Anda di halaman 1dari 34

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien

Firdaus Luke Nugraha


10 2010 007 (F1)
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)
Jalan Arjuna Utara No 6 Jakarta Barat 11470
Firdaus_luke_08@yahoo.com

Studi Kasus

Seorang pasien laki-laki datang ke praktek dokter. Pasien ini dan keluarganya adalah pasien
lama dokter tersebut, dan sangat akrab serta selalu mendiskusikan kesehatan keluarganya
dengan dokter tersebut. Kali ini pasien laki-laki ini datang sendirian dan mengaku telah
melakukan hubungan dengan wanita lain seminggu yang lalu. Sesudah itu, ia masih tetap
berhubungan dengan istrinya. Dua hari terakhir ia mengeluh bahwa alat kemaluannya
mengeluarkan nanah dan terasa nyeri. Setelah diperiksa ternyata ia menderita GO. Pasien
tidak ingin diketahui istrinya tahu, karena bisa terjadi pertengkaran diantara keduanya.
Dokter tahu bahwa mengobati penyakit tersebut pada pasien ini tidaklah sulit,tetapi oleh
karena ia telah berhubungan juga dengan istrinya maka mungkin istrinya juga sudah
tertular.Istrinya juga harus diobati.

*Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana Angkatan 2010

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 1


PENDAHULUAN

Setiap pasien dapat meminta pertolongan dokter dengan perasaan aman dan bebas. Pasien
dapat menceritakan dengan hati terbuka segala keluhannya, baik yang bersifat jasmaniah
maupun rohaniah, dengan keyakinan bahwa hal itu berguna untuk menyembuhkan dirinya.

Dalam perkembangan masa sekarang ini, bidang hukum pidana maupun perdata bertalian erat
dengan bidang hukum kedokteran, terutama dalam kaitannya dengan aspek Etika dalam
kedokteran yang menerangkan bahwa adanya suatu rahasia profesi yang harus dijunjung
tinggi oleh tenaga kesehatan yang ada. Etika kedokteran ialah suatu kumpulan asas atau nilai
moral yang menjadi pegangan bagi para dokter untuk mengatur tingkah lakunya dalam
menjalankan tugas. Yang terkait dengan etika tersebut salah satunya ialah menjaga rahasia
kedokteran, yang merupakan kewajiban dokter dan hak dari pasien haruslah benar-benar
dijaga kerahasiaannya. Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala hal yang
disampaikan oleh pasien secara sadar atau tidak sadar kepada dokter yang diketahui sewaktu
mengobati dan merawat pasien. Sehingga pasien tidak perlu merasa khawatir bahwa segala
sesuatu mengenai keadaannya akan disampaikan kepada orang lain. Namun rahasia
kedokteran tersebut dapat dibuka apabila ada daya paksa, ada perintah jabatan maupun
karena menjalankan undang-undang yang akan dibahas dalam makalah ini.

PEMBAHASAN

ETIKA PROFESI KEDOKTERAN

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu sikap dan
atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian baik buruk
dan benar salah dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan teori etika yang cukup
banyak jumlahnya.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 2


Etika Kedokteran dalam KODEKI

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA 1

Kewajiban Umum :

Pasal 1

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah


dokter.

Pasal 2

Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai


dengan standar profesi yang tertinggi.

Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh


dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.

Pasal 4

Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah
memperoleh persetujuan pasien.

Pasal 6

Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan


menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 3


Pasal 7a

Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan


medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai
rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui
memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien

Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien

Pasal 7d

Setiap dokten harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup


makhluk insani.

Pasal 8

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan


kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan
yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik
maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat
yang sebenar-benarnya.

Pasal 9

Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

Kewajiban Dokter Terhadap Pasien :

Pasal 10

Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 4


wajib menujuk pasien kepada dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit
tersebut.

Pasal 11

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam
masalah lainnya.

Pasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang


seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas


perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.

Kaidah moral kedokteran

Jenis hubungan dokter pasien sangat dipengaruhi oleh etika profesi kedokteran, sebagai
konsekuensi dari kewajiban-kewajiban profesi yang memberikan batasan atau rambu-
rambu hubungan tersebut. Kewajiban-kewajiban tersebut tertuang di dalam prinsip moral
profesi, yaitu : 2

a) Autonomy (menghormati hak-hak pasien)


b) Beneficence (berorientasi pada kebaikan pasien)
c) Non-maleficence (tidak mencelakakan atau memperburuk keadaan pasien)
d) Justice (meniadakan diskriminasi)
e) Veracity (kebenaran informasi)
f) Fidelity (kesetiaan)
g) Privasi (menghormati hak pribadi)
h) Confidentiality (menjaga kerahasiaan)

Keempat prinsip teratas sering dikelompokkan sebagai prinsip dasar hubungan dokter-
pasien, sedangkan sisa dibawahnya dikelompokkan sebagai prinsip turunan. Beauchamp

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 5


and Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu keputusan etik
diperlukan 4 kaidah dasar moral dan beberapa rules dibawahnya. Ke-4 kaidah dasar
moral tersebut adalah : 3

a. Prinsip autonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,


terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination). Pasien berhak
menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, dan
membiarkan pasien demi dirinya sendiri sebagai mahluk bermartabat.

b. Prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang


ditujukan kekebaikan pasien. Melindungi dan mempertahankan hak pasien,
mencegah terjadi kerugian, menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada
yang lain. Mengutamakan kepentingan pasien, memandang pasien tak hanya
sejauh menguntungkan dokter atau pihak lain, maksimalisasi akibat baik.
c. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai primum non
nocere atau above all do no harm. Tidak boleh berbuat jahat atau
membuat derita pasien, minimalisasi akibat buruk. Kewajiban dokter
menganut ini berdasarkan pada pasien yang dalam keadaan amat berbahaya
atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting, dokter sanggup mencegah
bahaya atau kehilangan tersebut, tindakan kedokteran tadi terbukti efektif,
manfaat bagi pasien lebih banyak dari kerugian dokter.
d. Prinsip Justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan
keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya,
memberikan perlakuan yang sama untuk setiap orang.

Pada awalnya, hubungan dokter-pasien adalah hubungan yang bersifat paternalistik,


dengan prinsip moral utama adalah beneficence. Sifat hubungan paternalistik ini
kemudian dinilai telah mengabaikan nilai otonomi pasien, dan dianggap tidak sesuai
dengan perkembangan moral saat ini, sehingga berkembanglah teori hubungan
kontraktual. Veatch (1972) mengatakan bahwa dokter dan pasien adalah pihak-pihak
yang bebas, yang meskipun memiliki perbedaan kapasitas dalam membuat keputusan,
tetapi saling menghargai. Hubungan kontrak seharusnya terjadi pertukaran informasi dan

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 6


negosiasi sebelum terjadinya kesepakatan, namun juga memberikan peluang kepada
pasien untuk menyerahkan pengambilan keputusan kepada dokter.2

Etika Kedokteran dalam UU No.29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004


TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN 4

Pasal 2

Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai


ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan
keselamatan pasien.

Pasal 3

Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk :

a. memberikan perlindungan kepada pasien;


b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang
diberikan oleh dokter dan dokter gigi; dan
c. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.
Pasal 29

(1) Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di
Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi
dokter gigi.

(2) Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia.

(3) Untuk memperoleh surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi
dokter gigi harus memenuhi persyaratan :

a. memiliki ijazah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi
spesialis;
b. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter
atau dokter gigi;

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 7


c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki sertifikat kompetensi; dan
e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.
Pasal 35

(1) Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi
mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan
dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas:

a. mewawancarai pasien;
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
c. menentukan pemeriksaan penunjang;
d. menegakkan diagnosis;
e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
f. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
g. menulis resep obat dan alat kesehatan;
h. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
i. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan
j. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah
terpencil yang tidak ada apotek.
Pasal 36

Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia
wajib memiliki surat izin praktik.

Pasal 37

(1) Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dikeluarkan oleh
pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat praktik kedokteran
atau kedokteran gigi dilaksanakan.

(2) Surat izin praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat. (3) Satu surat izin
praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 8


Pasal 39

Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter


atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan
pemulihan kesehatan.

Pasal 40

(1) Dokter atau dokter gigi yang berhalangan menyelenggarakan praktik


kedokteran harus membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter atau dokter gigi
pengganti.

(2) Dokter atau dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dokter atau dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik.

Pasal 41

(1) Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik dan
menyelenggarakan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
wajib memasang papan nama praktik kedokteran.

(2) Dalam hal dokter atau dokter gigi berpraktik di sarana pelayanan kesehatan,
pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar dokter atau dokter
gigi yang melakukan praktik kedokteran.

Pasal 44

(1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib
mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.

(2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut
jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan.

(3) Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 46

(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 9


(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi
setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.

(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 47

(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan


milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam
medis merupakan milik pasien.

(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.

(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 48

(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran.

(2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,
permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan
Menteri.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 10


INFORMED CONSENT

Definisi Informed Consent 5

Informed telah diberikan penjelasan/informasi

Consent persetujuan yang diberikan kepada seseorang utk berbuat sesuatu

Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa tindakan medis (pasien)
kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis (dokter) untuk melakukan tindakan medis
dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :

1. Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang


mengandung resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No.
585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88
butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup
besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya pihak
pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis
serta resiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent);
2. Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat
non-invasif dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak
pasien;
3. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien
yang akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan
lengannya sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap
dirinya.

Tujuan Informed Consent:

1. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang


sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya
yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.
2. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan
bersifat negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada
setiap tindakan medik ada melekat suatu resiko (Permenkes No.
290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3)

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 11


Informed consent dalam PerMenKes

Peraturan Menteri Kesehatan No. 585/MenKes/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan


Medik 6
Pasal 1. Permenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989
(1) Persetujuan tindakan medik/informed consent adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenal
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut;
(2) Tindakan medik adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasien
berupa diagnostik atau terapeutik;
(3) Tindakan invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh;
(4) Dokter adalah dokter umur/dokter spesialis dan dokter gigi/dokter gigi
spesialis yang bekerja di rumah sakit, pus kesmes, klinik atau praktek pero-
rangan/bersama.

Pasal 2. Permenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989


(1) Semua tindakan medik yg akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
(2) Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan.
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medik yang
bersangkutan serta resiko yang dapat ditimbulkannya.
(4) Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat
pendidikan serta kondisi dan situasi pasien

Pasal 3. Permenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989


(1) Setiap tindakan medik yang mengandung risiko tinggi harus dengan
persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan.
(2) Tindakan medik yang tidak termasuk sebagaimana dimaksud dalam pasal
ini tidak diperlukan persetujuan tertulis, cukup persetujuan lisan
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat diberikan secara nyata-
nyata atau secara diam-diam.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 12


Pasal 4. Permenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989
(1) Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik
diminta maupun tidak diminta.
(2) Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya, kecuali bila
dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan
kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi.

Pasal 5. Permenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989


(1) Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari
tindakan medik yang akan dilakukan, baik diagnostik maupun terapeutik.
(2) Informasi diberikan secara lisan
(3) Informasi harus diberikan secara jujur dan benar kecuali bila dokter
menilai bahwa hal itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien.
(4) Dalam hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (3) dokter dengan persetujuan
pasien dapat memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat.

Pasal 6. Permenkes No 58#MenKes/Per/IX/1989


Dalam hal tindakan bedah (operasi) atau tindakan invasif lainnya, informasi harus
diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi itu sendiri.

Pasal 7. Permenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989


(1) Informasi juga harus diberikan jika ada kemungkinan perluasan operasi.
(2) Perluasan operasi yang tidak dapat diduga sebelumnya, dapat dilakukan
untuk menyelamatkan jiwa pasien.

Pasal 8. Permenkes No 585/Men Kes/Per/IX/1989


(1) Persetujuan diberikan oleh pasien dewasa yang berada dalam keadaan
sadar dan sehat mental.

