Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH CUACA TERHADAP KENYAMANAN THERMAL DAN KETAHANAN

BANGUNAN

Dosen:
Ir. Lily Kusumawati, MT

Disusun Oleh:
Ayudia Ciremai Putri (152.160.006)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


PROGRAM MAGISTER ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TRISAKTI
2017
ABSTRAK

Pada umumnya kenaikan suhu banyak dirasakan oleh masyarakat daerah


perkotaan. Hal ini disebabkan oleh adanya fenomena pulau panas perkotaan (Urban
Heat Island), yaitu konsentrasi panas di daerah perkotaan, sehingga suhu di kota
cenderung lebih panas dibandingkan daerah pedesaan. Penyebab utama UHI adalah
pengembangan kota yang merubah permukaan tanah dengan material (beton, aspal)
yang mampu menyerap dan menyimpan panas matahari untuk kemudian dilepaskan
kembali ke udara. Dengan demikian, semakin berkembangnya suatu daerah menjadi
perkotaan bila tidak ditata dengan konsep hijau akan mempercepat global warming.
Kontributor kedua dalam pembentukan UHI adalah panas buangan penggunaan energi
pada satu area dengan kepadatan yang tinggi. Tentunya kondisi ini tidak hanya terjadi
di luar bangunan, tapi juga dengan ruangan di dalam bangunan, apalagi pada
pemukiman yang padat atau bangunan tinggi.
BAB I
PENDAHULUAN

Meningkatnya suhu dalam ruangan ini bisa jadi disebabkan tidak adanya
sirkulasi udara yang memadai, tapi juga disebabkan oleh penyerapan panas matahari
oleh bangunan. Panas matahari yang masuk ke dalam bangunan menyebabkan suhu
dalam ruangan menjadi tinggi, ditambah dengan kelembaban udara yang juga tinggi,
membuat ruangan menjadi tidak nyaman.
Sinar matahari terdiri dari 5% sinar UV, 45% sinar tampak dan 50% sinar NIR
(Near Infrared). Sinar infra merah berupa panas, yang jika mengenai permukaan luar
suatu bangunan akan diserap sebagian dan sisanya dipantulkan. Hampir 83% panas
matahari yang mengenai dinding bangunan terserap, dan dengan cara radiasi, konduksi
dan konveksi dipancarkan ke dalam ruangan.
Menurut Apriyani, proses penyerapan panas tersebut sangat dipengaruhi jenis
bahan dan warna. Bahan yang berbeda akan memberikan nilai konduktivitas panas
yang berbeda pula. Konduktivitas panas (W/m.K) adalah suatu besaran intensif bahan
yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas (secara matematik :
laju aliran panas jarak / (luas perbedaan suhu). Semakin besar nilai konduktivitas
panas suatu bahan, maka bahan tersebut semakin mudah merambatkan panas. Selain
jenis bahan, warna juga memberikan pengaruh terhadap proses penyerapan panas.
Besarannya dinyatakan dalam nilai albedo atau TSR. TSR adalah ratio jumlah sinar
matahari yang dipantulkan oleh suatu permukaan dibandingkan dengan total sinar
matahari yang mengenai permukaan tersebut, memiliki range : 0 - 1 (0: warna hitam; 1:
warna putih). Semakin besar nilai TSR, maka panas yang dipantulkan semakin besar
dan permukaan akan semakin dingin.
Seiring dengan perkembangan teknologi dalam dunia coating, terdapat beberapa
cara untuk mengurangi penyerapan panas oleh material (dinding, atap) dan mengurangi
panas dalam ruangan, antara lain :
Melalui aspek pemantulan panas/sinar infra merah matahari ke dalam bangunan,
dengan menggunakan teknologi pigment reflektif (pigmen pemantul) pada pelapis
material (coating) dan cat. Melalui aspek insulasi untuk menghambat perambatan
panas, menggunakan advanced ceramic filler (material berbahan filler keramik). Melalui
aspek waterproofing untuk melindungi kerusakan akibat air.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Prihantini (2012), dengan penggunaan
pigmen pemantul maka akan diperoleh rata-rata penurunan suhu ruangan sebesar
1,50C dan penghematan energi untuk alat pendingin udara sekitar 9%.

Tujuan dan Sasaran


Tujuan penulisan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bahan bangunan
dan penggunaan warna yang bagaimanakah yang dapat mengoptimalkan kenyamanan
thermal pada ruang ruang didalam bangunan. Serta, pemilihan bahan bangunan yang
tepat, dan dapat menyeimbangkan antara kenyamanan thermal dengan ketahanan
bangunan.
Sasaran utama penelitian ini adalah kenyamanan penghuni/pengguna ruangan,
Kenyamanan di dalam ruangan yang berkaitan dengan suhu, visual, dsb
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Cuaca terhadap Bangunan


a) Faktor cuaca yang berpengaruh pada kenyamanan dan Ketahanan
Bangunan
Di wilayah Indonesia sendiri, khususnya di daerah Jawa, nenek
moyang kita sejak zaman purbakala selalu menghadapkan pintu utama
rumahnya ke arah selatan atau utara. Orang Minangkabau memilih bentuk
atap rumahnya yang tinggi serta curam. Hal ini dilakukan untuk mengisolir
teriknya matahari yang berlebihan dan memudahkan pengaturan air hujan
yang seringkali jatuh dalam jumlah besar. Rumah-rumah di Kalimantan,
Sulawesi, Irian dan Priangan umumnya didirikan di atas tiang-tiang atau
umpak. Hal ini baik untuk mengurangi dan menghilangkan kelembaban di
dalam ruangan.
Pada dasarnya, ada tiga faktor terpenting yang menyangkut bahan-
bahan pemikiran dalam melaksanakan suatu perencanaan bangunan, yaitu:
1. Manusia dengan kebutuhannya
2. Bahan bangunan
3. Pengaruh iklim
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan ruang:
1. Pergerakan udara
2. Suhu udara
3. Kelembaban udara
4. Radiasi
Permasalahannya adalah bagaimana udara tetap mengalir sehingga
penguapan bisa terus berlangsung. Misalnya untuk daerah yang mempunyai
iklim tropik basah seperti yang tersebut di atas, dinding bangunan dibuat
tebal dan tidak dibuat sirkulasi udara sehingga penguapan tidak terlalu cepat.
Strategi utama untuk bangunan:
Menghalangi radiasi sinar matahari langsung dengan louvers dan
sun shading (pembayang sinar matahari)
Isolasi radiasi panas dengan ruang udara (pada atap dan
pemakaian bahan-bahan bersel dan berpori atau berongga)
Jarak bangunan dengan bangunan lain jauh untuk memperlancar
aliran udara
Kenyamanan Thermis dicapai dengan aliran udara yang mengenai
tubuh manusia.
Menghentikan/isolasi radiasi dengan reflektor kurang sesuai
karena akan menambah panas lingkungan dan mengurangi
penerapan kelembaban dan penguapan.
Bahan-bahan yang dipakai sebaiknya mempunyai BJ kecil
(ringan), time lag rendah, kapasitas panas kecil, dimensi kecil,
berat sendiri kecil, dapat mengikuti kadar kelembaban udara
sekitar dan konduktivitas panas rendah.

b) Bagaimana Faktor-Faktor Cuaca Mempengaruhi Secara Umum


Pengaruh iklim pada kesehatan dan kenyamanan bangunan secara
umum. Bahwasannya perencanaan serta tata letak suatu bangunan
harus disesuaikan dengan keadaan iklim setempat adalah suatu hal
yang sejak lama sudah dikenal manusia secara universal. Berabad-abad
lamanya hingga kini dalam sejarah manusia, mereka belajar, meneliti dan
berusaha melindungi rumah-rumah ataupun bangunan-bangunannya
terhadap pengaruh-pengaruh yang tidak menguntungkan diri iklim
sesuai dengan keadaan serta kondisi daerahnya masing-masing.
Di negara kita Indonesia, umpamanya di daerah pulau Jawa; nenek
moyang kita sejak jaman purbakala selalu menghadap pintu utama
rumahnya ke arah Selatan atau utara. Hal ini antara lain disebabkan
karena dengan cara demikian ruangan-ruangan dengan mudah dapat
menerima aliran udara melalui bukaan (pintu dan jendela) rumahnya
termasuk sinar matahari pagi, namun pada siang hari sinar (radiasi)
matahari yang lebih condong ke utara tetap dihalangi oleh teritisan atap
rumah. Masyarakat didaerah Minangkabau memilih bentuk atap
rumahnya yang tinggi-tinggi serta curam, antara lain berguna untuk
mengisolasi teriknya matahari yang berlebihan dan memudahkan
pengaliran air hujan yang seringkali jatuhnya dengan jumlah besar.
Demikian pula untuk bentuk rumah panggung yang banyak
terdapat di negara kita, hal ini dimaksudkan untuk aliran udara (proses
ventilasi) dibawah lantai papan (panggung) agar dapat mengurangi
kelembaban udara yang berlebihan didalam ruangan.
a. Macam-macam sinar
Ultra Violet (jingga ultra)
Infra merah (infrared)
Cahaya terang
Sinar kosmik (kosmos = semesta alam)
b. Hujan
Curah hujan
Akibat fisikalis
Akibat kimia
Akibat biologis
Perembesan air dalam dinding
Basah dari bawah
Prinsip-prinsip bangunan tropis.
c. Temperatur dan kelembaban
Penyusupan kelembaban oleh daya-daya kapiler.
Perlindungan dari kelembaban
d. Angin
Angin antar benua dan samudra serta akibatnya.
Angin-angin setempat
Tekanan dan hisapan angina
Penendalian angin
Dalam proses perancangan arsitektur dengan memakai pendekatan
iklim, terdapat empat variabel yang dominan, yaitu:
1. Iklim
Gambaran iklim harus diketahui dengan baik. Karakteristik tahunan
atau harian dan masing-masing data di analisa sehingga dapat diketahui
ciri-ciri utama dari iklim setempat. Data-data tersebut meliputi:
a. Suhu udara (T, derajat Celcius)
b. Kelembaban relatif (RH)
c. Radiasi matahari (MRT, derajat Celcius)
d. Kecepatan angin yang ada (V, m/dt)
2. Biologi
Karakter iklim tersebut di atas kemudian dianalisa menurut syarat-
syarat kenyamanan bagi manusia sebagai pemakai bangunan. Sehingga
dapat diketahui kelakuan iklim tersebut. Selanjutnya akan bermanfaat
untuk perancangan bangunan.
3. Teknologi
Apabila telah diketahui iklim yang ada dan iklim yang dikehendaki
untuk kenyamanan, selanjutnya dengan teknologi yang ada perancangan
bangunan dapat diterapkan secara kuantitatif.

Thermal comfort dapat diperoleh dengan cara mengendalikan atau


mengatasi hal-hal berikut:
1. Sumber panas (pembakaran karbohidrat dalam makanan, suhu udara,
radiasi matahari). Untuk itu harus ada heat transfer (menurunkan atau
pertukaran panas) dari tubuh ke lingkungan, dengan cara:
Konduksi
Misalnya dengan memegang benda yang dingin atau berpindah ke
tempat yang lebih dingin. Penurunan panas yang terjadi sangat kecil.
Konveksi
Pertukaran udara melalui fluida bergerak. Penurunan panas yang
terjadi 40%. Misalnya, saat kepanasan kita keluar untuk mencari
udara segar atau fluida bergerak.
Radiasi
Penurunan panas yang terjadi 40%. Radiasi matahari diatasi dengan
menjauhi radiasi tersebut, atau dengan mengurangi makan, sebab
makanan menaikkan suhu tubuh.
Evaporasi
Memperbanyak penguapan. Penurunan panas 20% (kipas-kipas untuk
mempercepat evaporasi).

