PRAKTIKUM MATRIKULASI
2017
a. Tujuan Praktikum
Melalui praktikum ini, praktikan diharapkan:
1. Mampu memahami berbagai metode pengukuran waktu kerja serta kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing metode.
b. Dasar teori
Perancangan sistem kerja akan menghasilkan beberapa alternatif rancangan sistem kerja. Dari
beberapa alternatif tersebut harus dipilih alternatif yang terbaik. Sutalaksana et al [2006]
menyatakan bahwa pemilihan alternatif rancangan sistem kerja harus berlandaskan empat
kriteria utama, yaitu:
1) Kriteria waktu
2) Kriteria fisik
3) Kriteria psikis
4) Kriteria sosiologis
Dari keempat kriteria ini, suatu sistem kerja dipandang baik bila memberikan waktu
penyelesaian pekerjaan tercepat, penggunaan tenaga fisik paling ringan, dan memberi dampak
psikis dan sosiologis paling rendah.
Selain itu, faktor manusia (pekerja) pun harus dapat banyak perhatian. Manusia adalah variabel hidup,
dengan berbagai sifat dan kemampuannya memberikan pengaruh yang sangat besar atas keberhasilan
suatu sistem kerja dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, untuk dapat merancang suatu sistem
kerja yang baik, diperlukan perhatian terhadap kemampuan dan keterbatasan manusia.
1. Langsung
Pengukuran dilakukan langsung di tempat kerja. Terdapat dua metode yaitu:
Metode jam henti (stopwatch)
Pengukuran waktu dengan metode ini digunakan untuk jenis pekerjaan yang
dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Pada modul ini,
pengukuran dilakukan menggunakan metode jam henti.
Kelebihan pengukuran waktu secara langsung yaitu praktis. Pengamat hanya perlu
mengukur waktu. Sedangkan kekurangannya adalah dibutuhkan waktu yang lebih lama
untuk mengumpulkan banyak data, agar memenuhi tingkat kepercayaan dan keyakinan
tertentu. Selain itu, biaya yang dikeluarkan relatif mahal.
2. Tidak langsung
Perhitungan waktu tanpa berada di tempat kerja. Terdapat dua data yaitu:
Data waktu baku
Berisi data dari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang telah
diteliti pada waktu yang lalu. Data waktu tersebut berisi elemen-elemen gerakan baku.
Apabila terdapat kegiatan yang memiliki elemen gerakan yang sama dengan kegiatan
yang waktunya sudah ada sebelumnya, maka waktu penyelesaian pekerjaan tersebut
sudah dapat ditentukan. Data ini biasanya digunakan oleh perusahaan dan terdapat
perbedaan antara satu perusahaan dan lainnya.
Maynard Operation Sequence Time (MOST)
Motion Time Measurement (MTM)
Standard Data System (SDS)
Tabel yang digunakan untuk orang Eropa tidak dapat digunakan di Indonesia
(Baru sedikit penelitian mengenai data waktu baku di Indonesia)
Untuk sistem kerja yang bersifat homogen, repetitif, dan memiliki produk nyata yang
terukur(kuantitatif); pengukuran waktu kerja secara langsung dapat menggunakan metode
jamhenti. Sutalaksana et al [2006] menyatakan secara terperinci langkahlangkah yang harus
dilakukan dalam pengukuranwaktu dengan metoda jamhenti. Salah satu langkah yang penting
dilakukan didalamnya adalah melakukan pemilahan elemen operasi, seperti yang dikembangkan
oleh Gilberth.
Tahapan perhitungan yang dilakukan hingga mendapatkan waktu baku digambarkan dalam
Gambar 1.
Faktor penyesuaian diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dalam
keadaan tidak wajar sehingga hasil perhitungan waktu siklus perlu disesuaikan atau dinormalkan
terlebih dahulu agar mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar. Sedangkan kelonggaran
adalah waktu yang diberikan kepada operator untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi,
menghilangkan fatigue, dan gangguan-gangguan yang tidak terhindarkan oleh operator.
Pengertian waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku adalah sebagai berikut:
Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu akumulasi dari setiap elemenelemen pekerjaan yang ada di
sebuah stasiun kerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Waktu Normal
Waktu yang dibutuhkan untuk seorang operator dalam keadaan normal. Definisi
keadaan normal disini adalah operator yang bekerja dengan tidak terlalu cepat (ahli)
atau operator yang tidak pada tahap pembelajaran.
Waktu Baku
Waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
spesifik dengan mempertimbangkan kondisi internal (kemampuan, keahlian, dll) maupun
eksternal (lingkungan).
Pengolahan waktu baku perakitan berdasarkan data yang diperoleh saat praktikum adalah:
3. Waktu Baku
Sering dilakukan penangan untuk objek yang berat (lebih dari 4.5
kg). Sering dilakukan gerakan menjangkau yang terlalu jauh/dekat.
Sering dilakukan pekerjaan dengan aktivitas menekan ke bawah.
Mobilitas untuk bergerak di sekitar stasiun kerja tinggi.
Selain itu terdapat beberapa rekomendasi ergonomik tentang ketinggian landasan kerja
posisi berdiri yang didasarkan kepada ketinggian siku berdiri, yaitu sebagai berikut ini:
Untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi, landasan kerja yang
direkomendasikan adalah 5 10 cm di atas tinggi siku berdiri.
Untuk pekerjaan yang melibatkan banyak peralatan dan material, tinggi landasan
kerja yang direkomendasikan adalah 10 15 sm di bawah tinggi siku berdiri.
Untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan kuat, tinggi landasan
kerja yang direkomendasikan adalah 15 40 cm di bawah tinggi siku berdiri.
3. Stasiun kerja untuk operator duduk berdiri
Desain stasiun kerja sangat ditentukan oleh jenis dan sifat pekerjaan yang
dilakukan.Baik desain stasiun kerja untuk posisi duduk maupun berdiri, keduanya
memiliki keuntungan dan kerugian. Clark (1996) mencoba mengambil keuntungan
dari ke kedua posisi tersebut dan mengombinasikan desain stasiun kerja untuk posisi
duduk dan berdiri menjadi satu desain dengan batasan sebagai berikut:
Pekerjaan dilakukan dengan duduk pada saat tertentu dan dalam posisi berdiri
pada saat yang lainnya. Perubahan posisi kerja dilakukan bergantian;
Tinggi landasan kerja antara 90-120 cm merupakan ketinggian yang paling tepat
dan baik untuk posisi duduk maupun berdiri.
b. Legibilitas
Legibilitas adalah sifat mudah dibaca, yaitu sifat kemudahan untuk membedakan dan
mengenali antara huruf dan angka.
Font Case
Text dapat ditampilkan dalam lowercase (huruf kecil) atau uppercase (huruf
kapital). Poulton (1967) mengatakan bahwa teks dengan lowercase lebih mudah
dibaca daripada teks dengan uppercase seluruhnya. Hal ini disebabkan
ketajaman huruf lowercase lebih tinggi daripada uppercase.
Font Size
Dalam buku Engineering Psychology and Cognitive Ergonomics, menyatakan bahwa font
size memiliki peranan penting dalam ketersampaian informasi dari suatu
Sumber: Heglin,1973.
Jika kekontrasan tulisan dengan latar belakang rendah, maka huruf yang
sebaiknya digunakan adalah huruf tipe boldface dengan
perbandingantebal/lebar dan tinggi yang rendah (misalnya 1:5).
Untuk huruf hitam dengan latar belakang yang sangat terang, digunakan
huruf yang sangat tebal.
Font Style
Font Style yang mudah dibaca adalah font style yang cenderung lebih simple,
tegas, dan tidak terlalu banyak ukiran/lekukan(subjektif).
Kontras warna
Kontras warna yang baik dapat mempengaruhi kecepatan membaca. Menurut
Kodak, berikut warna-warna yang sesuai untuk display:
c. Keterbacaan
Keterbacaan adalah kemampuan suatu tulisan mudah untuk dibaca (membedakan antar
kata dan spasi).
Jarak pembacaan
Menurut Berger dalam Sutalaksana (1979), huruf dapat dilihat dari jauh berdasarkan
tebal dan tinggi huruf. Menurut Kodak, ukuran huruf tergantung pada jaraknya:
Layout
Keterbacaan juga penting hubungannya dalam penentuan border dan spacing.
Sebagai contoh: border harus dibuat agak tebal dan diberi spacing.
Moriarty dan Scheiner (1984) mengatakan bahwa tulisan dengan spasi huruf yang
dekat atau rapat lebih cepat dibaca daripada tulisan dengan spasi huruf biasa.
Spasi antar baris
Wilkins dan NimmoSmith (1987) menyatakan bahwa kejelasan isi sebuah tulisan
akan semakin baik bila spasi antar baris dari tulisan tersebut semakin besar.
2. Lingkungan Fisik
Dalam perancangan sistem kerja, lingkungan fisik di sekitar tempat kerja perlu
diperhatikan karena performansi kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan fisik kerjanya. Kondisi lingkungan fisik yang dimaksud adalah:
1. Iklim Kerja
Iklim kerja terdiri dari suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara, serta panas radiasi.
Suhu
2. Kebisingan
Mengganggu konsentrasi
Mengurangi ketenangan kerja
Menyulitkan komunikasi
Merusak pendengaran dalam jangka waktu panjang
Durasi
Intensitas
Frekuensi
3. Pencahayaan
Pekerjaan membedakan yang teliti dari barang kecil dan halus 300
Pekerjaan membedakan barang halus dengan kontras sedang dan dalam
500 - 1000
waktu lama
Pekerjaan membedakan barang sangat halus dengan kontras yang sangat
1000
kurang dan dalam waktu lama
Tabel 4 Standar Pencahayaan
4. Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari suatu benda atau media dengan arah
bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran membutuhkan struktur mekanik
sebagai media transmisi, yaitu mesin, bangunan, tubuh manusia, dll. Getaran dapat
mempengaruhi konsentrasi bekerja dan mempercepat datangnya kelelahan.
6. Warna
Warna yang terdapat pada lingkungan kerja, seperti pada dinding, benda kerja,
kemasan produk, dan lain-lain dapat memberikan efek psikologis pekerja (kuning
memberikan efek kesegaran, oranye memberikan efek kehangatan, dsb.)
1. 5S
5S merupakan lima kata yang berasal dari bahasa Jepang yang diartikan ke dalam bahasa
Inggris dan diawali dengan huruf S. 5S adalah metode yang digunakan dalam mengatur
dan mengelola ruang kerja (workspace) dan aliran kerja (workflow) yang bertujuan untuk
menghilangkan pemborosan, memperbaiki aliran kerja, dan mengurangi proses yang
tidak diperlukan. Dalam bahasa Indonesia, 5S sering dikenal dengan nama 5R, yaitu:
1. Seiri = Sorting = Ringkas
Ringkas dalam hal ini berarti dapat memilah mana alat/barang yang dibutuhkan
dan yang tidak dibutuhkan dalam suatu sistem kerja. Memiliki barang yang tidak
dibutuhkan dalam suatu sistem kerja tidak membawa nilai tambah sehingga
sebaiknya disingkirkan.
2. Seiton = Straighten or Set in Order = Rapi
Rawat berarti menjaga kondisi peralatan/barang pada sistem kerja tetap ringkas,
rapi, dan resik. Perawatan juga digunakan untuk menjaga kondisi peralatan tetap
baik.
5. Shitsuke = Sustaining = Rajin
Rajin ini berarti tetap mempertahankan 4S sebelumnya. Kedisiplinan dalam
melaksanakan 4S dapat mengurangi banyak pemborosan.
Sumber : http://www.tpfeurope.com
2. Poka Yoke
Poka Yoke dalam bahasa Jepang dari Yokeru berarti untuk menghindaridan Poka berarti
kesalahan karena ketidakhati-hatian. Maka, Poka Yoke berarti alat untuk menghindari
kesalahan. Dalam literatur barat Poka Yoke dikenal sebagai mistake proofing. Dengan
Poka Yoke maka jumlah cacat produk akan berkurang karena mencegah atau mengoreksi
kesalahan secepatnya. Poka Yoke terdiri dari 2 kategori, yaitu Prevention dan Detection.
Gambar 8 Gambar USB menyatakan bagian atas kabel untuk mencegah kesalahan
Sumber : http://agilesoftwaredevelopment.com
3. SMED
SMED atau Single Minute Exchange Dies yaitu suatu metode untuk meminimasi waktu
setup dari satu jenis produk ke produk lainnya. Ada dua jenis setup, yaitu setup internal
dan setup eksternal. Setup internal adalah setup yang dapat dilakukan jika mesin mati
atau mesin tidak beroperasi sedangkan setup eksternal adalah setup yang dapat
dilakukan pada keadaan mesin menyala atau tanpa mematikan mesin. Tahap dalam
SMED terdiri dari identifikasi pekerjaan, identifikasi mana yang merupakan setup internal
dan setup eksternal, dan kemudian merekayasa agar setup internal berkurang sehingga
sedemikian sehingga setup dapat dilakukan dengan mematikan mesin sesedikit mungkin.
Hal inilah yang akan meminimasi waktu setup.
Salvendy, G. Handbook of Human Factors and Ergonomics. (1997). New York: John Wiley
& Sons Inc.
Sutalaksana, Iftikar Z., & Anggawisastra, Ruhana, & Tjakraatmadja, Jann H. Teknik
Perancangan Sistem Kerja. (2006). Bandung: Penerbit ITB.
Flowchart Praktikum
Cover
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Flowchart Pengolahan Data
BAB 2 PENGOLAHAN DATA
2.1 Rekapitulasi Data
2.1.1 Data Waktu Perakitan
2.1.2 Data Kondisi Lingkungan Fisik
2.2 Pengujian Data Waktu
2.2.1 Uji Seragam
2.2.2 Uji Cukup
2.3 Proses Perhitungan Waktu Baku
2.4 Desain Stasiun Kerja Existing
2.4.1 Stasiun Kerja Keseluruhan Existing
2.4.2 Stasiun Kerja Satu Mesin Existing
2.5 Desain Perbaikan Stasiun Kerja
2.5.1 Stasiun Kerja Keseluruhan
2.5.2 Stasiun Kerja Satu Mesin
BAB 3 ANALISIS
3.1 Analisis Pemilihan Nilai Faktor Penyesuaian dan Faktor Kelonggaran dalam Perhitungan Waktu
Baku
3.2 Analisis Pemilihan Dimensi Perancangan Stasiun Kerja
3.3 Analisis Rancangan Perbaikan Stasiun Kerja Satu Mesin
3.4 Analisis Rancangan Perbaikan Stasiun Kerja Keseluruhan
3.5 Analisis Penggunaan Waktu Baku di Industri
3.6 Analisis Keterkaitan Antar Modul
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Format laporan mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a. Ukuran kertas A4
b. Margin : kiri 2.5 cm; kanan-atas-bawah 2 cm
c. Dikirimkan dalam format PDF
d. Jenis font
Isi laporan : Calibri 10
Judul bab dan sub bab : Cambria 11 Bold
e. Spasi : Multiple 1.2
f. Header
Kiri : Modul 3 Standardisasi Sistem Kerja
Kanan : Nama dan NIM Asisten
g. Footer :
Kiri : Nama singkat anggota kelompok
Kanan : Nomor halaman
h. Cover:
Harus ada nama dan nomor mata kuliah, judul modul, nomor kelompok, nama masing-masing
anggota kelompok, nama laboratorium, logo ITB, prodi, fakultas, dan tahun.
Lampiran
Sumber: Sutalaksana, Iftikar Z., & Anggawisastra, Ruhana, & Tjakraatmadja, Jann H. Teknik Perancangan
Sistem Kerja. (2006). Bandung: Penerbit ITB.
Super skill :
Excellent Skill :
Good Skill :
Average Skill :
Fair Skill :
Poor Skill :
Catatan: H. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi Pria ( 0-2.5 %) dan Wanita ( 2-5%).
Nama Pengamat :
Hari/Tanggal :
Jam Pengamatan :