Peresepan obat dalam bentuk racikan (serbuk, serbuk terbagi, kapsul racikan) di
Apotek X di Surabaya masih diminati oleh dokter. Terutama sediaan kapsul racikan. Hal
ini dikarenakan beberapa obat dengan kekuatan utuh untuk dosis dewasa dengan komposisi
dan dosis tertentu tidak tersedia dalam bentuk sediaan jadi (Syamsuni, 2007).
Obat ini dapat dipersiapkan dalam bentuk kapsul racikan untuk mempermudah
penggunaan obat pada pasien. Sediaan kapsul memiliki keuntungan dapat menutupi rasa dan
bau obat yang kurang enak. Sediaan kapsul juga dapat memudahkan dalam penggunaannya
karena dapat diberikan campuran kombinasi bahan obat dan dosis yang lebih tepat sesuai
dengan kebutuhan individu (Syamsuni, 2007).
Sediaan kapsul racikan dapat dibuat dari obat maupun bahan baku obat. Perubahan
bentuk dari sediaan obat (tablet, kapsul, atau bentuk lainnya) menjadi kapsul racikan
kemungkinan dapat berpengaruh pada stabilitas, efektifitas, dan keamanan serta tujuan dari
formulasi sediaan obat tersebut. Misalnya, formulasi sediaan obat yang disalut enterik dan
sediaan extended release hendaknya tidak digerus menjadi sediaan kapsul racikan (Cornish,
2005).
Dalam penulisan resep, permintaan dokter kepada apoteker untuk membuat bentuk
sediaan yang dikehendaki harus disertai jumlah yang diberikan (Scott, 2000). Cara visual
merupakan metode pembagian yang paling banyak dilakukan di apotek karena cepat dan
praktis. Namun cara ini memiliki banyak kelemahan, antara lain kurang dapat menjamin
keseragaman dalam tiap kapsul (OConnor et al., 2000).
Karena itu jumlah kapsul yang diinginkan akan mempengaruhi pembagian serbuk
dalam kapsul racikan sehingga diperoleh bobot sediaan yang seragam (Syamsuni, 2007).
1
Permasalahan lain yang akan timbul terkait dengan peracikan sediaan kapsul racikan adalah
homogenitas, keseragaman bobot, kehalusan partikel obat dan pemilihan metode yang tepat
dalam proses peracikan kapsul racikan dengan benar.
Bentuk sediaan padat dapat digolongkan dalam dua golongan, yaitu padatan kristalin
yang partikel penyusunnya tersusun teratur, dan padatan amorf yang partikel penyusunnya
tidak memiliki keteraturan yang sempurna (Takeuchi, 2008). Banyak zat yang terdapat pada
lebih dari satu bentuk kristal dengan susunan kisi ruang yang berbeda. Sifat ini dikenal
sebagai polimorfisme. Zat yang polimorf umumnya memiliki perbedaan titik leleh,pola
difraksi sinar x, dan kelarutan, meskipun mereka secara kimiawi identik (Pointcross Inc.,
2009).
Polimorfisme sekarang telah dipercaya menjadi karakteristik terhadap semua zat, hal
ini dikarenakan terdapat fakta bahwa transisi polimorfik berada di atas titik leleh dari suatu
zat atau pada daerah dimana tidak tercapai faktor kesetimbangan eksternal atau kondisi lain
yang menyebabkan suatu keadaan transisi (Blake et al., 1999). Walaupun Bentuk kristal telah
dan sedang menjadi subjek pemeriksaan yang kuat, polimorfisme sebagai fenomena masih
menghadirkan tantangan ilmiah yang penting. Sifat polimorfisme sulit untuk diprediksi
apakah molekul yang diberikan akan mengkristal dalam satu atau banyak bentuk kristal,
apakah ia akan membentuk solvat dengan stoikiometri yang berbeda atau akan tetap berikatan
dengan molekul yang lain dan membentuk ko-kristal yang stabil (Braga et al., 2009).
2
untuk mengkarakterisasi polimorfik dan menghasilkan senyawa aktif dengan mutu yang
konsisten.
1.3 Tujuan
2. untuk mengetahui apa itu polimerfisme
3. untuk menetahui betuk dari polimerfisme
4. untuk mengetahui apa itu kristalin dan amorf serta perbedaannya
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Polimorfisme
A. Polimorfisme
Polimorfisme adalah suatu senyawa mengkristalisasi dalam bentuk lebih dari satu
spesies kristalin dengan perbedaan kisi internal. Stabilitas kimia, sifat prosessing atau
ketersediaan hayati berubah akibat polimorfisme. Perbedaan utama dari solida dan bentuk
fisik lain adalah apakah padatan berbentuk kristalin atau amorf.Pada karakterisasi
Kristal,atom dan molekul ditetapkan secara berulang dalam susunan tiga dimensi,sedangkan
pada bentuk amorf, atom atau molekul tersusun secara acak seperti dalam suatu cairan.
Semua bentuk amorf dan bentuk kristalin akan dikonversi menjadi bentuk kristalin
stabil. Polimorf menstabilkan akan dikonversi menjadi bentuk stabil secara pelahan-lahan
atau secara cepat (bergantung zatnya), dan ini merupakan hal yang sangat penting dalam
farmasi adalah bentuk yang cukup stabil untuk menjamin usia guna-sediaan dan ketersediaan
hayati.
B. Bentuk Polimerfisme
Senyawa organik maupun senyawa anorganik yang memiliki minimal dua bentuk
kristal yang berbeda dalam bentuk padatnya disebut bentuk polimorfisme. Bentuk
polimorfisme ini pada umunya dibedakan atas dua golongan yaitu:
1. Bentuk stabil
2. Bentuk meta stabil
4
Bentuk stabil lebih dikenal sebagai bentuk kristal , sedangkan bentuk amorf pada
umunya tidak dalam bentuk metastabil yang lebh populer dengan sebutan bentuk amorf.
Bentuk amorf ini tidak dalam bentuk stabil karena pada proses pembuatan atau pada proses
penyimpanannya dapat berubah menjadi bentuk kristal yang lebih stabil. Perubahan bentuk
amorf menjadi bentuk kristal dapat disebabkan oleh beberapa faktor suhu, dan tekanan dalam
waktu cepat atau lambat. Sehubungan dengan hal tersebut , maka dalam pemilihan bahan zat
berkhasiat yang berupa amorf perlu diperhatikan apakah bentuk kristal pada awalnya. Sebab
apabila pemilihan tersebut terjadi kekeliruan dalam pemilihan bentuk-bentuk tersebut dapat
menyebabkan tidak stabilnya sedian farmasi yang dihasilkan.
Walaupun bentuk amorf pada umunya mudah larut, sehingga akan diperoleh
bioavailablitas yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk kristal yang stabil, tetapi oleh
karena itu sifatnya mudah mengalami perubahan bentuk menjdai bentuk yang stabil, maka
disarankan untuk tidak menggunkan bentuk kristal amorf dalam sediaan farmasi.
Perbedaan antara bentuk amorf dengan bentuk kristal adalah pada perbedaan dalam
bentuk kelarutan, titik leleh dan pola difraksi sinar x-nya. Ada beberapa senyawa yang
memiliki bnetuk polimorfisme yang dikenal adalah kortison asetat dengan empat bentuk
polimorfi, dimana satu bentuk diantaranya stabil dalam media cair. Kloramfenikol palmitat
dengan bentuk polimorfik dengan satu bentuk stabil dalam media cair dan lain-lain. Untuk
mengetahui bentuk polimerfik suatu bahan berkhasiat atau bahan pembantu dapat digunakan
salah satu dari beberapa cara sebagai berikut:
1. Disolusi, pengamata terhadap bentuk amorf yang memiliki kecepatan disolusi lebih
besar.
2. Difraksi sinar X, setiap bentuk kristal memiliki susunan kisi kristal yang berbeda dan
perbedaan tersebut akan tampak dalam perbedaan spektra sinar X.
3. Analisa inframerah, adanya perbedaan pada penyusunan kristal akan berpengaruh
terhadap energi ikatan molekul sehingga akan berpengaruh pula terhadap spektra
inframerahnya.
4. Differential Scanning Colorimetry and Differenstial thermal analysis.
Perubahan satu bentuk polimorfik menjadi bentuk lainnya, juga akan melibatkan
perubahan energi dimana panas yang terbentuk dideteksi oleh alat tersebut.
5
C. Polimorfisme Genetika
Proses farmakodinamik: dalam proses interaksi antara molekul obat dengan reseptornya, di
mana terdapat kepekaan reseptor yang abnormal terhadap molekul obat (kepekaan reseptor
obat).
Polimorfisme genetik dalam proses absorpsi, distribusi, dan ekskresi obat, tidak
banyak dijumpai dan diketahui. Yang paling banyak dijumpai adalah adanya polimorfisme
dalam metabolisme obat Proses absorpsi.
6
kelenjar tiroid) dengan suatu pembawa spesifik, mengalami gangguan dan gangguan ini
disebabkan oleh karena faktor genetic.
Amplifikasi Acak Polimorfisme DNA merupakan satu jenis penanda molekular yang
banyak dipakai dalam penelitian dan diagnostik biologi molekular. Penanda ini lebih dikenal
sebagai RAPD (biasa dipanggil "rapid"), singkatan dari Random Amplification of
Polymorphic DNA. Sebagai penanda genetik, RAPD dikenal sebagai penanda yang relatif
murah dan tidak memerlukan keterampilan teknis yang tinggi. Penanda ini bersifat dominan,
dalam arti, ia dapat membedakan kelas genotipe resesif dari kelas-kelas genotipe yang lain.
RAPD memerlukan teknik PCR dan ele
3. Skrining Polimorfisme
Sediaan obat bentuk padat banyak disukai berkaitan dengan kemudahan pemberian
dan rendahnya pembuatan proses produksinya. Namun, perlu diperhatikan sifat-sifat kimia
yang berhubungan langsung dengan bentuk fisiknya, dan senyawa padat dapat
memiliki berbagai bentuk kristal yang berbeda (misalnya, polimorf, solvates, dan hidrat) dan
bentuk non-kristal (misalnya, mesophases atau amorf).
Skrining secara ekstensif harus dilakukan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk
potensial stabil dan meta-stabil yang berbeda dimana bisa terjadi pada Zat Aktif (Active
Pharmaceutical Ingredients) selama proses manufaktur bahan obat dan produk obat, kemasan,
penyimpanan, dan juga dalam tubuh.
Bentuk garam yang berpotensi stabil dan cocrystals Zat Aktif juga perlu dievaluasi.
Selain keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan dan mengevaluasi
jumlah besar data struktur yang dihasilkan selama proyek skrining polimorf, kemampuan
7
untuk merancang penelitian skrining yang tepat akan memiliki dampak langsung pada
keberhasilan skriningnya.
Dari sudut pandang teknis, tantangan utama skrining polimorf adalah untuk
mengidentifikasi semua bentuk kristal yang relevan dan berpotensi penting untuk
dikembangkan. Misalnya, diamati dengan adanya atau tidak adanya kotoran (impurities)
tertentu dalam isolasi langkah terakhir dari zat aktif, pada penyimpanan sediaan yang
dimaksudkan, atau in vivo bila diberikan secara oral.
Hal yang paling penting dalam melakukan skrining polimorfisme adalah mampu
untuk untuk mengukur tingkat dan jenis skrining yang memadai berdasarkan pertimbangan
dari tahap pengembangan, bentuk sediaan, fisikokimia dan sifat biologis senyawa, dan
persyaratan peraturannya.Risiko yang terkait dengan penemuan sebuah bentuk kristal baru di
tahap akhir pengembangan zat aktif harus dipertimbangkan terhadap kemungkinan senyawa
gagal dalam pengembangannya.
8
Namun dalam 80 tahun terakhir analisis kristalografi telah berkembang dengan demikian
cepat sehingga protein dengan massa molekul yang sangat besar kini dapat dipelajari dengan
teknik ini.
A. Bahan kristalin
Sel satuan paling sederhana adalah kubus. Tiga sumbu kubus dan beberapa sel satuan lain
tegak lurus satu sam lain, namun untuk sel satuan lain sumbu-sumbu itu tidak saling tegak
lurus. Faktor yang mendefinisikan sel satuan adalah jarak antar titik dan sudut antar sumbu.
Faktor-faktor ini disebut dengan tetapan kisi (kadang disebut juga parameter kisi) (Gambar
8.1).
9
diindikasikan dalam Gambar 8.2. Kisi-kisi ini disebut dengan kisi Bravais. Ke-empat belas
kisi 14 diklasifikasikan menjadi tujuh sistem kristal Dalam buku ini, hanya tida sistem kubus
yang dikenal baik: kubus sederhana, kubus berpusat badan dan kubus berpusat muka
yang akan dibahas.
Besarnya sel satuan dapat ditentukan dengan hukum Bragg, yang diusulkan oleh
fisikawan Inggris William Lawrence Bragg (1890-1971) di tahun 1912. Untuk mendapatkan
informasi detail susunan akurat partikel dalam kristal, pengukuran intensitas puncak difraksi
perlu dilakukan.
B. Padatan amorf
Amorf (Amorphous), merupakan definisi struktural dari suatu material, dimana atom-
atomnya tersusun secara tidak teratur, sehingga panjang dan sudut ikatan antar atom juga
tidak teratur. Kasus inilah yang diketahui sebagai bentuk penyimpangan struktural. Susunan
partikel dalam padatan amorf sebagian teratur dan sedikit agak mirip dengan padatan
10
kristalin. Namun, keteraturan ini, terbatas dan tidak muncul di keseluruhan padatan. Banyak
padatan amorf di sekitar kita.seperti: gelas, karet dan polietena memiliki keteraturan
sebagianSusunan partikel dalam padatan amorf sebagian teratur dan sedikit agak mirip
dengan padatan kristalin. Namun, keteraturan ini, terbatas dan tidak muncul di keseluruhan
padatan. Fitur padatan amorf dapat dianggap intermediate antara padatan dan cairan. Baru-
baru ini perhatian telah difokuskan pada bahan buatan seperti fiber optik dan silikon amorf
(Tabel 8.1).
Polimer Polistirene
11
2. Padatan amorf tidak memiliki titik leleh yang jelas; mereka melunak dalam berbagai suhu.
3. Padatan amorf menjalani pemecahan tak teratur atau conchoidal
4. Padatan amorf yang isotrofik: sifat bebas dari arah di mana mereka diukur.
5. Kurang keras
Contoh padatan amorf adalah Serat kaca, Cellophane, Teflon, Polyurethane
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pharmtech.com/polymorph-screening-identification-relevant-crystalline-forms?pageID=1
13
14