2. Kelembaban
Harus mengkondisikan atau mengendalikan kelembaban yang berasal
dari:
Keringat
Benda-benda
Sumber kelembaban
Sumber air
Tanaman
Teknologinya dengan memakai dehumidifier (AC), mengatur
kelembaban supaya sesuai dengan yang diinginkan. Cara mencapai
comfort dilakukan dengan mengendalikan penguapan dan sumber
kelembaban, yaitu:
Penguapan: keringat diuapkan
Pengeringan: sumber air yang tidak perlu, dikeringkan
Pengembunan (kondensasi): dengan AC pada udara jenuh
Penyerapan (absorbsi)

3. Angin
Terjadi angin karena adanya beda tekanan:
Gaya angin (perbedaan tekanan udara)
Gaya suhu (perbedaan suhu udara)
Gaya angin lebih besar daripada gaya suhu.

4. Radiasi Panas
Sinar matahari langsung dan tak langsung (pemantulan dan konduksi)
Pembakaran

c) Bagaimana Faktor-Faktor Cuaca Mempengaruhi Secara Khusus


Fungsi utama dari arsitektur adalah harus mampu menciptakan
lingkungan hidup yang lebih baik dengan cara menanggulangi tekanan iklim
yang ada. "Stress" yang terjadi harus sesedikit mungkin. Suatu sistem guna
mencapai kondisi keseimbangan antara iklim dan arsitektur sulit sekali untuk
diketengahkan, sebab dalam hal ini banyak sekali cabang ilmu yang
tersangkut.
Usaha untuk menyeimbangkan antara iklim dan arsitektur, dilakukan
dengan memanfaatkan unsur-unsur iklim yang ada, seperti angin, suhu udara,
dan lain-lain, sehingga akhirnya manusia dapat memperoleh kenyamanan
yang diharapkan.
Kenyamanan dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Kenyamanan thermal
2. Kenyamanan visual (cahaya)
3. Kenyamanan audial (akustika)
Pada penelitian ini, akan menggunakan pembahasan mengenai
kenyamanan thermal.
Kenyamanan thermal adalah suatu kondisi thermal yang dirasakan oleh
manusia bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh
lingkungan dan benda-benda di sekitar arsitekturnya.
Thermal comfort dipengaruhi oleh dua faktor:
1. Faktor fisik (physical environment)
Suhu udara
Kelembaban relatif
Kecepatan angin
2. Faktor non fisik (non physical environment)
Jenis kelamin
Umur atau usia
Pakaian yang dipakai
Jenis aktivitas yang sedang dikerjakan
Aspek kenyamanan thermal untuk perencanaan lingkungan binaan
mencakup:
1. Eksterior bangunan
2. Interior bangunan
Perencanaan terhadap masing-masing cakupan di atas berkaitan
dengan bentuk bangunan, seperti: ketinggian lantai bangunan, bentuk massa
dan dimensi bangunan.
1. Eksterior Bangunan
Gubahan massa bangunan, merupakan hal penting yang harus
diperhatikan dalam perencanaan. Gubahan massa sendiri dipengaruhi
oleh:
Bentuk bangunan
Jarak bangunan
Ketinggian bangunan
Kondisi bangunan di sekitarnya
Vegetasi (penutup tanah, perdu, pohon, dan lain-lain)
Bentang alam (danau, sungai, tebing, bukit, dan jurang)
Kondisi iklim mikro
Perkerasan tanah.
Gubahan massa bangunan bertujuan untuk:
Mengendalikan radiasi matahari
Mengendalikan angin dan kelembaban.
Pada bangunan satu lantai, udara yang masuk adalah udara
lembab yang menimbulkan dan meningkatkan kelembaban udara dalam
ruangan. Penambahan vegetasi pada ruang luar harus diperhitungkan
supaya pengaliran udara ke dalam bangunan dapat berfungsi.
Jarak vegetasi ke bangunan (s), tergantung dari tinggi (h).
Pertimbangan terhadap vegetasi sama halnya ketika kita membicarakan
pagar bangunan.
a. Pagar menghalangi aliran udara ke rumah
Ketinggian dan bentuk pagar jangan sampai menghalangi pengaliran
udara ke bangunan.
b. Pagar sirip dapat mengalirkan aliran udara ke rumah
Rumah ditinggikan dari tanah, sehingga pagar tidak menghalangi
pengaliran udara.

