Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT

Di ajukan untuk

Memenuhi Tugas Mandiri

Guru Pembimbing : Tuty Suprapti S.Pd

Di susun Oleh :
Iwan
Nis : 1415.10.280
XI 4 MIPA
No : 23

SMA NEGERI 2 KOTA CIREBON


JL. Dr. Cipto Mangunkusumo No. 01 Kota Cirebon
2016
TITRASI ASAM LEMAH DENGAN BASA KUAT
I. Tujuan
Menentukan konsentrasi 3

II. Dasar Teori


Titrasi asam basa adalah suatu prosedur untuk menentukan kadar (pH) suatu larutan
asam/basa berdasarkan reaksi asam basa. Kadar larutan asam dapat ditentukan dengan
menggunakan larutan basa yang sudah diketahui kadarnya, dan sebaliknya kadar
larutan basa dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang sudah
diketahui kadarnya. Titrasi yang menyandarkan pada jumlah volum larutan disebut
titrasi volumetri. Pengukuran volum diusahakan setepat mungkin dengan
menggunakan alat-alat, seperti buret dan pipet volumetri.
Larutan yang akan dicari kadarnya dimasukkan ke dalam labu erlemeyer, sementara
larutan yang sudah diketahui kadarnya dimasukkan ke dalam buret. Sebelum memulai
titrasi, larutan yang akan dititrasi ditetesi larutan indikator. Jenis indikator yang
digunakan disesuaikan dengan titrasi yang dilakukan, misalnya Fenolftalein untuk
titrasi asam kuat oleh basa kuat.
Secara teknis, titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit larutan
penitrasi melalui buret, ke dalam larutan yang akan dititrasi dalam labu erlemeyer.
Penambahan dilakukan terus menerus sampai kedua larutan tepat habis bereaksi yang
ditandai dengan berubahnya warna indikator.
Kondisi pada saat terjadi perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi. Titik
akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat
larutan asam habis bereaksi dengan larutan basa. Pendekatan antara titik akhir titrasi
dan titik ekuivalen titrasi bergantung pada pH perubahan warna dari larutan indikator.
Jika perubahan warna indikator terletak pada pH titik ekuivalen, maka titik akhir
titrasi sama dengan titik ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna terjadi setelah
penambahan larutan penitrasi yang berlebih, maka titik akhir titrasi berbeda dengan
titik ekuivalen. Perbedaan antara titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen disebut
kesalahan titrasi. Besar kecilnya kesalahan titrasi ditentukan oleh pemilihan indikator.
Jika indikator yang digunakan tepat, maka kesalahan titrasinya kecil.
Dalam titrasi, ada saat dimana terjadi perubahan pH secara drastis. Kondisi ini terjadi
saat titrasi mendekati titik ekuivalen. Perubahan ini akan tetap terjadi meskipun
larutan penitrasi yang ditambahkan sangat sedikit. Titik ekuivalen dalam titrasi
berbeda-beda tergantung jenis titrasinya. Titrasi asam kuat oleh basa kuat dan
sebaliknya mempunyai titik ekuivalen pada pH 7. Titik ekuivalen titrasi asam lemah
oleh basa kuat terjadi pada pH basa, antara 8 dan 9. Sementara titik ekuivalen titrasi
basa lemah oleh asam kuat berada pada pH asam.
Konsentrasi larutan asam basa sering menggunakan satuan kemolaran (M), maka
rumusan itu dapat diubah. Konversi dari suatu kemolaran ke normalitasan adalah
mengalikan valensi (n) asam atau basa dengan kemolaran. Sebaliknya dari suatu
kenormalan ke satuan kemolaran adalah membagi kemolaran dengan valensi asam
atau basa. Konversi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dengan rumus :

VA . MA . nA = VB . MB . nB

Keterangan :

VA = Volume sebelum pengenceran

MA = Molaritas sebelum pengenceran

VB = Volume setelah pengenceran

MB = Molaritas setelah pengenceran

nA = Valensi asam

nB = Valensi basa (Keenan, 1991).

Analisis kimiawi menetapkan komposisi kuantitatif dan kualitatif suatu materi.


Konstituen-konstituen yang akan didereksi ataupun ditentukan jumlahnya adalah
unsur, rasikal, gugus fungsi, senyawaan atau fase. Analisis kimia menyangkut aspek
analisis yang lebih sempit. Analisis pada umumnya terdiri atas analisis kualitatif
dilakukan sebelum analisis kuantitatif. Tahapan penentuan analisis kuantitatif adalah
dengan usaha mendapatkan sampel, mengubahnya menjadi keadaan yang dapat
terukur, pengukuran konstituen yang dikehendaki, dan yang terakhir perhitungan dan
interprestasi data numerik (Khopkar, 1990).

