Anda di halaman 1dari 12

Beberapa awal cerita dari Usaha yang kini

dikenal banyak orang.


1. Siomay Pink

Siomay Pink juga menjadi identitas pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu di dunia maya. Mesin
pencari Google menyebut 83.500 hasil yang merujuk pada usaha siomay yang dijalankan
Sriyono sambil berkeliling di atas sepeda pink.

Sriyono menjadi topik hangat di kalangan komunitas entrepreneur. Sebab, selain berjualan
dengan kostum dan perlengkapan mencolok serbapink, kegigihannya dalam berwirausaha
menjadi inspirasi tersendiri.

Mungkin karena saya dianggap nyentrik. Itu saja. Tapi, entahlah, saya nikmati saja momen-
momen ini ujarnya sambil melayani pelanggan. Dia pun meracik bumbu siomay dari panci pink
yang terikat di belakang sepeda pink yang telah dimodifikasi dengan sejumlah kotak kayu yang
juga berwarna pink. Di depan sepeda itu terdapat dua keranjang pink dengan dua teddy bear pink
terduduk di dalamnya.

Sriyono juga mengenakan kaus pink, bercelana pendek pink, topi pink, serta jam dan bahkan
anting pink Namun, di balik penampilan nyentrik itu, tersimpan kisah perjuangan hidup yang
cukup berliku.

Kisah sukses Sriyono dimulai pada 1969 ketika pria kelahiran Klaten, 21 Juli 1954, tersebut
merantau ke Jakarta untuk menjadi sales mobil. Ketika itu, tiba-tiba saja dia sangat gemar pada
siomay dan memutuskan untuk belajar cara membuat makanan itu. Dia lantas berguru pada
seorang keturunan Tiongkok asal Pulau Bangka.

Dialah yang mengajari Sriyono membuat siomay. Setahun penuh Sriyono bekerja tanpa digaji
untuk mendapatkan resep rahasia sang penjual siomay itu. Beberapa tahun kemudian, sang guru
meninggal dan mewariskan usaha Siomay kepada Sriyono. Pada 1980-an, Sriyono
memberanikan diri memulai usaha siomay keliling di Jakarta dengan modal patungan dengan
beberapa teman.

Berbagai cara ditempuh untuk membesarkan usaha tersebut. Mulai membikin armada siomay
sepeda keliling sampai mendirikan warung-warung kecil. Puncak sukses diraih pada 1996 ketika
dirinya berhasil membuat outlet di salah satu mal elite di ibu kota, yakni Plaza Senayan.

Sriyono adalah pendiri dan pemilik outlet Siomay Senayan dengan beberapa cabang. Pendapatan
bisnisnya ketika itu mencapai Rp 2 miliar per tahun. Dia menikmati sukses berjualan siomay
dengan berstatus bujangan. Sriyono mengenang, tinggal di ibu kota dengan duit melimpah ketika
itu bagai hidup di surga.

Bahkan, bisnisnya sangat kuat sehingga ketika krisis 1998 menerpa modalnya tidak berkurang.
Tapi, dia justru masih bisa mendirikan outlet di beberapa tempat lain. April 1999, Sriyono
memutuskan untuk mengakhiri masa lajang dan menikahi putri seorang polisi.

Pernikahan yang tidak direstui orang tua sang istri itu kemudian menjadi bom waktu bagi
kehidupan Sriyono. Pertengkaran demi pertengkaran pun terus muncul sehingga konsentrasi
Sriyono pada bisnisnya mulai berkurang.

Ketika itu, dia menjadi satu-satunya pengusaha siomay yang meneken kontrak dengan gerai
waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC). Dia menyuplai siomay di puluhan gerai KFC di
Jakarta yang ketika itu memiliki menu khusus siomay.

