Lapsus Pneumonia
Lapsus Pneumonia
PENDAHULUAN
dan alveoli, pneumonia lobular melibatkan bagian dari lobus, dan pneumonia
yang memiliki paru-paru normal dan ketahanan tubuh yang cukup baik
keenam di seluruh dunia menurut laporan UNICEF dan WHO pada tahun
1992, 1995 dan 2001 didapatkan pneumonia sebagai urutan terbesar penyebab
kematian pada balita. Hasil ini juga sesuai dengan survey mortalitas terhadap
yaitu 15,5%.3
TINJAUAN PUSTAKA
berbentuk kerucut atau konus, terletak dalam rongga toraks dan di atas
(bagian atas paru) yang tumpul di kranial dan basis (dasar) yang melekuk
saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian hilus.2
lobus. Lobus pada paru-paru kanan adalah lobus superius, lobus medius, dan
lobus inferius dan medius dipisahkan fissura oblique. Lobus pada paru-paru
kiri adalah lobus superius dan lobus inferius yg dipisahkan oleh fissura
oblique. Pada paru-paru kiri ada bagian yang menonjol seperti lidah yang
bronchus segmentalis, biasanya 10 di kiri dan 8-9 yang kanan. Sejalan dgn
2.3 Epidemiologi
tidak hanya lebih sering didapatkan tetapi juga lebih berat dan banyak
menimbulkan kematian pada anak. Insiden puncak pada umur 1-5 tahun
banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi, dinegara tropis
2.4 Etiologi
berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien, dan keadaan klinis terjadinya
infeksi. 4
acquired pneumonia.4
terjadinya infeksi. 4
Ureaplasma urealyticum
Virus
Cytomegalovirus
Herpes simplex virus
Streptococcus Haemophillusinfluenza
1,2 and 3
Adenovirus
Streptococcus Haemophillus
Influenza virus
Parainfluenza virus
Rhinovirus
Adenovirus
Measles
Virus
Adenovirus
Influenza virus
Parainfluenza virus
Rhinovirus
Respiratory syncytial
virus
terjadinya infeksi.
Streptococcus pneumonia
Haemophilus influenzae
Moraxella catarrhalis
Staphylococcus aureus
Legionella pneumophila
Enterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas spp.
Mycoplasma pneumonia
Hospital-acquired pneumonia
Pseudomonas spp.
Pneumonia kronis
Nocardia
Actinomyces
2.5 Klasifikasi
a. Pneumonia primer yaitu radang paru yang menyerang pada orang yang
RSV). Selain itu juga bakteri pneumonia yang tidak khas (atypical)
Chlamydia.
(immunocompromised). 5
c. Pneumonia aspirasi
a. Pneumonia lobaris
Jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu
keganasan. 5
virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan
obstruksi bronkus. 5
c. Pneumonia interstisial
2.6 Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari
bayi sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang
karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan
paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan
oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada
pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system
1. Inokulasi langsung
melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya
terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung,
besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada
orang normal waktu tidur (50%) juga pada keadaan penurunan kesadaran,
yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-
paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru
(tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator
dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler
dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan
fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi
ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak. Stadium ini
yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah
yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di
alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan
leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.2
dicerna secara enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk.
Parenkim paru kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih
2.7 Diagnosis
nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau
Pada pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas , pada palpasi
halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi. 5
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif
lain:
pada atelektasis.
Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ;
Foto Thorax
sampai ke perifer.
Foto Thorax
Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri
3. Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial
CT Scan
kumur dengan akuades biasa, setelah itu pasien diminta inspirasi dalam
dan ditutup rapat. Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak boleh lebih
dari 4 jam). Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak, dapat dibantu
nebulisasi dengan NaCl 3%. Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk
pemeriksaan apusan langsung dan biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN >
antara lain batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu), nyeri
keringat malam, lemas, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan.3
Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax
proyeksi PA
B. Atelektasis
tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang
dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit. Sehingga akan tampak thorax
asimetris. 3
C. Efusi Pleura
membesar. Pada efusi pleura sebagian akan tampak meniscus sign (+) tanda
2.9 Penatalaksaan
alasan yaitu : 5
pneumonia.
1. Pemberian Antibiotik
Golongan Penisilin
TMP-SMZ
Makrolid
Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
Aminoglikosid
Tikarsilin, Piperasilin
Siprofloksasin, Levofloksasin
Vankomisin
Teikoplanin
Linezolid
Hemophilus influenzae
TMP-SMZ
Azitromisin
Fluorokuinolon respirasi
Legionella
Makrolid
Fluorokuinolon
Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
Doksisiklin
Makrolid
Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
Doksisikin
Makrolid
Fluorokuinolon
2x100mg
-Dapat M.catarrhalis
-S.aureus +makrolid
M.pneumoniae
-Virus - Sefalosporin
-H.influenzae generasi 4
-M.tuberculosis - Sefalosporin
kuinolon
bronkospasme.
dan napas dalam. Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk
bila terdapat pneumonia bilateral. Pemberian cairan pada pasien harus diatur
dengan baik, termasuk pada keadaan gangguan sirkulasi dan gagal ginjal.
prerenal.
pneumonia adalah:
c. Respiratory arrest.
9. Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup
perubahan obat suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan, hal ini
Perubahan ini dapat diberikan secara sequential (obat sama, potensi sama),
switch over (obat berbeda, potensi sama) dan step down (obat sama atau
berbeda, potensi lebih rendah). Pasien beralih dari intravena ke oral terapi
ketika hemodinamik sudah stabil dan perbaikan terbukti secara secara klinis,
normal. 5
2.10 Komplikasi
1. Efusi pleura dan empiema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada
intrahepatik.
3. Hipoksemia akibat gangguan difusi.
dari 4-6 minggu akibat kuman anaerob S. aureus, dan kuman Gram (-)
tetapi dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic
nekrotikans.
7. Gagal nafas
8. Sepsis 3
2.11 Prognosis
yang adekuat dan optimal. Perawatan yang baik dan intensif sangat
komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas (menurut PORT) yaitu kelas I
0,1% dan kelas II 0,6% dan rawat inap kelas III 2,8%, kelas IV 8,2% dan
Prognosis pada orang tua dan anak kurang baik, karena itu perlu
yaitu:
(<4.500->30.000)
BAB III
KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. Y
Umur : 43 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Anamnesa
dahak sejak 4 hari, batuk tidak disertai darah. Selain itu sesak juga
sebanyak 2x selama 1 hari SMRS. Selain itu nyeri ulu hati juga
Riwayat TB disangkal.
Riwayat psikososial:
sariawan (-)
bening (-).
konstipasi (-)
Saluran kencing : warna kuning, darah (-), nyeri pinggang (-), nyeri
Ekstrimitas : nyeri sendi (-), nyeri pada otot betis (-), nyeri
Status generalis
Tensi : 120/80
Nadi : 110x/menit
RR : 22x/menit
Temperature : 37,7 C
Thorax
Bentuk : simetris
Inspeksi
Palpasi
Nyeri - - - -
Perkusi
Nyeri ketok - - - -
menurun menurun
menurun menurun
menurun menurun
Ronkhi - + - +
- + - +
- + - +
Wheezing - - - -
- - - -
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Palpasi
Tidak dievaluasi
a. Pemeriksaan Labotarium
Hematokrit 30 36-48 %
Hitung Jenis
Limfosit 28 25-33 %
Monosit 5 2-5 %
Granulosit 87 42-74 %
Hitung Trombosit 585 150-450 x103/uL
b. X-Ray Thorax AP
atelektasis
c. Usg thorax
V. DIAGNOSIS KERJA
VI. PLANNING
26 Mei 2017
Dx:
2. X-ray thorax AP
3. USG thorax
Tx:
Infus RL 20 tpm
Po : levofloxacin 1x500 mg
Cek DL serial
VII. FOLLOW UP
27 Mei 2017
Depan Belakang
Rhonki - + - +
Wheezing - - - -
Terapi lanjut
28 Mei 2017
Rhonki - + - +
Wheezing - - - -
P: Terapi lanjut
29 Mei 2017
Depan Belakang
Rhonki - + - +
Wheezing - - - -
P: Terapi lanjut
30 Mei 2017
Rhonki - - - -
Wheezing - - - -
P: KRS
Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD
RSCM; 2007.
Soedarsono. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit
Paru FK UNAIR. Surabaya