BANGUNAN
Dosen:
Ir. Lily Kusumawati, MT
Disusun Oleh:
Ayudia Ciremai Putri (152.160.006)
Meningkatnya suhu dalam ruangan ini bisa jadi disebabkan tidak adanya
sirkulasi udara yang memadai, tapi juga disebabkan oleh penyerapan panas matahari
oleh bangunan. Panas matahari yang masuk ke dalam bangunan menyebabkan suhu
dalam ruangan menjadi tinggi, ditambah dengan kelembaban udara yang juga tinggi,
membuat ruangan menjadi tidak nyaman.
Sinar matahari terdiri dari 5% sinar UV, 45% sinar tampak dan 50% sinar NIR
(Near Infrared). Sinar infra merah berupa panas, yang jika mengenai permukaan luar
suatu bangunan akan diserap sebagian dan sisanya dipantulkan. Hampir 83% panas
matahari yang mengenai dinding bangunan terserap, dan dengan cara radiasi, konduksi
dan konveksi dipancarkan ke dalam ruangan.
Menurut Apriyani, proses penyerapan panas tersebut sangat dipengaruhi jenis
bahan dan warna. Bahan yang berbeda akan memberikan nilai konduktivitas panas
yang berbeda pula. Konduktivitas panas (W/m.K) adalah suatu besaran intensif bahan
yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas (secara matematik :
laju aliran panas jarak / (luas perbedaan suhu). Semakin besar nilai konduktivitas
panas suatu bahan, maka bahan tersebut semakin mudah merambatkan panas. Selain
jenis bahan, warna juga memberikan pengaruh terhadap proses penyerapan panas.
Besarannya dinyatakan dalam nilai albedo atau TSR. TSR adalah ratio jumlah sinar
matahari yang dipantulkan oleh suatu permukaan dibandingkan dengan total sinar
matahari yang mengenai permukaan tersebut, memiliki range : 0 - 1 (0: warna hitam; 1:
warna putih). Semakin besar nilai TSR, maka panas yang dipantulkan semakin besar
dan permukaan akan semakin dingin.
Seiring dengan perkembangan teknologi dalam dunia coating, terdapat beberapa
cara untuk mengurangi penyerapan panas oleh material (dinding, atap) dan mengurangi
panas dalam ruangan, antara lain :
Melalui aspek pemantulan panas/sinar infra merah matahari ke dalam bangunan,
dengan menggunakan teknologi pigment reflektif (pigmen pemantul) pada pelapis
material (coating) dan cat. Melalui aspek insulasi untuk menghambat perambatan
panas, menggunakan advanced ceramic filler (material berbahan filler keramik). Melalui
aspek waterproofing untuk melindungi kerusakan akibat air.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Prihantini (2012), dengan penggunaan
pigmen pemantul maka akan diperoleh rata-rata penurunan suhu ruangan sebesar
1,50C dan penghematan energi untuk alat pendingin udara sekitar 9%.
2. Kelembaban
Harus mengkondisikan atau mengendalikan kelembaban yang berasal
dari:
Keringat
Benda-benda
Sumber kelembaban
Sumber air
Tanaman
Teknologinya dengan memakai dehumidifier (AC), mengatur
kelembaban supaya sesuai dengan yang diinginkan. Cara mencapai
comfort dilakukan dengan mengendalikan penguapan dan sumber
kelembaban, yaitu:
Penguapan: keringat diuapkan
Pengeringan: sumber air yang tidak perlu, dikeringkan
Pengembunan (kondensasi): dengan AC pada udara jenuh
Penyerapan (absorbsi)
3. Angin
Terjadi angin karena adanya beda tekanan:
Gaya angin (perbedaan tekanan udara)
Gaya suhu (perbedaan suhu udara)
Gaya angin lebih besar daripada gaya suhu.
4. Radiasi Panas
Sinar matahari langsung dan tak langsung (pemantulan dan konduksi)
Pembakaran
2. Interior Bangunan
Pada siang hari terjadi proses pemanasan, dan pada malam hari
terjadi pelepasan panas (pendinginan). Proses pendinginan secara
berantai (melalui fase-fase) pada bangunan satu lantai tetap efektif, tapi
tidak untuk bangunan berlantai banyak. Massa udara menghambat radiasi
dan konduksi, digantikan dengan konveksi. Kondisi ini disebut dengan
efek termos. Jadi, semakin banyak udara akan menguntungkan.
Untuk memahami secara baik bagaimana pengaruh lingkungan
luar terhadap bangunan, dapat diketahui dengan memahami bagaimana
perambatan panas yang terjadi pada bangunan.
Pada dasarnya perambatan panas terjadi secara bertingkat.
Perambatan panas tersebut berupa:
Konveksi
Radiasi
Konduksi (atap - dinding)
Evaporasi
Bentuk bangunan, seperti bentuk atap, dapat mempengaruhi
perambatan panas pada bangunan. Bangunan dengan bentuk atap datar
akan menghantarkan radiasi yang lebih besar daripada bangunan dengan
bentuk atap miring. Hal ini disebabkan karena pada bangunan dengan
atap datar, panas yang diradiasikan ke dalam bangunan jatuhnya tegak
lurus dan langsung masuk ke fase 2.