2. Interior Bangunan
Pada siang hari terjadi proses pemanasan, dan pada malam hari
terjadi pelepasan panas (pendinginan). Proses pendinginan secara
berantai (melalui fase-fase) pada bangunan satu lantai tetap efektif, tapi
tidak untuk bangunan berlantai banyak. Massa udara menghambat radiasi
dan konduksi, digantikan dengan konveksi. Kondisi ini disebut dengan
efek termos. Jadi, semakin banyak udara akan menguntungkan.
Untuk memahami secara baik bagaimana pengaruh lingkungan
luar terhadap bangunan, dapat diketahui dengan memahami bagaimana
perambatan panas yang terjadi pada bangunan.
Pada dasarnya perambatan panas terjadi secara bertingkat.
Perambatan panas tersebut berupa:
Konveksi
Radiasi
Konduksi (atap - dinding)
Evaporasi
Bentuk bangunan, seperti bentuk atap, dapat mempengaruhi
perambatan panas pada bangunan. Bangunan dengan bentuk atap datar
akan menghantarkan radiasi yang lebih besar daripada bangunan dengan
bentuk atap miring. Hal ini disebabkan karena pada bangunan dengan
atap datar, panas yang diradiasikan ke dalam bangunan jatuhnya tegak
lurus dan langsung masuk ke fase 2.
Sedangkan pada bangunan dengan atap miring, panas yang masuk
terlebih dahulu masuk ke dalam ruang atap, ditahan dulu oleh udara
(mengalami konveksi), sehingga panas yang masuk ke fase 2 lebih kecil.
Selain bentuk bangunan, bentuk ruangan juga berpengaruh
terhadap kenyamanan. Berikut ini. kita lihat perbandingan kenyamanan
pada beberapa bentuk ruang dengan luas yang sama.
Bentuk lingkaran merupakan bentuk ruang yang memiliki
kenyamanan yang paling tinggi, karena zona pori-porinya kecil dan
jaraknya sama rata dari titik pusat geometri.Pada bentuk persegi panjang,
orientasi mempengaruhi kenyamanan. Pada kotak A, zona pori-pori lebih
besar dari kotak B, sehingga kotak B lebih nyaman.

B. Kenyamanan Thermal
Kenyamanan manusia di dalam suatu bangunan dapat dibedakan menjadi
kenyamanan termal/suhu, kenyamanan visual/cahaya dan kenyamanan
akustik/suara. Kenyamanan ini bersifat subjektif tergantung dari kondisi fisik
seseorang, seperti usia, jenis kelamin, warna kulit dan kemampuan beradaptasi
serta kondisi lingkungan. Akan tetapi kenyamanan ini memiliki standar yang
sama di setiap tempat yang harus dipenuhi oleh suatu bangunan. Kenyamanan
termal berhubungan dengan iklim dan kalor. Ada beberapa aspek yang dapat
mempengaruhi kenyamanan termal, yaitu:
a) Suhu udara
Suhu udara ini erat kaitannya dengan kalor. Kalor tercipta karena
adanya perbedaan suhu. Kalor mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah.
Suhu udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu suhu udara normal dan
suhu udara rata-rata (MRT = Mean radiant temperature) yang merupakan
suhu rata-rata lingkungan sekitar seseorang. MRT dapat mempengaruhi
tubuh seseorang sebesar 66%. Kenyamanan termal akan tercipta jika
perbedaan antara MRT dan suhu udara normal kurang dari 50.
Kenyamanan termal pada manusia adalah pada suhu tubuh 370C dan jika
naik sampai 50 atau turun sampai 20 maka akan timbul ketidaknyamanan
atau bahkan kematian. Sedangkan suhu udara lingkungan dikatakan
nyaman pada suhu sekitar 250C, diatas 260C maka tubuh manusia sudah
berkeringat. Maka dari itu, selain kemampuan tubuh manusia untuk
mempertahankan suhu diperlukan juga pengondisian lingkungan yang
optimal. Seperti penggunaan pakaian yang tebal di daerah dingin atau
pemakaian kipas angin pada daerah yang panas.
b) Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah kandungan uap air di udara.
Kelembaban udara ini mempengaruhi pelepasan kalor dari tubuh
manusia. Kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan kalor di
dalam tubuh manusia sulit dilepaskan sehingga timbul ketidaknyamanan.
Begitupun dengan kelembaban udara yang rendah akan banyak
mengambil kalor dari tubuh sehingga akan timbul kulit kering dan
sebagainya.
c) Kecepatan aliran angina
Angin adalah udara yang bergerak. Udara yang bergerak ini
membantu mempercepat pelepasan kalor pada permukaan kulit
seseorang. Angin akan membantu mengangkat uap-uap air yang
menghambat pelepasan kalor. Akan tetapi jika angin ini terlalu kencang
maka kalor yang dilepaskan tubuh menjadi berlebih sehingga akan timbul
kondisi kedinginan yang mengurangi kenyamanan termal.
d) Radiasi matahari
Radiasi matahari sampai ke bumi untuk menghangatkan
permukaan bumi. Begitupun pada suatu bangunan, radiasi matahari akan
membuat ruangan terasa hangat. Pada siang hari radiasi matahari ini
melimpah sehingga jika terlalu banyak akan mengakibatkan suhu udara di
dalam ruangan meningkat, sebaliknya pada malam hari radiasi matahari
sangat minim sehingga menimbulkan kedinginan pada tubuh seseorang.
Maka dari itu diperlukan perancangan bangunan yang dapat mengatasi
kelebihan dan kekurangan dari efek radiasi matahari ini.

Keempat aspek tersebut adalah aspek lingkungan, namun terdapat aspek lain
yang merupakan aspek manusia yaitu:
a) Aktivitas manusia
Aktivitas manusia pada umumnya menghasilkan kalor yang akan
dilepaskan ke lingkungan. Kalor ini berbeda-beda untuk setiap aktivitas.
Aktivitas berat seperti berolahraga, mengangkat beban dan pekerjaan
berat lain yang memerlukan energi yang besar akan menghasilkan kalor
yang besar pula. Sedangkan aktivitas seperti istirahat atau tidur
menghasilkan kalor yang minimum.

b) Pakaian
Kalor yang dilepaskan seseorang ke lingkungan dipengaruhi juga
oleh pakaian yang dikenakan. Ketika pakaian yang dikenakan adalah
pakaian yang tipis dan pendek maka pelepasan kalor akan banyak terjadi.
Hal ini biasanya dilakukan di daerah dengan suhu udara yang tinggi.
Sebaliknya jika pakaian yang dipakai adalah pakaian tebal dan panjang
maka pelepasan kalor dari kulit akan minimum. Biasanya pakaian seperti
ini dipakai di daerah dengan suhu rendah.

Untuk dapat mencapai kenyamanan termal maka diperlukan pengondisian


udara yang baik. Pengondisian udara ini bisa secara alami atau buatan.
Pengondisian udara ini tergantung dari kebutuhan di setiap daerah. Untuk
daerah tropis maka pengondisian udara yang dibutuhkan adalah untuk
mengurangi kalor yang dalam suatu bangunan sedangkan di daerah dingin maka
pengondisian udara yang dimaksud adalah bertujuan untuk mempertahankan
kalor di dalam ruangan. Untuk daerah tropis seperti Indonesia, pengondisian
udara secara alami adalah dengan cara memanfaatkan aliran angin dan
menghindari radiasi matahari berlebih. Hal ini dapat dicapai dengan merancang
sebuah bangunan dengan memperhatikan arah aliran angin di lingkungan sekitar
dan arah bukaan jendela yang tidak menghadap matahari langsung. Sedangkan
pengondisian udara buatan adalah suatu rekayasa di dalam ruangan dengan
menciptakan aliran udara secara paksa. Hal yang sudah lazim adalah
penggunaan kipas angin atau AC pada ruangan untuk menurunkan suhu di
dalam ruangan atau menggunakan heater untuk menaikkan suhu udara di
malam hari. Tentunya pengondisian udara buatan ini memerlukan energi yang
besar sehingga pada perancangan bangunan pengondisian udara secara alami
sangat dioptimalkan.

