Anda di halaman 1dari 22

METODE PENGAJARAN BAHASA

Pengajaran bahasa melibatkan sekurang-kurangnya tiga disiplin, yakni (a) linguistik, (b)
psikologi dan (c) ilmu pendidikan. Linguistik memberi informasi kepada kita mengenai bahasa
secara umum dan mengenai bahasa-bahasa tertentu. Psikologi menguraikan bagaimana orang
belajar sesuatu, dan Ilmu Pendidikan atau Pedagogi memungkinkan kita untuk meramu semua
keterangan dari (a) dan (b) menjadi satu pendekatan, metode, dan teknik yang sesuai dipakai di
kelas untuk memudahkan proses belajar-mengajar bahasa.
Sejalan dengan perkembangan ilmu linguistik dan ilmu psikologi ini, metode-metode itu
mencerminkan disiplin-disiplin tersebut di atas, juga ikut berubah. Oleh karena itu, jawaban atas
pertanyaan Apa bahasa itu?" dan "Bagaimana bahasa itu dipelajari orang?", dan Metode apa
yang paling baik untuk mengajar bahasa kedua/asing? sehingga kita masih tetap mencari-cari
jawaban yang tepat atas pertanyaan yang diajukan tersebut.
Ada kemungkinan bahwa apa yang sekarang dianggap metode pengajaran bahasa
kedua/asing yang paling baik ternyata tidak mernuaskan apabila diperoleh penemuan -penernuan
yang datang dari bidang linguistik dan psikologi.
Kalau kita meninjau perubahan-perubahan yang paling menonjol dalam linguistik dan
psikologi hingga dewasa ini, yang berpengaruh besar pada pendidikan bahasa sejak era 1970-an,
yaitu Grammar Translation Method, Gouin and The Series Mdethod, Audiolingual Method,
Cognitive Code Learning, Community Language Learning, Suggestopedia, Silent Way, Total
Physical Response (TPR), dan The Natural Approach.
A. Pendekatan, Metode, dan Teknik
Pendekatan, Metode, dan Teknik Pendekatan (approach), metode (method), dan teknik
(technique) merupakan tiga istilah yang sering digunakan dalam bidang pengajaran bahasa.
Mengingat kentalnya hubungan ketiga istilah tersebut karena merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, maka semua istilah tersebut sering dianggap sama sehingga sering
dipakai secara bergantian. Padahal masing-masing istilah tersebut memiliki makna tertentu yang
membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
Pendekatan biasa diartikan sebagai cara memulai sesuatu. Atau sering diartikan dengan
pengertian yang lebih luas yaitu sebagai seperangkat asumsi tentang hakekat bahasa, pengajaran
bahasa, dan proses belajar bahasa. Edward Anthony memaknai pendekatan sebagai satu latar
belakang filosofis mengenai pokok bahasan yang hendak diajarkan (Brown, 2001:14).
Berbeda dengan pendekatan, dalam dunia pengajaran metode merupakan rencana
penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan
tertentu. Jadi metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan pendekatan bersifat
aksioma dan metode bersifat prosedural. Tidak aneh apabila dari satu pendekatan biasanya akan
muncul pemakaian beberapa metode.
Berbeda dengan pendekatan dan metode, teknik mengandung pengertian cara-cara dan
alat-alat yang digunakan guru dalam kelas. Teknik adalah daya upaya, usaha-usaha, atau cara-
cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pengajaran pada
waktu itu. Jadi teknik tiada lain hanyalah kelanjutan dari metode, sedangkan arahnya harus
sesuai dengan pendekatan.
Dengan melihat penjelasan-penjelasan di atas, dapatlah kita pahami bersama bahwa
ketiga istilah (pendekatan, metode, dan teknik) tersebut jelas berbeda. Tetapi istilah-istilah
tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan mengingat antara yang satu dengan yang lainnya saling
berkaitan dan saling melengkapi.
Para pakar bahasa hingga saat ini masih meneliti alternatif pendekatan, metode, dan teknik
yang tepat digunakan dalam pembelajaran bahasa (bahasa asing).
1. The Grammar Translation Methode
Metode ini lahir dari dua metode, yaitu The Translation Methode dan The
Grammar Methode. Metode Translation sering juga disebut "metode tradisional". Ini tidak
berarti bahwa metode ini yang paling tua. Istilah "tradisional" mungkin dipakai dalam arti bahwa
metode ini merupakan pencerminan yang paling tepat dari cara bahasa-bahasa Yunani kuno dan
Latin diajarkan selama berabad-abad.
Walaupun kedua bahasa ini tidak lagi begitu banyak digunakan di antara para ilmuwan sebagai
bahasa pengantar (abad ke-15), tetapi masih banyak sekolah/universitas yang mengharuskan
pelajar/mahasiswanya belajar bahasa-bahasa ini karena dianggap mempunyai "nilai pendidikan
yang tinggi" dalam membaca buku-buku bahasa klasik, dan juga karena "disiplin batin" yang
dilatih melalui analisis-logis bahasanya, penghafalan kaidah-kaidah bahasa dan pola-pola kalimat
yang rumit serta penerapan kaidah-kaidah dan pola-pola dalam latihan terjemahan.
Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu "logika semesta" (universal logic) yang
merupakan dasar semua bahasa di dunia ini, dan bahwa tata bahasa adalah cabang dari logika.
Kategori-kategori tata bahasa Indo-European (yang diwakili oleh bahasa Latin) dianggap
kategori-kategori yang ideal. Banyak ilmuwan pada abad ke-19 menganggap bahwa
bahasa-bahasa Eropa modern adalah pencampuran yang kurang baik dari tata bahasa klasik
(tradisional) yakni bahasa Latin, dan bahwa bahasa-bahasa lain di dunia ini (bahasa-bahasa di
luar Eropa) sebagai bahasa-bahasa yang masih "primitif dan belum berkembang"
(Brown,2001:18).
Langkah-langkah penyajian Grammar Translation Methode adalah:
a. Guru mulai dengan mernberikan definisi-definisi jenis kata, imbuhan jenis kata itu,
kaidah-kaidah yang harus dihafalkan dalam BS (Bahasa Sumber), contoh-contoh yang
menggarisbawahi kaidah-kaidah BT (Bahasa Target), dan perkecualian-perkecualian
kaidah-kaidah BT yang diajarkan itu.
b. Guru melatih pelajar dalam terjemahan kalimat-kalimat dan kemudian paragraf-paragraf. Materi
yang digunakan dipilih dari buku-buku sastra yang bahasanya memiliki ragam yang "estetis".
Para pelajar diharapkan untuk mengenal kaidah-kaidah tata bahasa yang telah dihafalkan, dan
menerapkannya pada terjemahannya. Ini melibatkan suatu pernikiran yang rumit mengenai
pengimbuhan jenis-jenis kata yang telah dihafalkan, agar sesuai dengan terjernahan yang diminta
oleh guru.
c. Guru memberi daftar kosakata untuk dihafalkan. Katakata itu lepas dari konteks kalimat, dan
guru menyuruh para pelajar untuk memberi terjernahan kosakata BT itu.
d. Guru memberi pekerjaan rumah berupa persiapan terjernahan halaman-halaman dari buku
sastra itu untuk dibicarakan pada perternuan berikutnya.
Pada metode Grammar (The Grammar Methode), siswa mempelajari kaidah-kaidah gramatika
bersama-sama dengan daftar atau kelompok-kelompok kosakata. Kata-kata tersebut kemudian
dijadikan frase atau kalimat berdasarkan kaidah yang telah dipelajari.
Pada metode ini penguasaan kaidah-kaidah lebih diutamakan daripada penerapannya.
Ketrampilan lisan, seperti pelafalan, tidak dilakukan. Metode ini mudah penerapannya karena
guru tidak harus fasih berbicara bahasa yang harus dipelajari, sedangkan evaluasi dan
pengawasannya juga tidak sulit.
Metode Translation (the Translation Method) berisi kegiatan-kegiatan penerjemahan teks
yang dilakukan dari hal mudah ke hal yang sulit. Pertama dari bahasa sasaran ke bahasa ibu dan
sebaliknya. Penerjemahan teks dilakukan dengan cara penerjemahan kata per kata maupun
gagasan per gagasan termasuk ungkapan-ungkapan idiomatik.
Perpaduan dua metode tersebut di atas melahirkan metode Grammar-Translation (the
Grammar Translation Method / GTM) yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Pengajaran dimulai dengan pemberian kaidah-kaidah gramatika dan mengacu pada kerangka
gramatika formal.
- Kosakata yang diajarkan bergantung pada teks yang dipilih sehingga tidak ada kesinambungan
antara kelompok atau daftar kosakata yang satu dengan yang lainnya.
- Penghafalan dan penerjemahan merupakan ciri kegiatan yang menonjol, yaitu menghafal dan
menerjemahkan kosakata dan kaidah gramatika.
- Pelafalan tidak diajarkan atau sangat dibatasi hanya pada beberapa aspek saja.
- Lebih menekankan pada ketrampilan membaca dan menulis daripada menyimak dan berbicara.
Dari uraian di atas, GTM dapat didefinisikan sebagai metode pengajaran bahasa melalui
analisis kaidah-kaidah bahasa secara rinci dan diikuti dengan penerapan pengetahuan tentang
kaidah-kaidah tersebut untuk tujuan penerjemahan kalimat-klimat dan teks-teks, baik dari bahasa
sasaran (Bahasa Target) ke bahasa ibu atau sebaliknya.
Ciri-ciri GTM:
- menekankan ketepatan; siswa diharapkan dapat mencapai standar yang tinggi dalam
penerjamahan.
- meruntutkan butir atau kaidah-kaidah gramatika bahasa sasaran (Bahasa Target) dengan ketat
dalam silabus.
- menggunakan bahasa ibu pelajar sebagai medium instruksi
Teknik-teknik dalam Grammar Translation Method:
- Translation of a literary passage
- Reading comprehension questions
-. Antonyms/Synonyms
- Cognates
- Deductive application of rule
- Fill-in-the-blanks
- Memorization
- Use words in sentences
- Composition
2. Gouin and The Series Method
Metode ini telah dimulai pada akhir 1800 dengan Francois Gouin. Seorang guru dari Prancis
yang luas wawasannya tentang bahasa Latin (Brown,2001:19). Metode ini mirip dengan Metode
Langsung (Direct Method). Metode ini memerlukan deskripsi bahasa yang tidak membolehkan
komunikasi antara peserta didik. Metode Gouin Seri adalah metode belajar bahasa yang
langsung tanpa terjemahan dan tanpa konsep aturan tata bahasa.
Belajar bahasa kedua dengan metode Gouin Seri dibuat mirip belajar bahasa pertama,
banyak interaksi lisan, penggunaan bahasa secara spontan, tidak ada terjemahan antara bahasa
pertama dan kedua, merespon kelas pertama melalui pantomim.
Metode ini didasarkan atas tahapan pemerolehan bahasa pada anak. Metode ini didasarkan
pada prinsip pengajaran bahasa adalah mentransformasi persepsi ke dalam konsep. Metode ini
adalah sebuah metode yang mengajarkan siswa secara langsung dan terkonsep serangkaian
kalimat-kalimat yang berhubungan yang mudah diterima.
Contoh kalimat yang dipakai dalam mempelajari bahasa dengan Metode Seri Gouin adalah
seperti berikut:
- Saya berjalan menuju pintu.
- Saya menggambar dekat dengan pintu.
- Saya menggambar dekat pintu.
- Saya sampai ke pintu.
- Saya berdiri di depan pintu.
- Saya membuka pintu.
- Saya menarik pintu.
Kalimat-kalimat yang dicontohkan di atas mempunyai kaidah gramatika , kosa kata, dan
hubungan antar kata yang lengkap, sehingga mudah dimengerti, mudah diingat, dan berhubungan
dengan realitas keseharian.
3. The Direct Method
Pendekatan ini pada awalnya dikembangkan sebagai reaksi terhadap pendekatan terjemahan
tata bahasa dalam upaya untuk lebih mengintegrasikan penggunaan bahasa target dalam
pengajaran dan komunikasi di dalam kelas, dengan dengan menghindari teknik penerjemahan
bahasa pertama. Metode ini mirip dengan metode Seri Gouin, yaitu, bahwa belajar bahasa
kedua harus mirip dengan pembelajaran bahasa pertama; banyak interaksi lisan, dan sedikit
aturan analisis gramatikal.
Pembelajaran dengan Direct Method atau metode langsung dimulai dengan dialog lisan
dan gambar, bahasa ibu tidak digunakan dan ada terjemahan. Pilihan jenis latihan adalah
rangkaian pertanyaan dalam bahasa target berdasarkan dialog yang lucu atau anecdotal naratif.
Pertanyaan akan dijawab dalam bahasa target.
Tata bahasa yang diajarkan biasanya secara induktif, yaitu dari praktek dan pengalaman
dengan bahasa target. Kegiatan belajar dilanjutkan dengan membaca karya sastra yang disenangi.
Teks tidak dianalisis secara gramatikal. Budaya yang terkait dengan bahasa target diajarkan
secara induktif. Unsur budaya dianggap aspek penting dalam pembelajaran bahasa.
Pengajaran langsung merupakan revisi dari Grammar Translation Method karena metode
ini dianggap tidak dapat membuat siswa dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
asing yang sedang dipelajari. Dalam proses pembelajaran, penerjemahan dilarang digunakan.
Proses pembelajaran dengan Direct Method, guru menyuruh siswa untuk membaca
nyaring, lalu guru memberi pertanyaan dalam bahasa yang sedang dipelajari. Selama proses
pembelajaran berlangsung, realita seperti peta atau benda yang sesungguhnya bisa dipergunakan.
Guru bisa menggambar atau mendemonstrasikan. Teknik-teknik dalam Direct Method
(Brown,2001:21) yaitu:
a. Reading aloud
b. Question and answer exercise
c. Getting students to self-correct
d. Conversation practice
e. Fill-in-the-blanks
f. Dictation
g. Map drawing
h. Paragraph writing

4. The Audiolingual Method


Metode ini didasarkan pada prinsip-prinsip perilaku psikologi. Metode ini banyak diadaptasi
dari prosedur Direct Method sebagai reaksi terhadap kurangnya keterampilan berbahasa.
Materi baru disajikan dalam bentuk dialog. Berdasarkan prinsip bahwa pembelajaran bahasa
adalah suatu bentuk kebiasaan dan peniruan.
Alur pembelajaran dengan Metode Audiolingual, secara bertahap menggunakan pola
latihan berulang atau repetitif drills, sedikit penjelasan tentang tatabahasa (tata bahasa
diajarkan secara induktif).
Urutan keterampilan berbahasa yang diajarkan adalah mendengar, berbicara, membaca dan
menulis. Kosakata sederhana dipelajari dalam suatu konteks. Poin pengajaran ditentukan oleh
adanya analisis antara B1 dan B2. Terdapat banyak penggunaan laboratorium bahasa, kaset dan
alat. Ada perpanjangan periode pra-membaca di awal pelatihan. Sangat mementingkan
pronounsiasi. Penggunaan bahasa ibu oleh pengajar diperbolehkan agar memudahkan
pembelajar. Ketepatan tanggapan pembelajar sangat diperhatikan untuk menghindari kesalahan.
Ada kecenderungan untuk terlalu berfokus pada bahasa target dengan mengabaikan isi dan
makna kebahasaan.
Istilah audio-lingualisme pertama-tama dikemukakan oleh Prof. Nelson Brooks pada tahun
1964. Metode ini mengklaim sebagai metode yang paling efektif dan efisien dalam pembelajaran
bahasa asing dan menyatakan sebagai metode yang telah mengubah pengajaran bahasa dari
hanya sebuah metode keilmuan bahasa. Audio-Lingual Method (ALM) merupakan hasil
kombinasi pandangan dan prinsip-prinsip Linguistik Struktural, Analisis Kontrastif, pendekatan
Aural-Oral, dan psikologi Behavioristik. Dasar pemikiran ALM mengenai bahasa, pengajaran,
dan pembelajaran bahasa adalah sebagai berikut:
- Bahasa adalah lisan, bukan tulisan
- Bahasa adalah seperangkat kebiasaan
- Ajarkan bahasa dan bukan tentang bahasa
- Bahasa adalah seperti yang diucapkan oleh penutur asli
- Bahasa satu dengan yang lainnya itu berbeda
Richards & Rodgers (dalam Prayogo, 1998:9) menambahkan beberapa prinsip pembelajaran
yang telah menjadi dasar psikologi audio-lingualisme dan penerapannya sebagai berikut:
- Pembelajaran bahasa asing pada dasarnya adalah suatu proses pembentukan kebiasaan
yang mekanistik,
- Ketrampilan berbahasa dipelajari lebih efektif jika aspek-aspek yang harus dipelajari pada
bahasa target disajikan dalam bentuk lisan sebelum dilihat dalam bentuk tulis.
- Bentuk-bentuk analogi memberikan dasar yang lebih baik bagi pembelajar bahasa daripada
bentuk analisis, generalisasi, dan pembedaan-pembedaan penjelasan tentang kaidah-kaidah.
- Makna kata-kata yang dimiliki oleh penutur asli dapat dipelajari hanya dalam konteks bahasa
dan kebudayaan dan tidak berdiri sendiri.
Richards & Rogers (Brown,2001:23) juga mengatakan bahwa ketrampilan bahasa diajarkan
dengan urutan: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Bentuk kegiatan pengajaran dan pembelajaran ALM pada dasarnya adalah percakapan dan
latihan-latihan (drills) dan latihan pola (pattern practice), (Prator & Celce-Murcia, 1979).
Percakapan berfungsi sebagai alat untuk meletakkan struktur-struktur kunci pada konteksnya
dan sekaligus memberikan ilustrasi situasi dimana struktur-struktur tersebut digunakan oleh
penutur asli, jadi juga sebagai penerapan aspek kultural bahasa target. Pengulangan dan
penghafalan menjadi kegiatan yang dominan pada metode ini. Pola-pola gramatika tertentu pada
percakapan dipilih untuk dijadikan pola kegiatan latihan. Kegiatan-kegiatan pembelajaran
berdasarkan ALM adalah: repetition, inflection, relplacement, restatement, completion,
transposition, expansion, contraction, transformation, integration, rejoinders, dan restoration.
Prosedur Pembelajaran Menggunakan ALM:
Kegiatan Guru
1.Menjadi model pada semua tahapan pembelajaran.
2.Menggunakan bahasa target sebanyak mungkin dan bahasa ibu sedikit mungkin.
3.Melatih ketrampilan menyimak dan berbicara siswa tanpa didahului bahasa tulis.
4.Mengajarkan struktur melalui latihan pola bunyi, urutan, bentuk-bentuk, dan bukan
melalui penjelasan.
5.Memberikan bentuk-bentuk tulis bahasa target setelah bunyi-bunyi benar-benar
dikuasai siswa.
6.Meminimalkan pemberian kosakata kepada siswa sebelum semua struktur umum
dikuasai.
7.Mengajarkan kosakata dalam konteks.
Kegiatan Siswa
1 Mendengarkan sebuah percakapan sebagai model (guru atau kaset) yang berisi
struktur kunci yang menjadi fokus pembelajaran, mereka mengulangi setiap baris
percakapan tersebut secara individu maupun bersama-sama, menghafalkannya dan
siswa tidak melihat buku.
2. Mengganti dialog dengan setting tempat atau yang lainnya sesuai dengan selera
siswa.
3. Berlatih struktur kunci dari percakapan secara bersama-sama dan kemudian secara
individual.
4. Mengacu ke buku teks dan menindaklanjuti dengan kegiatan membaca, menulis
atau kosakata yang berdasarkan percakapan yang ada, menulis dimulai dalam
bentuk kegiatan menyalin.
Teknik-teknik pengajaran dalam ALM (Audio-Lingual Method):
a. Dialog Memorization
b. Backward Build-up (expansion) Drill
c. Repetition Drill
d. Chain Drill
e. Single-slot Substitution Drill
f. Multiple-slot Substitution Drill
g. Transformation Drill
h. Question-and-Answer Drill
i. Use of Minimal Pairs
j. Complete the Dialog
k. Grammar Game
5. Cognitive Code Learning
Belajar dengan kode kognitif atau Cognitive Code Learning, merupakan pendekatan
yang menekankan pada kesadaran mempelajari bahasa kedua (bahasa target) sebagai aplikasi
kehidupan, (Carrol,1966).
Metode ini adalah reaksi dari praktek penggunaan Metode Audiolinguistik yang
behavioristik dan praktik metode Grammar Translation. Pada masa itu, para praktisi bahasa
merasa perlu mengkaji pengembangan potensi siswa dalam kemampuan berkomunikasi,
sehingga diperlukan metode kode kognitif.
B. Desain Metode Era 1970-an
Pada era 1970-an, sejarah pengajaran bahasa mencatat dua hal penting. Pertama makin
berkembangnya desain metode pengajaran bahasa, ketelitian pengajaran bahasa kedua, dan
berkembangnya pengajaran bidang linguistik. Semakin banyaknya ahli bahasa yang
mengkhususkan diri pada studi pemerolehan bahasa kedua (bahasa target) di dalam dan di luar
kelas. Kedua, adanya semangat meneliti dan berinovasi yang menjadi dasar pembaharuan
pendekatan, metode dan teknik pengajaran bahasa di kemudian hari. Mereka telah
mempermudah kita dalam mengintegrasikan pendekatan-pendekatan komunikatif dalam
pengajaran bahasa. Mari kita cermati lima produk inovatif yang lahir di era 1970-an.
1. Community Language Learning
Metode ini diperkenalkan oleh Charles A. Curran dan rekan-rekannya (1976). Curran
sendiri bukan seorang guru bahasa, melainkan seorang ahli psikologi yang mengambil
spesialisasi dalam penyuluhan (counseling). Penerapan teknik-teknik penyuluhan pada pelajaran
pada. umumnya dikenal dengan nama pelajaran penyuluhan (counseling learning). Curran me-
ngarang suatu metode khusus untuk mengajar bahasa yang diberi nama "belajar bahasa secara
berkelompok" atau BBSB untuk singkatnya (community language learning).
Metode ini sering disebut orang sebagai contoh dari pendekatan humanistis pada
pengajaran bahasa (humanistic approach to language teaching).
Menurut Moskowitz, yang dikutip Richards dan Rodgers (Brown,2001:25), istilah
"humanistis" di sini berarti "percampuran dari sernua emosi dan perasaan-perasaan lain dari
pelajar dalam proses belajar-mengajar BT, yang meliputi, antara lain, harga diri dan perasaan
bangga akan pencapaian cita-cita dengan usaha sendiri (kemandirian).
Teori yang mendasari BBSB ini ialah pernikiran bahwa apa yang sebenarnya dipelajari oleh
manusia pada umumnya itu bersifat kognitif dan afektif. Pelajaran disajikan sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu suasana yang memungkinkan pelajar (bahasa) berkomunikasi atau
berinteraksi dengan sesama pelajar secara bebas.
Dengan demikian, pelajar (bahasa) mengalami semua masukan dari luar secara menyeluruh,
yakni melalui pikiran (kemampuan kognitio) dan perasaannya (kemampuan afektio).
2. Suggestopedia
Metode ini agak sukar untuk diterjemahkan dengan hanya menggunakan satu atau dua
kata, tetapi harus diuraikan dengan menggunakan beberapa paragraf.
Suggestopedia adalah suatu metode yang dikembangkan oleh seorang ahli psikiatri dan
pendidikan dari Bulgaria bemama Georgi Lozanov (1979). Seperti diuraikan oleh Lozanov
sendiri, dalarn artikelnya yang berjudul Suggestology and Suggestopedy yang dimuat
(Blair,1982: 146-159), dan yang diambil intinya dalam buku ini, suggestopedia berdasarkan tiga
asumsi, yakni bahwa:
a. belajar itu melibatkan fungsi-fungsi sadar dan di bawah sadar manusia,
b. pelajar mampu belajar lebih cepat daripada dengan metode-metode lainnya,
c. proses belajar-mengajar dapat terhambat oleh beberapa faktor, yakni; 1) norma-norma umum
dan kendala-kendala yang lazim berlaku dalam masyarakat, 2) suasana yang kurang serasi dan
santai tidak ada atau kurang dalam pengajaran bahasa, dan .3) kekuatan-kekuatan atau
potensi-potensi dalam diri pelajar yang tidak/kurang dimanfaatkan guru.
Georgi Losanov percaya bahwa dalam proses pembelajaran ada kendala psikologi.
Suggestopedia merupakan aplikasi sugesti dalam pedagogi dimana perasaan pembelajar
mengalami kegagalan dapat dihilangkan. Dalam model pembelajaran suggestopedia, kendala
psikologi pembelajar dapat diatasi (Brown,2001:28).
Dalam mengaplikasikan model pembelajaran ini, ruang kelas ditata sedemikian rupa
sehingga berbeda dengan kelas biasa. Siswa duduk di sofa dalam bentuk setengah lingkaran
dengan penerangan yang remang-remang. Beberapa poster yang berhubungan dengan materi
pembelajaran dipasang di tembok.
Guru menyapa dalam bahasa ibu kemudian meyakinkan siswa/pebelajar kalau nereka tidak
perlu berusaha untuk belajar tapi pembelajaran akan berlangsung secara alami. Guru memutar
musik klasik kemudian mengarahkan pebelajar untuk rileks dengan cara menarik nafas panjang.
Selanjutnya guru mengajak pebelajar berimajinasi tentang materi yang sedang dipelajari. Ketika
mereka membuka mata, mereka bermain peran. Setelah itu, guru membaca sambil
memperdengarkan musik. Guru tidak memberi pekerjaan rumah.
Teknik-teknik dalam Suggestopedia:
1. Classroom Set-up 6. Role-Play
2. Peripheral Learning 7. First Concert
3. Positive Suggestion 8. Second Concert
4. Visualization 9. Primary Activation
5. Choose a New Identity 10.Secondary Activation
3. Metode Silent Way
Metode diam (the silent way) dicetuskan oleh Calch Cattegno (1972), seorang ahli
pengajaran bahasa yang menerapkan prinsip-prinsip kognitivisme dan ilmu filsafat dalam
pengajarannya (Brown, dalam Chamot & McKeon 1984:2). Perlu ditekankan di sini bahwa Gat-
tegno mengembangkan teori dan metode pelajarannya terpisah dari teori Chomsky, meskipun
ada banyak persamaan dalam teorinya.
Prinsip-prinsip filsafat yang merupakan ide-ide dasar metode ini, adalah antara lain ; Diri
seseorang (the self) sama dengan tenaga yang bekerja dalam tubuhnya melalui pancaindera, dan
bertujuan untuk mengatur masukan-masukan dari luar itu. Diri itu membuang yang dianggap
tidak berguna dan menyimpan yang dianggap menjadi bagian dari diri itu. Diri ini, sebagai suatu
tenaga, bukanlah sama dengan "kerja", melainkan sama dengan "kemampuan untuk bekerja".
Ahli-ahli psikologi kognitif dan bahasa transformasi-generatif beranggapan bahwa belajar
bahasa tidak perlu melalui pengulangan. Mereka percaya bahwa pebelajar dapat menciptakan
ungkapan-ungkapan yang belum pernah didengar. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa
pembelajaran bahasa tidak hanya menirukan tapi aturan-aturan berbahasa dapat membantu
mereka menggunakan bahasa yang dipelajari.
Dalam proses pembelajarannya, guru hanya menunjuk ke suatu chart yang berisi dengan
vocal konsonan. Guru menunjuk beberapa kali dengan diam. Setelah beberapa saat guru hanya
memberi contoh cara pengucapannya. Kemudian menunjuk siswa untuk melafalkan sampai
benar. Dalam proses pembelajaran guru banyak berdiam diri, dia hanya mengarahkan/menunjuk
pada materi pembelajaran.
Teknik-teknik The Silent Way:

1. Sound-Color Chart 6. Word Chart


2. Teachers Silence 7. Fidel Chart
3. Peer Correction 8. Structured Feedback
4. Rods
5. Self-Correction Gestures
4. Total Respon Fisik
Metode ini juga disebut the comprehension approach yang mendekatkan pada pentingnya
listening comprehension. Pada tahap awal pembelajaran bahasa asing terfokus pada
pemahaman mendengarkan. Hal ini berdasarkan pada hasil observasi bagaimana anak-anak
belajar bahasa ibu. Seorang bayi mendengarkan suara disekelilingnya selama berbulan-bulan
sebelum ia dapat menyebut satu kata.
Tidak ada seorangpun yang menyuruh bayi untuk berbicara. Seorang anak berbicara ketika ia
sudah siap melakukannya.
Pada Natural Approach (dikembangkan oleh Krashen & Terrel), siswa mendengarkan guru
yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing mulai awal proses pembelajaran. Guru
dapat membantu siswa untuk memahami materi dengan menggunakan gambar dan beberapa kata
dalam bahasa ibu. Natural Approach hampir sama dengan Direct Method. Pada Total Physical
Response (TPR), siswa mendengarkan dan merespon instruksi lisan guru. Bentuk instruksi yang
diberikan seperti Turn around, Sit down, Walk, Stop, dan Jump.
Teknik-teknik dalam the Total Physical Response Method yaitu:
1. Using Commands to Direct Method
2. Role Reversal
3. Action sequence
4. Pendekatan Alamiah (The Natural Approach)
Pendekatan alamiah yang disebut oleh Krashen (1981), dan Krashen dan Terrell (1983),
mengingatkan kita pada pemikiran-pemikiran yang mendasari metode langsung pada tahun
1960-an. Tetapi, Krashen dan Terrell memberikan teori atau hipotesis yang lain dalam hal
"pemerolehan bahasa".
Berbeda dengan pandangan audiolingualisme, yang menganggap bahasa pertam sebagai
"penghambat proses belajar-mengaiar BT" yang, disebut interferensi (interference), dalam teori
monitor diambil sikap yang lebih positif terhadap pengaruh BS pada BT. Dalam teori
monitor,,BS tidak dianggap sebagai penghambat atau interferensi BT. Penggunaan unsur-unsur
atau dri-dri dari BS dalam BT dianggap justru sebagai "pengisian lubanglubang atau
kekurangan-kekurangan" dalam kemampuandalam BT. jadi, pernbicara (pelajar BT) itu
menggunakan unsur/ciri bahasa yang sudah dimilikinya (BS) bila dia belum memperoleh
kemampuan itu dalarn BT.
Dengan demikian, pengaruh BS dapat dianggap sebagai indikator tingkat pernerolehan, dan
makin banyak pengaruh BS, makin rendah tingkat pernerolehan BT. Pernikiran ini mendorong
beberapa ahli pengajaran bahasa untuk menyarankan suatu "kurun waktu sunyi" (silent period),
baik bagi pelajar muda maupun pelajar yang sudah dewasa, walaupun "sunyi" ini berarti waktu
mendengarkan saja.
Dalam pendekatan alamiah yang dibicarakan ini termasuk lagi satu hipotesis yang penting
diketahui, yakni hipotesis masukan (input hypothesis). Yang dimaksud dengan ini ialah bahwa
sumber dari masukan untuk pelajar BT adalah ruang kelas di mana mereka memperoleh masukan
yang dapat dipahami dan yang diperlukan untuk mencapai kemampuan dalam BT. Masukan
merupakan suatu unsur yang terpenting dalam pendekatan alamiah ini. Demikianlah secara
singkat teori-teori pendekatan pernahaman dan pendekatan alamiah.
C. Gagasan tentang Silabus.
Ketika metode-metode inovatif tahun 1970-an sedang diminati dan dikritisi oleh
orang banyak, muncullah apa yang disebut Notional-Funcional Syllabus (NFS) atau
gagasan tentang silabus. Silabus sebagai landasan yang signifikan untuk pengajaran
bahasa pertama kali digagas di Eropa dan digunakan di Inggris tahun 1970 -an.
Pengembangan silabus bahasa merupakan salah satu aspek dari penyelenggaraan
program pengajaran bahasa, yang berhubungan dengan upaya-upaya penyediaan dan pengadaan
pedoman atau panduan bagi guru untuk melaksanakan pengajaran dan pembelajaran bahasa, baik
di dalam kelas maupun di luar kelas, supaya tujuan yang telah ditetapkan dapat terwujud. Upaya-
upaya tersebut dapat dilakukan oleh beberapa pihak, seperti guru baik secara individual maupun
kelompok, lembaga-lembaga penyelenggara program bahasa, atau pemerintah.
Pengembangan silabus bahasa bukan merupakan kegiatan yang bukan instan, yang
langsung jadi dalam waktu singkat, tetapi kegiatan yang membutuhkan suatu proses panjang
yang meliputi beberapa tahapan,
seperti analisis terhadap silabus yang sedang digunakan, analisis kebutuhan siswa, dan uji coba
silabus yang dihasilkan (Brown,2001:32).
1. Pendekatan Pengembangan Silabus Pengajaran Bahasa
a. Pengertian Silabus
Pemilihan dan pengurutan materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kesalahan dalam pemilihan dan pengurutan materi pelajaran akan berakibat pada kegagalan
pencapaian tujuan yang telah digariskan sebelumnya. Pemilihan dan pengurutan materi pelajaran
merupakan salah satu ciri dari suatu metode yang tercatat dalam suatu dokumen yang biasanya
dinamakan dengan silabus.
Silabus merupakan keterangan yang mendetail mengenai muatan dan filsafat kurikulum
yang masih bersifat lebih umum agar dapat diterjemahkan ke dalam bentuk kegiatan belajar di
dalam kelas sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai dengan mudah. Ini
menunjukkan bahwa silabus merupakan penjabaran dari apa yang telah ditetapkan dalam
kurikulum, khususnya berkenaan dengan materi pelajaran yang harus diberikan kepada siswa.
Silabus merupakan bagian kecil dari keseluruhan program sekolah, sedangkan kurikulum
merupakan seluruh program dan aktivitas sekolah yang meliputi apa yang akan dipelajari siswa,
bagaimana mempelajarinya, sistem evaluasi, dan berbagai fasilitas lainnya.
Dengan kata lain silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompotensi, kompotensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompotensi dan kompotensi
dasar ke dalam materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompotensi untuk penilaian.
Berdasarkan pandangan itu, dapat dikatakan bahwa silabus merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kurikulum.
Silabus merupakan keterangan dan penjelasan yang lebih rinci dan operasional mengenai
berbagai unsur pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menerjemahkan dan
mewujudkan apa yang terkandung dalam kurikulum ke dalam bentuk langkah-langkah untuk
mencapai tujuan pembelajaran khusus sesuai dengan tingkatan siswa. Mengenai hal ini, Dubin
dan Olshtain mengatakan:
"a syllabus is a more detailed and operational statement of teaching and learning elements
which translates the philosophy of the curriculum into a series of planned steps leading towards
more narrowly defined objectives at each level." (Olshtain dalam Farkhan,2007).

b. Pendekatan dalam Pengembangan Silabus Bahasa


Sebagai salah satu komponen, silabus bahasa memiliki peran yang relatif besar untuk
menerjemahkan asumsi-asumsi yang mendasari suatu metode.
Bagaimana asumsi-asumsi tersebut dapat diterjemahkan dalam bentuk materi pelajaran
dan kegiatan belajar yang dapat memberikan kepada siswa pengalaman menggunakan bahasa
sasaran banyak ditentukan oleh silabus bahasa yang dipakai. Oleh karena itu, silabus bahasa
harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat mencerminkan ciri dan karekterisktik metodenya.
Apabila metode komunikatif yang akan digunakan, maka silabus bahasa yang dikembangkan
adalah silabus bahasa komunikatif; atau jika metode yang digunakan adalah Situasional, maka
silabus bahasa yang harus diterapkan adalah silabus bahasa situasional, bukan silabus bahasa
lain. Dengan kata lain, silabus bahasa harus linear dengan metode yang digunakan.
Kesesuaian silabus bahasa dengan metode pengajaran dan pembelajaran bahasa dapat
terwujud melalui suatu proses yang disebut dengan pengembangan silabus. Salah satu upaya
pengembangan silabus yang dapat dilakukan adalah pemahaman terhadap pendekatan yang
mungkin dapat diterapkan. Secara umum pendekatan dalam pengembangan silabus bahasa dapat
dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan sudut pandang yang berbeda, seperti
berdasarkan bagaimana materi pelajaran dipilih dan diurut, waktu penyusunan; keterlibatan
siswa dalam penyusunan silabus, dan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
c. Desain Silabus
Tahun 1960-an ditandai dengan keingintahuan banyak pihak mengenai metode manakah
yang paling ampuh dan berdaya guna di dalam pengajaran bahasa. Berikut ini adalah hasil telaah
Scherer dan Wertheimer (1964), yang saga kutip dari Politzer (1981). Sewaktu membandingkan
metode audio lingual dan metode tradisional, mereka sampai pada kesimpulan bahwa kelompok
yang kena eksperimen (audiolingual) pada umumnya lebih tinggi di dalam beberapa
keterampilan, tetapi kelompok yang kena kendali (tradisional) lebih tinggi di dalam sejumlah
keterampilan yang lain. Setelah nilainya dihitung secara rata-rata, maka hasilnya menunjukkan
bahwa kedua kelompok itu tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti. Upaya pembandingan
yang lain dilakukan di Pennsylvania.
Di sana dibandingkan "pendekatan keterampilan fungsional" (audiolingual method) dan
"pendekatan keterampilan fungsional dan gramatikal" dan Aradisional" (grammar translation).
Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti di antara kedua
kelompok itu mengenai keterampilan mendengarkan, berbicara, dan menulis, tetapi kelompok
yang kedua ternyata lebih unggul di dalam keterampilan membaca. Upaya membanding-
bandingkan metode pengajaran ini semakin memudar karena tiadanya kesimpulan yang
meyakinkan sebagai basil dari penelitian seperti
itu. Tiada kesimpulan yang berarti mengenai "metode mana yang paling ampuh membuat orang
berpaling pada upaya bagaimana menyediakan bahan pelajaran yang paling sesuai dan paling
berdaya guna untuk siswa.

Tabel 1: Pendekatan-pendekatan dan metode-metode tinjauan


(yg diadaptasikan dari Nunan 1989)

Teori Bahasa Teori Belajar Tujuan-tujuan Silabus


Audiolingual:
Bahasa adalah sistem Pembentukan Kontrol struktur- Silabus yang
dengan struktur- kebiasaan; struktur berupa dikelas-kelaskan
struktur yang diatur ketrampilan- suara, bentuk dan berupa fonologi,
dengan kekuasan yang ketrampilan tatanan dan morfologi, dan
diatur secara hirarkis. dipelajari secara kepenguasaan atas sintaks. Analisa
lebih efektif jika simbol-simbol yang kontrastif.
lisan mendahului dari bahasa;
tertulis; analogy, sasaran;
bukan analisa. kepenguasaan
pembicara-bahasa
ibu.
Total Respon Fisik:
Secara dasar, Belajar L2 adalah Mengajarkan Silabus yang
pandangan bahasa yang sama seperti belajar kecakapan lisan berbasis kalimat
berbasis gramamr dan L1; pemahaman untuk dengan kriteria
bersifat strukturalist sebelum produksi menghasilkan gramatikal dan
dicetak/diterbitkan para pembelajar leksikal yang
melalui membawa yang dapat sedang bersifat
perintah-perintah berkomunikasi primer, tetpai
(pemfungsian otak secara tidak berfokus pada
kanan); reduksi terhalangi dan makna bukan
tekanan/stres. secara pandai bentuk.
dengan para
native speakers.
Cara hening/silent way:
Tiap bahasa tersusun Proses-proses Kecakapan Pelajaran-
atas unsur-unsur yang mempelajari bahasa mendekati pelajaran
memberikannya ritme kedua secara bahasa ibu, struktural secara
unik dan spirit. Kosa fundamental berbeda pengucapan benar, dasar yang
kata fungsional dan dari belajar L1. pengetahuan direncanakan
struktur inti adalah Belajar L2 adalah praktis dasar dari sekitar soal-soal
kunci untuk semangat proses intelektual grammar L2. gramatikal dan
bahasa. dan kogitif. Pembelajar belajar kosa kata yang
Penyerahan pada bagaimana berkaitan. Soal-
musik bahasa, soal
kesadaran hening mempelajari diperkenalkan
kemudian pengujian sebuah bahasa. menurut
aktif. kompleksitas
gramatikal
mereka.

Belajar Bahasa
Komunitas:
Bahasa lebih dari
Belajar melibatkan Tidak ada tujuan- Tidak ada
sebuah sistem untuk
seluruh orang. tujuan yang silabus yang
komunikasi. Melibatkan
Belajar adalah proses spesifik. ditetapkan,
seluruh orang, kultur,
pertumbuhan sosial Kepenguasan Kemajuan
proses pendidikan,
dari ketergantungan yang mendekati kursus adalah
proses komunikatif
seperti anak kecil bahasa ibu adalah berbasis topik;
perkembangan.
untuk independensi sasaran. para pembelajar
dan arahan-diri. menyediakan
topik-topik.
Silabus muncul
dari maksud
para pembelajar
dan rumusan-
rumusan ulang
guru.
Pendekatan Alamiah
Inti bahasa adalah Ada dua cara Dirancang untuk Berbasis pada
makna. Kosa kata perkembangan memberi para seleksi atas
bukanlah grammar, bahasa L2: pemula dan para aktivitas-
merupakan jantung akuisisi yaitu pembelajar aktivitas
bahasa. proses stengah-sadar menengah skill- kmunikatif dan
alamiah, dan skill komunikatif topik-topik yang
belajar suatu dasar. Empat area berasal dari
proses sadar. Belajar luas; skill-skill kebutuhan-
tidak dapat komunikatif kebutuhan
mengarah kepada personal yang pembelajar.
akuisisi. mendasar
(lisan/tertulis);
skill-skill belajar
akademis (lisan
tertulis).
Suggestopedia:
Agak bersifat Belajar terjadi Untuk mengirim Sepuluh kursus
konvensional, sekalipun melalui saran, ketika kompetensi unit yang terdiri
pengingatan/memorisasi para pembelajar percakapan maju atas 1200 dialog
atas seluruh teks yang sedang dalam secara cepat. Para kata yang
penuh makna keadaan santai pembelajar dikelaskan atau
direkomendasikan.. secara dalam. Musik diminta untuk yang
Baroka digunakan menguasai daftar- ditingkatkan
untuk mendorong daftar yang oleh grammar
keadaan ini. banyak sekali dan kosa kata.
yang terdiri atas
pasangan-
pasangan kosa
kata, sekalipun
sasarannya adalah
memahami
bukannya
pengingatan.
Pengajaran Bahasa
Komunikatif:
Bahasa adalah sebuah
Aktivitas-aktivitas Tujuan-tujuan Akan meliputi
sistem untuk ekspresi
yang melibatkan akan beberapa/semua
makna; fungsi primer
komunikasi- merefleksikan hal berikut:
interaksi dan
komunikasi riil; kebutuhan- struktur-
komunikasi.
menjalankan tugas- kebutuhan si struktur, fungsi-
tugas yang penuh pembelajar; fungsi, notions,
makan; dan mereka akan tema-tema,
menggunakan mencakup skill- tugas-tugas.
bahasa yang skill fungsional Penataan akan
bermakna untuk serta tujuan- dipandu oleh
pembelajar tujuan linguistik. kebutuhan-
mempromosikan kebutuhan
belajar. pembelajar.
.
Tipe-tipe Aktivitas Peran-peran bahasa Peran-peran guru Peran-peran materi
Dialog-dialog dan latihan- Organisme- Metode yang Berorientasi guru
latihan, pengulangan dan organisme yang didominasi guru secara dasar. Kaset
memorisasi/ pengingatan, dapat diarahkan oleh yang bersifat dan visual, lab bahasa
praktek pola. teknik-teknik latihan aktif dan sentral. yang kerap
yang berketrampilan Menyediakan digunakan.
untuk menghasilkan model,
respon-respon yang mengontrol
benar. arahan dan
pacuan.
Latihan-latihan imperatif Pendengar dan Peran aktif dan Tanpa teks dasar;
untuk mengangkat pelaksana, sedikit langsung: materi-materi dan
tindakan-tindakan fisik. pengaruh terhadap direktur media mempunyai
isi belajar. permainan peran penting
panggung: dengan kemdian. Awalnya
para siswa suara, aksi/tindakan,
sebagai aktor- gerak-gerik adalah
aktornya. memadai.
Respon-respon Belajar adalah Guru-guru harus Materi-materi unik:
pembelajar untuk proses pertumbuhan (a) mengajar (b) batang-batang yang
perintah-perintah, pribadi. Para menguji, (c) berwarna,
pertanyaan-pertanyaan pembelajar keluar dari pengucapan-
dan petunjuk-petunjuk bertanggung jawab cara/jalan. Tetap pengucapan yang
visual. Aktivitas-aktivitas untuk belajarnya tidak pasif, dikode dengan warna
mendorong/menyemangati sendiri dan harus Menolak godaan dan grafik/chart kosa
dan membentuk respon- mengembangkan untuk memodel, kata.
respon lisan tanpa independensi, memodel ulang,
penjelasan grammatikal otonomi, dan membantu,
atau pemodelan oleh tanggungjawab. mengarahkan dan
guru. mendesak.
Kombinasi dari yang Para pembelajar Konseling/analogi Tanpa buku teks,
inovatif dan yang adalah anggota- orangtua. Guru yang akan
konvensional. anggota dari sebuah menyediakan menghalangi /
Terjemahan, kerja grup, komunitas. Belajar lingkungan yang merintangi
perekaman, transkripsi, tidak diamati aman yang siswa- pertumbuhan.
refleksi, dan observasi, sebagai siswanya dapat Bahan/materi
prestasi/pencapaian belajar dan dikembangkan
mendengarkan, individu, tetapi berkembang sebagai kemajuan-
percakapan bebas. sesuatu yang dicapai tumbuh. kemajuan kursus.
secara kolaboratif.
Aktivitas-aktivitas yang Seharusnya tidak Guru adalah Materi-materi berasal
mempermudah input yang berusaha sumber primer dari realita daripada
dapat dipahami, tentang mempelajari bahasa dari input yang buku-buku teks.
banyak hal disini dan dalam arti dapat dipahami. Sasaran primernya
sekarang. Berfokus pada biasa,tetapi Harus adalah
makna, bukan bentuk. seharusnya mencoba menciptakan mempromosikan
kehilangan diri iklim kegelisahan pemahaman dan
mereka sendiri yang rendah. komunikasi.
dalam aktivitas- Harus memilih
aktivitas yang dan mengarang
melibatkan campuran kaya
komunikasi yang akan aktivitas-
penuh makna. aktivitas ruang
kelas.
Inisiatif-inisiatif, Harus menjaga Menciptakan Terdiri atas teks-teks,
pertanyaan, dan jawaban, keadaan pasif dan situasi-situasi kaset-kaset,
permaian-peran, mempermudah dimana perlengkapan tetap,
mendengarkan latihan- materi-materi yang pembelajar sangat dan musik. Teks-teks
latihan berdasarkan dikerjakan pada dapat disarankan seharusnya
relaksasi yang dalam. mereka (daripada dan mempunyai kekuatan,
sebaliknya). menghadirkan kualitas terkait
bahan/material kesusasteraan, dan
dalam suatu cara karakter-karakter
yang sangat yang menarik.
cenderung
mendorong
penerimaan
positif dan
pemerhatian.
Harus
memancarkan
otorita dan
kepercayaan.
Mengikutkan para Pembelajar sebagai Fasilitator proses Peran primer dalam
pembelajar dalam negosiator, komunikasi, mempromosikan
komunikasi, melibatkan interaktor, memberi tugas-tugas kegunaan/penggunaan
proses-proses seperti serta mengambil. peserta, dan teks- bahasa komunikatif;
berbagi informasi, teks; bahan-bahan yang
negosiasi makna dan membutuhkan berbasis tugas;
interaksi. analis, konselor, bersifat otentik.
dan manajer
proses.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah sebuah dasar pijakan dalam
pengajaran
bahasa. Dari pendekatan inilah metode dan teknik ditentukan untuk kemudian disampaikan di
dalam kelas, atau
apa yang disebut pengajaran bahasa. Pengajaran bahasa tanpa pendekatan yang jelas, hanya akan
mengaburkan metode dan teknik, dan akhirnya, menghasilkan produk pengajaran bahasa yang
bias.
Pengajaran bahasa berdasarkan metode, pendekatan, desain, dan prosedur. Sebuah metode adalah
ibarat
sebuah payung interrelasi yang spesifik dari sebuah teori dan praktik. Sebuah pendekatan
memberi batasan
pada asumsi-asumsi, kepercayaan-kepercayaan, dan teori-teori mengenai hakekat bahasa dan
pengajaran
bahasa. Dan desain bertugas menciptakan hubungan yang khusus antara teori-teori tersebut
dengan materi ajar
dan kegiatan-kegiatan pembelajaran. Adapun prosedur adalah teknik-teknik dan praktik-praktik
yang
bermuasal dari satu pendekatan dan desain.
Daftar Pustaka
Brown, H. Douglas. 2001.Teaching by Principles an Interactive Approach to Language Pedagogy.
Second Edition.A Pearson Education Company.

Anda mungkin juga menyukai