(2) Pasien dewasa sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah yang telah berumur
21 tahun (duapuluh satu) tahun atau telah menikah.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 13


Pasal 9. Permenkes No 585/Men Kes/Per/lX/1989
(1) Bagi pasien dewasa yang berada di bawah pengampuan (cura tele)
persetujuan diberikan oleh wali/curator.
(2) Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan
diberikan oleh orang tua/wali/curator.

Pasal 10. Permenkes No 585/Men Kes/Per/IX/1989


Bagi pasien di bawah umur 21 (dua puluh satu) tahun dan tidak mempunyai
orang tua/wali dan atau orang tua/wali berhalangan, persetujuan diberikan oleh
keluarga terdekat atau induk semang (guardian).

Pasal 11. Permenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989


Dalam hal pasien tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga
terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat dan atau darurat yang
memerlukan tindakan medik segera untuk kepentingannya, tidak diper Iukan
persetujuan dari siapapun.

Pasal 12. Permenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989


Dokter bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan tentang persetujuan tin-
dakan medik.

Pasal 13. Permenkes No 585/Men Kes/Per/IX/1989

Terhadap dokter yang melakukan tindakan medik tanpa adanya persetujuan dari
pasien atau keluarganya dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan
surat izin prakteknya.

Pasal 14. Permenkes No 585/Men Kes/Per/IX/1989


Dalam hal tindakan medik yang harus dilaksanakan sesuai dengan program
pemerintah dimana tindakan medik tersebut untuk kepentingan masyarakat
banyak, maka persetujuan tindakan medik tidak diperlukan.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 14


Pasal 15. Permenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989
Hal-hal yang bersifat teknis yang belum diatur dalam. Peraturan Menteri
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik.

Informed consent dalam UU No.29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran 4

Pasal 45

(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap.
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup :
a. diagnosis dan tata cara tindakan medis;
b. tujuan tindakan medis yang dilakukan;
c. alternatif tindakan lain dan risikonya;
d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara
tertulis maupun lisan.

(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko
tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang
berhak memberikan persetujuan.

(6) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau


kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4),
dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

Secara garis besar dalam melakukan tindakan medis pada pasien, dokter harus
menjelaskan beberapa hal, yaitu:

1. Garis besar seluk beluk penyakit yang diderita dan prosedur perawatan /
pengobatan yang akan diberikan / diterapkan.
2. Resiko yang dihadapi, misalnya komplikasi yang diduga akan timbul.
3. Prospek / prognosis keberhasilan ataupun kegagalan.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 15


4. Alternative metode perawatan / pengobatan.
5. Hal-hal yang dapat terjadi bila pasien menolak untuk memberikan
persetujuan.
6. Prosedur perawatan / pengobatan yang akan dilakukan merupakan suatu
percobaan atau menyimpang dari kebiasaan, bila hal itu yang akan dilakukan.

Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran


dilaksanakan adalah:

1. Diagnosa yang telah ditegakkan.


2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan
kedokteran tersebut.
5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif
cara pengobatan yang lain.
6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.

Informed consent merupakan alat paling penting dalam hubungan dokter-pasien pada masa
kini. Informed consent yang benar harus disertai dengan komunikasi baik antara dokter dan
pasien. Keterangan yang dapat diberikan kepada pasien sebelum mendapatkan informed
consent termasuklah menerangkan diagnosis penyakit, prognosis dan pilihan pengobatan
penyakit. Perlu juga kebaikan dan keburukan masing-masing tindakan yang bakal dilakukan.

Informed consent harus memuatkan pilihan untuk pasien menerima atau menolak tindakan
medic yang bakal dilakukan dokter selain mencantumkan pilihan terapi lain. Pasien yang
kompeten boleh memilih untuk menolak tindakan medik walaupun tanpa tindakan ini dapat
mengancam nyawa pasien. Terdapat dua kondisi di mana informed consent dikecualikan
yaitu:

1. Pasien menyerahkan sepenuhnya keputusan tindakan medik terhadap dirinya kepada


dokter. Apabila pasien menyerahkan semua keputusan kepada dokter yang
merawatnya, dokter tetap harus menerangkan secara lengkap tindakan yang bakal
dilakukan.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 16


2. Keadaan apabila pemberitahuan tentang kondisi penyakit pasien dapat berdampak
besar terhadap pasien secara fisik, psikologis dan emosional. Contohnya adalah
apabila pasien cenderung untuk membunuh diri apabila mengetahui tentang
penyakitnya. Namun, dokter pada awalnya harus menganggap bahwa semua pasien
dapat menerima berita tentang penyakitnya dan memberikan informasi selengkapnya
sesuai dengan hak pasien.3

Informed consent atau persetujuan tindakan medik adalah suatu cara bagi pasien untuk
menunjukan prefensi dan pilihannya. Informed consent adalah aplikasi praktis dari salah satu
kaidah moral dalam praktek kedokteran yaitu, autonomi.

Secara harafiah, informed consent memiliki dua unsur yaitu:

1.
Informed yang dapat diartikan informasi yang telah diberikan dokter. Yang dimaksud
dengan informed atau memberi penjelasan di sini adalah semua keadaan yang
berhubungan dengan penyakit pasien dan tindakan medic apa yang akan dilakukan
dokter serta hal-hal lain yang perlu dijelaskan dokter atas pertanyaan pasien atau
keluarga. Dalam Permenkes Nomor 589 tahun 1989 dijelaskan bahwa Persetujuan
Tindakan Dokter (Informed Consent) adalah persetujuan yang diberikan pasien atau
keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindak medic yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut.

2.
Consent artinya persetujuan yang diberikan kepada seseorang untuk berbuat sesuatu.
Dengan demikian, informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada
dokter setelah diberi penjelasan.3 Saat seorang dokter memulai hubungan dokter-pasien,
maka tugasnya adalah memeriksa pasien, membuat diagnosa, memberi informasi yang
jujur dan tepat sasaran serta mengajurkan pengobatan. Dokter diharapkan untuk dapat
menjelaskan tahapan-tahapan dalam pengobatan, memberikan alasan diberikannya
pengobatan yang ia anjurkan, dan menunjukkan alternatif pengobatan dari sisi
keuntungan dan kerugiannya. Di lain pihak, pasien diharapkan untuk dapar memahami
penjelasan dokter, menilai pilihan pengobatan yang ditawarkan dokter, kemudian
memilih pilihan-pilihan pengobatan yang ditawarkan.

Dari pengertian demikian, informed consent bisa dilihat dari dua sudut, yaitu pertama
membicarakan informed consent dari pengertian umum dan kedua membicarakan informed
consent dari pengertian khusus. Dalam pengertian umum, informed consent adalah

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 17


persetujuan yang diperoleh dokter sebelum melakukan pemeriksaan, pengobatan, dan
tindakan medic apapun yang akan dilakukan.

Persetujuan tindak medik secara praktis dalam praktek kedokteran dapat dibedakan atas 2
bentuk, yaitu:

1. Implied consent atau persetujuan tersirat, yakni pasien tidak menyatakan persetujuan
baik secara tertulis maupun lisan, namun dari tingkah lakunya menunjukan
persetujuaanya.

2. Expressed consent atau persetujuan yang dinyatakan, yakni persetujuan dinyatakan


secara lisan dan tertulis. Bila yang dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan
tindakan yang biasa.Dalam keadaan demikian, sebaiknya kepada pasien disampaikan
dahulu tindakan apa yang akan dilakukan supaya tidak sampai terjadi salah pengertian.
Misalnya pemeriksaan dalam rectal atau pemeriksaan vaginal, mencabut kuku dan
tindakan lain yang melenihi prosedur pemeriksaan dan tindakan umum. Pada saat ini,
belum diperlukan pernyataan tertulis. Persetujuan secara lisan sidah mencukupi.

Namun bila tindakan yang akan dilakukan mengandung risiko seperti tindakan pembedahan
atas prosedur pemeriksaan dan pengobatan invasive, sebaiknya didapatkan informed consent
tertulis.

Dalam Permenkes Nomor 585 tahun 1989 tentang informed consent, dinyatakan dokter harus
menyampaikan atau menjelaskan informasi kepada pasien/keluarga diminta atau tidak
diminta. Jadi informasi harus disampaikan. Inti dari persetjuan adalah persetujuan haruslah
didapat sesudah pasien mendapat informasi yang adekuat. Hal yang harus diperhatikan adalah
bahwa yang berhak memberikan persetujuan adalah pasien yang sudah dewasa (di atas 21
tahun atau sudah menikah) dan dalam keadaan sehat mental.

Selain memberikan informasi yang lengkap kepada pasien, informed consent itu penting juga
kepada dokter dalam menjamin dokter tidak akan dihukum jika apa-apa masalah yang timbul
seperti yang telah dijelaskan kepada pasien berlaku atas tindakan yang diberi dengan
persetujuan pasien.

Sesuai dengan sifat hukum yang memiliki daya paksa, maka tidak dilaksanakan informed
consent atau persetujuan tindakan medik dalam praktek kedokteran akan dikenakan sanksi,
yakni:

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 18


Sanksi administratif

Terhadap dokter yang melakukan tindakan medik tanpa adanya persetujuan dari
pasien atau keluarganya dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan surat
izin prakteknya (Pasal 13 Permenkes 585 tahun 1989)

Sanksi perdata

Tindakan medik tanpa persetujuan dari pasien, adalah perbuatan melanggar hukum.
Bila perbuatan itu menimbulkan kerugian, maka dokter yang melakukan dan institusi
penyelengara pelayanan kedokteran yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi
perdata dengan acuan pasal 1365 KUHP.

Sanksi pidana

Kelalaian menjalankan persaetujuan tindakan medik dapat dikenai delik penganiaan


dalam KUHP. Kesengajaan penyimpangan dalam praktek kedokteran yang
mengakibatkjan kerugian bagi pasien dengan delik yang sesuai.

RAHASIA KEDOKTERAN

Rahasia kedokteran adalah suatu norma yang secara tradisional dianggap sebagai norma
dasar yang melindungi hubungan dokter dengan pasien. 7

Rahasia kedokteran dibagi :

1. Rahasia pekerjaan dokter, adalah segala sesuatu yang diketahui dan harus
dirahasiakan berdasarkan sumpah atau janji yang diucapkan setelah menyelesaikan
pendidikannya

2. Rahasia jabatan dokter, adalah rahasia dokter sebagai pejabat struktural

Dalam Sumpah Dokter Indonesia, salah satunya berbunyi : Saya akan merahasiakan segala
sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya, sedangkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia merumuskannya sebagai Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966 yang mengatur tentang wajib simpan rahasia
kedokteran mewajibkan seluruh tenaga kesehatan untuk menyimpan segala sesuatu yang
diketahuinya selama melakukan pekerjaan di bidang kedokteran sebagai rahasia.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 19


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1966
TENTANG WAJIB SIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN

Pasal 1.

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-
orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam
lapangan kedokteran.

Pasal 2.

Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam pasal
3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada Peraturan
Pemerintah ini menentukan lain.

Pasal 3.

Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:

a. tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan


(Lembaran Negara tahun 1963 No.79)

b. mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,


pengobatan dan/atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.

Pasal 4

Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai: wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak atau
tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
Menteri Kesehatan dapat melakukan tindakan administratif berdasarkan pasal 11 Undang-
undang tentang Tenaga Kesehatan.

Pasal 5.

Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang disebut
dalam pasal 3 huruf b, maka Menteri Kesehatan dapat mengambil tindakan-tindakan
berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 20


Pasal 6.

Dalam pelaksanaan peraturan ini Menteri Kesehatan dapat mendengar Dewan Pelindung
Susila Kedokteran dan/atau badan-badan lain bilamana perlu.

Pasal 7.

Peraturan ini dapat disebut "Peraturan Pemerintah tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran".

Pasal 8.