Istilah analisis titrametri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan
dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat,
yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan
ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui tepat itu, disebut
larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume standar yang
digunakan dan hukum-hukum stokiometri yang diketahui. Dahulu digunakan orang
analisis volumetri, tetapi sekarang telah diganti dengan analisiss titrimetri, karena
yang terakhir ini dianggap lebih baik menyatakan proses titrasi, sedangkan yang
disebut terdahulu dapat dikacaukan dengan pengukuran-pengukuran volume, seperti
yang melibatkan gas-gas. Reagensia dengan konsentrasi yang diketahui itu disebut
titran, dan zat yang sedang dititrasi disebut titrat (Khopkar, 1990).

Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi
persyaratan berikut:

1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu
yang tidak terlalu lama.
2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat
kesetaraan yang pasti dalam reaktan.
3. Reaksi harus berlangsung secara sempurna.
4. Mempunyai massa ekuivalen yang besar (Sukmariah, 1990).
Untuk analisis titrimetri lebih mudah jika kita memahami sistem ekuivalen (larutan
normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekuivalen dari zat yang dititrasi = jumlah
ekuivalen zat penitrasi. Berat ekuivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya,
tergantung dari macam reaksinya. Volumetri dapat dibagi menjadi:

1. Asidi dan alkalimetri

2. Oksidimetri

3. Argentometri

Asidimetri adalah yang diketahui konsentrasi asamnya, sedangkan alkalimetri bila


yang diketahui adalah konsentrasi basanya. Titrasi asam basa ada lima. Empat
diantaranya adalah:

Titrasi asam dengan basa kuat


Diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat.

Misal: asam klorida dengan NaOH

HCl + NaOH NaCl + H2O

Titrasi asam lemah dan basa kuat


Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.

Misal : asam asetat dengan NaOH.

CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

Titrasi basa lemah dengan asam kuat


Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat.

Misal : NH4Cl dan HCl

NH4OH + HCl NH4Cl + H2O

Titrasi asam lemah dan basa lemah


Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah.

Misal : asam asetat dengan NH4OH

CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 + H2O (Sukmariah,


1990).

Peningkatan kadar logam berat dalam air laut akan diikuti peningkatan kadar logam
berat dalam biota laut yang pada gilirannya melalui rantai makanan akan
menimbulkan keracunan akut dan khronik, bahkan bersifat karsinogenik pada
manusia konsumen hasil laut (Keman, 1998). Penelitian yang telah dilakukan oleh
Pikir (1993) dengan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA) menyimpulkan bahwa
kerang yang berasal dari Pantai Kenjeran Suraba ya, mengandung logam berat
Cadmium (Cd) sebesar 1,22 ppm dan kerang dari Pantai Keputih Surabaya,
mengandung 1,09 ppm logam berat Cadmium. Penelitian lain yang dilakukan dengan
metode yang sama oleh Moesriati (1995) terhadap beberapa jenis ikan dan kerang di
Pantai Kenjeran Surabaya menyatakan bahwa kadar logam berat Cadmium dalam
daging kerang adalah 1,21 ppm (Sukmariah, 1990).

III. Alat dan Bahan


Erlenmeyer
Timbangan
Labu Ukur
Buret
Pipet
Larutan 3 10 mL
Larutan NaOH 0,1 M 250 mL
Aquades

IV. Prosedur Kerja

a. Pengenceran 3
1. Encerkan 3
2. Masukkan kedalam gelas ukur 10 ml
3. Pindahkan kedalam labu ukur 250 ml
4. Tambahkan aquades sampai batas 250 ml

b. Pembuatan NaOH 250 ml 0,1 M


1000
M = x

1000
0,1 = 40 x 250

gr = 1 gram

Siapkan NaOH serbuk, tumbuk hingga halus


Timbang NaOH yang sudah halus
Masukkan NaOH kedalam labu ukur 250 ml
Tambahkan aquades sampai batas 250 ml
Goyangkan larutan NaOH yang sudah dicampur dengan aquades hingga rata
c. Prosedur Percobaan
1. Masukkan 10 ml 3 yang telah diencerkan ke dalam erlenmeyer
menggunakan pipet.
2. Larutan 3 diteteskan PP 2 - 3 tetes
3. Masukkan larutan NaOH 0,1 M kedalam buret
4. Larutan 3 dititrasi dengan NaOH 0,1 M dengan menggunakan buret
sampai dengan titik ekuivalen dengan mengalami perubahan warna menjadi
pink.
5. Lakukan sampai 3 kali percobaan.

V. Pengamatan Data
Percobaan Volume 3 Volume NaOH Warna Indikator
1 10 ml 24,90 ml Merah Muda
2 10 ml 25,10 ml Merah Muda
3 10 ml 25 ml Merah Muda

VI. Pengolahan Data


24,90+25,10+25
Diketahui : Volume rata rata NaOH =
3
75
=
3

= 25
3 10 ml
Ditanyakan : M 3 ??
Jawab: 3 + NaOH 3 + 2
Ma.Va.a=Mb.Vb.b
M a . 10 ml . 1 = 0,1 . 25 ml . 1
2,5
M a= = 0,25
10

VII. Kesimpulan
Konsentrasi larutan 3 yang di titrasikan adalah 0,25 M
Daftar Pustaka

Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo.


Sudarmo, Unggul. 2007. Kimia XI. Surakarta: PHiBETA.

Anda mungkin juga menyukai