Pengondisian udara atau penghawaan secara alami dapat dilakukan dengan


beberapa hal berikut:

a) Bukaan jendela atau ventilasi yang baik


Ventilasi adalah suatu celah atau lubang tempat mengalirnya udara
untuk tujuan pertukaran kalor. Ventilasi ini biasanya merupakan bukaan
jendela pada suatu bangunan. Arah bukaan jendela biasanya tergantung
dari keadaan iklim suatu daerah dengan memperhatikan arah radiasi
matahari. Pada daerah tropis maka orientasi bangunannya menghindari
arah radiasi matahari langsung. Biasanya untuk keperluan ini dirancang
bangunan dengan orientasi Utara-Selatan, artinya bukaan jendela
terdapat di sisi Utara dan Selatan sehingga radiasi matahari yang masuk
melalui bukaan jendela dapat diminimumkan. Bukaan jendela ini berkaitan
juga dengan arah aliran angin. Untuk mendapatkan udara yang sejuk
maka arah bukaan jendela harus searah dengan arah aliran angin. Aliran
angin ini akan sangat membantu adanya konveksi di dalam ruangan
sehingga kalor yang ada di dalam suatu ruangan akan dilepaskan dengan
mudah.

b) Perancangan plafon yang tinggi


Plafon yang dirancang dengan ketinggian hingga 3,15 m akan
menurunkan suhu ruangan 0,150C (mendesain rumah tropis , Bona
Yudha Prasetya). Dengan plafon yang tinggi maka akan tercipta ruang
konveksi yang besar. Udara panas akan cenderung naik ke atas, maka
pada bangunan dengan plafon yang tinggi udara panas akan berkumpul di
atas sehingga aktivitas manusia yang berada di bawah tidak akan
terganggu dengan panas. Perancangan plafon ini akan maksimal jika
ditambah perancangan ventilasi di bagian atas ruangan sehingga udara
panas dari bagian atas ruangan akan bersirkulasi dengan udara segar
dari luar.

c) Perancangan elemen pembayang pada jendela


Bukaan jendela atau ventilasi merupakan hal yang bersifat
permanen karena merupakan bagian dari rancangan bangunan.
Sedangkan untuk pengondisian yang lebih fleksibel sesuai dengan
keperluan aktivitas seseorang maka dibutuhkan elemen pembayang.
Elemen pembayang ini dapat bersifat permanen atau dapat diatur
(adjustable). Elemen pembayang permanen biasanya berupa overhang di
luar bangunan atau louver dan light-shelves di atas jendela. Sedangkan
elemen pembayang yang dapat diatur biasanya berupa tenda atau
gondola di luar bangunan atau roller dan curtain yang dipasang di dalam
bangunan.

d) Pemilihan material bangunan


Material bangunan biasanya digunakan pada dinding untuk
berbagai keperluan. Untuk meningkatkan kenyamanan termal, misalnya
pada bangunan dengan orientasi bukaan jendela Utara-Selatan maka
dinding yang menghadap Timur dan Barat haruslah memiliki material yang
lambat dalam menghantarkan kalor dari radiasi matahari. Sehingga pada
malam hari ketika radiasi matahari minimum, kalor yang merambat melalui
dinding akan sampai di dalam ruangan dan menghangatkan ruangan.
Pemilihan material ini bertujuan untuk memaksimalkan sirkulasi udara di
dalam ruangan.
e) Penanaman vegetasi di sekitar bangunan
Penanaman vegetasi ditujukan untuk memperoleh lebih banyak
udara segar di sekitar bangunan. Vegetasi yang rimbun juga akan
menimbulkan efek teduh yang akan meningkatkan kenyamanan. Vegetasi
ini baiknya diletakkan menghadap matahari langsung agar dapat
berfotosintesis secara maksimal dan menghasilkan lebih banyak oksigen
yang akan masuk ke dalam ruangan.

Anda mungkin juga menyukai