Anda di halaman 1dari 10
LANSIA PEDULI: KESEMPATAN KEDUA ACTIVE AGEING BERKARYA. DALAM PEMBERDAYAAAN KELUARGA, MASYARAKAT UNTUK. NEGARA. Oleh : Prof. Dr. Clara M. Kusharto, MSe INSTITUT PERTANIAN BOGOR, BOGOR APRIL 2012 LANSIA : KESEMPATAN KEDUA BERKARYA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA DAN MASYARAKAT* Clara M. Kusharto** LPendahuluan Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, dengan tingkat pendidikan dan derajat kesehatan penduduknya yang semakin membaik. Dalam UU No. 17/2007, diamanahkan bahwa kualitas manusia Indonesia masa datang yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2025 adalah manusia Indonesia yang cerdas, tangguh, Kompetitif, berakhlak mulia dan bermoral berdasarkan falsafah Pancasila. Dan didalam sistem ketatanegaraan kita, upaya peningkatan SDM diatur dalam UUD 1995 pasal 28 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap individu berhak_hidup sejahtera dan menerima pelayanan kesehatan, sebagai salah satu hak asasi mant Sedangkan dalam UU No 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Diantara tujuan tersebut terdapat tujuan yang menyangkut kesehatan baik kesehatan jasmani maupun Kesehatan mental sosial, dimana keduanya sangat mempengaruhi terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya, Kemajuan di bidang Kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi masyarakat dan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat bermuara pada peningkatan kesejabteraan rakyat dan juga akan meningkatkan usia harapan hidup (UHH). Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia dari tahun ketahun semakin meningkat. Jika pemerintah tidak mengantisipasi keadaan ini dengan berbagai program, maka keberadaan lanjut usia akan menjadi bom waktu yang akan ‘memperberat beban pemerintah, *Disampaikan pada Seminar Hari Kesehatan Sedunia dengan ema :"Menuju Tua: Sehat, Mandi, Produkif dan Berkualias” 17 April 2012, Auditorium G.A. Sivabessy Gedung Prof Dr Suyodi Lanti2 Kementerian Kesehatan RI ‘Guru besa Instn Pertanian Bogor Saat ini penduduk Janjut usia merupakan penduduk dengan jumlah perkembangan yang cukup pesat di seluruh dunia, Penduduk usia diatas 60 tahun tumbuh dengan sangat cepat, bahkan tereepat dibanding kelompok usia Iainnya, Tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia dan akan menjadi 2 milyar di tahun 2025. Jumlah ini merupakan 21% dari total populasi dunia, dan sekitar 80%nya hidup di negara berkembang. Di negara berkembang, jumlah penduduk usia 60 tahun ke atas pada tahun 2015 — 2050 diperkirakan meningkat menjadi 20 %, Sementara Indonesia berada i urutan keempat, setelah China, India dan Jepang. Penduduk lanjut usia Indonesia diprediksi akan tumbuh berlipat ganda dalam dua dekade mendatang seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup. Data Badan Pusat Statistik (2010), menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18%). Pada tahun 2010 meningkat menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%)(Gambar 1). Pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lanjut usia mencapai 28.822.879 jiwa (11,34 persen). Diperkirakan saat ini jumlahnya sudah sekitar 20 juta lebih, ini berarti diantara 11 orang penduduk Indonesia terdapat 1 Lansia. 11,34 % ] 12 | 10 9,77 % onano 1980 ‘Sumber: BPS Gambar 1. Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia Jumlah Lansia yang tinggal di perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 15,714,952 (11,20%) dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar 1.107.927 (11,51%). Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Pada tahun 2025 jumlah penduduk ansia di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa. Il. Transisi Demografi dan Window Opportunity serta Implikasinya Penduduk Indonesia telah mengalami transisi demografi yang _pendek. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA, 2009) melaporkan, pada tahun 1980 angka usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%); dan pada tahun 2006 jumlah lansia menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 penduduk lansia di Indonesia mencapai 23,9 juta oran (9,77 %) dan UHH 67.4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 28,8 juta (11,34%) dengan UHH sekitar 71,1 tahun, (iat Tabel 1) Tabel 1. Peta Lansia Indonesia Tahun | JumlahLansia | Persentase | Usia Harapan Hidup (juta) Populasi (tahun) %) 1980 079 34 322 2003 163 81 0 2006 19,0 89 66,2 2010 Bo 97 ora 2020 2B 113 Tid ‘Sumber: Kantor Menko Kesra (2009) Populasi lansia di Indonesia yang terus bertumbuh, dikhawatirkan juga akan membuat angka beban ketergantungan (dependency ratio) semakin besar. Hal ini menjadikan Indonesia terancam friple burden berupa jumlah kelahiran bayi yang masih tinggi, masih dominannya penduduk muda, dan jumlah lansia yang terus meningkat. Kondisi ini apabila tidak segera dicarikan solusi agar warga lansia tetap produktif, tidak mustahil akan menjadi sebuah persoalan sosial yang serius. Percepatan pertumbuhan penduduk usia balita yang dikenal dengan post- war baby boom di Indonesia yang terjadi pada dekade 1960-1970-an akan meng akibatkan percepatan penduduk lanjut usia (age-population boom). Generasi yang lahir pada era 1960- 1970-an, pada 2010-2020 akan memasuki tahap pralansia dan Kemudian menjadi lansia, Oleh karena itu banyak hal yang harus disikapi untuk ‘menghadapi permasalahan lansia di masa mendatang. Pada tahun 2020-2030 akan terjadi Window Opportunmity atau Jendela kesempatan yang akan di dapatkan Indonesia dengan asumsi TFR (Total Fertility Rate ~ rata-rata jumlah anak dari setiap wanita selama hidupnya) Indonesia mencapai 2.01 hingga 1.8 per wanita pada tahun 2020 dan rasio ketergantungan terendah sebesar 44%, Pada periode 2020-2030, sebanyak 100 pekerja hanya menanggung 44 anak. Jumlah tanggungan itu lebih sedikit dibandingkan tahun 2010 dimana 100 pekerja menanggung 51 anak dan jauh lebih kecil dari tahun 1971 dimana 100 pekerja menanggung 86 anak (Kompas, 2010). Hal ini berarti pada periode 2020-2030 Indonesia memiliki kesempatan besar_ untuk memacu produktivitas dan pertumbuhan ekonomi serta memerlukan SDM yang berkualitas atau berpendidikan, Menurut Aswatini (2011), bonus demografi sebagai jendela kesempatan menjadi sebuah keuntungan, jika penduduk usia produktif berkualitas. Tetapi, menjadi bencana ketika penduduk usia produktif dalam kondisi pendidikan dan keahlian rendah, serta Kondisi Kesehatan yang buruk, schingga tidak dapat berproduksi secara optimal. Misalnya, Pemberlakuan free movement of labor ACFTA tahun 2015, harus diantisipasi dengan mempersiapkan tenaga kerja Indonesia yang mempunyai kapabilitas dan kemampuan (skill) yang sama dengan tenaga kerja asing lainnya. Jika tenaga kerja Indonesia tidak bisa kompetitif, pengangguran Indonesia pun akan semakin bertambah. Meningkatkan pengangguran dapat berdampak pada meningkatnya kriminalitas. Hal lain yang dapat diantisipasi adalah jendela kesempatan akan memberikan jumlah tanggungan terkecil bagi setiap penduduk usia produktif dan jumlah anak yang dimiliki setiap keluarga pun berkurang. Dengan demikian, jumlah tabungan masyarakat akan bertambah. Jumlah tabungan yang bertambah bisa digunakan sebagai tambahan investasi sehingga akumulasi modal akan lebih cepat dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, Output Indonesia juga bisa meningkat arena adanya jumlah tenaga kerja produktif yang tinggi. Oleh karena itu, jendela kesempatan merupakan sebuah kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. IIL. Pemberdayaan Lansia Potensial dan Silver College. Menurut Undang-undang Nomor 13/1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (enam puluh) ke atas, dimana lansia menurut UU tersebut dibagi kedalam Lansia Potensial dan Tidak Potensial. Lanjut Usia Potensial 4dalah warga lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. Secara yuridis formal, ketentuan untuk memenuhi hak lansia diatur dalam Pasal 42 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik, dan atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan Khusus atas biaya negara untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa pereaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 13/1998, Pasal 6 (2 a dan b), sesuai dengan peran dan fungsinya, lanjut usia juga berkewajiban untuk : a, Membimbing dan memberi nasihat seeara arif dan bijaksana berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan Keluarganya dalam rangka menjaga martabat dan meningkatkan kesejahteraannya; b. Mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keablian, keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus. c. Memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus. Pemberdayaan lansia, terutama lansia potensial, merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk mencapai sasaran dan target-target Millenium Development Goals (MDGs). Pihak berwenang dan terkait perlu memberikan perhatian khusus terhadap lansia, Karena kelompok usia ini masih mempunyai potensi dan kemampuan yang signifikan untuk berkiprah. Potensi dan kemampuan lansia ini perlu diasah dan diberi penajaman agar sumbangsih mereka dapat lebih bermakna, Penajaman dan peningkatan potensi mereka dapat di wadahi melalui organisasi yang berada di perguruan tinggi, yang dinamakan SILVER COLLEGE. Dalam perjalanannya seperti halnya kelembagean peduli lansia lainnya. Selama 1 tahun terakhir, Silver College telah mengadakan penguatan eksistensinya baik kedalam maupun keluar IPB. Kedalam IPB, kini telah disepakati kepengurusannya dengan melibatkan PPP-IPB, WULAN-Agrianita dan keluar IPB Silver College telah berperan aktif bergabung dengan Komnas Lansia, CAS-UI, LLI, Pepabri, PUSAKA, Emong Lansia, LLI, Senior Club Indonesia dan Institusi Pemerintah seperti BKKBN, Depsos, yang notabene lembaga tsb merupakan Panitia aktif peringatan HLUN dan HLUIN, Upaya mengakselerasi peran Silver College tsb, dimungkinkan melalui Badan kerjasama Antar Perguruan Tinggi Bidang Pangan Gizi dan Kesehatan (BKS-PGKM) yang memiliki pokja-pokja PGKM yang ada di Provinsi-provinsi sasaran Proyek CHN-3 (DiktiIBRD, Loan 3550 IND) antara lain: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua. Upaya ini ditujukan untuk memunculkan potensi mereka ke permukaan, juga untuk memberikan “kesempatan kedua” kepada mereka untuk memberikan pengabdiannya pada pembangunan keluarga dan masyarakat. Wadah Silver College dikembangkan dengan tujuan untuk: 1. Menyediakan wadah dalam ~—bentuk —_pendidikan atau _pelatihan BERKELANJUTAN (continuing education) agar warga lansia dapat terus bersemangat untuk berkarya dan memperkaya ilmu dan kemampuan dirinya. 2. Mempersiapkan lansia untuk menyumbang kegiatan dalam membangun dan memberdayakan keluarga, masyarakat dan Negara dengan kegiatan-kegiatan yang dipelajari melalui Silver College 3. Membangun suatu kelembagaan “kampus” yang dapat dipergunakan sebagai sarana dan media untuk komunikasi dan silaturahmi serta meningkatkan derajat kesejahteraan para lansia. Perguruan tinggi sudah diakui sebagai agent of change berbagai bidang Keahlian, baik bidang teknologi, social, ekonomi, lingkungan, keagamaan, Kesehatan dan bidang lainnya. Kepedulian perguruan tinggi untuk memuneulkan potensi lansia dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan salah satunya melalui workshop. Workshop pemberdayaan lansia adalah gagasan yang muncul untuk memfasilitasi gagasan dan pemikiran para ahli/pemerhati yang berkecimpung dalam pemberdayaan lansia. Workshop ini sekaligus menjadi wadah untuk menampung ide dan gagasan yang terkait dengan pemberdayaan lansia dalam memberdayakan masyarakat dan membangun negara pada kesempatan kedua (Second chance for the Old to Build the Nation and Community Empowerment), Badan kerjasama Antar Perguruan Tinggi Bidang Pangan Gizi dan Kesehatan (BKS-PGKM) memiliki pokja-pokja PGKM yang ada di Provinsi- provinsi sasaran Proyek CHN-3 (Dikti-IBRD, Loan 3550 IND) didiri kan pada tahun 1997, pada awalnya untuk menjalin kerjasama berkesinambungan (sebagai jejaring) antar Perguruan Tinggi di Provinsi mitra Proyek CHN-3, Dikti, dan sekarang telah meluas pada berbagai perguruan tinggi negeri (PTN) dan swasta (PTS) di penjuru Indonesia. Oleh Karena itu, dengan keberadaan pokja-pokja PGKM yang ada diprovinsi-provinsi sasaran proyek CHN-3 di penjuru Indonesia, berpotensi turut bersinergi dan memudahkan untuk bekerjasama dengan stakeholder dan lembaga swasta untuk membantu mewujudkan lansia yang berdaya guna, sehat dan mandiri melalui Peran Perguruan Tinggi Dalam Memberi Kesempatan Kedua Active Ageing untuk Berkarya Melalui Silver College IV. Pemberdayaan Keluarga, Masyarakat dalam Posdaya Lansia Permasalahan dan kebutuhan keluarga dan masyarakat di Indonesia semakin hari semakin komplek. Kompleksitas masalah yang dihadapi juga bertambah tinggi, padahal keluarga Indonesia belum berkembang dengan baik untuk mampu menyelesaikan masalah dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Pembangunan manusia akan sangat efektif bila dapat dilakukan dalam lembaga keluarga. Keluarga adalah lembaga utama, yang terdekat, palin g akrab dengan setiap anggotanya, juga merupakan lembaga terkecil dalam masyarakat. Keluarga yang bermutu dan kuat akan menjadi wahana pembangunan bangsa yang sangat efektif (Suyono, 2009), Mengingat sifat pemberdayaan keluarga harus paripurna, maka penyegaran Posyandu dengan pengertian sebagai lembaga pelayanan terpadu Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan dianggap tidak cukup. Perlu dikembangkan lembaga pemberdayaan dalam masyarakat, oleh masyarakat, menjadi milik atau kebanggaan masyarakat, Lembaga ini harus dapat menampung berbagai masukan untuk mengembangkan keluarga agar mampu melaksanakan delapan_fungsi utamanya. Lembaga ini adalah Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya (Mulyono dkk. 2010) . Posdaya adalah sebuah gerakan untuk membangkitkan kembali budaya gotong royong di masyarakat dalam membangun kehidupan berkeluarga, dilakukan secara swadaya dengan harapan masyarakat dapat mandiri. Posdaya adalah suatu forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu (Mulyono dkk, 2011). Dalam kenyataannya di masyarakat, kelembagaan Posdaya dilaksanakan dengan prinsip fungsi Keluarga yang terdiri bukan hanya Keluarga Inti yang terdiri dari Bapak, Ibu dan anak-anak, namun sebagian besar juga terdiri dari Keluarga luas yang terdiri juga dari generasi sebelumnya ada kakek, nenek dan lainnya yang termasuk berusia lanjut (lansia) Schingga gerakan ini diperluas dengan memberi perhatian dan pelayanan pada Jansia dan dibentuk Poslansia. Kini diantara 100 Posdaya binaan IPB di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi pemberdayaan lansia oleh Silver College dilakukan di 17 Posdaya lingkar kampus. Kegiatan yang Dilakukan lebih kepada upaya peningkatan perilaku schat, pencegahan penyakit, deteksi dini dengan monitoring tekanan darah, gula darah dan mengenal gejala-gejala penyakit degeneratif lainnya dibantu kader dan pendampingannya oleh mahasiswa dari Perguruan Tinggi. Dan bila kegiatan ini dapat rutin dilaksanakan maka kekuatiran terhadap “penduduk berusia lanjut paling terbebani penyakit tidak menular” (dinyatakan dalam peringatan Hari Kesehatan Sedunia, 2012), tidak perlu terjadi. Kedepannya, diharapkan kegiatan Posdaya lansia dapat terus menerus direplikasi. Bila diasumsikan ada 200.000 desa dan setiap desa ada 5-10 RW, dimana di RW pada umumnya Posdaya/Poslansia tsb berada, maka akan ada 1-2 juta Posdaya/Poslansia yang dapat membantu pemberdayaan lansia. Bila dimasing- masing RW diperkirakan ada 15-20 orang lansia, maka akan ada 30-40 juta orang lansia yang dapat tertangani/diperhatikan di seluruh Poslansia di Indonesia. Suatu harapan yang menjanjikan untuk dilaksanakan dan scharusnya menjadi komitmen KOMDA Lansia dan Perguruan Tinggi dengan kegiatan Silver College nya untuk membantu pemberdayaan lansia, Sehingga pada akhirnya diharapkan dapat ‘membantu mengurangi beban negara. V. DAFTAR PUSTAKA, Aswatini, 2011. Orasi pengukuhannnya sebagai profesor riset Lembaga Iimu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rabu (21/12/2011), di Jakarta Kompas.com. 2010. Indonesia diperkirakan mencapai puncak "bonus demografi" pada tahun 2017 sampai 2019. Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta Kusharto CM dan P, Muljono. 2010. Optimalisasi Posyandu dan Posdaya dalam Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat dalam Buku Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga, Hal 120 - 144. Editor: Ahmad Sulaeman, Titik Sumarti, Diah Krisnatuti. Fema-IPB. IPB Press. Bogor Muljono P, Y. Bachtiar, Mintarti, P.Dewi. 2011. 101 Cara Mengenal Posdaya. P2SDM IPB. IPB Press. Bogor Suyono, H. dan R. Haryanto. 2009. Buku Pedoman Pembentukan dan Pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga: Posdaya. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai