Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI

DI SUSUN OLEH :

REZA GUSTI PRATAMA, S.Kep.


NPM. 2016740117

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
1

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)


STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI

A. TOPIK
Sesi 3 TAK Stimulasi Persepsi: Halusinasi

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien dapat memiliki kemampuan untuk mengatasi halusinasi
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan bercakap-
cakap untuk mencegah munculnya halusinasi.
b. Klien dapat menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mulai
mengalami halusinasi.

C. LANDASAN TEORI
Halusinasi merupakan persepsi terhadap suatu stimulus eksternal dimana
stimulus tersebut pada kenyataannya tidak ada (Rawlin, 1993). Keliat (2011)
menyebutkan bahwa halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori
persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi
berupa suara, penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, atau penghidu
tanpa stimulus yang nyata. Halusinasi diartikan juga sebagai persepsi yang
salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak
sesuai dengan realita. Penerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca
indera dimana orang tersebut dalam keadaan sadar atau terbangun yang
disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik, atau histeris
(Wijataningsih, 2015).

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan


yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart &
Laraia, 2001 dari Keliat, 2004). Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi
2

pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara
menyelesaikan masalah. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui dan
dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain (Keliat, 2004).
Program terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu asuhan keperawatan
dengan gangguan jiwa yang dilakukan tidak hanya difokuskan pada aspek
psikologis, fisik, dan sosial namun juga pada aspek kognitif. Ada beberapa
terapi modalitas yang dapat diterapkan salah satunya dengan terapi aktivitas
kelompok simulasi persepsi. Terapi kelompok merupakan suati psikoterapi
yang dilakukan sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin dan diarahkan oleh terapis.

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang


dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama (Keliat, 2004). Aktivitas digunakan sebagai terapi,
dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saing membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

D. KLIEN
1. Karakteristik/kriteria klien yang terlibat dalam TAK ini antara lain:
a. Klien dapat diajak bekerjasama.
b. Klien dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi dengar.
c. Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang
mengidap penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain)
d. Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya.
2. Proses seleksi
a. Pengkajian oleh mahasiswa.
b. Penyeleksian masalah berdasarkan masalah keperawatan.
c. Klien tidak disorientasi.
d. Klien tidak inkoheren.
3

e. Sehat fisik, cukup kooperatif dan dapat memahami pesan yang


diberikan.
f. Mengklarifikasi klien dan bekerja sama dengan perawat ruangan.
g. Mengadakan kontrak dengan klien.
3. Jumlah klien sekitar 7 orang.

E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
a. Hari, tanggal : Kamis, 3Agustus 2017
b. Waktu :16.30 s.d 17.00 WIB (30 menit)
c. Tempat :Ruang Nuri RS Jiwa Soeharto Heerdjan Jakarta

2. Tim terapis
a. Tim terapis dan uraian tugas
1) Leader: Reza Gusti Pratama, S.Kep.
Uraian tugas:
a) Menjelaskan tujuan pelaksanaan TAK.
b) Menjelaskan peraturan kegiatan TAK sebelum kegiatan
dimulai.
c) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok.
d) Mampu memimpin TAK dengan baik.
2) Co Leader: Putri Wulansari, S.Kep.
Uraian tugas:
a) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktifitas klien.
b) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c) Mengingatkan leader tentang waktu.
d) Mengoperasikan tape recorder.
3) Fasilitator: Setya Gunawan, S.Kep.
Uraian tugas:
a) Memfasilitasi klien yang kurang aktif.
4

b) Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan


berlangsung.
c) Mempertahankan kehadiran peserta.
4) Observer: Reni Andriyani, S.Kep.
Uraian tugas:
a) Mengobservasi jalannya/proses kegiatan.
b) Mencatat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan
berlangsung.

b. Setting tempat
1) Setting: peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2) Ruangan nyaman dan tenang

K L CL K

K K

K O K F K

Keterangan:
K : Klien L : Leader CL : Co Leader
O : Observer F : Fasilitator

3. Metode dan media


a. Metode yang digunakan, antara lain:
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Simulasi dan latihan
b. Media
1) Flip chart
2) Spidol dan kertas.
5

F. PROSES PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang mengikuti sesi
3.

2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1) Terapis menanyakan keadaan klien saat ini.
2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah
dipelajari.
3) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara
mengontrol halusinasi yang telah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan satu cara
mengontrol halusinasi.
2) Menjelaskan aturan main
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus
meminta ijin kepada fasilitator dan fasilitator kemudian
menyampaikan kepada leader.
Lama kegiatan 30 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mengatasi halusinasi.
b. Terapis meminta klien menjelaskan situasi yang sering dialami
sehingga mengalami halusinasi. Klien diminta untuk bercerita secara
bergantian.
6

c. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap dengan orang lain jika


ada tanda halusinasi muncul.
d. Klien diminta untuk memperagakan hal yang sama secara bergantian.
e. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai
memperagakan.

4. Terminasi
a. Evaluasi respon subyektif klien
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) 70% klien menyatakan akan melakukan kegiatan bercakap-cakap
dengan orang lain.
b. Evaluasi respon obyektif klien
1) 100% klien mengikuti TAK dari awal sampai akhir
2) 100% klien dapat memperagakan cara bercakap-cakap dengan
orang lain saat halusinasi muncul.
c. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan setiap anggota kelompok untuk menerapkan cara
yang telah dipelajari jika halusinasi muncul
2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan klien
3) Mendorong klien untuk memulai bercakap-cakap jika ada klien
lain yang mulai mengalami halusinasi.
d. Kontrak
1) Leader menyampaikan kegiatan berikutnya.
2) Leader bersama-sama dengan klien menyepakati waktu dan
tempat.

G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang dan memungkinkan klien untuk
berkonsentrasi terhadap kegiatan TAK.
7

b. Pengorganisasian penyelenggaraan TAK dilakukan sebelumnya


dengan penanggungjawab ruang rawat Nuri.
c. Klien sepakat untuk melakukan kegiatan.
d. Alat dan fasilitas kegiatan TAK dalam kondisi baik.
e. Leader, co-leader, fasilitator, dan observer berperan sesuai tugasnya
masing-masing.

2. Evaluasi Proses
a. Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Klien merasa nyaman.
c. Klien berinteraksi dengan perawat dengan baik.
d. Klien dapat menyebutkan pentingnya bercakap-cakap, cara bercakap-
cakap, dan memperagakan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

3. Evaluasi hasil
a. 100% klien mengikuti kegiatan TAK dari awal hingga akhir.
b. 70% klien dapat menyebutkan pentingnya bercakap-cakap
c. 70% klien dapat menyebutkan cara bercakap-cakap
d. 100% klien dapat memperagakan cara bercakap-cakap.
e. 100% klien menyatakan nyaman dengan kegiatan TAK.

H. FORMAT EVALUASI
Terlampir

I. DOKUMENTASI
Perawat melakukan dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat
TAK pada catatan proses keperawatan setiap klien. Klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi sensori. Catat kemampuan klien dalam menyebutkan
pentingnya bercakap-cakap, cara bercakap-cakap, dan memperagakan cara
bercakap-cakap. Klien dianjurkan untuk menggunakan cara bercakap-cakap
jika halusinasi muncul.
8

FORMAT EVALUASI
SESI 2 TAK STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI
Kemampuan Bercakap-cakap Halusinasi

Hari :Kamis
Tanggal : 3 Agustus 2017

NAMA PESERTA
NO. ASPEK YANG DINILAI

1. Menyebutkan cara yang


selama ini digunakan dalam
mengatasi halusinasi dan
efektivitasnya.
2. Menyebutkan pentingnya
bercakap-cakap ketika
halusinasi muncul
3. Menyebutkan cara bercakap-
cakap
4. Memperagakan saat mulai
percakapan
Jumlah

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang mengikuti TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien semua aspek dinilai dengan memberi tanda ceklis () jika
klien mampu melaksanakannya atau tanda silang (X) jika tidak mampu
melaksanakannya.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4
berarti klien mampu; jika nilai 2 klien berarti belum mampu.
9

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A. (2004). Keperawatan Jiwa Terapi Aktifitas Kelompok. Jakarta: EGC.

Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.

Rawlins, R.P, dan Heacock, P.E. (1993). Clinical Mannual of Psychiatric


Nursing. St. Louis: Mosby Year Book.

Wijayaningsih, K. S. (2015). PanduanLengkap Praktek Klinik Keperawatan Jiwa.


Jakarta : Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai