Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara.Penyakit ini
ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.Komplikasi. Penyakit TB
paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi
pleura, empiema, laryngitis dan TB usus.

Penderita tuberkulosis di kawasan Asia terus bertambah.Sejauh ini, Asia termasuk


kawasan dengan penyebaran tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia.Setiap 30 detik, ada satu pasien
di Asia meninggal dunia akibat penyakit ini. Sebelas dari 22 negara dengan angka kasus TB
tertinggi berada di Asia, di antaranya Banglades, China, India, Indonesia, dan Pakistan. Empat
dari lima penderita TB di Asia termasuk kelompok usia produktif (Kompas, 2007). Di Indonesia,
angka kematian akibat TB mencapai 140.000 orang per tahun atau 8 persen dari korban
meninggal di seluruh dunia. Setiap tahun, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru TB, dan 75
persen penderita termasuk kelompok usia produktif. Jumlah penderita TB di Indonesia
merupakan ketiga terbesar di dunia setelah India dan China.

Mengingat akan bahaya TB paru dan pentingnya memberikan pelayanan pada


masyarakat, terutama untuk mendeteksi dini, memberikan terapi yang tepat serta pencegahan dan
penanganan maka dalam makalah ini akan di bahas segala teori tentang TB paru dan
hubungannya dengan kesehatan untuk kelangsungan hidup sehat. Selain itu, dalam makalah ini
juga akan dibahas peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien
penderita TB paru.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi TB Paru?


2. Mengapa seseorang bisa sampai terkena penyakit TB Paru?
3. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan TB Paru?
4. Bagaimana penanganan TB Paru?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk menjelaskan Definisi TB Paru.
2. Untuk menjelaskan penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta patofisiologinya
dalam tubuh.
3. Untuk memberikan penjelasan tentang asuhan keperawatan pada klien TB Paru.
4. Untuk menjelaskan cara penanganan atau pengobatan pada pasien TB Paru.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi TB Paru.


2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta patofisiologinya
dalam tubuh.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada klien TB Paru.
4. Untuk mengetahui pengobatannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
Definisi
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer, 2009: hal 472).Tuberkulosis
adalah penyakit infeksius yang disebabkan Mycobacterium Tuberkulosis terutama menyerang
parenkim paru, dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termaksuk meningen, ginjal,
tulang dan nodus limfe. (Brunner, 2002: hal 349).
Tuberkulosis (TB) penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang
mampu menginfeksi secara laten maupun progresif. (Elin, 2009: hal 918).Tuberkulosis
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan biasanya
menjangkiti paru. (Esther, 2010: hal 193).Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran napas
bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikro-organisme Mycobacterium Tuberculosis, yang
biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang, dan
mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. (Elishabeth, 2001: hal 414).
Tuberculosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis.Penyakit ini bisanya mengenai paru, tetapi mungkin menyerang
semua organ atau jaringan di tubuh. (Robins, 2007: hal 544).Tuberkulosis paru merupakan
penyakit infeksi menular, menyerang pada paru, disebabkan oleh basil mycobacterium
tuberkulosa (Murwani, 2009: hal 11).

ETIOLOGI
Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan
Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5 4 mikron x 0,3 0,6 mikron
dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai
selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan
asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat
kimia dan fisik.Kuman tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman
dan anaerob.
Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100 0C selama 5 10 menit atau pada
pemanasan 60 oC selama 30 menit, dan dengan 70 95 % selama 15- 30 detik. Bakteri ini tahan
selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), dapaat
hidup bertahun-tahun di dalam lemari es, hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dorman. Dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif
lagi, namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan
bahwa untuk mendapatkan 90 % udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali
partukaran udara.
Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni di dalam sitoplasma
makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada
bagian apical paru paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apical ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberculosis. (Widoyono, 2008: hal 15).

MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sudoyo, dkk (2009: hal 2234), Tanda dan gejala tuberculosis Paru, yaitu :
Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza tetapi panas badan kadang-kadang dapat
mencapai 40-41 oC.serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat
timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influsnza ini, sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
Batuk atau batuk darah
Gejala ini banyak di temukan.Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-prosuk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus di setiap
penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah batuk berkembang dalam jaringan paru
yakini setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering (non Produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum).Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah.Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas,
tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian
paru-paru.
nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada tibul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau
melepaskan napasnya.
Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat randang yang menahun.Gejala malaise sering ditemukan
berupa aneroksia, tidak ada nafsu maka, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain.Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

PATOFISIOLOGI
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2232), proses perjalanan penyakit tuberculosis Paru, yaitu :
Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara
bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Dalam suasana yang lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari - hari sampai
berbulan bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada
saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5
mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofi, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan
trakeobronkial bersama dengan gerakan silia bersama sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringn paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia
dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan
berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau
sarang (focus) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar
sampai ke pleura, maka akan terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran
gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulait, terjadi limfedenopati regional kemudian
bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang.Bila
masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluaruh bagian paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang
primer limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer (ranke). Semua proses ini
memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :
a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di
hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pnemunia yang luasnya > 5 mm dan 10 %
diantaranya dapat terjadi reaktivitas lagi karena kuman yang dormant.
c. Berkomplikasi dan menyebar secara: perkontinuitatum, yakini menyebar ke sekitarnya.
Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya, kuman dapat
juga dapat tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. Secara
limfogen ke organ tubuh lain- lainya. Secara hematogen ke organ tubuh lainnya. Semua
kejadian di atas tergolong dalam perjalanan tuberculosis primer.

Tuberculosis pasca primer (sekunder)


Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan mucul bertahun tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas reinfeksi mencapai
90%.Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit
maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal.Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini
yang berlokasi di region atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior).Invasinya
adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.Dalam 3-10 minggu
sarang ini menjadi tuberkel yakini suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel
datia-langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai
jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua
tergantung dari jumlah kuman, virulensi nya dan imunitas pasie, sarang dini ini dapat menjadi :
a. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
b. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan
fibrosis. Ada yang membungkus diri menjdai keras, menimbulakan perkapuran.Sarang
dini yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat
sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk
jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukan keluar maka akan terjadilah kavitas. Kavitas
ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan
fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya
perkijuan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim
yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF nya.
Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic dissesminaate TB yang terjadi pada
immunodifisiensi dan usia lanjut. Disini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak
aktivitas ini dapat berimbas :
1) meluas kembali dan menimbulakan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk ke
dalam peredaran darah arteri, maka akan teradi TB Milier. Dapat juga masuk ke paru sebelahnya
atau tertelan masuk ke lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB usus. Sarang ini selanjutnya
mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobronkial dan
TB endotrakeal atau empiema bila rupture ke pleura .
2) Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma ini dapat mengapur dan
menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik
kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti aspergillus dan kemudian menjadi mycetoma .
3) Bersih dan menyembuh disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh dengan
membungkus diri menjadi kecil.kadang-kadang berkahir sebagai kavitas yang terbungkus,
menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped.Secara keseluruhan akan terdapat
tiga macam sarang yakini :
1) Sarang yang sudah sembuh, sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi.
2) Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna.
3) Sarang yang berada diantara aktif dan sembuh , sarang bentuk ini dapat sembuh spontan tetapi
mengingat kemungkinan eksaserbasi kembali, sebaiknya di berikan pengobatan yang sempurna
juga.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK


Menurut Mansjoer, dkk (1999 :hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
a. Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis.
b. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini
tidak spesifik karena hanya 30 70 % pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan
ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux / Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
e. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
f. Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh
mikobakterium tuberculosis.
g. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk
seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan
berubah.
h. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah
2) Bayangan berwarna ( patchy ) atau bercak ( nodular )
3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda
4) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
5) Adanya klasifikasi
6) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
7) Bayangan millier

Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2235), pemeriksaan diagnostic


yangdapatdilakukan pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
a. Pemeriksaan radiologis (Photo Thorax)
Lokasi lesi tuberculin umumnya di daerah apex paru (segmen apical lobus atas atau segmen
apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah
hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis endobronkial).
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran
radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas.Bila lesi
sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi
ini dikenal dengan tuberkuloma .
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis.lama-lama
dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal.Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang
bergaris-garis.Pada klasifikasi bayangannya tambak sebagai bercak-bercak padat dengan densitas
tinggi.Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi
pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru.
Gambaran tuberculosis millier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya
tersebar merata pada seluruh lapang paru.Gambaran radiologis lain yang sering menyertai
tuberculosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis), massa cairan dibagian bawah paru (efusi
pleura/empiema), bayangan hitam radioulsen di pinggir paru/pleura (pnemothorax)
Pada satu foto dada sering di dapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada
tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotik, klasivikasi kavitas (non
sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan emfisema.
b. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak dipakai di rumah
sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT-Scan). Pemeriksaan ini lebih
superior dibandingkan dengan radiologis biasa.Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas
dan sayatan dapat dibuat transversal.
c. Magnetic Resonsnce Imaging ( MRI )
Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT-Scan, tetapi dapat mengevalusai proses-proses
dekat apek paru, tulang belakang, perbatasan dada perut.Sayatan dapat dibuat transversal, segital
dan koronal.
d. Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang meragukan,
hasilnya tidak sensitive dan tidak spesifik. Pada saat tuberculosis baru mulai aktif akan
didapatkan jumlah leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah
limfosit masih di bawah normal.Laju endap darah mulai meningkat.Bila penyakit mulai sembuh
jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi, laju endap darah mulai turun
kearah normal lagi.
e. Sputum (BTA)
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman
BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.
f. Tes tuberculin/ tes mantoux
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan diagnosis
tuberculosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes mantoux yakini dengan
menyuntikan 0,1 cc tuberculin P.P.D (purified protein derivative).
Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U ( first
strength). kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan hasil negative, berarti
tuberculosis dapat disingkirkan , umumnya tes mantoux dengan 5 T.U. Sudah cukup berarti. Tes
tuberculin hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau pernah terserang
Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis.
Tes mantoux ini dapat dibagi kedalam beberapa kategori yaitu :
1. Indurasi 0-5 mm (diameternya ) mantoux negative = golongan non sensitivity.
2. Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Disini peran antibody
normal masih menonjol.
3. Indurasi 10-15 mm: mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity disini peran antibody
selular paling menonjol.
6. PENGOBATAN
Penatalaksanaan Medik
Menurut (Widuyono, 2008: hal 18), pengobatan yangdapat diberikan pada klien dengan
tuberculosis Paru, yaitu :
1) Kategori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru.
2) Kategori II (2 HRZES / HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien yang pengobatan
kategori 1 nya gagal).
3) Kategori III (2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negative RO positif
4) Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila ada pemeriksaan akhir tahap intensif dari
pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemuukan BTA positif. Obat diminum sekaligus
1 jam sebelum sarapan pagi.
Dosis pemberian obat kategori 1:
a. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE) :
1) INH (H) : 300 mg 1 tablet.
2) Rimfapisin (R) : 450 mg - 1 kaplet
3) Pirazinamid (Z) :1500 mg - 3 kaplet @ 500 mg
4) Ethambutol (E) : 750 mg 3 kaplet @250 mg
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali regimen ini di sebut
kombipak II
b. Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam semingggu selan 4 bulan (4 H3R3) :
1) INH (H) : 600 mg 2 tablet @ 300 mg
2) Rimfapisin (R) : 450 mg 1 kaplet
Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali regimen ini disebut
kombipak III.
Menurut Mansjoer (2000 : hal 474 ), pembedahan pada TB Paru.
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkembang.Indikasi pembedahan
dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relative.
Indikasi mutlak pembedahan adalah:
a. semua pasien yang telah mendapat OAT tetapi sputum tetap posoitif.
b. Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
c. Pasien dengan fisula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif.
Indikasi relative pembedahan adalah:
a. Pasien denga sputum negative dan batuk-batuk darah perulang
b. Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kavitas yang menetap.

A. KLASIFIKASI
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2233), klasifikasi tuberculosis Paru, yaitu :
a. Pembagian secara patologis:
Tuberculosis primer (childhood tuberculosis).
Tuberculosis post-primer ( adult tuberculosis)
b. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberculosis paru (Koch Pulmonum) aktif , non aktif
dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
Tuberculosis minimal, terdapat sebagian kecil infiltrate nonka-vitas pada satu paru maupun
kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
Moderately advanced tuberculosis, ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. jumlah
infiltrate bayangan halus tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru.
Far advanced tuberculosis, terdapat infiltrate dan kavitas yang melebihi keadaan moderately
advanced tuberculosis.
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang diambil
berdasarkan aspek kesehatan masyarakat:
a) Kategori 0: Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negative, tes tuberculin
negatif.
b) Kategori I: Terpajan tuberculosis, tetapi tidak terbukti ada infeksi disini riwayat kontak positif,
tes tuberculin negatif.
c) Kategori II: Terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit, tes tuberculin positif, radiologis dan
sputum negatif.
d) Kategori III: Terinfeksi tuberculosis dan sakit.
Di Indonesia klasifikasi yang banyak di pakai adalah berdasarkan kelainan klinis, dan mikro
biologis:
1. Tuberculosis paru.
2. Bekas tuberculosis paru.
3. Tuberkulosis tersangka .
Catatan ; Untuk Tuberculosis tersangka terbagi menjadi tuberculosis tersangka yang diobati,
disini sputum BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain positif. dan tuberculosis paru tersangka yang
tidak diobati, disini sputum BTA negatiaf, dan tanda-tanda lain juga meragukan. Dalam 2-3
bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah termaksuk TB paru aktif atau bekas TB
paru.
Dalam klsifikasi ini perlu dicantumkan: status biakan bakteriologi, mikriskopik sputum
BTA, (langsung), biakan sputum BTA, status radiologis, kelainan yang relevan untuk
tuberculosis paru, dan status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkuosis.WHO
berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yaitu:
1. Kategori I, ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan bentuk
TB berat.
2. Kategori II, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BTA positif.
3. Kategori III ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan yang tidak luas dan kasus
TB ekstra paru selain yang disebutkan dalam kategori I
4. Kategori IV ditujikan kepada : TB kronik.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen
serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbon dioksida sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh, penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi.
Jadi di dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang di tarik dari udara masuk
ke dalam darah CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis .seterusnya CO2 akan dikeluarkan
melalui traktus respiratorus (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler
vena pulmonalis kemudian masuk ke sarambi kiri jantung (atrium sinistra) ke aorta ke seluruh
tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), disini terjadi oksidasi (pembakaran) . sebagian ampas
(sisanya) dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena
masuk ke jantung (serambi kanan / atrium dextra) ke bilik kanan (ventrikel dextra) dan dari sini
keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan
epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan
sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenetalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju
paru-paru (sampai alveoli) pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring
sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakea, sedangkan sewaktu bernapas
epiglotis terbuka begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring maka kita mendapat
serangan batuk, untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari laring.
Selain itu dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-debu,
kotoran dan benda asing.Adanya benda asing / kotoran tersebut memberikan rangsangan kepada
selaput lendir dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin, kadang terjadi batuk.akibatnya benda
asing/kotoran tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung dan mulut.Dari kejadian tersebut diatas
udara yang masuk ke dalam alat-alat pernapasan benar-benar bersih.
Organ-organ pernafasan.Yaitu ;
a. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi).didalamnya terdapat bulu-bulu
yang berguna untuk menyaring udara, debu, kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
Bagian luar hidung terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang
rawan, lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang
hidung (konka nasalis) yang berjumlah tiga buah yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis
media dan konka nasalis superior.
Diantara konka ini terdapat tiga buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan
bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah) dan meatus inferior ( lekukan bagian
bawah). Meatus-meatus ini lah yang dilewati oleh udara pernapasan, sebelah dalam terdapat
lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut kona. dasar dari rongga hidung
dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga
yang di sebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis
pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmoidalis pada
rongga tulang tapis.
Pada sinus etmoidalis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menunjukan nasalis.
Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman sel tersebut terutama terdapat di bagian atas.pada
hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau reseptor dari saraf penciuman (nerfus
olfaktorius).
b. Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas
tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain: ke atas berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, kedepan berhubungan dengan rongga
mulut tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat dua lubang, kedepan
lubang laring, ke belakang lubang esophagus.
Di bawah selaput lendir jaringa ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah
bening.Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid.Disebelahnya terdapat dua buah tonsil
kiri dan kanan dari tekak.Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring
pada waktu menelan makanan.
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di bagian depan faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorok itu dapat di tutup oleh sebuah empeng
tenggorok yang di sebut epiglotis yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada
waktu kita menelan makanan menutupi laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang di bentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda ( huruf
C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya
bergerak kea rah luar.panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jaringn ikat
yang dilapisi oleh otot polos.Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing
yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. Yang meisahkan trakea menjadi bronkus
kanan dan kiri disebut karina.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada dua buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea
dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah
tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari padabronkus kiri, terdiri dari
6 sampai 8 cincin, mempunyai 3 cabang
bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (
bronkioli). Pada bronkiolus tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkiolus terdapat
gelembung paru / gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah bagian tubuh yang sebagian besar teridiri dari gelembung
(gelembung hawa, alveoli).gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.Jika
dibentangkan luas permukaanya lebih kurang 90 m2. Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara,
O2masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini
kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi menjadi dua: Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, lobus puimo dektra
superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobules.paru-paru kiri, terdiri
dari puimo sinistra lobus superior dan lobus inferior.Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang
lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada
lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5
buah segemen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada
segmen inferior. Tiap tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan belahan yang
bernama lobules.
Diantara lobules yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobules terdapat sebuah bronkiolus.Di
dalam lobules bronkiolus bercabang-cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus
alveolus. Tiap tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 0,3
mm.
Latak paru- paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum.Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum
depan terletak jantung. Paru paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleuara. Pleura dibagi
menajadi: Pleura visceral yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru dan, pleura
parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keuda pleura ini terdapat
rongga (cavum) yang disebut cavum pleura. Pada keadaan normal kavum plura ini vakum
(hampa udara) sehingga paru-paru dapat kembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan
(eksudat), yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan
antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.
g. Pembuluh darah paru
Sirkulasi pulmonal berasal dari ventrikel kanan yang tebal dindingnya 1/3 dari tebal
ventrikel kiri.Perbedaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan jauh
lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri. Selain
aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang langsung mengalir ke paru-paru dan aorta melalui
arteri bronkialis. Darah ini adalah darah yang kaya oksigen dibandingkan dengan darah pulmonal
yang relative kekurangan oksigen.Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium
kiri.Arteri pulmonalis membawa darah yang sedikit mengandung oksigen dari ventrikel kanan ke
paru-paru.
Cabang-cabang nya menyentuh saluran-saluran bronchial, sampai ke alveoli
halus.Alveoli itu membelah dan membentuk jaringan kapiler, dan jaringn kapiler itu menyentuh
dinding alveoli (gelembung udara).Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh dinding
kapiler.Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai menjadi vena pulmonalis dan
sejajar dengan cabang tenggorok yang keluar melalui tampuk paru-paru ke serambi jantung kiri
(darah mengandung oksigen), sisa dari vena pulmonalis ditentukan dari setiap paru-paru oleh
vena bronkialis dan ada yang mencapai vena cava inferior maka dengan demikian paru-paru
mempunyai persediaan darah ganda.
Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di
dalamnya, kapasitas paru-paru dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-
dalamnnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung pada bebrapa hal: kondisi paru-paru,
umur, sikap dan bentuk seseorang.
b) Kapasitas vital yaitu, jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal. Dalam
keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak kurang lebih 5 liter.
Waktu ekspirasi, di dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter udara pada waktu kita bernapas
bisasa. Udara yang masuk ke dalam paru-paru 2.600 cm3 (2,5 liter). Jumlah pernapasan dalam
keadaan normal orang dewasa 16-18 kali/ menit. Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan
berubah, misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan bisa bertambah cepat dan sebaliknya.
c) Proses terjadinya pernapasan
Terdiri dalam dua bagian yaitu inspirasi dan ekspirasi.Bernapas berarti melakukan
inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus.Bernapas
merupakan gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Reflex bernapas ini diatur oleh
pusat pernapasan yang terletak dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh karena
seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa reflex
bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap
kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirasi terjadi bila mukulus
diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah mendapat rangsangan kemudian
mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarakan antara sternum (tulang
dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik,
yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari
luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung,
muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali,
maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi karena adanya
perbedaaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu orang bernapas, rangka dada terbesar bergerak, pernapasan
ini dinamakan pernapasan dada.Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada orang-
orang muda dan pada perempuan.Pernapasan perut.Jika pada waktu bernapas diafragma turun
naik, maka ini dinamakan pernapasan perut.Jika pada waktu bernapas diafragma turun naik,
maka ini dinamakan pernapasan perut.Kebanyakan pada orang tua, karena tulang rawannya tidak
begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur mengendap di dalamnya
dan ini banyak ditemukan pada pria.(Syaifuddin, 2006: hal 192).
C. KOMPLIKASI
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238), komplikasi yang dapat terjadi pada klien
dengan tuberculosis Paru, yaitu :
a. Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab lain
dapat juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga
atau columna vertebralis.
b. Efusi pleura
Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan selaput
paru, yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material
mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat pleura yang kaya
akan protein.
c. Empiema
Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura yang
di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis
tuberculosis).
d. Laryngitis
Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis tuberculosis.
e. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)
Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di dalam saluran
pernapasan akan berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan
dapat menyebat melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi
mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal,
dan saluran pencernaan.
f. Keruskan parennkim paru berat
Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim paru, sehingga
jika tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.
g. Sindrom gagal napas (ARDS)
Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan gagal
napas atau ketidak mampuan paru-paru untuk mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
D. PROGNOSIS
Tuberculosis paru dapat disembuhkan secara total dengan pemberian obat
antituberculosis (OAT) yang di konsumsi selama 6 bulan secara rutin. (Sylvia, 1995 : hal 759)
E. PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium
tuberkuloisi adalah sebagai berikut :
a. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang dahak
tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).
b. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi
c. Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu perhatian
khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara, dan penyinaran
matahari di rumah.
d. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor (polusi).
e. Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.

BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Pada konsep dasar asuhan keperawatan ini akan dibahas tentang pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi,implementasi, evaluasi dan perencanaan pulang.
I. PENGKAJIAN
Pengkajian menurut 11 pola Gordon yaitu:
a. Pola pemeliharaan kesehatan
1) Adanya riwayat keluarga yang mengidap penyakit tuberculosis paru
2) Kebiasaan merokok atau minum alcohol
3) Lingkungan yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang.
b. Pola nutrisi metabolic
1) Nafsu atau selera makan menurun
2) Mual
3) Penurunan berat badan
4) Turgor kulit buruk,kering, kulit bersisik
c. Pola eliminasi
1) Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi
2) Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping dari obat tuberculosis paru
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Kelemahan umum/ anggota gerak
2) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.
e. Pola tidur dan istirahat
1) Kesulitan tidur pada malam hari
2) Mimpi buruk
3) Berkeringat pada malam hari
f. Pola persepsi kognitif
Nyeri dada meningkat karena batuk
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular
2) Perasaan tidak berdaya
h. Pola peran hubungan dengan sesama
1) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
2) Frekuensi interaksi antara sesama jadi kurang.
i. Pola reproduksi seksualitas
Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis dengan pasangan
j. Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Menyangkal (khususnya selama hidup ini)
2) Ansietas
3) Perasaan tidak berdaya
k. Pola sistem kepercayaan
Kegiatan beribadah terganggu