Namun, persoalan rumah tangga yang tak kunjung selesai pelan-pelan membuat manajemen
bisnisnya kolaps. Akhirnya, Sriyono terpaksa menjual hak paten Siomay Senayan dan usahanya
pun gulung tikar. Awal 2004, setelah 4 tahun 7 bulan berumah tangga dan dikarunia dua anak,
yakni Peksi Safira Miradalita (kini 11 tahun) dan Pramesti Dewi Angelita (kini 10 tahun), sang
istri menggugat cerai Sriyono. Saya ingat. (Saat itu) hanya baju yang melekat di badan yang
saya miliki, kenangnya sambil menerawang.
Setelah perceraian, sang istri kemudian mengasingkan diri dan membawa serta dua anak
Sriyono. Sejak itu dia pun tidak pernah lagi bertemu dua buah hatinya. Dalam kondisi bangkrut,
Sriyono sempat ditampung mantan rekan-rekan bisnisnya.

Dia pun sempat mendapat bantuan modal dan berusaha merintis lagi usaha siomay kelilingnya
mulai nol dengan konsep awal, yakni belasan armada siomay keliling. Tapi, pada 2008, usaha itu
lagi-lagi bangkrut. Saya selalu ingat anak saya dan rindu yang tidak tertahan membuat saya
sulit berkonsentrasi, katanya. Kegagalan kali ini membuat Sriyono tertekan.

Dia pun memilih menjadi gelandangan dan tinggal di jalanan kotakota Jakarta. Tiap malam, dia
tidur berpindah- pindah, dari halte bus ke kolong jembatan dan dari pinggir jalan ke
masjidmasjid. Hingga 2009, Sriyono memilih menetap di Masjid Al Bina di kawasan Senayan.

Setelah beberapa minggu tinggal di sana, tiba-tiba dia mendapat bantuan modal dari seorang
jamaah pengajian yang mengetahui latar belakang dirinya sebagai pengusaha siomay. Waktu
itu saya diberi modal Rp 1 juta untuk memulai bisnis lagi, katanya.

Awal 2010, Sriyono pun sudah memiliki gerai siomay di mal Pasaraya Blok M yang bernama
Siomay Maestro. Namun, lagi-lagi karena tinggal kesepian dan rindu kepada dua buah hatinya,
konsentrasinya dalam berbisnis terganggu. Dia pun kembali bangkrut. Sampai saat ini, Sriyono
masih berutang kepada manajemen Pasaraya Rp 13 juta.

Di ambang keputusasaan, sebulan menjelang bulan puasa 2010, dia memutar otak dan mendapat
ide brilian. Yakni, kembali memulai usaha siomay keliling, tapi dengan tampilan yang eksentrik.

Diharapkan, ketika dia menjadi eksentrik, sang anak akan mengetahui dan dirinya dapat bersua
dua buah hatinya setelah lima tahun berpisah tanpa kabar itu. Sriyono pun memutuskan
mengenakan warna pink sebagai seragam berjualan. Pernak-pernik pink pun dikenakan untuk
berdagang keliling.

Dia juga berusaha tampil di setiap momentum di mana publik Jakarta banyak yang berkumpul.
Sriyono akhirnya dijuluki maskot dalam even Hari Bebas Kendaraan alias Car Free Day yang
diberlakukan sebulan sekali di jalan protokol Jakarta. Semakin banyak orang yang kenal saya,
kesempatan untuk bertemu kembali dengan anak saya semakin besar, katanya.

Tapi, usaha tampil nyeleneh itu tidak semudah yang dia bayangkan. Setiap hari, bahkan sampai
sekarang, Sriyono harus rela menjadi bahan ejekan orang-orang yang lewat. Tak jarang
perkataan mereka sangat pedas dan menusuk hati. Tak sedikit yang mengira Sriyono adalah
seorang waria yang nyambi berjualan siomay saat siang dan berpraktik saat malam.

Tapi, demi menemukan sang anak, hinaan dan cacian itu ditanggapi dengan se-nyum dan hati
ikhlas. Bahkan, kini dia sudah memiliki 34 kaus pink, 18 pasang sandal pink, 12 topi pink, 3 jam
pink, 3 pasang kacamata pink, kalung pink braces, anting-anting pink, dan tiga pasang sepatu
pink.

Upaya tampil eksentrik itu membuahkan hasil ketika dirinya muncul sebagai topik di Twitter dan
BlackBerry Messenger. Popularitasnya menanjak ketika kisah usahanya dipublikasikan di situs
kaskus.us.

Pertengahan Desember 2010, sebuah koran berbahasa Inggris di Jakarta memuat foto Sriyono
dengan full aksesori pink. Hasilnya, pekan lalu, awal Januari 2010, sebuah televisi nasional
berhasil mempertemukan Sriyono dengan sang anak.

Waktu itu, rasa senangnya tak terhingga. Saya bersyukur mereka mengakui saya sebagai bapak,
walaupun mereka memiliki ayah tiri warga Inggris yang kaya, ujarnya, kali ini sambil terisak.

Tampil di televisi mendatangkan keuntungan bagi usaha Sriyono. Dalam dua pekan terakhir,
omzet berjualan keliling yang biasanya hanya Rp 200 ribu per hari naik lima kali lipat menjadi
Rp 1 juta per hari. Banyak pesanan dalam jumlah besar sehingga pendapatan berjualan
berkeliling terdongkrak. Sejak pekan lalu, seorang pengusaha getol menawari Sriyono untuk
membuka franchise siomay Yo Pink di beberapa lokasi di Jakarta.

Dia juga mendapat tawaran untuk bermain sinetron. Rundown jadwal casting oleh sebuah rumah
produksi juga sudah di tangannya. Lalu, apa yang akan dilakukan sekarang? Sriyono
menyatakan, dirinya masih berencana meneruskan usaha berjualan dan akan membuka warung
kecil di Jalan Otto Iskandar Muda, Jakarta. Dia fokus meraih sukses lagi dengan Siomay Yo Pink
itu.

Saya ingin anak saya bangga dengan bapaknya si penjual siomay berkaus pink ini. Saya akan
bangkit demi putri-putri saya, ujarnya lantas tersenyum.

source: http://wawanwae.blogspot.com/2011/01/sriyono-mantan-miliarder-yang-kini-jadi.html

2. Kebab baba Rafi

Mungkin nama Hendy Setiono belum familiar ditelinga kita. namun taukah kalian kalau
perusahaan yang ia pimpin beromzet lebih dari 1.000.000.000 per bulan. Dan inilah sedikit
perjalanan menuju kesuksesan Hendy Setio. Meninggalkan bangku kuliah untuk memulai usaha
kecil-kecilan tidak banyak dilakukan kaum muda. Butuh keberanian dan perhitungan yang
matang dalam melakukan hal tersebut. Namun, inilah jalan yang dilakukan oleh seorang Hendy
Setiono. Ia sempat mengenyam ilmu di Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh
Nopember di Surabaya. Kuliah ditinggalkan karena waktu itu ia melihat prospek akan bisnis
makanan Timur Tengah, yakni kebab. Saya sangat hobi untuk berwisata kuliner, termasuk
wisata kuliner untuk makanan yang bernama kebab ini. Kebetulan beberapa waktu silam, saya
mendapat kesempatan untuk jalan-jalan ke Qatar. Di sana banyak sekali penjual yang menjual
makanan tradisional Turki yang biasa disebut kebab di sepanjang jalan yang saya lalui. Dari apa
yang saya temui dan saya rasakan, setelah saya mencoba mencicipinya di sana, terbesit ide untuk
mencoba memopulerkan makanan ini di Indonesia,

Kunjungannya ke negara di Timur Tengah tersebut karena sang ayah yang merupakan operator
perusahaan minyak di negara itu. Lantas, makanan itu dibawanya ke Surabaya untuk dicoba
dikembangkan.Ternyata, langkahnya ini tidak mendapatkan dukungan penuh dari orangtua
karena bangku kuliah ia tinggalkan demi menjalankan usaha yang belum tentu keberhasilannya
saat itu. Apalagi, kata Hendy, keluarganya tidak ada yang berlatar belakang wirausaha atau
menjalankan bisnis. Dukungan finansial untuk modal waktu itu (pun) terbatas, ujarnya.

Ia pun hanya dapat pinjaman uang dari adiknya sebesar Rp 4 juta untuk memulai bisnis kebab
yang kini dikenal dengan Kebab Turki Baba Rafi. Nama usahanya itu berasal dari nama
depan anaknya, Rafi Darmawan. Adapun kata baba yang merupakan bahasa Arab, artinya
ayah. L Lihat peluang yang ada, E Evaluasi Peluang itu, T Tirukan cara yang mungkin
dapat diadopsi, A Amati caranya dan lakukan, M Modifikasi cara yang telah dipilih itu

Sewaktu memulai usaha itu, ia sudah berkeluarga. Istrinya pun turut andil dalam usaha kuliner
ini karena bisnis kebab sendiri awalnya merupakan industri rumah tangga. Selain istrinya, ia pun
menggandeng temannya, Hasan Baraja, dalam mendirikan usaha kebab Baba Rafi. Beliau
merupakan orang yang men-support awal berdirinya Baba Rafi, kata ayah dari Rafi Darmawan,
Refa Audrey Zahira, dan Ready Enterprise ini. Niat dan modal pun tak cukup menyertai
perkembangan usaha Hendy ini. Berbekal pengalaman mengikuti seminar hingga pertemuan
dengan relasi bisnis, ia pun menciptakan moto LETAM. L Lihat peluang yang ada, E
Evaluasi peluang itu, T Tirukan cara yang mungkin dapat diadopsi, A Amati caranya
dan lakukan, M Modifikasi cara yang telah dipilih itu, ujarnya.

Ia menyebutkan, moto ini sudah muncul sedari awal sebelum usaha dimulai. Dengan semua
bekal itu, tidak lantas ia mudah menjalani peruntungannya di bisnis kebab yang kini berkembang
menjadi sejumlah produk kuliner, yakni roti Maryam Aba-Abi, Piramizza, dan Ayam Bakar
Mas Mono.

Awalnya, bisnis yang dijalankannya bukan langsung berbentuk outlet, melainkan gerobak
dorong berwarna kuning. Dengan gerobak buatan sendiri, ia pun mangkal di daerah Nginden
Semolo, Surabaya. Ia ditemani seorang karyawan. Pahit-manisnya berbisnis pun ia rasakan.
Hendy pun bercerita bagaimana ia berjualan sampai kehujanan, jatuh hingga rotinya berserakan
di jalan. Kehujanan, jatuh, roti pun langsung klemeran di jalan, kata Hendy. Tidak hanya
sebatas itu, uang hasil penjualannya pun sempat dibawa pergi oleh karyawan penggantinya.
Kesulitan lainnya adalah mengenai masalah pendanaan. Bunga pinjaman perbankan yang tinggi
harus ia terima. Pernah ia diberikan suku bunga kredit untuk modal kerja hingga 18 persen.
Namun, ia memaklumi dengan pemahaman bank tentunya melihat risiko dalam memberikan
modal. Untungnya, bunga tersebut bisa terbayarkan dengan laba yang ia peroleh.

Buah manis pun akhirnya ia petik dari perjuangannya itu. Seorang Hendy kini bisa menjabat
Presiden Direktur PT Baba Rafi Indonesia (kebab Turki Baba Rafi, Roti Maryam Aba-
Abi, Nasi Goreng Kebab Baba Rafi, dan Chicken Kebab Baba Rafi), PT Piramida Zahira
(Piramizza), dan PT Panen Raya Indonesia (ayam bakar Mas Mono). Bahkan, pria yang
tidak menyelesaikan pendidikan strata satunya ini sampai bisa mendirikan perusahaan di
Malaysia (Baba Rafi Malaysia Sdn Bhd).

Hendy menuturkan, alasannya ia merambah Malaysia karena kulturnya yang masih serumpun
dengan Indonesia. Artinya, selera makanannya pun tidak jauh berbeda. Jadi, saya melihat ini
ada peluang besar yang bisa saya garap bersama tim saya dan saya berharap juga bisa sukses
seperti di Indonesia, katanya. Apa yang diharapkannya itu berbuah hasil sebuah penghargaan,
yaitu menjadi pemenang dalam Global Leadership Awards 2011 untuk sektor makanan dan
minuman ringan di Malaysia. Penghargaan tersebut hanya satu dari deretan penghargaan yang ia
raih dari menjalankan bisnis sejak tahun 2003. Hanya dua tahun setelah memulai usaha, ia sudah
meraih penghargaan tingkat provinsi, salah satunya ia berhasil menyabet juara pertama untuk
Entreprenur Business Plan dari Universitas Petra, Surabaya. Setelah itu, menyusul
penghargaan dari beberapa media nasional hingga Kementerian UKM dan Koperasi yang
mengisi setiap tahunnya.

Penghargaan internasional pun ia dapatkan, salah satunya melalui Asia Pasific


Entrepreneurship Awards 2008 dari Enterprise Asia from Malaysia tahun 2008. Minimal
ada 20 penghargaan yang ia dapatkan dari keberhasilan wirausahanya, baik dari dalam maupun
luar negeri. Pencapaiannya itu dapat dilihat dari menjamurnya gerai waralabanya. Kini, Hendy
mempunyai lebih dari 750 outlet, baik di Indonesia maupun di Malaysia, 50 outlet Roti
Maryam Aba-Abi, dan 75 outlet Piramizza di seluruh Indonesia. Restoran Ayam Bakar
Mas Mono-nya pun sudah 20 buah di Jabodetabek. Usaha waralabanya ini pun
berdampak pada kebutuhan tenaga kerja yang terbilang banyak.
Demi efisiensi, ia mendirikan Baba Rafi Academy, yakni lembaga pelatihan untuk
memenuhi kebutuhan pegawai usahanya. Pendidikan ini diberikannya gratis bagi lulusan
SMP hingga SMU yang mau bekerja di usahanya. Sudah gratis, langsung kerja lagi,
terang Hendy. Bahkan, dengan sembari tertawa, ia pun menyebutkan, Kalau saya tidak sempat
wisuda, tetapi mewisuda orang. Ini karena bagi lulusan akademi tersebut, ia mengadakan
semacam wisuda kecil-kecilan. Hasilnya, lulusannya lumayan untuk membantu kebutuhan
tenaga kerja hingga 100 orang per bulan. Bekerja sama dengan Magistra Utama, akademi ini
telah berada di delapan kota, khususnya Jawa Timur dan Jawa Tengah. Penempatan lulusannya
pun di seluruh Indonesia. Untuk ke depannya, Hendy berharap ia bisa membuka dua outlet dalam
satu hari. Niatannya ini tentu akan membutuhkan banyak pegawai. Sudah tentu usahanya ini
memberikan angin segar bagi para penganggur. Ia pun berniat terus mengembangkan bisnisnya
di bidang kuliner dengan fokus pada pasar domestik.

Saya memang fokus saya di industri, di mana kami memang pada pengembangan jumlah
jaringan outlet dalam lima tahun ke depan, ucap Hendy. Ia pun ingin ke depannya
menggandeng banyak usaha kecil dan menengah dengan sejumlah lini usahanya.
Manfaatin, jangan orang luar yang masuk ke sini. Manfaatin resources local, kata
Hendy, yang juga menjabat Wakil Ketua Komite Tetap untuk Pengembangan Wirausaha
di Kadin Indonesia.

Source : http://tribiznetwork.com/m/blogpost?id=6620194%3ABlogPost%3A4162

3. Ayam Bakar Mas Mono

Bekalnya ijazah SMA. Mengawali perjuangannya dengan menjadi office boy dan jualan roti
pisang keliling. Namun hanya berselang delapan tahun Agus Pramono mampu menjadi juragan
ayam bakar yang omsetnya ratusan juta perbulan.

Urip kaya cakra manggilingan, itu ungkpan para dihalang ketika mengupas filosofi hidup
manusia. Artinya hidup ini ibrat roda yang berputar terkadang diatas terkadang dibawah. Filosofi
hidup itulah yang dimaknai secara mendalam oleh Agus Pramono, Bos Ayam bakar Kalasan (
Mas Mono ) yang kini mempunyai tujuh outlet dan tersebar di berbagai wilayah di jakarta dan
melayani jasa catering untuk Anteve, Trans TV dan TV7.
Sempat di tempa kerasnya hidup di ibukota selama lebih dari satu dasawarsa, akhirnya Mas
Mono, dimekian akrab disapa oleh para pelanggannya, bisa menjadi juragan ayam bakar. Dalam
sehari tak kurang dari 600 ekor ayam ia sajikan untuk para pelanggannya, yang terentang dari
golongan bawah sampai atas.

Mono hijrah dari madiun ke jakarta pada tahun 1994, setamat dari sekolah menengah atas di kota
brem tersebut. Di jakarta Ia bekerja sebagai karyawan restorant cepat saji California Fried
Chicken sebagai cooker.

Tiga tahun kemudian atau 1997 ia keluar dari CFC, untuk memegang operasional rumah makan
yang melayani jasa catering event-event khusus. kebetulan pada tahun itu, properti mengalami
booming sehingga banyak sekali peluncuran perumahan-perumahan yang membutuhkan jasa
catering. Namun perjalanan hidup, tak ubahnya air yang pasang surut. akhir tahun 1997 atau
awal 1998, krisis ekonomi mendera kawasan ASIA, termasuk Indonesia.Penyelenggaraan event-
event yang semula booming, mulai lesu. Order yang mula antre, berubah total, nyaris tak ada
satupun order yang masuk.

Mono masuk barisan dari jutaan penduduk Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Untuk
menyambung hidupnya, Mono menulis puisi dan membuat vinyet untuk dikirimkan kesejumlah
Media masa. Supaya bisa dimuat, puisi maupun vinyet itu saya antar sendiri ke redaksi, kata
mono mengenang masa-masa susah dalam hidupnya.

Mono berusaha untuk melamar ke sejumlah perusahaan. Namun tidak ada satupun lamarannya
yang membuahkan hasil. baru pada tahun 1998, dengan rekomendasi dari seorang temannya,
mono diterima sebagai office boy di sebuah perusahaan konsultan. pekerjaan mono sehari-hari
adalah menyapu, mengepel dan memfotocopi dokumen, namun, disela-sela mengerjakan tugas
pokoknya tersebut, mono belajar untuk mengoperasikan komputer. setelah berhasil
mengoperasikan komputer ia mencari hasil tambahan dengan melayani jasa pengetikan skripsi.

Meski sudah berusaha keras untuk mendapatkan hasil tambahan, tetapi tuntutan ekonomi
berkembang jauh lebih pesat, sehingga mono merasa posisinya sebagi karyawan tidak bisa
dipertahankan lagi. Ia berfikir untuk keluar dan memulai usaha sendiri.
Modal cekak membuatnya berfikir keras, usaha apa yang cepat mendatangkan uang sehingga
bisa menambal kebutuhan sehari-hari. Terlintas dibenaknya untuk membuat warung makan
seperti yang berada di dekat kantornya. Namun dengan uang Rp. 500rb di tangan jelas tidak
cukup dijadikan modal untuk mendirikan warung makan.

Dengan dana yang ada usaha jualan pisang cokelat merupakan pilihan yang masuk akal. Ia
membelanjakan sebagian dari uangnya untuk uang muka membeli gerobak dan sisanya untuk
membeli bahan baku. mulailah mono mendorong gerobaknya dan menjajahkan pisang
cokelatdari satu sekolah dasar ke sekolah dasar lainnya. Setiap SD jam istirahatnya berbeda.
Saya selalu berpindah-pindah menyesuaikan jam istirahat beberapa SD, ujar Mono.

Di tengah kesulitan hidup, mono mengambil keputusan berani untuk menyunting pujaan hatinya,
Nunung, yang kini telah memberinya buah hati Novita Anung Pramono. Pasangan muda ini
hidup di satu kamar kontraakan dan tidur hanya beralaskan tikar tanpa kasur. agar sedikit empuk
maka mono menganjal tikarnya dengan kardus-kardus bekas.

Profesi sebagai penjual pisang coklat masih ia geluti. kalau dagangannya masih sisa, maka pa
sorenya ia ngetem di depan universitas Sahid. Untuk meringankan beban suaminya Nunung
mengambil pekerjaan dari subkontraktor kardus sepatu. Saya kasihan sekali melihat istri
kecapeaan setelah melipat-lipat kardus sepatu, ungkap Mono.

Pada suatu hari di tahun 2000, Mono melihat ada lapak di depan Usahid yang tidak terpakai.
Mimpinya untuk memiliki warung ayam bakar kaki lima kembali menyeruak. didukung istrinya
yang jago memasak mono mulai beralih profesi menjadi penjual ayam bakar. Pertama kali jualan
mono membawa 5 ekor ayam yang ia jadikan 20 potong. pada waktu itu yang laku hanya 12
potong, tetapi saya sudah sangat bersyukur. memiliki lapak saja saya merasa bermimpi,
imbuhnya.

Kombinasi antara menu yang enak dan ketekunan, sedikit demi sedikit ayam bakar mas mono
membuahkan hasil. hari demi hari, minggu berganti minggu, tahun beranjak tahun ayam
bakarnya semakin laris. warungnya yang semula hanya menghabiskan lima ekor ayam sudah
mampu menjual 80 ekor ayam per harinya. karyawan yang semula hanya satu orang bertambah
menjadi beberapa orang.
Meskipun warung saya hanya kaki lima, namun saya menerapkan standar operasional rumah
makan besar. Karyawan memakai seragam, tidak memelihara kuku panjang, tidak berkumis dan
tidak berjenggot, terang mono.

Lantaran adanya standar tersebut, Warung mono menjadi terlihat berbeda dibanding warung kaki
lima lain sehingga warung tersebut mengalami pertumbuhan pesat. Meski kondisi ekonomi
semakin membaik, sang istri tidak tinggal diam. Sang istri berjualan nasi uduk di dekat sebuah
kantor di jalan MT Haryono. warung nasi uduk yang buka antara pukul 06.00 10.00 pada saat
itu sudah meraup omset 800 ribu perhari.

Agaknya jalan terang terus terhampar. setelah satu pelanggannya, presenter dunia lain Trans TV,
menyarankan agar mono menawarkan jasa catering ke stasiun televisi tersebut. ternyata tanpa
melalui peroses berliku-liku mono mendapat proyek itu, tak lama kemudian Anteve dan TV 7,
memesan catering dari pria yang hobi memodifikasi sepeda motor ini.

Pada sisi lain, mono juga melakukan ekspansi warungnya. Dari salah satu pelanggannya ia
mendapatkan penawaran tempat di jalan Tebet raya No.57, meski hanya kecil. Di tempat ini
mono hanya bisa menempatkan 2 bangku kecil, tetapi di luar dugaan pelayannya membludak
sehingga mereka rela makan sambil berdiri. setelah sukses di tempat ini mono mengusung nama
ayam bakar kalasan mas mono untuk jualannya. sebelumnya, ia tidak memakai merek untuk
warungnya.

Untuk menampung pelanggannya mono kembali membka warung di jalan Tebet Timur Dalam.
lagi-lagi warung ini juga dipenuhi oleh pelanggan. Bukan hanya pelanggan lama, tetapi juga
pelanggan baru, tetapi juga pelanggan baru sehingga warung ini yang semula diniatkan
menampung pelanggan lama, malah bisa memperluas pasar lagi. Kini keseluruhan warung Mas
Mono mencapai tujuh. selain yang disebut di atas Mono juga memiliki warung di jalan
Panggadegan Selatan Raya, Jalan pulo Nangka Barat II, jalan Inspeksi Saluran E 26 Kalimalang
dan kampus ASMI pulo mas.
Namun Mono sendiri mengaku sampai saat ini belum memiliki rumah dan mobil pribadi. Tiga
mobil yang ia miliki adalah mobil operasional. sedang rumahnya masih kontrak. Namun
sejatinya, dari omset satu bulan saja mono mampu membeli rumah ataupun mobil pribadi
sekaligus.Duitnya mengembangkan usaha Mas, katanya seraya mengatakan dalam
pengembangan usaha ia tidak pernah berhubungan dengan lembaga keuangan.

Sukses di mata mono tidak harus memiliki rumah mentereng atau mobil keren, melainkan apa
yang menjadi kebutuhannya terpenuhi. Mungkin orang lain memiliki pengertian lain tentang
sukses adalah ketika seseorang bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya, ujarnya kalem.

Kunci sukses, kata Mono, adalah penerapan dari kata-kata mutiara yang sering diucapkan oleh
banyak orang Dimana ada kemauan di situ ada jalan. mungkin kata-kata itu sangat sederhana
dan mungkin setiap orang sudah tahu tentang itu. tetapi kalau benar-benar di terapkan bisa
menuntun hidup seseorang kearah yang lebih baik. saya merasakan sendiri kebenaran kata-kata
itu, Tegas Mas Mono

Source : http://ayambakarmasmono.wordpress.com/sejarah-2/

Anda mungkin juga menyukai