Anda di halaman 1dari 33

BAB II

BATUAN BEKU

2.1 DASAR TEORI

2.1.1 Pengertian Batuan Beku


Magma dapat mendingin dan membeku dibawah atau diatas permukaan
bumi. Bila membeku dibawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang
dinamakan batuan beku dalam atau batuan beku intrusif dan sering juga dikatakan
sebagai batuan beku plutonik. Sedangkan bila magma mencapai permukaan bumi
kemudian membeku terbentuklah batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif.
Batuan beku merupakan batuan yang membeku langsung dari proses pembekuan
magma, baik di bawah permukaan bumi sebagai sill atau dyke. Sedangkan magma
sendiri merupakan batuan cair yang kental dan pijar, bersuhu dan tekanan tinggi,
serta mengandung senyawa-senyawa silikat(Suhunya sekitar 60000C).
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang
terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari
magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi
batuan beku plutonik dan vulkanik.
Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya.
Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif
lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan
beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan
rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan
magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral
penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan
pondasi rumah), dan dacite.
Hal-hal yang mempengaruhi pembentukan batuan beku yakni, proses
diferensiasi magma, proses asimilasi magma dengan batuan sampingnya dan
proses fraksinasi magma. Batua beku bisa dikatakan sebagai batuan induk atau
sumber dimana berbagai jenis mineral terbentuk, dan ada juga batuan beku yang

II-1
mengandung mineral tunggal. Batuan beku beserta mineral kandungannya sangat
dibutuhkan didalam kehidupan manusia.
Permintaan public akan jenis batuan beku ini semakin meningkat sehingga perlu
adanya upaya eksplorasi lebih lanjut. Hal-hal yang mendukung proses eksplorasi
antara lain dengan mengetahui alam-alam yang pernah dialami batuan serta sifat-
sifat khas-nya.Mineral yang terkandung dalam batuan beku adalah:
1. Mineral utama : hasil kristalisasi langsung dari magma. Bila jumlahnya
>10% maka dapat menentukan nama batuan.
2. Mineral tambahan : hasil kristalisasi langsung dari magma tetapi
kehadirannya tidak mempengaruhi nama batuan.
3. Mineral sekunder : mineral yang terbntuk sebagai hasil pelapukan dan
ubahan dari mineral primer (mineral utama dan tambahan).

2.1.2 Mineral Penyusun Batuan Beku


Batuan beku merupakan batuan yang terjadi dai pembekuan larutan silica
cair dan pijar, yang kita kenal dengan nama magma. Karena tidak adanya
kesepakatan dari para ahli petrologi dalam mengklasifikasikan batuan beku
mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda-beda.
Perbedaan ini sangat berpengaruh dalam menggunakan klasifikasi pada berbagai
lapangan pekerjaan dan menurut kegunaannya masing-masing. Bila kita dapat
menggunakan klasifikasi yang tepat, maka kita akan mendapatkan hasil yang
memuaskan.
Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke
padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan
terbentuk kristal kristal mineral berukuran besar. Sedangkan bila energi
pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila
pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan
magma membeku menjadi gelas.
Mineral pembentuk batuan beku hampir selalu mengandung unsur
Silisium (Si) sehingga sering disebut bahan silikat alam. Mineral tersebut ada
yang tidak berbentuk (amorf) dan ada yang berbentuk kristal. Berdasarkan warna

II-2
dan komposisi kimia maka mineral/ kristal pembentuk batuan beku secara garis
besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Kelompok mineral terang atau felsic minerals, banyak mengandung
unsur aluminium (Al), kalsium (Ca), natrium (sodium; Na), kalium
(potassium; K) dan silisium (Si).

igiugughhvGRANODIOIRITE I RYOLITE
Gambar 2.1 Contoh batuan beku yang disusun oleh mineral felsic
b. Kelompok mineral gelap atau mafic minerals, mengandung banyak unsur
magnesium (Mg) dan besi (Fe).

G B
Gambar 2.2 Batuan beku yang disusun oleh mineral-mineral mafik a
b
Banyaknya unsur logam berat seperti halnya Mg dan Fe tersebut r
o
menyebabkan mineral menjadi berwarna gelap. Sebaliknya mineral terang lebih
dominan tersusun oleh logam ringan, seperti halnya Al, Ca, Na dan L.-K sehingga
warnanya menjadi lebih terang. Sesuai dengan reaksi Bowen (gambar 2.2),
mineral gelap terdiri dari olivin, piroksen, amfibol dan mika. Mineral terang pada
prinsipnya terdiri dari felspar, felspatoid dan kuarsa. Felspar dibagi lagi menjadi
plagioklas dan alkali felspar.Secara mikroskopis dan kimiawi plagioklas dibagi
lagi menjadi anortit, bitownit, labradorit, andesin, oligoklas dan albit.

II-3
Gambar 2.3 Reaksi Bowen

Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung


semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan
bahkan mungkin cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan
dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya
Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun
oleh Bowen.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk
dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut
jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan
Piroksan merupakan pasangan Incongruent Melting; dimana setelah
pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen.
Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan
temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam
temperatur yang rendah.
Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas,
karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah
mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat

II-4
pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu
menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit.
Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral
ini banyak tersebar pada batuan asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi
berubahnya komposisiPlagioklas ini merupakan deret : Solid Solution yang
merupakan reaksi kontinue, artinya kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika
reaksi setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah jenis
Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut Juga "Calcic Plagioklas", sedangkan
Albit adalah Plagioklas kaya Na ( "Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium
Feldspar ke mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral
Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau
mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah
mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.
Urutan kristalisasi mineral dalam bowen reaction series, tidak semata-
mata menunjukan successive crystallisasion, tetapi juga overlapping seperti
ditunjukan pada (gambar 2.3).
Dengan memperhartikan Bowen reaction series, diperoleh berbagai
kemungkinan himpunan mineral utama dalam batuan, diantaranya:
a. Kelompok batuan ultrabasa dan basa terdiri dari mineral
Olivin Olivin-piroksen
Olivin Plagioklas Olivin-Plagioklas-Piroksen
Piroksen Piroksen-Plagioklas
b. Kelompok batuan intermediet
Piroksen-Hornblende-Plagioklas
Hornblende-Plagioklas-Biotit-Kuarsa
c. Kelompok batuan asam
Hornblende-Biotit-Orthoklas-Plagioklas
Hornblende-Biotit-Muscovit-Plagioklas-Kuarsa
Biotit-Muscovit-Orthoklas, dan sebagainya

II-5
2.2 Deskripsi Batuan Beku
2.2.1 Jenis Batuan Beku
Batuan beku berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi batuan beku
intrusif (membeku dibawah permukaan bumi) dan batuan beku ekstrusif
(membeku dipermukaan bumi).
Disamping itu batuan beku juga dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Batuan beku volkanik.
Biasanya mempunyai ukuran kristal yang relative halus, karena membeku
dipermukaan atau dekat dengan permukaan bumi.
2. Batuan beku hipabisal.
Biasanya mempunyai kristal kristal yang berukuran sedang atau
percampuran antara kasar dan halus, karena membeku di dalam
permukaan bumi.
3. Batuan beku plutonik.
Biasanya mempunyai kristal kristal yang berukuran kasar, karena
membeku jauh di dalam permukaan bumi.
Kelompok diatas dapat dibedakan dengan melihat ukuran kristalnya.
Batuan beku volkanik dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu, batuan volkanik
instrusif, batuan beku ekstrusif (ekplosif) yang sering disebut dengan batuan
fragmental dan batuan volkanik ekstrusif (efusif), seperti aliran lava

2.2.2 Warna Batuan


Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral
penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma
pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
1. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam
yang tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfar
dan muskovit.
2. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku
intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama
banyak.

II-6
3. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku
basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.

2.2.3 Struktur Batuan Beku


Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi
batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan
perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan
beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan.
Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku.
1. Masif
Merupakan batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas. Atau
apabila pada batuan tidak menunjukan fragmen batuan lain yang tertanam
ditubuhnya.

Gambar 2.4 struktur massif

2. Pillo lava (lava bantal)


Merupakan struktur yang dinyatakan dalam batuan ekstrusi tertentu, yang
dicirikan oleh massa yang berbentuk bantaldimana ukuran dari bentuk ini
berdiametr 30 - 60 cm dan jaraknya berdekatan. Struktur ini memiliki ciri
khas pada batuan volkanik bawah laut.

Gambar 2.5 struktur pillo lava

II-7
3. Jointing
Merupakan batuan yang mempunyai retakan-retakan. Kenampakan ini
akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.

Gambar 2.6 struktur jointing


4. Vesikular
Sering dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas, sturktur ini dibagi lagi
menjadi 3 yaitu:
a. Skorian : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.

Gambar 2.7 struktur skorian

b. Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.

Gambar 2.8 struktur pumisan

II-8
c. Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun
lubang gas.
d. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral
sekunder.

Gambar 2.9 struktur amigdaloidal


5. Xenolith
Merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan
yang masuk dan tertanam didalam batuan beku. Struktur ini terbentuk akibat
adanya peleberan tidak sempurna dari suatu batuan samping didalam magma
yang menerobos.

Gambar 2.10 struktur xenolith


6. Autobreccia
Merupakan struktur yang memperlihatkan fragmen dari lava itu sendiri.

Gambar 2.11 struktur Autobreccia

II-9
2.2.4 Tekstur Batuan Beku
Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan
temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma
ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat
pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur
yang berbeda.
Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang
tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka mineral-
mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal tertentu
dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi pembekuan
dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-mineral
penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal tertentu, sehingga
terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang
terbentuk biasanya berukuran relatif kecil. Berdasarkan hal di atas tekstur batuan
beku dapat dibedakan berdasarkan :
2.2.4.1 Tingkat Atau Derajat Kristalisasi
Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses
pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung lambat maka akan
terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan fase
dari cair ke padat sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar.
Bila penurunan suhu relative cepat maka kristal yang di hasilkan kecil-kecil
dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat cepat maka
kristal tidak akan terbentuk karena tidak ada energi yang cukup untuk
penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga akan dihasilkan gelas.
Tingkat derajat kristalin dapat dibagi menjadi:
a. Holokristalin; bila seluruh batuan tersusun atas kristal kristal mineral.
b. Hypokristalin/hypohialin/merokristali; bila batuan beku terdiri dari
sebagian kristal dan sebagian gelas
c. Holohyalin; bila seluruh batuan tersusun oleh gelas.

II-10
2.2.4.2 Granularitas
Dalam batuan beku granulitas menyangkut derajat kesamaan ukran
butir dari kristal penyusun batuan.
Granulitas pada batuan beku non fragmental dapat di bagi menjadi
beberapa macam yaitu:
1. Equigranular.
Disebut equigranular apabila memiliki ukuran kristal yang seragam. Tekstur
equigranular di bagi menjadi :
a. Fanerik granular
Bila kristal mineral dapat dibedakan dengan mata telanjang dan
berukuran seragam.
Kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran :
a) Halus, apabila ukuran diameter rata-rata kristal individu @ 1
mm.
b) Sedang, apabila ukuran diameterkristal-kristal antara 1 mm 5
mm.
c) Kasar, apabila ukurannya berkisar antara 5 mm 30 mm.
d) Sangat kasar apabila ukurannya A 30 mm. Contohnya

Gambar 2.12 Tekstur Fanerik Granular


b. Afanitik.
Apabila ukuran kristal-kristal mineral sangat halus, sehingga tidak dapat
dibedakan dengan mata telanjang. Batuan yang bertekstur afanitik dapat
tersusun atas kristal, gelas atau keduanya. Selain itu dikenal pula istilah
Mikrokristalin dan Kriptokristalin. Disebut mikrokristalin apabila kristal
individu dapat dikenal/dilihat dengan menggunakan mikroskop,
sedangkan Kriptokristalin apabila tidak dapat dikenal dengan mikroskop.

II-11
Gambar 2.13 Tekstur Afanitik

Tabel 2.1. Kisaran ukuran butir


Ukuran butir Cox, Price, Harte W.T.G Heinric
Halus < 1 mm < 1 mm < 1 mm
Sedang 1 5 mm 1 5 mm 1 10 mm
Kasar >5 mm 5 30 mm 10 30 mm
Sangat kasar >30 mm >30 mm

Jika batuan beku mempunyai tekstur afanitik maka pemerian tekstur


tidak dapat di ketahui sehingga harus dihentikan
2. Inequigranular.
Disebut memiliki tekstur inequigranular apabila ukuran kristal
pembentuknya tidak seragam. Tekstur ini dibagi menjadi :
a. faneroporfiritik.
Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi kristal mineral
yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenal dengan mata
telanjang.

Gambar 2.14 Tekstur Faneroporfiritik

II-12
b. Pirfiroafanitik
Bila fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik.

Gambar 2.15 Tekstur Porfiroafanitik.


c. gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya
tersusun atas gelas.

2.2.4.3 Kemas
Kemas: meliputi bentuk butir dan susunan hubungan mineral didalam
suatu batuan beku.
1. Bentuk butir;
a) Euhedral, yaitu bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh bidang
bidang kristal yang jelas.
b) Subhedral, yaitu mineral tidak sempurna dan hanya sebagian saja
yang dibatasi bidang- bidang mineral.
c) Anhedral, yaitu bidang batas mineral didalam batuan beku tidak
jelas.
2. Hubungan antar butir;
a) Granular atau eguigranular, yaitu jika bataun beku memiliki ukuran
mineral yang seragam, terdiri dari: panidiomorfik granular (ukuran
mineral seragam dan berbentuk euhedral), hipidiomorfik granular
(ukuran mineral seragam dan berbentuk subhedral), allotriomorfik
granular (ukuran mineral seragam dan berbentuk anhedral).
b) Ineguigranular, yaitu ukuran kristal pembentuknya tidak seragam.
Terdiri dari: (faneroporfiritik) bila kristal mineral yang besar
(fenokris) dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar)

II-13
dan dapat dikenal dengan mata telanjang. (porfiroafanitik) bila
fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang afanitik.
c) Gelas (glassy), yaitu apa bila batuan semanya tersusun oleh gelas.
2.2.4.4 Tekstur Khusus
Tekstur khusus: menunjukan pertumbuhan bersama mineral mineral
yang berbeda dan jika ada massa dasar. Tekstur ini dibagi menjadi tekstur
diabastik, dan tekstur trakhitik.

Tabel 2.2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisi


Asam Intermediet Basa Ultrabasa
(Felsic) ( (Felsic=Mafic)
T (Mafic) (UltraMafic)
e
Fanerik Granit Diorite k Gabro Dunite
s
Afanitik Rhyolit Andesite t Basalt -
u
Glassy Obsidian r
B Basalt Glass -
Vesikuler Pumisan Scoria -

2.2.5 Komposisi Mineral


Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan
menjadi 4 yaitu:
1. Kelompok Granit Riolit
Berasal dari magma yang bersifat asam,terutama tersusun oleh
mineral- mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat
hornblende,biotit,muskovit dalam jumlah yang kecil.
2. Kelompok Diorit Andesit
Berasal dari magma yang bersifat intermediet,terutama tersusun
atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande, piroksen dan kuarsa
biotit,orthoklas dalam jumlah kecil
3. Kelompok Gabro Basalt
Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-
mineral olivine,plaglioklas Ca,piroksen dan hornblende.

II-14
4. Kelompok Ultra Basa
Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang mungkin
adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.
2.2.6 Identifikasi Mineral
Menurut W.T. Huang (1962), komposisi mineral pembentuk batuan
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok mineral, yaitu :
1. Mineral Utama (Essensial Minerals)
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan
kehadirannya sangat menentukan dalam penamaan batuan. Berdasarkan
warna, dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Mineral Felsik (mineral yang berwarna terang), Contohnya :
a) Kelompok Plagioklas (Anortit, Bitownit, Labradorit,
Andesin,Oligoklas, Albit).
b) Kelompoik Alkali Feldspar (Ortoklas, Mikroklin, Anortoklas,
Sanidin).
c) Kelompok Feldspatoid (Leusit, Nefelin, Sodalit).
Feldspar dibagi menjadi alkali feldspar dan plagioklas
b. Mineral Mafik (mineral yang berwarna gelap), Contohnya :
a) Olivin (Forsterite dan Fayalite)
b) Piroksen
Piroksen dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Orto Piroksen dan Klino
Piroksen. Yang termasuk ke dalam Orto Piroksen antara lain:
Enstatite, Hypersten. Yang termasuk ke dalam Klino Piroksen
antara lain: Diopsit, Augit, Pigeonit, Aigirin, Spodemen,
Jadeit.
c) Amfibol (Hornblende, Lamprobolit, Riebeckit, Glukofan).
d) Biotit.
2. Mineral Tambahan (Accessory Minerals)
Adalah mineral - mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma,
terdapat dalam jumlah yang sedikit (kurang dari 5 %).

II-15
Kehadirannya tidak menentukan nama batuan. Contoh dari mineral
tambahan ini antara lain: Zirkon, Rutil, Magnesit, Apatit, Hematit,
Garnet, Kromit, Pyrit, Sphen dan Zeolit.
3. Mineral Sekunder (Secondary Minerals)
Merupakan mineral - mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil
pelapukan, reaksi hidrothermal maupun hasil metamorfisme terhadap
mineral utama. Contoh dari mineral sekunder antara lain :
- Serpenti - Kalsit - Serisit - Kalkopirit
- Kaolin - Klorit - Pirit
4. Gelas atau Kaca
Adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf. Mineral
ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan hanya terjadi
pada batuan beku luar atau batuan gunung api, sehingga sering disebut
kaca gunung api (volcanic glass).
Dalam praktikum petrologi, pengamatan dan deskripsi mineral dilakukan
hanya menggunakan mata telanjang atau dengan bantuan loupe (kaca pembesar)
terhadap contoh setangan (hand speciement), oleh karena itu deskripsi yang
dihasilkan terbatas pada pengamatan megaskopis dan tidak semua kelompok
mineral tersebut diatas dapat dideskripsi secara megaskopis. Contoh: akan sulit
sekali untuk membedakan mineral antara anortit dengan bitownit secara
megaskopis.
Pengamatan dan daya ingat yang kuat dalam mengidintifkasi sifat khas
dari mineral mutlak diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimum.

II-16
Tabel 2.3. Pengenalan mineral dan sifatnya
Nama Bentuk dan Perawakan Belahan Keterangan/Sifat
Warna
Mineral mineral Khusus
Olivin Hijau Tidak teratur, membutir, Tak sempurna Kilap kaca
massif
Piroksen Hijau tua Prismatik pendek 2 arah saling Kilap kaca,
tegak lurus permukaan halus
Amfibol Hitam, coklat Prismatik panjang, 2 arah, Kilap arang
(Hornblende) menyerat, membutir membentuk sudut

Biotit Hitam, coklat Tabular, berlembar 2 arah Kilap kaca


(memika)
Alkali Merah jambu, Prismatik/tabular panjang, 2 arah Kilap kaca/ lemak
feldspar Putih masif, membutir

Plagioklas Putih susu, Prismatik/tabular panjang, 3 arah Kilap kaca/ lemak


abu abu masif, membutir
Muskovit Putih, Tabular, berlembar 1 arah Kilap kaca/ mutiara,
transparan (memika) sering terdapat dalam
granit pegmatite
Kuarsa Tidak berwarna, Tidak teratur, masif, Tidak ada Kilap kaca/ lemak
putih abu membutir
Kalsit Tidak berwarna, Rhombohedral, masif, Sempurna Membuih bila ditetesi
putih membutir HCl, kilap kaca
Klorit Hijau Berlembar (memika) Sempurna Umum pada batuan
metamorf
Serisit Tidak berwarna, Tabular, berlembar Sempurna Kilap kaca
putih

Asbes Putih Masa fibre asbestos, - Terutama tersusun atas


menyerat antopilit
Garnet Coklat merah Poligonal, membutir Tidak ada Kilap kaca/ mutiara

II-17
Halite Tak berwarna, Kubus, masif, membutir Sempurna Sebagai garam evaporit
putih, merah
Gypsum Tak berwarna, Memapan, membutir, Sempurna Lembar-lembar tipis
putih menyerat terjadi dari evaporit
2.2.7 Klasifikasi dan Penamaan Batuan Beku
Tabel 2.4 Klasifikasi batuan beku (ODunn & Sill, 1986)

Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama


yaitu berdasarkan genetic batuan, berdasarkan senyawa kimia yang
terkadung, dan berdasarkan susunan mineraloginya.
2.2.7.1 Berdasarkan Genetik
Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang
mengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuan
beku terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan
bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya
terdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin). Contoh :Granit,
Granodiorit, dan Gabro.

II-18
Gambar 2.16 foto contoh setangan Gabro
Tiga prinsip tipe batuan intrusi batuan beku berdasarkan
bentuk dasar geometrinya:
1) Bentuk yang tidak beraturan, umumnya berbentuk
diskordan dan biasanya memiliki bentuk yang jelas di
permukaan bumi, contohnya : batholite dan stock.
2) Bentuk tabular, mempunyai dua bentuk berbeda, yaitu
yang mempunyai bentuk diskordan disebut korok/dyke
(retas) dan yang berbentuk konkordan di antaranya adalah
siil dan Lacolith.
3) Relatif memiliki tubuh yang kecil yakni hanya pluton-
pluton yang kecil. Bentuk yang khas dari intrusi ini adalah
intrusi silinder atau pipa. Sebagian besar merupakan sisa
dari korok atau gunung api tua, biasanya disebut vulkanik
nek (teras gunung api).
Gambar berikut memberikan gambaran mengenai berbagai
jenis intrusi yang telah dijelaskan.

Gambar 2.17 Berbagai jenis intrusi

b. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa


gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat sehingga

II-19
batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan
bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk struktur
porfiritik. Contoh batuan ini dalah Granit porfir dan Diorit porfiri.
c. Batuan beku luar (ekstrusif) terbentuk di dekat permukaan bumi.
Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk
kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya Obsidian,
Riolit dan Batuapung.
2.2.7.2 Berdasarkan Senyawa kimia
Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan
menjadi:
a. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%.
Contohnya Dunit dan Peridotit.
b. Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52 %.
Contohnya Gabro, Basalt.
c. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52%-66
%. Contohnya Andesit dan Syenit.
d. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%.
Contohnya Granit, Riolit.
Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap
dibanding yang komposisinya asam.
2.2.7.3 Berdasarkan susunan mineralogi
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
mencrminkan sejarah pembentukan battuan dari pada atas dasar kimia.
Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi
pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan
keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti
bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik
menggambarkan pembkuan yang cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur
batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi
menjadi :
a. Batuan dalam

II-20
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun
batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.

b. Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c. Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d. Batuan lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan
atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa keluarga atau kelompok yaitu:
1) keluarga granit riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa,
alkali felsparnya melebihi plagioklas
2) keluarga granodiorit qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na
Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari
K Felspar
3) keluarga syenit trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau
foid tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi
Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir
4) keluarga monzonit latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau
foid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau
melebihi K-Felspar
5) keluarga syenit fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-
Felspar melebihi plagioklas
6) keluarga tonalit dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama
kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar
7) keluarga diorite andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-
Felspar, plagioklas melimpah
8) keluarga gabbro basalt: intermediet-mafik, mineral utama
plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar

II-21
9) keluarga gabbro basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral
utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa
melimpah ataupun tidak hadir
10) keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik
(ol,px,hbl), plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.
2.2.7.4 Berdasarkan indeks warna
a. Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%
b. Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%
c. Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%
d. Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%
2.2.7.5 Pembagian yang dipakai pada laboratorium petrologi
Pembagian yang digunakan pada laboratorium petrologi berdasarkan
pembagian dikemukakan oleh Huang ( 1962 ) yaitu berdasarkan
kandungan kuarsa bebas atau silika dan kemas batuan tersebut selain itu
dipertimbaangkan pula proporsi alkali felspar, plagioklas dan mineral
utama lainnya.
Beberapa hal yang perlu dicermati dalam pembagian menurut Huang (
1962 ) :
a. Nama batuan yang tertera pada lajur, menunjukkan jenis teksturnya (
termasuk jenis batuan vulkanik atau plutonik )
b. Jenis dan kelompok batuan dibatasi oleh kolom-kolom, dengan
kandungan mineral tertentu.
c. Quartz dividing line bagian kiri adalah batuan-batuan yang
mengandung kuarsa lebih dari 10 % sedangkan yang sebelah kanan
adalah batuan yang mengandung kuarsa < 10 % ( batuan intermediet
dan basa )
d. Orthoklas meliputi keseluruhan alkali felspar seperti sanidin, mikrolin,
anortoklas dan lainnya, sedangkan plagioklas dibedakan menjadi
plagioklas aam dan basa. Plagioklas asam umumnya relatif lebih cerah
dibandingkan dengan plagioklas basa, secara megaskopis sulit untuk
membedakannya. Untuk membedakannya dilihat presentase
kandungan mineral mafiknya.

II-22
e. Jika alkali felspar dan kuarsanya semakin bertambah dan plagiklsnya
semakin asam maka sebagian batuan beku dalam asam dinamakan
granit, sedangkan batuan beku luarnya adalah riolit. Didalam batuan
beku asam ini mineral mafik yang mungkin hadir dalam biotit,
muskovit dan kadang-kadang amfibol. Batuan beku dalam sangat asam
dimana alkali felspar lebih banyak daripada plagioklas adalah sienit,
sedangkan pegmatit hanya tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa.
Batuan beku yang tersusun oleh gelas saja disebut obsidian dan apabila
bertekstur perlapisan disebut Perlit.
f. Batuan beku dalam asam dinamakan diorit kuarsa atau granidiorit,
sedangkan batuan beku luarnya disebut diasit. Mineral penyusunnya
hampir mirip dengan diorit atau andesit, tetapi ditambahkan alkali
felspar dan kuarsa, sementara plagioklasnya secara berabgsur berubah
ke asam.
g. Batuan beku dalam mafik disebut gabro, terdiri dari olivin, piroksen
dan plagioklas basa. Sebagai batuan beku luar kelompok ini adalah
basal. Batuan beku dalam menengah disebut diorit. Trsusun oleh
piroksen, amfibol dan plagioklas menengah, sedangkan baatuan beku
luarnya dinamakn andesit. Antar andesit dan basal ada nama batuan
transisi yang disebut andesit basal ( basaltic andesit ).
h. Dunit tersusun seluruhnya oleh mineral olivin sedangkan piroksenit
oleh piroksen dan anortosit oleh plagioklas basa. Peridotit terdiri dari
mineral olivin dan piroksen, norit secara dominan terdiri dari piroksen
dan plagioklas basa. Batuan beku luar ultramafik umumnya bertekstur
gelas atau vitrofirik dan disebut pikrit.
Penamaan batuan beku sering ditambah aspek tekstur, struktur atau
komposisi mineral yang sanagt menonjol. Contoh andesit, porifiri, basal
vesikuler dan andesit piroksen. Penamaan nama batuan beku berdasarkan
komposisi mineral umumnya diberikan apabila presentase kehadirannya
minimal 10 % perkiraan presentase kehadiran mineral pembentuk batuan.

II-23
2.3 Batuan Piroklastik

Batuan piroklastika adalah suatu batuan yang berasal dari letusan


gunungapi, sehingga merupakan hasil pembatuan daripada bahan hamburan atau
pecahan magma yang dilontarkan dari dalam bumi ke permukaan. Itulah sebabnya
dinamakan sebagai piroklastika, yang berasal dari kata pyro berarti api (magma
yang dihamburkan ke permukaan hampir selalu membara, berpendar atau berapi),
dan clast artinya fragmen, pecahan atau klastika. Dengan demikian, pada
prinsipnya batuan piroklastika adalah batuan beku luar yang bertekstur
klastika. Hanya saja pada proses pengendapan, batuan piroklastika ini mengikuti
hukum-hukum di dalam proses pembentukan batuan sedimen. Misalnya diangkut
oleh angin atau air dan membentuk struktur-struktur sedimen, sehingga
kenampakan fisik secara keseluruhan batuannya seperti batuan sedimen. Pada
kenyataannya, setelah menjadi batuan, tidak selalu mudah untuk menyatakan
apakah batuan itu sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu letusan gunungapi
(sebagai endapan primer piroklastika), atau sudah mengalami pengerjaan kembali
(reworking) sehingga secara genetik dimasukkan sebagai endapan sekunder
piroklastika atau endapan epiklastika.
2.3.1 Genesa
Secara genetik batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi empat tipe
utama, yaitu:
a. Endapan Jatuhan Piroklastik (Piroclastic Fall Deposits)
Endapan piroklastik ini dihasilkan dari erupsi eksploasif yang
melemparkan material material vulkanik ke atmosfir dan jatuh di sekitar
erupsi.Bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat vulkanik langsung jatuh
ke darat melalui medium udara. Ciri yang nampak dari endapan ini adalah
berlapis baik, dan pada lapisannya akan memperlihatan struktur butiran
bersusun, dengan beberapa struktur yang pada strata sedimen, antara lain

II-24
kenempakan gradasi normal pada pumis maupun lithikfragments. Contoh
endapan ini adalah : Agglomerate, breksi, piroklastik, tuff dan lapili.
Jika bahan bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi yang
berada di darat maupun di bawah permukaan laut kemudian diendapakan
pada kondisi air yang tenang dan tidak mengalami reworking serta tidak
tercampur dengan bahan yang bukan piroklastik, maka jenis ini tidak
didapatkan struktur struktur sedimen internal dan komposisi seluruhnya
dalam bahan piroklastik. Bila dilihat paleoenvirontment, maka jenis ini
termasuk batuan sedimen dengan provenance piroklastik.
b. Endapan Aliran Piroklastik (Proclastic Flow Deposits)
Material hasil langsung dari pusat erupsi, kemudian teronggokan
disuatu tempat. Endapan ini dihasilkan dari hasil gerakan material
piroklastik kearah lateral berupa aliran gas atau material setengah padat
berkonsentrasi tinggi diatas permukaan tanah. Proses pengendapan
sepenuhnya dikontrol oleh topografi. Lembah dan depresi disekitar pusat
erupsi akan terisi oleh endapan tersebut. Ciri yang dijumpai antara lain
sortasi yang jelek dan jika ada perlapisan maka pada lithic fragments di
jumpai gradasi normal sedangkan pada pumis dijumpai gradasi yang
berlawanan (reverse granding). Hal ini disebabkan densitas yang lebih
rendah daripada mediannya (aliran gas atau padatan). Endapan ini meliputi
:glowing avalanche, lava collapse, hot ash avalanche. Aliran ini umumnya
berlangsung pada suhu tinggi antara 500o 600o C.
c. Piroclastic Surge Deposits
Piroclastic Surge Depositsadalah awan campuran dari bahan padat
dan gas (uap air) yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan
kecepatan tinggi secara turbulen diatas permukaan. Endapan ini cenderung
menyebar dan menyelimuti area disekitar pusat erupsi namun umumnya
lebih terkonsentrasi di lembah lembah dan daerah depresi. Struktur yang
mencirikan endapan ini antara lain : perlapisan silang siur, dune, antiidune,
laminasi planar, baji dan bergelombang.
d. Lahar

II-25
Pada suhu di atas 100o C material piroklastik cenderung tertransport
oleh media berfase gas.Jika media pembawa berupa air bersuhu rendah
maka terbentuk semacam aliran lumpur yang disebut lahar. Istilah lahar ini
berasal dari bahasa Indonesia yang kini digunakan secara internasional.
Sebagaimana halnya piroklastik, aliran lahar ini lebih terkonsentrasi
dilembah, alur dan tempat lain yang bertopografi rendah. Panjang aliran
lahar dapat mencapai 10 20 km, bahkan dibeberapa tempat diketahui
alirannya mencapai lebih dari 300 km dari sumbernya.
Ciri ciri umum endapan lahar yaitu tidak ada pemalihan, graded dan
reversebedding, tidak ada perlapisan, sering di jumpai adanya fragmen
kayu, lebih padat atau kompak dari endapan piroklastik aliran.
Cara terjadinya lahar :
1) Terbentuk langsung dari erupsi melalui danau kepundan atau disebut lahar
panas
2) Berasal dai endapan piroklaaastik aliran panas yang kemudian bercampur
dengan salju atau air menuju lereng gunung api.
2.3.2 Struktur Batuan Piroklastik
Struktur batuan piroklastik pada prinsipnya sama dengan struktur batuan
sedimen klastik, juga dapat dibagi pula seperti struktur pada batuan beku,
contoh: vesikuler, scoria, dan amigdaloidal.
2.3.3. Lithologi
Aspek litologi dapat dipakai untuk klasifikasi batuan piroklastik. Dasar
klasifikasi yang sering dipakai antara lain :
a. Ukuran Butir
Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan lepas (endapan)
dan setelah menjadi batuan piroklastik, penamaannya seperti pada tabel
berikut ini:
Tabel 2.5 Klasifikasi batuan piroklastik
Ukuran butir Nama butiran (klastika) Nama batuan
> 64 mm Erupsi gunung api Aglomerat
Blok/bongkah gunung api Breksi piroklastik
2 64 mm Lapili Batu lapili

II-26
1 2 mm Abu gunung api kasar (pasir Tuff kasar
kasar)
< 1 mm Abu gunung api halus Tuff halus

Bom gunung api adalah klastika batuan gunung api yang mempunyai
struktur-struktur pendinginannya pada saat magma dilontarkan dan
membeku secara cepat di udara atau air dan di permukaan bumi. Salah satu
struktur yang sangat khas adalah struktur kerak roti ( Bread crust structure ).
Bom ini pada umumnya mempunyai bentuk membulat, tetapi hal ini
sangat tergantung dari keenceran magma saat dilontarkan. Semakin encer
magma yang dilontrakan, maka material itu juga terpengaruh efek butiran
pada saat dilontarkan, sehingga bentuknya bervariasi. Selain itu, karena
adanya pengeluaran gas dari dalam material magmatik panas tersebut serta
pendinginan yang sangat cepat maka pada bom gunung api tersebut struktur
vesikuler serta tekstur gelasan dan kasar pada permukaannya.
Bom gunung api berstruktur vesikuler di dalamnya berserat kaca dan
sifatnya ringan disebut Batu Apung. Batu apung ( Pumice ) ini umumnya
berwarna putih terang atau kekuningan, tetapi ada juga yang merah daging
dan bahkan coklat sampai hitam. Batu gamping umumnya dihasilkan oleh
letusan besar atau kuat suatu gunung api dengan magma berkomposisi asam
hingga menengah, serta relatif kental. Bom gunung api yang juga
berstruktur vesikuler tetapi di dalamnya tidak terdapat serat kaca, bentuk
lubang melingkar, alips atau seperti rumah lebah yang disebut Skoria (
scoria ). Bom gunung api ini jenisnya merah, cokleat samapi hitam, sifatnya
lebih berat dari batu apung dan dihasilkan oleh letusan gunung berapi lemah
berkomposisi basa serta relatif encer.
Bom gunung api berwarna hitam, struktur masif, sangat khasbertekstur
gelasan, kilap kaca, permukaan halus, pecahan konkoidal ( seperti botol
pecah ), dinamakan Obsidian.
Blok atau bongkah gunung api dapat merupakan bom gunung api yang
bentuknya meruncing, permukaan halus gelasan sampai hipokristalin dan
tidak terlihat adanya struktur-struktur pendinginan.

II-27
Dengan demikian, blok dapat merupakan pecahan daripada bom
gunung api, yang hancur pada saat jatuh di permukaan tanah atau batu. Bom
dan blok gunung api yang berasal dari pendinginan magma secara langsung
tersebut disebut bahan magmatic primer, material esensial (juvenile ). Blok
juga dapat berasal dari pecahan batuan dinding ( batuan gunung api yang
terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan aksesori ), atau fragmen non-
gunung api yang ikut terlontar pada saat letusan (bahan aksidental).
Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuff dapat dibagi menjadi tuff
gelas, tuff kristal dan tuff litik, apabila komponen yang dominan masing-
masing berupa gelas atau kaca, kristal dan fragmen batuan. Tuff juga dapat
dibagi menjadi tuff basalt, tuff andesit, tuff dasit dan tuff riolit, sesuai
klasifikasi batuan beku. Apabila klastikya tersusun oleh fragmen batu apung
atau skoria dapat juga disebut tuff batu apung atau tuff skoria. Demikian
pula untuk aglomerate skoria, breksi batu apung, breksi skoria, batu lapilli,
batu apung, batu lapilli skoria.
b. Komposisi Fragmen Piroklastik
Komponen komponen dalam endapan piroklastik lebih mudah
dikenali daripada endapan muda, tak terlithifikasi atau sedikit lithifikasi.
Pada material piroklastik berukuran halus dan telah terlithifikasi, identifikasi
komposisi sulit dilakukan.
c. Tingkat dan Tipe Welding
Jika material piroklastik khususnya berbutir halus terdeposisi saat
masih panas, maka butiran-butiran itu seolah terreleaskan atau terpateri satu
sama lain. Peristiwa ini disebut welding.

2.3.4 Istilah Istilah:


1. Ash Flow (Tuff) Fragmental Flow
a. Breksi aliran piroklastik adalah bahan piroklastik yang tersusun atas
fragmen runcing runcing hasil endapan piroklastik (Fisher, 1960)
b. Ignimbrit adalah suatu batuan yang terbentuk dari aliran abu panas
(Mac Donald, 1972)

II-28
c. Welded tuff adalah endapan aliran abu panas yang terlepaskan
akibat deposisi pada saat masih panas.

Gambar 2.18 contoh aliran abu panas atau welded tuff

2. Ash Fall : yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami
pergerakan dari tempat semula diendapkan oleh proses jatuhan selama
belum mengalami pembatuan atau lithifikasi (Fisher, 1960).
a. Agglomerate ; diartikan sebagai batuan yang terbentuk dari hasil
konsolidasi material yang mengandung bom (tuff agglomerate
merupakan batuan yag kandungan bom sebanding atau lebih banyak
dari abu vulkanik)(Widiasmoro, 1970)

Gambar 2.19 bentuk agglomerate


b. Aglutinete ; merupakan hasil akumulasi fragmen fragmen pipih yang
terelaskan, berasal dari erupsi basaltik yang sangat encer (Tyrell,
1931)
c. Breksi piroklastik ; batuan yang mengandung blok lebih dari 50%
(Mac Donald, 1972 dan Fisher, 1958)
d. Tuff pyroclastic brecia; batuan yang mengandung ssebanding dengan
abu vulkanik atau bisa juga lebih dominan abu vulkanik (Norton, 1917
dan Mac Donald, 1972)

II-29
e. Lapilistone: batuan yang penyusun utamanya berukuranlapili yaitu 2
64 mm (Fisher, 1961)
f. Lapilituff ; batuan yang kandungan lapili da abu vulkanik sebanding
atau lebih dominan abu vulkanik (Fisher, 1961 dan Mac Donald,
1972)
g. Tuff ; batuan yang tersusun dari abu vulkanik
3. Nama batuan yang tidak berkaitan dengan genesanya, misalnya breksi
vulkanik adalah batuan yang terdiri dari penyusun utama fragmen
vulkanik yang runcing runcing, dengan matriks berukuran 2 mm
dengan bermacam macam komposisi dan tekstur (biasa berupa endapan
piroklastik, autoklastik dan lain - lain),(Fisher, 1958).
4. Breksi vulkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang
terkandung di lava atau akibat pergerakan lava yang sebelum mengalami
pembatuan.
a. Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi lava aliran akibat pemadatan
pada tepi kerak dan gerakan mengalir setelah pendinginan (Fisher,
1960, Wrigth dan Brown, 1963, Mac Donald, 1972)
b. Breksi letusan akibat letusa gas, yang terkandung di lava seehingga
terjadi fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku
5. Breksi vulkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil
fragmentasi, batuan yang telah ada sebelum mengalami pekerjaan proses
vulkanisme:
a. Breksi intrusi : yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang
diterobos magama dalam matriks batuan beku (Harker, 1908 dan
Bowes, 1960)
b. Explosion brecia : merupakan breksi hancuran batuan karena adanya
ledakan vulkanik yang terjadi di bawah permukaan (Wrigth dan
Bowes, 1960)
c. Tuffsite brecia : merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan
yang intrusi magma dengan tuff sebagai matriks yang mengandung
bekas aliran gas di dalamnya (Wrigth dan bowes, 1960)

II-30
6. Breksi vulkanik epiklastik
a. breksi laharik merupakan breksi yang dihasilkan dari aliran lumpur
pekat berupa pencampuran antara butiran vulkanik berukuran bergam
dengan batuan non vulkanik (Fisher, 1960)
b. batu pasir tuffan atau konglomerat tuffan merupakan batuan sedimen
epiklastik yang terngkut juga di dalamnya kompone piroklastik
misalnya pumis atau shard.
c. batu pasir atau konglomerat vulkanikmerupakan batuan epiklastik yang
tersusun dari fragmen fragmen yang berupa vulkanik yang telah
mengalami erosi dan pengangkutan yang kemudian diendapkan.

2.4 IDENTIFIKASI BATUAN BEKU


Untuk melakukan identifikasi batuan beku ada beberapa perbedaan antara
identifikasi yang dilakukan pada contoh setangan dengan identifikasi
singkapan dilapangan. Pada umumnya pengamatan singkapan dilapangan
diikuti pengamatan contoh setangan.
Selain itu ada juga perbedaan antara identifikasi batuan beku dalam
dengan batuan beku luar. Pada batuan beku luar identifikasi dititik beratkan
pada struktur dan hubungan antar komponen pembentuk batuan (bahan
bahan piroklastik) sedangkan dengan identifikasi batuan beku dalam lebih
dititik beratkan pada hubungan unit unit pembentuk batuan yaitu kristal
kristal mineral.

2.4.1 Petrogenesa Batuan Beku


Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh aspek
terbentuknya batuan mulai dari asal-usul atau sumber, proses primer
terbentuknya batuan hingga perubahan-perubahan (proses sekunder) pada
batuan tersebut.Untuk batuan beku, sebagai sumbernya adalah magma.

II-31
Proses primer menjelaskan rangkaian atau urutan kejadian dari
pembentukan berbagai jenis magma sampai dengan terbentuknya berbagai
macam batuan beku, termasuk lokasi pembekuannya. Setelah batuan beku itu
terbentuk, batuan itu kemudian terkena proses sekunder, antara lain berupa
oksidasi, pelapukan, ubahan hidrotermal, penggantian mineral (replacement),
dan malihan, sehingga sifat fisik maupun kimiawinya dapat berubah total dari
batuan semula atau primernya.
Sejarah terbentuknya batuan beku sebagian besar berlangsung lama (dalam
ukuran waktu geologi), dan umumnya terjadi di bawah permukaan bumi,
sehingga tidak dapat diamati langsung, maka analisis atau penjelasannya
bersifat interpretatif. Pembuktian mungkin dapat ditunjukkan berdasar hasil-
hasil eksperimen di laboratorium, sekalipun hanya pada batas-batas
tertentu.Analisis interpretatif tersebut tetap didasarkan pada data obyektif atau
deskriptif hasil pemerian yang meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi
mineral dan kenampakan khusus lainnya.
Dengan demikian studi petrogenesa pada prinsipnya untuk mencari
jawaban atau penjelasan terhadap pertanyaan Mengapa (Why) dan
Bagaimana (How) terhadap data perian batuan.Misalnya, mengapa batuan
beku luar bertekstur gelasan dan berstruktur vesikuler, sedang batuan beku
dalam bertekstur kristalin dan berstruktur masif. Mengapa basal berwarna
gelap sedang pegmatit berwarna cerah ? Bagaimana kejadiannya olivin dapat
muncul bersama kuarsa dan biotit di dalam satu batuan ? Bagaimana
terbentuknya andesit dari basal dan riolit ?
Berdasarkan pengetahuan teori dari kuliah mineralogi-kristalografi, kuliah
petrologi dan membaca buku literatur, diharapkan praktikan dapat
menjelaskan petrogenesa batuan peraga yang dijadikan bahan praktikum,
berdasarkan data pemberiannya.

II-32
Hasil Deskripsi Batuan Beku di Lab. Jurusan
T.Pertambangan

II-33

Anda mungkin juga menyukai