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan
aktual dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi : pertama adanyanya masalah actual
berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit. Kedua faktor-faktor yang
berkontribusi atau penyebab adanya masalah.Ketiga kemampuan klien untuk mencegah atau
menghilangkan masalah.Menurut Donges, (1999: hal 241), diagnosa yang sering muncul pada
kasus tuberculosis paru adalah:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret kental, atau secret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakeal/ faringeal.
b. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan/ tambahan
infeksi, terpajan lingkungan dan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
c. Gangguan pertukaran gas O2 edan CO2 berhubungan dengan penurunan permukaan efektif
paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler dan secret kental, tebal.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubah berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/
produksi sputum, dispnea dan anorexia.
e. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan
kurang informasi / salah interpretasi informasi, keterbatasan kognitif dan tak akurat / tak
lengkap informasi yang ada.

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN


Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perncanaan keperawatan atau
intervensi keperawatan.Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan
mencegah maslah keperawatan klien. Tahap perencanaan adalah penentuan prioritas diagnosa,
penetapan sasaran (goal) dan tujuan , penetapan tujuan, penetapan kriteria evaluasi dan
merumuskan intervensi keperawatan.(Nursalam, 2001: hal 53)
Setelah menyusun prioritas perencanaan di atas maka langkah selanjutnya adalah penyusunan
rencana tindakan. Adapun rencana tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada
Tuberkulosis Paru adalah sebagai berikut : (Doenges , 1999 : hal 244).
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret kental, atau secret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakeal/ faringeal.
Tujuan : Mempertahankan jalan napas
Kriteria Hasil : mengelaurkan secret tanpa bantuan, menunjukan
perilaku mempertahankan jalan napas.
Rencana Tindakan:
Kaji pungsi pernapasan seperti bunyai napas, irama, kedalaman.
Rasiainal : Penurunan bunyi napas dapat menunjukan atelektasis, ronchi menunjukan akumulasi
secret.
1. Catat kemampua untuk mengeluarkan dahak dan batuk efektif.
Rasional :Pengeluaran secret sulit jika secret kental, sputum berdarah, diakibatkan oleh
kerusakan paru-paru.
2. Ajarkan pasien tekhnik napas dalam dan cara melakkukan batuk efektif.
Rasional :Batuk efektif membantu pengeluaran sputum, napas dalam mambantu ventilasi
maksimal meningkatkan gerkan secret
3. Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih 2000-2500 cc.
Rasional :Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan secret.
4. Berikan pasien posisi yang nyaman, posisi semifowler.
Rasional : semifoweler membantu memaksimalkan ekpansi paru dan meminimalkan upaya
pernapasan
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian agen mucolitik, brochodialator, kortikosteroid.
Rasional : Menurunkan kekentalan dan merangsang pengelauran secret.
6. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan/ tambahan
infeksi, terpajan lingkungan dan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
Tujuan : dapat menentukan intervensi mencegah / menurunkan
resiko penyebaran infeksi
Kriteria hasil : melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman.
Rencana Tindakan :
Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan.
Rasional :Mengurangi resiko kontaminasi silang.
1. Berikan ruangan yang bersih dan berventilasi baik.
Rasional : Mengurangi pathogen pada system imun dan mengurangi kemkungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial.
2. Pantau tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah, frekunesi pernapasan).
Rasional : Memberikan informasi data dasar awitan/ peningkatan suhu secara berulang-ulang
dari demam yang terjadi untuk menunjukan bahwa bereaksi pada proses infeksi yang tidak dapat
disembuhkan.
3. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan , perhatikan batuk spasmodik kering pada inspirasi
dalam perubahan karakteristik sputum, dan adanya mengi / ronchi . lakukan isolasi pernapasan
bila etiolgi batuk produktif tidak diketahui.
Rasional: Kongesti atau distress pernapasan dapat mengidentifikasi perkembangan PCP
penyakit yang paling sering terjadi meskipun demikian , TB mengalami peningkatan an infeksi
jamaur lainnya.
4. Periksa adanya luka/ lokasi alat infasif, perhatikan tanda-tanda infeksi/ inflamasi.
Rasional :Identifikasi / perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis.
5. Anjurkan pasien untuk batuk dan bersin menggunakan tissue dan membuang pada tempat,
anjurkan buang dahak pada wadah cairan disinfektan.
Rasional :Mencegah terjadinya penularan nosokomial dari pasien keperawatan atau orang lain.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic, antijamur, anti agen mikroba.
Rasional :Menghambat proses infeksi beberapa obat di targetkan untuk organsime tertentu (
sistem perusak).
Gangguan pertukaran gas O2 edan CO2 berhubungan dengan penurunan permukaan
efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler dan secret kental, tebal.
Tujuan : bebas dari distress pernapasan
Kriteria Hasil : perbaikan ventilasi dan perbaikan oksigenasi jaringan adekuat dengan gas darah
dalam rentang normal.
Rencana Tindakan :
1. Kaji disepnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal, meningkatnya respirasi, keterbatasan
ekspansi dada dan fatique.
Rasional : TB paru menyebabkann efek luas pada paru dan bagian kecil bronkopnemonia
sampai inflasmasi, difusi luas, nekrosis, effusi pleura, dan fibrosis luas. Efek pernapasan dapat
ringan sampai dispnea berat sampai distress penapasan.
2. Evaluasi perubahan tingakat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan kulit, selaput
mukosa dan warna kuku .
Rasional : akumulasi secret dapat mempengaruhi oksigenasi oragan vital
3. Demonstrasikan atau anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, khususnya
dengan pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.

Rasional : membantu tahanan melawan udara luar untk mencegah kolaps atau penyempitan jalan
napas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan/menurunkan
napas pendek.
4. Ajnurkan untuk bed rest / mengurangi aktivitas.
Rasional : menurunkan konsumsi oksigen / kebutuhan selama periode penurunan pernapasan
dapat menurunkan beratnya gejala.
5. Kolaborasi untuk pemberian oksigen tambahan
Rasional : alat dalam perbaikan hipokalesemia yang dapat terjadi sekunder terhadap ventilasi /
menurunnya permukaan alveolar paru.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubah berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/
produksi sputum, dispnea dan anorexia.
Tujuan: meningkatkan perubahan / perilaku pola makan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
Kriteria hasil: menunjukan peningkatan berat badan dan bebas
dari tanda-tanda malnutrisi.
Rencana Tindakan :
1) Kaji status nutrisi, riwayat mual dan muntah.
Rasional: berguna dalam mendefinisikan derajat/ luasnya masalah dan pilihan intervensi yang
tepat.
2) Kaji pola diet yang disukai / tidak disukai
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan khusus. Pertimbangan
keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
3) Monitor intake dan output secara periodic
Rasional: berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
4) Dorong klien untuk makan sedikit tapi sering dengan makan tinggi protein karbohidrat.
Rasional: Memaksimalakan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang perlu/kebutuhan energi dari
makanan yang banyak menurunkan iritasi gaster.
5) Rujuk keahli diet untuk menentukan komposisi diet
Rasional: memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolic
6) Berikan obat penetralisir asam lambung sesuai indikasi
Rasional : dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehingga dengan obat atau
efek pengobatan pernapasan perut yang penuh.
7) Berikan terapi parenteral sesuai indikasi
Rasional: membantu terpenuhinya kebutuhan cairan dan pengobatan parenteral.
e. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan
kurang informasi / salah interpretasi informasi, keterbatasan kognitif dan tak akurat / tak
lengkap informasi yang ada.
Tujuan : menunjukan perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan
Kriteria Hasil : Klien menyatakan pemahaman proses penyakit/
prognosis kebuthan pengobatan.
Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien.
Rasional :Menentukan tingkat pengetahuan pasien.
2) Kaji kemampuan belajar pasien
Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahap
individu.
3) Beri penyuluah tentang penyakit TB Paru ( pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
Rasional :Agar pasien dapat mengerti tentang penyakit yang di TB Paru ( pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
4) beri kesempatan untuk bertanya dan jawab pertanyaan pasien.
Rasional :Meningkatkan pemahaman tentang penyakitnya.
5) Evaluasi kembali tingkat pemahaman pasien tentang penyakit TB Paru ( pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
Rasional :Mengetahui tingkat pemahaman pasien tentang penyakit TB Paru (( pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, pengobatan, komplikasi, dan pencegahan).
6) Anjurkan pada pasien untuk mengunjungai petugas kesehatan bila ada keluhan.
Rasional :agar petugas kesehatan dapat mengatasi masalah kesehatan yang terdapat pada pasien.

5.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan di susun dan
dilanjutkan pada nursing orders untuk membantu klien tujuan yang diharapkan.Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
memperngaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pecegahan
penyakit, pemuliahan kesehatan dan memanifestasi koping.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien
mempunyai keinginan untuk beradapatasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama
tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan pengumpulan data dan memilih tinakan
keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.Semua tindakan keperwatan di catat
dalam format yang telah ditetapkan oleh semua institusi.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis Paru yang
perlu diperhatikan adalah memperhatikan jalan napas, pencegahan tahap penularan karena
penyakit ini sangat berpotensi untuk menularkan kepada orang lain melalui udara ( born I
nfection), bebas dari geala distress pernapasan, nyeri berkurang / hilang, mempertahan kan berat
badan ideal dan menunjukan prubaha perilau dalam meningkatkan kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperwatan, perawat harus mampu bekerja sama dengan
klien, keluarga, serta anggota tim kesehatan yang lain sehingga asuhan yang diberikan dapat
optimal dan komprehensif. (Nursalam, 2001: hal 63).

6.EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah
berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evaluasi proses (formatting) dan
evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan secara terus-menerus terhadap
tindakan yang telah dilakukan .sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi tindakan secara
keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan
perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Adapun evaluasi yang diharapkan pada penyakit Tuberkulosis Paru berdasarkan diagnosa
yang muncul adalah mempertahankan jalan napas, mencegah/menurunkan resiko penyebaran
infeksi, bebas dari distress pernapasan, nyeri berkurang / hilang , bebas dari tanda-tanda
malnutrisi dan berat badan menjadi ideal, melakukan perubahan perilaku dan pola hidup untuk
meningkatkan kesehatan dan menurunkan resiko pengaktifan ulang penyakit Tuberculosis Paru.
(Nursalam, 2001 : hal 71)

7.PERAN
Perencanaan Pulang
Perencanaan pulang atau discharger planning pada pasien dengan tuberculosis paru adalah:
a. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi obat OAT secata teratur sesuai dengan instruksi dokter.
b. Mencegah penyebaran infeksi, contoh membuang dahak ditempat yang tertutup dan
tidakdisembarang tempat bila perlu diberi larutan desinfekt
c. Istirahat yang cukup.
d. Menghidari suhu udara yang terlalu dingin dan lembab.
e. Memperbaiki sirkulasi udara di rumah dengan ventilasi rumah yang memadai.
f. Memberikan penyinaran matahari yang baik di rumah.
g. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor (polusi).
h. Makanan yang dianjurkan Diet tinggi protein (Hewani : Daging, susu, telur, ikan. Nabati :
Kacang-kacangan, tahu, tempe), Diet tinggi vitamin : Buah-buahan dan sayuran
i. Makanan yang harus dihindari adalah alcohol.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan
oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara
yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic
tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang
jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium

Saran

Kami selaku penyusun makalah mengharapkan ada koreksi dalam hal pembuatan makalah ini,
dan semoga dengan adanya ttugas ini kami dapat bisa lebih bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai