Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2006,


Jakarta,PB.PERKENI.2007

Panduan Global untuk Diabetes Tipe 2. Internasional Diabetes Federation. 2005

Watkins, Peter J. ABC of Diabetes Fifth Edition. BMJ Publishing Group Ltd. 2003

Misnadiarly. Diabetes Mellitus : Ulcer, Infeksi, Ganggren. Penerbit Populer Obor,


Jakarta, 2006.

Djokomoeljanto. Tinjauan Umum tentang Kaki Diabetes. Dalam: Djokomoeljanto


dkk, editor, Kaki Diabetik Patogenesis dan Penatalaksanaannya, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro Semarang, 1997.

Frykberb Robert G. Risk Factor, Pathogenesis and Management of Diabetic Foot


Ulcers, Des Moines University, Iowa, 2002.

William C. The Diabetic Foot, In ( Ellenberg, Rifkins, eds), Diabetes Mellitus, Sixth
Edision, USA, 2003.

Djoko W. Diabetes Melitus dan Infeksi. Dalam : Noer, dkk, editors, Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK UI, Jakarta, 1999.

20

Anda mungkin juga menyukai