Oleh :
Gian Permana. Susi Widyastuti, S.Kom, M.M. Asep Kosasih, M.Kom.
Program Studi Teknik Informatika
STIKOM Poltek Cirebon
Email :
gianpermana14@gmail.com
miss_siwy@yahoo.com
asepstikom62016@gmail.com
ABSTRAK
Banyak permasalahan yang terjadi dalam sistem penjurusan yang dilakukan di
SMA Negeri 1 Sukagumiwang. Prestasi belajar siswa menurun dikarenakan tidak
bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak sesuai harapan. Proses pemilihan
jurusan yang hasilnya tidak selalu sesuai dengan bakat dan minat siswa. Data yang
diproses banyak menyita waktu, menuntut ketelitian ekstra, dan rentan terjadinya
kesalahan baik yang manusiawi maupun yang disengaja. Tapi hal tersebut dapat
diatasi dengan merancang sebuah sistem pendukung keputusan menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dengan metode AHP permasalahan
multi faktor atau multi kriteria akan diuraikan secara kompleks menjadi suatu
hirarki. Berdasarkan konsep tersebut, kriteria-kriteria seleksi penjurusan siswa
dapat diproses sehingga dapat menghasilkan rekomendasi penjurusan bagi siswa.
Dengan adanya sistem pendukung keputusan menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP), seleksi penjurusan siswa di SMA Negeri 1
Sukagumiwang dapat menempatkan siswa ke dalam jenis jurusan sesuai dengan
kemampuan akademiknya, sehingga siswa dapat memaksimalkan potensinya.
Kata Kunci : penjurusan, sistem pendukung keputusan, AHP.
1
ABSTRACT
Many problems occurred in the system of majors conducted in SMA Negeri 1
Sukagumiwang. Declining student achievement due to not able to follow the
lesson well and did not match expectations. The process of selecting majors that
the results are do not always correspond with the talents and interests of students.
The data are processed time-consuming, requires extra precision, and susceptible
to both human error nor intentional. But it can be overcome by designing a
decision support system using Analytical Hierarchy Process (AHP). With AHP
method problems of multi-factor or multi-criteria will be described in the complex
into a hierarchy. Based on the concept, the criteria for the selection of majors
students can be processed so that it can produce a recommendations for students
majors. With the decision support system using Analytical Hierarchy Process
(AHP) selection placement of students in SMA Negeri 1 Sukagumiwang can place
students into majors types according to their academic ability, so that students
can maximize their potential.
Keywords : majors, decision support system, AHP.
1. Pendahuluan
Pemilihan jurusan untuk siswa setingkat SMA/MA dilakukan dengan
tujuan agar kualitas pendidikan dapat ditingkatkan sesuai dengan minat dan bakat
masing-masing siswa. Program penjurusan dimaksudkan sebagai langkah awal
dari pemilihan karir siswa, karena penjurusan studi lanjut ini siswa dapat
menentukan, memilih pekerjaan atau karir di masa mendatang. Walaupun
kurikulum penjurusan sudah berubah beberapa kali sejak tahun 1960-an, secara
umum ada tiga jurusan yang dapat dipilih siswa, yaitu Sains, Ilmu Sosial, dan
Bahasa dan Budaya.
Penjurusan siswa bertujuan untuk mengarahkan siswa agar lebih fokus
mengembangkan kemampuan dan minat yang dimiliki. Permasalahan bisa muncul
ketika ada kalanya prestasi belajar siswa menjadi menurun dikarenakan tidak bisa
mengikuti mata pelajaran dengan baik, karena dalam proses pemilihan jurusan
hasilnya tidak selalu sesuai dengan bakat dan minat siswa, dan asumsi penentuan
penjurusan yang dilakukan kurang efektif. Penentuan jurusan akan berdampak
pada kegiatan akademik selanjutnya di perguruan tinggi, penjurusan yang tidak
tepat bisa sangat merugikan siswa dan masa depannya.
Pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif
yang terbaik, hal ini juga bisa dikaitkan kedalam program penjurusan siswa.
Dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) yang
menguraikan masalah kedalam bentuk hierarki, akan membuat permasalahan
2
penjurusan siswa dapat diuraikan ke dalam kriteria-kriteria tertentu yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki sehingga permasalahan akan
tampak lebih terstruktur dan membantu pengambilan keputusan.
Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan agar siswa dapat mengambil
jurusan yang sesuai dengan bakat kemampuan dan bidang minatnya, karena ini
bisa mempengaruhi masa depannya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis bermaksud mengusulkan
penulisan dengan judul SELEKSI PENJURUSAN SISWA SMA
MENGGUNAKAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN
METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI SMA NEGERI 1
SUKAGUMIWANG untuk membangun sistem pendukung keputusan penjurusan
yang dapat membantu sekolah dan siswa dalam mengambil penjurusan akademik.
3
2. Teori Utama Penelitian
2.1 Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) biasanya dibangun untuk
mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk suatu peluang. Aplikasi
sistem pendukung keputusan (SPK) digunakan dalam pengambilan
keputusan, hal tersebut diungkapkan Nofriansyah (2014).
SPK (Sistem pendukung Keputusan) adalah sebuah sistem yang
dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial
dalam situasi keputusan semi terstruktur. Sistem Pendukung Keputusan
dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan
untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan
penilaian mereka.
Sistem Pendukung Keputusan ditujukan untuk keputusan-
keputusan yang memerlukan penilaian atau atau pada keputusan keputusan
yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma. (Ritonga, 2013)
2.2 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Secara umum, menurut Brunelli (2015) AHP (Analytical Hierarchy
Process) adalah teori dan metodologi untuk pengukuran relatif. dalam
pengukuran relatif kita tidak tertarik dalam pengukuran yang tepat dari
beberapa kualitas, tetapi lebih pada proporsi antara mereka. Berdasarkan
prinsip dasar AHP, metode ini dapat mengakomodir seleksi penjurusan
siswa dengan pembuatan hierarki, penilaian masing-masing kriteria dan
alternatif, dan menentukan prioritas beserta konsistensi logis.
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model
pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model
pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau
multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. (Saragih, 2013)
Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih
suatu alternatif. Peralatan utama AHP adalah sebuah hierarki fungsional
dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hierarki
memungkinkan dipecahnnya masalah kompleks atau tidak terstruktur
dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki.
(Kusrini, 2007)
4
2.3 Langkah-langkah Analytical Hierarchy Process (AHP)
Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah pada metode
Analytical Hierarchy Process meliputi :
1. Mendefinisikan Masalah
Mendefinisikan dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu
menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Menyusun
hierarki adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran
sistem secara keseluruhan pada level teratas.
2. Menentukan Prioritas Elemen
a) Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah
menentukan perbandingan pasangan, yaitu membandingkan
elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.
b) Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan
bilangan untuk mempresentasikan kepentingan relatif dari
suatu elemen terhadap elemen lainnya.
3. Sintesis
Pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis
untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam
langkah ini adalah :
a) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom yang ada di dalam
matriks.
b) Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang
bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.
c) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya
dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4. Mengukur Konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui
seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan
keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah.
Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :
a) Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas
relatif elemen pertama, nilai kolom kedua pada prioritas relatif
elemen kedua, dan seterusnya.
b) Jumlahkan setiap baris.
5
c) Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas
relatif yang bersangkutan.
d) Jumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang
ada, hasilnya disebut maks.
5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus :
CI = ( maks-n)/n
CI = Consistency Index
1 0,00 7 1,32
2 0,00 8 1,41
3 0,58 9 1,45
4 0,90 10 1,49
5 1,12 11 1,51
6 1,24 12 1,58
6
3. Desain Dokumen dan Informasi
3.1 Desain Dokumen
Data dari dokumen-dokumen yang penulis gunakan sebagai bahan
sistem baru pengolahan seleksi penjurusan siswa di SMA NEGERI 1
SUKAGUMIWANG adalah sebagai berikut :
1. Data Nilai Akhir Semester.
2. Data nilai minat.
3. Data psikotes.
3.2 Desain Informasi
Untuk perancangan sistem seleksi penjurusan siswa yang yang baru
penulis membuat desain informasi sebagai berikut :
7
Gambar 3.2 Hirarki Proses Seleksi Penjurusan
Bobot
KRITERIA Minat Plj. Jurusan Psikotes Jumlah
Prioritas
Minat 0,55 0,57 0,5 1,62 0,54
Plj. Jurusan 0,27 0,29 0,33 0,89 0,30
Psikotes 0,18 0,14 0,17 0,49 0,16
JUMLAH 1 1 1 3 1
8
Nilai 0,55 dari baris Minat kolom Minat dihasilkan dari Tabel 4.1
nilai baris Minat kolom Minat dibagi jumlah dari kolom Minat. Nilai pada
kolom Bobot Prioritas dihasilkan dari pembagian nilai jumlah dengan
banyaknya kriteria. Selanjutnya adalah mengalikan nilai bobot prioritas
dari tiap kriteria dengan nilai pada Tabel 4.1, ini dilakukan untuk
mendapatkan nilai penjumlahan setiap baris.
Tabel 3.3 Penjumlahan Setiap Baris
JUMLAH 5,57
CI = ( maks n) / (n -1)
(Consistency Index) = (3,01118 3) / (3 1)
= 0,01118 / 2
= 0,00559
9
CR = CI / RI = 0,00559 / 0,58
= 0,00964
(Karena nilai CR (Consistency Ratio) < 0,1
maka nilai perbandingan konsisten dapat
diterima)
10
2. Saras
IPA = (Nilai Minat * Bobot prioritas) + (Rata-rata Mapel jurusan *
Bobot prioritas) + (Rata-rata Psikotes * Bobot prioritas)
= (75 * 0,54) + (80,22* 0,30) + (77,53 * 0,16)
= 76,96
IPS = (Nilai Minat * Bobot prioritas) + (Rata-rata Mapel jurusan *
Bobot prioritas) + (Rata-rata Psikotes * Bobot prioritas)
= (100 * 0,54) + (81,76 * 0,30) + (79,80 * 0,16)
= 91,29
Dari perhitungan diatas, nilai IPA < nilai IPS, sehingga siswa
bernama Saras di rekomendasikan untuk masuk ke penjurusan IPA.
3. Asep
IPA = (Nilai Minat * Bobot prioritas) + (Rata-rata Mapel jurusan *
Bobot prioritas) + (Rata-rata Psikotes * Bobot prioritas)
= (100 * 0,54) + (87,14 * 0,30) + (84,32 * 0,16)
= 93,62
IPS = (Nilai Minat * Bobot prioritas) + (Rata-rata Mapel jurusan *
Bobot prioritas) + (Rata-rata Psikotes * Bobot prioritas)
= (75 * 0,54) + (96,23 * 0,30) + (89,42 * 0,16)
= 83,65
Dari perhitungan diatas, nilai IPA > nilai IPS, sehingga siswa
bernama Asep di rekomendasikan untuk masuk ke penjurusan IPA.
4. Rizki
IPA = (Nilai Minat * Bobot prioritas) + (Rata-rata Mapel jurusan *
Bobot prioritas) + (Rata-rata Psikotes * Bobot prioritas)
= (75 * 0,54) + (97,40 * 0,30) + (92,14 * 0,16)
= 84,45
IPS = (Nilai Minat * Bobot prioritas) + (Rata-rata Mapel jurusan *
Bobot prioritas) + (Rata-rata Psikotes * Bobot prioritas)
= (100 * 0,54) + (84,09 * 0,30) + (70,25 * 0,16)
= 90,42
11
Dari perhitungan diatas, nilai IPA < nilai IPS, sehingga siswa
bernama Rizki di rekomendasikan untuk masuk ke penjurusan IPS.
5. Aisyah
IPA = (Nilai Minat * Bobot prioritas) + (Rata-rata Mapel jurusan *
Bobot prioritas) + (Rata-rata Psikotes * Bobot prioritas)
= (100 * 0,54) + (70,10 * 0,30) + (77,67 * 0,16)
= 87,49
IPS = (Nilai Minat * Bobot prioritas) + (Rata-rata Mapel jurusan *
Bobot prioritas) + (Rata-rata Psikotes * Bobot prioritas)
= 75 * 0,54) + (98,87 * 0,30) + (96,77 * 0,16)
= 85,64
Dari perhitungan diatas, nilai IPA > nilai IPS, sehingga siswa
bernama Aisyah di rekomendasikan untuk masuk ke penjurusan IPA.
Tabel 3.6 Tabel Hasil Akhir Penjurusan
Nilai Jurusan
Hasil Akhir
Nama
Penjurusan
IPA IPS
12
3.4 Desain Aliran Data
3.4.1 Diagram Konteks
13
2. Menu Utama
3. Form Siswa
14
4. Form Minat
15
6. Form Psikotes
16
8. Form Laporan
17
2. Mempersiapkan perangkat komputer yang dibutuhkan dalam sistem
seleksi penjurusan siswa, baik perangkat keras ataupun perangkat
lunak.
3. Dari penelitian dan analisis yang dilakukan oleh penulis, pembobotan
kriteria dalam penjurusan siswa sangat berpengaruh pada hasil
penjurusan yang diperoleh. Karena itu, sekolah juga harus mengkaji
kembali aturan pembobotan kriteria seperti apa yang nanti diterapkan
bersama dengan program ini. Tentunya aturan ini juga harus didasari
dengan tujuan pengembangan bakat dan minat yang dimiliki oleh
setiap siswa.
Daftar Pustaka
Nofriansyah, Dicky. (2014). Konsep Data Mining & Sistem Pendukung
Keputusan. Yogyakarta: Deepublish.
Brunelli. (2015). Introduction to the Analytical Hierarchy Process. New York:
Springer.
18