Peraturan ini mulai berlaku pada hari diundangkannya. Agar setiap orang dapat
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Namun PP tersebut diatas memberikan pengecualian sebagaimana terdapat dalam pasal 2,


yaitu apabila terdapat peraturan perundang-undangan yang sederajat (PP) atau yang lebih
tinggi (UU) yang mengaturnya lain.

Baik UU Kesehatan maupun UU Praktik Kedokteran juga mewajibkan tenaga kesehatan


untuk menyimpan rahasia kedokteran. Selanjutnya UU Praktik Kedokteran memberikan
peluang pengungkapan informasi kesehatan secara terbatas, yaitu dalam pasal 48 ayat 2 UU
No.29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran : 3

a. untuk kepentingan kesehatan pasien

b. untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum

c. permintaan pasien sendiri

d. berdasarkan ketentuan undang-undang

Ketentuan pasal 50 KUHP yang menyatakan bahwa seseorang tidak akan dipidana oleh
karena melakukan suatu perbuatan untuk menjalankan undang-undang memperkuat peluang
bagi tenaga kesehatan dalam keadaan dan situasi tertentu dapat membuka rahasia
kedokteran tanpa diancam pidana. Hal ini mengakibatkan bebasnya para dokter dan
tenaga administrasi kesehatan dalam membuat Visum et Repertum (kewajiban dalam
KUHAP) dan dalam menyampaikan pelaporan tentang statistik kesehatan, penyakit wabah
dan karantina (diatur dalam UU terkait)

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 21


Alasan lain yang memperbolehkan membuka rahasia kedokteran adalah adanya izin atau
persetujuan atau kuasa dari pasien itu sendiri, perintah jabatan (pasal 51 KUHP), daya paksa
(pasal 48 KUHP), dan dalam rangka membela diri (pasal 49 KUHP). Selain itu etika
kedokteran umumnya membenarkan pembukaan rahasia kedokteran secara terbatas untuk
kepentingan konsultasi profesional, pendidikan, dan penelitian. Permenkes No.749a juga
memberi peluang bagi penggunaan rekam medis untuk pendidikan dan penelitian. Dalam
kaitannya dengan keadaan yang memaksa dikenal dua keadaan, yaitu pengaruh daya paksa
yang memadai (overmacht) dan keadaan yang memaksa (noodtoestand).

DAMPAK HUKUM

Kewajiban dokter untuk tetap menjaga rahasia kedokteran merupakan suatu hal yang
tercantum di dalam undang-undang maka apabila dokter melakukan suatu kelalaian dalam
menyimpan rahasia kedokteran maka akan terkena dampak hukum yang berlaku.8

Pengaturan kewajiban menyimpan rahasia kedokteran

Seperti yang telah diketahui, bahwa dalam transaksi terapeutik terdapat hak dan kewajiban
kepada masing-masing pihak secara timbal balik. Adapun salah satu kewajiban dokter adalah
berkewajiban menyimpan rahasia kedokteran yang dimiliki pasiennya.8

Dibidang etika kedokteran, sepanjang dapat ditelesuri masalah rahasia kedokteran mulai
diatur dalam sumpah hippocrates pada abad 469-399 SM yang berbunyi apa yang saya
melihat atau mendengar sewaaktu dalam menjalankan praktek atau tidak, tentang kehidupan
seseorang yang seharusnya tidak diungkapkan akan saya perlakukan sebagai rahasia. Selain
di dalam sumpah hippocrates kewajiban menyimpan rahasia kedokteran juga terdapat pada:

a. Declaratioon of Geneva
Declaration of Geneva adalah versi sumpah hipocrates yang dimodernisasi yang
diintroduksikan oleh world medical association. Khusus yang mengenai rahasia
kedokteran berbunyi : I will respect the secrets which are confided in me, even after
the patient has died.
b. International code of medichal ethics
Pada tahun 1968 di sydney diadakan perubahan pada declaration of geneva yang
kemudian menjadi pedoman dasar untuk terbitnya International code of medichal
ethics ini. khusus yang mengenai rahasia kedokteran berbunyi a doctor shall

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 22


preserve absolute secrecy on all the knows about his patient because the confidence
entrusted in him.
c. Peraturan pemerintah nomor 26 tahun 1966 yang memuat lafal sumpah dokter
indonesia
Dalam sumpah ini khususnya di dalam penjelasan pasal 1 kode etik kedokteran
indonesia terdapat uraian yang berkenaan dengan rahasia kedokteran yang berbunyi
saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya
dan karena kelimuan saya sebagai dokter.
d. Kode etik kedokteran indonesia
Pasal 13 tercantum kalimat sebagai berikut :setiap dokter wajib merahasiakan
segala sesuatu yang diktehauinya tentang seorang penderita, bahkan juga setelah
penderita itu meninggal dunia.

Sumpah dalam hubungannya dengan rahasia kedokteran ini jika ditinjau secara yuridis tidak
mempunyai arti. Sumpah hanyalah merupakan suatu ikrar, suatu pernyataan kehendak secara
sepihak yang pelaksanaannya tergantung pada hati nurani si pelaku itu sendiri. Oleh karena
itu suatu sumpah tidak dapat dipergunakan sebagai dasar hukum untuk penuntutan. Demikian
pula kode etik kedokteran indonesia (KODEKI) yang termasuk bidang etik yang sifatnya self
imposed regulations. Suatu kode etik ini bersifat intern dimana sanksi hanya dapat dijatuhkan
dalam kaitan organisasi dan oleh organisasi itu sendiri. Suatu KODEKI juga tidak memiliki
nilai yuridis, shingga tidak mempunyai akibat hukum.

Adapun dasar yuridis untuk menuntut yang menyangkut rahasia kedokteran terdapat pada:

a. Hukum perdata
1. Perjanjian terapeutik antara dokter dengan pasien
2. Pasalnya 1909, 3e KUHPerdata segala siapa yang karena kedudukannya,
pekerjaannya, atau jabatannya menurut undang-undang diwajibkan merahasiakan
sesuatu, namun hanyalah semata-mata mengenai hal-hal yang pengetahuannya
dipercayakan kepadanya sebagai demikian.
3. Pasal 1365 KUHPerdata Tiap-tiap perbuatan melanaggar hukum yang membawa
kerugian terhadap orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya, menerbitkan
kerugian itu, menggantikan kerugian tersebut

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 23


b. Hukum pidana
1. Pasal 322 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya
karena jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda
paling banyak sembilanribu rupiah.
2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya
dapatdituntut atas pengaduan orang itu
2. Pasal 224 KUHP
Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli
atau jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut
undang-undang harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya
9 bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.
c. Hukum acara pidana
1. Pasal 170 KUHAP
1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi
keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.
2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.
2. Pasal 179 KUHAP
1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-
benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
d. Hukum acara perdata
1. Pasal 146 ayat 3 HIR
Sekalian orang yang karena kedudukan, pekerjaan atau jabatannya yang sah,
diwajibkan menyimpan rahasia, tetapi semata-mata hanya tentang hal yang
diberitahukan kepadanya karena kedudukan, pekerjaan atau jabatannya itu.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 24


2. Pasal 174 RBg
(1) Mereka yang dapat membebaskan diri dari pemberian kesaksian adalah :
(KUHperd. 1909.)
1) saudara-saudara laki-laki atau perempuan dan ipar-ipar laki-laki atau
perempuan dari salah satu pihak;
2) saudara-saudara sedarah dalam garis lurus dan saudara-saudara laki-laki atau
perempuan dari suami atau istri salah satu pihak;
3) mereka yang karena kedudukan, pekerjaan atau jabatan resmi, diharuskan
menyimpan rahasia tetapi hanya dan semata-mata mengenai hal-hal yang
pengetahuannya dipercayakan kepadanya dalam kedudukannya tersebut.
(2) Ada tidaknya kewajiban menyimpan rahasia yang dikemukakan oleh yang
bersangkutan dapat dinilai oleh pengadilan negeri.
e. Hukum administrasi
Peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1996 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.
Pada peraturan tersebut diperluas berlakunya wajib simpan rahasia kedokteran, juga bagi
tenaga kesehatan lainnya, seperti perawat, bidan, mahawsiswa kedokteran, ahli farmasi,
analis laboratorium, radiologi dan lain-lainnya.

Gugurnya kewajiban dokter untuk menyimpan rahasia kedokteran

Kewajiban menyimpan rahasia kedokteran ini tidak mutlak sifatnya. Artinya dalam situasi-
situasi tertentu hal tersebut dapat diterobos. Dengan kata lain, kewajiban dokter untuk
menyimpan rahasia kedokteran tersebut dapat gugur sehingga dokter tidak dikenai sanksi
hukum. Seorang dokter dapat dibebaskan dari sanksi hukum dalam hal ia mengungkapkan
rahasia kedokteran jika terdapat faktor-faktor atau hal-hal sebagai berikut:8

a. Adanya ijin dari pasien


Pasien adalah satu-satunya orang yang berhak memutuskan boleh tidaknya
konfidensialitas tentang dirinya diungkapkan. Namun apabila pasien telah memberikan
ijin untuk mengungkapkan rahasia atas dirinya, maka dokter terbebas dari kewajiban
menyimpan rahasia tersebut dan tidak dapat dikenai sanksi. Ijin dari pasien ini dapat
diberikan secara lisan ataupun tertulis ataupun secara diam-diam/anggapan. Pemberian
ijin itu bisa secara terbatas, yaitu dalam arti terbatas pada orang-orang tertentu saja. Dapat
juga dibatasi oleh ruang lingkup rahasia itu sendiri, misalnya terbatas hanya kepada apa
yang diperlukan saja. Pemeberian ijin secara diam-diam/anggapan, misalnya pasien yang

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 25


dirawat inap dirumah sakit dapat dianggap telah memberikan ijin kepada dokter yang
merawatnya untuk mengadakan konsultasi kepada dokter ahli tentang penyakitnya.

b. Adanya keadaan mendesak atau memaksa


Di dalam keadaan terpaksa, juga tanpa ijin pasien, dokter dapat mengungkapkan rahasia
kedokteran. Keadaan terpaksa yang dimaksud adalah suatu situasi di mana suatu norma
dapat dilanggar demi suatu kepentingan yang lebih besar. Seperti pada pasal 48 KUHP
siapapun tak terpidana jika melakukan perbuatan karena terdorong oleh keadaan
terpaksa.
c. Adanya peraturan perundang-undangan
Seorang dokter yang membuka rahasia kedokteran tidak dapat dipidana karena
melaksanakan ketentuan undang-undang. Hal tersebut tersimpul dalam ketentuan pasal 50
KUHP yang berbunyi : barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan
ketentuan undang-undang tidak dipidana. Dalam hal ini dapat dianggap bahwa secara
materiil oleh undang-undang telah dipertimbangkan, bahwa terdapat kepentingan yang
lebih besar.
d. Adanya perintah jabatan
Sebagai dasar pembenar lain untuk melanggar kewajiban dokter untuk menyimpan
rahasia kedokteran adalah adanya perintah jabatan yang diatur dalam ketentuan pasal 51
KUHP. Pasal ini mengatur tentang seorang dokter yang mempunyai jabatan rankap
seperti militer atau dokter tentang penguji kesehatan.
e. Demi kepentingan umum atau kepentingan yang lebih tinggi
Alasan ini timbul berdasaarkan kebiasaan praktek, karena pasien tersebut merupakan
public figure, seorang tokoh atau pemimpin yang dianggap penting oleh masyarakat.
f. Adanya Presumed Consent dari pasien
Adanya Presumed Consent yaitu pasien telah mengetahui atau seharusnya mengetahui
bahwa data tentang dirinya akan diketahui oleh orang atau instansi selain dokter.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 29 Tahun 2004 tentang
praktik kedokteran, terdapat pasal-pasal berkaitan dengan pelaksanaan praktik seorang
dokter yaitu dengan pasiennya (Pasal 39); persetujuan kedokterani dalam menjalankan
prakteknya (Pasal 45); rahasia kedokteran (Pasal 48) dan kewajiban dokter merahasiakan hal
pasien (Pasal 51); dan hak pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran (Pasal
52) seperti berikut:

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 26


Pasal 39

Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter
gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan peyakit dan pemulihan.

Pasal 45

1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat
penjelasan secara lengkap.
3) Penjelasan sebagaimana dimaksud ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup:
4) Diagnosis dan tata cara tindakan medis; tujuan tindakan medis yang dilakukan; alternatif
tindakan lain dan risikonya; risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan.
5) Persetujuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara
bertulis maupun lisan.
6) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus
diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan.
Pasal 48

(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan prakrik kedokteran wajib menyimpan
rahasia kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien.
Pasal 51

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban
merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia.

Pasal 52

Pasien dalam, menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:

(1) Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud
dalam pasal 45 ayat (3),

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 27


(2) Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
(3) Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
(4) Menolak tindakan medis; dan mendapatkan isi rekam medis.
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 10 tahun 1966 dijelaskan tentang kewajiban
simpan rahasia Kedokteran seperti berikut:

Pasal 1:

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-
orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu tertentu atau selama melakukan pekerjaannya dalam
lapangan kedokteran.

Pasal 2:

Pengetahuan tersebu pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam

pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada PP ini
menentukan yang lain.

Pasal 3:

Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:

a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang kesehatan

b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan,


dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan.

Pasal 4:

Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran, yang tidak atau
tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri kesehatan dapat
melakukan tindakan administrative berdasarkan pasal UU tentang tenaga kesehatan.

Pasal 5:

Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka disebut dalam
pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil tindakan-tindakan berdasarkan
wewenag dan kebijaksanaannya.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 28


Pasal 6:

Dalam pelaksanaan peraturan ini, menteri kesehatan dapat mendengar Dewan Pelinding
Susila Kedokteran dan atau badan-badan lain bilamana perlu.

Seperti dalam pasal 4 PP no 10/1966, tindak pidana yang dikenakan adalah berdasarkan pasal
322 yang seperti berikut:

Pasal 322 KUHP:

(1) Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan
atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu
rupiah.

(2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seseorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang itu.

Tapi menurut Pasal 48 KUHP:

Barang siapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.

Yaitu sini, apabila seorang dokter itu terpaksa membuka rahsua dokter karena dipaksa dengan
ugutan dan atau diancam nyawa, dokter itu tidak akan dipidana.

MA 117/K/Kr/1968 2 Juli 1969

Dalam noodtoestand harus dilihat adanya:

1. Pertentangan antara dua kepentingan hukum

2. Pertentangan antara kepentingan hukum dan kewajiban hukum

3. Pertentangan antara dua kewajiban hukum

Pasal 49 KUHP:

(1) Tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri
maupun untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta bnda sendiri maupun orang
lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu yang
melawan hukum.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 29


(2) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan keguncangan jiwa
yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak dipidana.

Pasal 50 KUHP

Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang tidak


dipidana.

PENGEMBANGAN KASUS (JIKA ISTRI PASIEN HIV+)

Declaration on the Rights of the Patients yang dikeluarkan oleh WMA memuat hak pasien
terhadap kerahasian. Deklarasi ini juga menyatakan adanya perkecualian terhadap kewajiban
menjaga kerahasian, beberapa hal relatif tidak masalah, tetapi yang lain dapat memunculkan
masalah etik yang sulit bagi dokter.Terhadap kerahasian yang diminta oleh hukum dokter
mempunyai tugas etik untuk membagi informasi dengan orang yang mungkin berada dalam
bahaya karena pasien tersebut. Dua keadaan dimana hal ini dapat terjadi adalah saat pasien
mengatakan kepada psikiater bahwa dia berniat menyakiti orang lain dan saat dokter yakin
bahwa pasien yang dihadapinya HIV Positif namun tetap meneruskan hubungan seks yang
tidak aman dengan pasangannya atau dengan orang lain.

Dalam kasus pasien HIV positif pembeberan informasi kepada pasangan atau partner seksnya
saat itu bukanlah suatu yang tidak etis dan bahkan dibenarkan jika pasien tidak bersedia
menginformasikannya kepada orang (orang-orang) tersebut bahwa dia (mereka) dalam resiko.
Pembenaran dari pembeberan informasi haruslah berdasar: partner beresiko terinfeksi HIV
namun tidak mengetahui kemungkinan terinfeksi; pasien menolak memberi tahu pasangan
seksnya; pasien menolak bantuan dokter untuk melakukannya; dan dokter telah mengatakan
kepada pasien untuk memberitahu pasangannya.

Penyakit HIV AIDS merupakan isu etik manajemen informasi kesehatan yang sensitif.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia dan kemudian dapat menimbulkan AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) adalah suatu kondisi medis berupa kumpulan tanda dan gejala yang diakibatkan oleh
menurunnya atau hilangnya kekebalan tubuh karena terinfeksi HIV, sering berwujud
infeksi yang bersifat ikutan (oportunistik) dan belum ditemukan vaksin serta obat
penyembuhannnya. Kewajiban etik yang utama dari professional MIK maupun tenaga
kesehatan adalah melindungi privasi dan kerahasiaan pasien dan melindungi hak-hak pasien

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 30


dengan menjaga kerahasiaan rekam medis pasien HIV AIDS. Kaidah turunan moral bagi
tenaga kesehatan adalah privacy, confidentiality, fidelity dan veracity. Privacy berarti
menghormati hak privacy pasien,confidentialty berarti kewajiban menyimpan informasi
kesehatan sebagai rahasia, fidelity berarti kesetiaan, dan veracity berarti menjunjung tinggi
kebenaran dan kejujuran.9

Pengelolaan informasi pasien HIV AIDS di tempat kerja diatur Menurut Kepmenaker No.
KEP. 68/MEN/IV/2004 tentang pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS :

Pasal 6

Informasi yang diperoleh dari kegiatan konseling, tes HIV, pengobatan, perawatan dan
kegiatan lainnya harus dijaga kerahasiaannya seperti yang berlaku bagi data rekam medis.

Dalam kaitannya aspek hukum kerahasiaan pasien HIV AIDS , kode etik administrator
perekam medis dan informasi kesehtan (PORMIKI, 2006) adalah:9

1. Selalu menyimpan dan menjaga data rekam medis serta informasi yang terkandung di
dalamnya sesuai dengan ketentuan prosedur manajemen, ketetapan pimpinan institusi
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Selalu menjunjung tinggi doktrin kerahasiaan dan hak atas informasi pasien yang
terkait dengan identittas individu atau social.

3. Administrator informasi kesehtan wajib mencegah terjadinya tindakan yang


menyimpang dari kode etik profesi.

Perbuatan / tindakan yang bertentangan dengan kode etik adalah menyebarluaskan informasi
yang terkandung dalam laporan rekam medis HIV AIDS yang dapat merusak citra profesi
rekam administrator informasi kesehatan.

Tujuan dari rahasia kedokteran dalam kasus HIV AIDS, selain untuk kepentingan jabatan
adalah untuk menghindarkan pasien dari hal-hal yang merugikan karena terbongkarnya status
kesehatan.

Dalam kasus pasien HIV positif pembeberan informasi kepada pasangan atau partner seksnya
saat itu bukanlah sesuatu yang tidak etis, dan bahkan dibenarkan jika pasien tidak bersedia
menginformasikannya kepada orang (orang-orang) tersebut bahwa dia (mereka) dalam resiko.
Pembenaran dari pembeberan informasi haruslah berdasar: partner beresiko terinfeksi HIV

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 31


namun tidak mengetahui kemungkinan terinfeksi; pasien menolak memberi tahu pasangan
seksnya; pasien menolak bantuan dokter untuk melakukannya; dan dokter telah mengatakan
kepada pasien untuk memberitahu pasangannya. Dokter harus mengungkapkan status
penderita HIV pada anak, orangtua, pengasuh atau pasien itu sendiri. Perlu dilakukan
konseling untuk mengatasi efek psikologis dan efek medis dari penyakit, termasuk
didalamnya diskusi antara pasien dan konselor.Pasien harus melaporkan dan mengungkapkan
mengenai penyakitnya baik kepada keluarga, teman, dan lainnya.9

Dalam kaitannya dengan pengungkapan informasi HIV AIDS terdapat 3 masalah etik, yaitu ;

1. Pelanggaran prinsip kebutuhan untuk mengetahui ( need-to-know principle).

2. Penyalahgunaan surat persetujuan atau otorisasi yang tidak tertentu ( blanket


authorization).

3. Pelanggaran privasi yang terjadi sebagai akibat dari prosedur pengungkapan sekunder
( secondary release).

Rekam medis bersifat rahasia. Pelepasan informasi pasien menular maupun HIV AIDS dapat
diberikan dengan tetap memperhatikan tujuan maupun kegunaan dari pelepasan informasi
tersebut. Hal ini sesuai dengan UU Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 memberikan
peluang pengungkapan informasi kesehatan secara terbatas, yaitu dalam pasal 48 ayat (2):

1. untuk kepentingan kesehatan pasien

2. untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan


hukum

3. permintaan pasien sendiri

4. berdasarkan ketentuan undang-undang

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 32


KESIMPULAN

Dalam menjalankan tugas profesi kedokteran, seorang dokter itu harus mengamalkan etika
kedokteran dan prinsip-prinsip etika kedokteran tersebut. Menjaga rahasia pasien itu
sangatlah penting dalam profesi kedokteran karena melibatkan kepercayaan yang diberi
kepada dokter oleh pasien karena tanpa kepercayaan tersebut, pasien tidak akan memberikan
informasi-informasi yang penting kepada dokter yang mungkin penting dalam dokter
gunakan untuk mengobati pasien tersebut. Sebelum melakukan tindakan ke atas pasien,
dokter harus memberikan informed consent kepada pasien, sama ada secara expressed atau
implied consent, lisan atau tertulis supaya pasien dapat mendapatkan penjelasan-penjelasan
tentang tindakan-tindakan yang akan dilakukan ke atasnya dan juga demi kebaikan dokter
supaya dokter tidak dituntut dengan syarat dokter melakukan tugasnya dengan benar.
Terdapat hokum-hukum seperti Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 29 Tahun 2004
tentang praktik kedokteran, dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 10 tahun 1966 dijelaskan
tentang kewajiban simpan rahasia Kedokteran yang harus dipatuhi oleh seorang dokter.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 33


DAFTAR PUSTAKA

1. Kode etik kedokteran. Diunduh dari www.idionline.org/wp-content/uploads/Kode-


Etik-Kedokteran.pdf .17 Januari 2012
2. Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. Edisi ke-4. Jakarta:
EGC; 2008. h. 48-56; h. 120-35.
3. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja T. Informed consent. Rahasia kedokteran. Dalam :
Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta : Pustaka Dwipar ; 2007. h. 77-83
4. UU No 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran. Diunduh dari http://www.ropeg-
kemenkes.or.id/documents/uu_29_2004.pdf. 17 Januari 2012
5. Informed consent. Diunduh dari www.fkunja2010.files.com/2011/02/informed-
consent.ppt. 17 Januari 2012
6. Bagian kedokteran forensik FKUI. Permenkes RI No 585/ Menkes/ PER/ IX/ 1989.
Dalam:Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Jakarta:Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran UI; 1994. h. 2-44
7. Rahasia kedokteran. Diunduh dari
http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Hukum_Kedokteran/Rahasia%20Ke
dokteran%20(14).pdf . 17 Januari 2012
8. Lestari AY. Aspek hukum kewajiban menyimpan rahasia kedokteran. Diunduh dari
http://isjd.pdii.lipi.go.id, 16 Januari 2013
9. Jusuf HM. Etika kedokteran & hukum kesehatan. Dalam aspek etik dan hukum
penyakit menular seksual. Ed. 4. Jakarta: EGC, 2008. h. 144-5.

Etika Profesi Kedokteran dan Rahasia Pasien Page 34

Anda mungkin juga menyukai