Sedangkan pada bangunan dengan atap miring, panas yang masuk
terlebih dahulu masuk ke dalam ruang atap, ditahan dulu oleh udara
(mengalami konveksi), sehingga panas yang masuk ke fase 2 lebih kecil.
Selain bentuk bangunan, bentuk ruangan juga berpengaruh
terhadap kenyamanan. Berikut ini. kita lihat perbandingan kenyamanan
pada beberapa bentuk ruang dengan luas yang sama.
Bentuk lingkaran merupakan bentuk ruang yang memiliki
kenyamanan yang paling tinggi, karena zona pori-porinya kecil dan
jaraknya sama rata dari titik pusat geometri.Pada bentuk persegi panjang,
orientasi mempengaruhi kenyamanan. Pada kotak A, zona pori-pori lebih
besar dari kotak B, sehingga kotak B lebih nyaman.
B. Kenyamanan Thermal
Kenyamanan manusia di dalam suatu bangunan dapat dibedakan menjadi
kenyamanan termal/suhu, kenyamanan visual/cahaya dan kenyamanan
akustik/suara. Kenyamanan ini bersifat subjektif tergantung dari kondisi fisik
seseorang, seperti usia, jenis kelamin, warna kulit dan kemampuan beradaptasi
serta kondisi lingkungan. Akan tetapi kenyamanan ini memiliki standar yang
sama di setiap tempat yang harus dipenuhi oleh suatu bangunan. Kenyamanan
termal berhubungan dengan iklim dan kalor. Ada beberapa aspek yang dapat
mempengaruhi kenyamanan termal, yaitu:
a) Suhu udara
Suhu udara ini erat kaitannya dengan kalor. Kalor tercipta karena
adanya perbedaan suhu. Kalor mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah.
Suhu udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu suhu udara normal dan
suhu udara rata-rata (MRT = Mean radiant temperature) yang merupakan
suhu rata-rata lingkungan sekitar seseorang. MRT dapat mempengaruhi
tubuh seseorang sebesar 66%. Kenyamanan termal akan tercipta jika
perbedaan antara MRT dan suhu udara normal kurang dari 50.
Kenyamanan termal pada manusia adalah pada suhu tubuh 370C dan jika
naik sampai 50 atau turun sampai 20 maka akan timbul ketidaknyamanan
atau bahkan kematian. Sedangkan suhu udara lingkungan dikatakan
nyaman pada suhu sekitar 250C, diatas 260C maka tubuh manusia sudah
berkeringat. Maka dari itu, selain kemampuan tubuh manusia untuk
mempertahankan suhu diperlukan juga pengondisian lingkungan yang
optimal. Seperti penggunaan pakaian yang tebal di daerah dingin atau
pemakaian kipas angin pada daerah yang panas.
b) Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah kandungan uap air di udara.
Kelembaban udara ini mempengaruhi pelepasan kalor dari tubuh
manusia. Kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan kalor di
dalam tubuh manusia sulit dilepaskan sehingga timbul ketidaknyamanan.
Begitupun dengan kelembaban udara yang rendah akan banyak
mengambil kalor dari tubuh sehingga akan timbul kulit kering dan
sebagainya.
c) Kecepatan aliran angina
Angin adalah udara yang bergerak. Udara yang bergerak ini
membantu mempercepat pelepasan kalor pada permukaan kulit
seseorang. Angin akan membantu mengangkat uap-uap air yang
menghambat pelepasan kalor. Akan tetapi jika angin ini terlalu kencang
maka kalor yang dilepaskan tubuh menjadi berlebih sehingga akan timbul
kondisi kedinginan yang mengurangi kenyamanan termal.
d) Radiasi matahari
Radiasi matahari sampai ke bumi untuk menghangatkan
permukaan bumi. Begitupun pada suatu bangunan, radiasi matahari akan
membuat ruangan terasa hangat. Pada siang hari radiasi matahari ini
melimpah sehingga jika terlalu banyak akan mengakibatkan suhu udara di
dalam ruangan meningkat, sebaliknya pada malam hari radiasi matahari
sangat minim sehingga menimbulkan kedinginan pada tubuh seseorang.
Maka dari itu diperlukan perancangan bangunan yang dapat mengatasi
kelebihan dan kekurangan dari efek radiasi matahari ini.
Keempat aspek tersebut adalah aspek lingkungan, namun terdapat aspek lain
yang merupakan aspek manusia yaitu:
a) Aktivitas manusia
Aktivitas manusia pada umumnya menghasilkan kalor yang akan
dilepaskan ke lingkungan. Kalor ini berbeda-beda untuk setiap aktivitas.
Aktivitas berat seperti berolahraga, mengangkat beban dan pekerjaan
berat lain yang memerlukan energi yang besar akan menghasilkan kalor
yang besar pula. Sedangkan aktivitas seperti istirahat atau tidur
menghasilkan kalor yang minimum.
b) Pakaian
Kalor yang dilepaskan seseorang ke lingkungan dipengaruhi juga
oleh pakaian yang dikenakan. Ketika pakaian yang dikenakan adalah
pakaian yang tipis dan pendek maka pelepasan kalor akan banyak terjadi.
Hal ini biasanya dilakukan di daerah dengan suhu udara yang tinggi.
Sebaliknya jika pakaian yang dipakai adalah pakaian tebal dan panjang
maka pelepasan kalor dari kulit akan minimum. Biasanya pakaian seperti
ini dipakai di daerah dengan suhu rendah.