Anda di halaman 1dari 114

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PERANCANGAN POSTUR KERJA PADA PEKERJA


BAGIAN PENCUCIAN DAN PENGGILINGAN KEDELAI
DENGAN PENDEKATAN RAPID ENTIRE BODY
ASSESSMENT (REBA) UNTUK MENGURANGI RESIKO
MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS)
(Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Desa Banyuputih, Salatiga)

Skripsi

SUPRIYANTO
I 0304072

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
2011to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERANCANGAN SIKAP KERJA PADA PEKERJA BAGIAN


PENCUCIAN DAN PENGGILINGAN KEDELAI DENGAN
PENDEKATAN RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)
UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL
DISORDERS (MSDS)
(Studi kasus: Industri kecil Pembuatan Tahu di Desa Banyuputih, Salatiga)

SKRIPSI
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

SUPRIYANTO
I 0304072

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
2011to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat
rahmat, taufik,dan hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan laporan tugas
akhir/ skripsi ini yang berjudul PERANCANGAN POSTUR KERJA PADA
PEKERJA BAGIAN PENCUCIAN DAN PENGGILINGAN KEDELAI DENGAN
PENDEKATAN RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) UNTUK
MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS) (Studi
Kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu Di Desa Banyuputih, Salatiga).
Penyusunan laporan tugas akhir/ skripsi ini diajukan sebagai suatu
kelengkapan dan persyaratan guna menempuh dan mencapai gelar sarjana Teknik
Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari
bahwa laporan tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Kusno Adi Sambowo, ST, Ph.D selaku Pembantu Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak DR. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dari awal penulisan sampai terselesainya
laporan ini.
4. Bapak Bambang Suhardi, ST, MT selaku pembimbing II yang telah sabar dan
ikhlas memberikan bimbingan sampai tersusunnya laporan tugas akhir ini.
5. Bapak Ilham Priadythama, ST, MT dan Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT selaku
Penguji I dan II atas segala koreksi serta masukan yang konstruktif.
6. Segenap staff dosen dan karyawan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang banyak membantu selama di bangku
kuliah.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7. Bapak Markiman selaku pemilik pabrik tahu, yang telah memberikan


kesempatan untuk melakukan penelitian pabriknya serta para pekerja di bagian
pencucian dan penggilingan kedelai.
8. Ibu, Ayah yang telah memberikan doa, kasih sayang dan dukungan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Kakak-kakaku tercinta, akhirnya adikmu ini lulus kuliah juga. Mengikuti jejak
kalian menyandang gelar sarjana.
10. Trio Maskentir: iska, koko, me. Akhirnya kita lulus juga, sungguh kenangan
yang tak terlupakan.
11. Mas ikhsan dan aa didin oke, atas segala kebersamaan dan petuah-petuahnya.
12. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis, semoga
amal usaha serta pengorbanannya mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
semua bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
Akhir kata penulis berharap, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Amien.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Supriyanto, NIM: I0304072. PERANCANGAN POSTUR KERJA PADA


PEKERJA BAGIAN PENCUCIAN DAN PENGGILINGAN KEDELAI DENGAN
PENDEKATAN RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) UNTUK
MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS) (Studi
Kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu Di Desa Banyuputih, Salatiga). Skripsi:
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Juli 2011.

Desa Banyuputih merupakan sentra industri kecil pembuatan tahu di Kota


Salatiga, salah satunya adalah milik Bapak Markiman. Proses produksi tahu dan
penanganan material di pabrik tersebut masih secara manual yaitu mengandalkan tenaga
manusia. Pada bagian pencucian dan penggilingan kedelai, dalam proses produksi para
pekerja sering melakukan aktivitas pengangkatan kedelai, membungkuk, dan memutar
dengan frekuensi pengulangan yang cukup tinggi. Selain itu, aktivitas kerja didominasi
postur kerja berdiri. Apabila posisi statis ini dipertahankan maka akan menimbulkan
keluhan seperti sakit pinggang, sakit leher, bahu, punggung, lengan, dan pergelangan
tangan yang biasa disebut dengan musculoskeletal disorders (MSDs). Tujuan penelitian
ini untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja MMH yang beresiko
Musculoskeletal Disorders (MSDs), kemudian merancang postur kerja perbaikan dengan
pendekatan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA).
Pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan, penyebaran kuesioner
Nordic Body Map dan wawancara untuk mengetahui keluhan sakit pekerja, serta
pengukuran denyut nadi pekerja untuk menghitung beban kerja para pekerja. Selain itu,
dilakukan penilaian postur kerja pekerja yang meliputi sikap leher, punggung, kaki,
lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan, berat beban kerja serta faktor
coupling atau pegangan tangan menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment
(REBA) dengan bantuan perangkat lunak ergoIntelligence . Hasil penelitian ini
diperoleh bahwa perhitungan beban kerja pekerja ditinjau dari denyut jantung maupun
konsumsi energi secara umum masuk kategori sedang sehingga diperlukan perbaikan agar
dapat mengurangi kelelahan pekerja saat bekerja dan mengurangi resiko cidera
musculoskeletal. Dari penilaian postur kerja, terdapat 4 postur kerja yang tergolong
pada kategori 3 dalam arti berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan
segera mungkin. Serta 2 postur kerja yang tergolong dalam kategori 4, yang berarti
sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga. Hal
tersebut dipengaruhi oleh postur tubuh yang tidak alamiah (membungkuk, menekuk, leher
menunduk/menekuk, lengan menjauhi badan),aktivitas berulang, penggunaan otot dan
penggunaan tenaga yang berlebihan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa postur kerja MMH pada pekerja
bagian pencucian dan penggilingan kedelai diperlukan adanya penyelidikan dan
perbaikan sesegera mungkin (mendesak). Saran yang dapat penulis berikan yaitu
mengadakan evaluasi kerja, memperbaiki metode, sistem dan cara kerja, memperhatikan
masalah penyebab ketidaknyamanan pekerja agar dapat bekerja dengan kinerja yang
tinggi.

Kata kunci : Postur Kerja, Manual Material Handling, REBA


Xii + 97 halaman: 43 tabel, 42 gambar, 18 lampiran
Daftar pustaka: 16, 1979-2009
commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Supriyanto, NIM: I0304072. THE WORK POSTURE DESIGN OF THE WORKER IN


SOYBEAN MILL AND WASHERY SUBDIVISION USING REBA APPROACH TO
DECREASE A MSDS RISK (Case Study: A Small Industry Of Tofu-Making In The
Banyuputih Village, Salatiga). T hesis: Industrial Engineering department, Faculty of
Engineering, Sebelas Maret University, 2011, July.

Banyuputih village is a small industrial center of tofu-making in the Salatiga city


which one of them is owned by Mr. Markiman. The tofu production process and material
handling of the factory are done manually by using manpower. In soybean mill and washery
subdivision, the workers often do spinning, bowing, and lifting soybean up in a high
repeating frequency. Besides, the work activity dominated by standing work position. If this
static position is kept in a long time, it will cause a complaint of wrist, arm, back, shoulder,
neck, and waist-ache which usually called by MSDs. This research aims to identify and to
evaluate the work body position of MMH which has a MSDs risk, so that the researcher
design a rehabilitative of work posture using REBA approach.
The collecting of data is done by using field study, Nordic body map questionnaire,
and interview to know some complaints of worker sickness. It is also done by measuring the
heartbeat to count the loan work of workers. Besides, it is held of work posture appraisal for
the workers which include the posture of wrist, forearm, arm, leg, back, and neck, also
coupling factor or hand holder using REBA method with Ergointelligence software
service.This research result is obtained that the count of the loan work for workers considered
of the heartbeat or energy consumtion basically include to medium category so it needs to be
rehabilitated in order to decrease of worker exhaustion when they work or an injury
musculoskeletal risk. From the appraisal of work posture, it is found that 4 work postures
categorized in category 3 whose meaning is in dangerous, needs to be rehabilitated
immediately. It is also found 2 work postures categorized in category 4 whose meaning is in
very dangerous at musculoskeletal system, needs to be rehabilitated here and now. Those are
influenced by improper posture (bowing, indenting, bending neck over, arm kept away from
the body), repeated activity, the over use of energy and muscles.
From the research, it can be conclude that MMH work posture of workers in soybean
mill and washery subdivision need to be surveyed and rehabilitated immediately
(emergency). The recommend given by the researcher is to make a working evaluation, to
rehabilitate the ways, system, method of working, to cares about uncomfortable case of
workers so that they can work with high motivation.

Key Words: work posture, manual material handling, REBA


xii + 97 pages: 43 tables, 42pictures, 18 appendices
Bibliograpy: 16, 1979-2009

commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR vi
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah I-1
1.2. Perumusan Masalah I-3
1.3. Tujuan Penelitian I-3
1.4. Manfaat Penelitian I-3
1.5. Batasan Masalah I-4
1.6. Sistematika Penulisan I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjaun Perusahaan II-1
2.1.1 Sejarah Perusahaan II-1
2.1.2 Proses Pembuatan Tahu II-1
2.2. Landasan Teori II-4
2.2.1 Pengertian Ergonomi II-4
2.2.2 Musculoskeletal Disorders (MSDs) II-6
2.2.3 Postur dan Pergerakan Kerja II-8
2.2.4 Beban Kerja II-9
2.2.5 Manual Material Handling II-13
2.2.6 Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material Handling II-15
2.2.7 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling II-20
2.2.8 Nordic Body Map II-21
2.2.9 Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) II-22
TM
2.2.10 Perangkat Lunak ErgoIntellegence II-31
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2.11 Perangkat Lunak HumanCad 1.2TM II-32


2.2.12 Penelitian Sebelumnya II-33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tahap Identifikasi Masalah III-2
3.2. Tahap Pengumpulan Data III-3
3.3. Tahap Pengolahan Data III-4
3.4. Tahap Analisis dan Intrepretasi Hasil III-8
3.5. Tahap Kesimpulan dan Saran III-8
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Pengumpulan Data IV-1
4.1.1 Kuesioner Nordic Body Map Pekerja IV-1
4.1.2 Data Denyut Nadi pekerja IV-2
4.1.3 Data Postur Kerja Pekerja IV-3
4.1.4 Berat Beban Pengangkutan Oleh Pekerja IV-7
4.2. Pengolahan Data IV-7
4.2.1. Penilaian Beban Kerja Fisik IV-7
4.2.2. Penilaian Postur Kerja IV-13
4.2.3. Rekapitulasi Hasil Penilaian Postur Kerja IV-28
4.2.4. Usulan Perbaikan IV-29
4.2.5. Evaluasi Usulan Perbaikan IV-35
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
5.1. Analisis Kondisi Awal V-1
5.2. Analisis Penilaian Beban Kerja V-2
5.3. Analisis Postur Kerja Awal V-4
5.4. Analisis Usulan Perbaikan V-5
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan VI-1
6.2. Saran VI-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi,


SuhuTubuh, dan Denyut Jantung II-11
Tabel 2.2 Tabel Klasifikasi Beban Kerja II-12
Tabel 2.3 Klasifikasi Berat Ringan Beban Kerja Berdasar % CVL II-13
Tabel 2.4 Skor Bagian Badan (Trunk) II-26
Tabel 2.5 Skor Bagian Leher (Neck) II-26
Tabel 2.6 Skor Bagian Kaki (Legs) II-27
Tabel 2.7 Skor Bagian Lengan Atas (Upper Arm) II-27
Tabel 2.8 Skor Bagian Lengan Bawah (Lower Arm) II-28
Tabel 2.9 Skor Bagian Tangan (Hand Wrist) II-28
Tabel 2.10 Tabel Perhitungan A II-29
Tabel 2.11 Tabel Beban Yang Diangkat II-29
Tabel 2.12 Tabel Perhitungan B II-29
Tabel 2.13 Coupling II-30
Tabel 2.14 Perhitungan Nilai Skor C II-30
Tabel 2.15 Nilai Aktivitas II-31
Tabel 2.16 Hasil Perhitungan REBA II-31
Tabel 4.1 Data Pekerja Bagian Pencucian dan Penggilingan Kedelai IV-1
Tabel 4.2 Data Hasil Nordic Body Map IV-2
Tabel 4.3 Data Waktu 10 Denyut Nadi Pekerja IV-2
Tabel 4.4 Berat Beban Pengangkatan IV-7
Tabel 4.5 Perhitungan Denyut Nadi Pekerja per Menit IV-8
Tabel 4.6 Rekapitulasi Denyut Nadi Pekerja IV-8
Tabel 4.7 Rekapitulasi % HR Reserve pekerja IV-9
Tabel 4.8 Rekapitulasi % CVL pekerja IV-10
Tabel 4.9 Rekapitulasi % HR Reserve dan % CVL pekerja IV-10
Tabel 4.10 Hasil Penilaian Metode Tak Langsung IV-10
Tabel 4.11 Rekapitulasi Penghitungan Konsumsi Energi IV-12
Tabel 4.12 Hasil Penilaian Metode Langsung IV-12
commit
Tabel 4.13 Penilaian Terhadap Postur 1-1to user IV-14

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.14 Penilaian Terhadap Postur 1-2 IV-15


Tabel 4.15 Penilaian Terhadap Postur 2-1 IV-17
Tabel 4.16 Penilaian Terhadap Postur 2-2 IV-18
Tabel 4.17 Penilaian Terhadap Postur 2-3 IV-19
Tabel 4.18 Penilaian Terhadap Postur 3-1 IV-21
Tabel 4.19 Penilaian Terhadap Postur 3-2 IV-22
Tabel 4.20 Penilaian Terhadap Postur 3-3 IV-23
Tabel 4.21 Penilaian Terhadap Postur 4-1 IV-25
Tabel 4.22 Penilaian Terhadap Postur 4-2 IV-26
Tabel 4.23 Penilaian Terhadap Postur 4-3 IV-27
Tabel 4.24 Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja IV-28
Tabel 5.1 Beban Kerja Dengan Metode Tak Langsung V-3
Tabel 5.2 Beban Kerja Dengan Metode Langsung V-3
Tabel 5.3 Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja V-4

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pembuatan Tahu II-2


Gambar 2.2 Flexion Dan Extension II-8
Gambar 2.3 Abduction Dan Adduction Pada (A) Telapak Tangan,(B) Bahu Dan
(C) Abduction Vertical II-9
Gambar 2.4 Posisi Rotation II-9
Gambar 2.5 Posisi Pada Lengan (a) Supination dan (b) Pronation II-9
Gambar 2.6 Kondisi Invertebratal Disk Bagian Lumbar Pada Saat Duduk II-17
Gambar 2.7 Mekanisme Rasa Nyeri Pada Posisi Membungkuk II-18
Gambar 2.8 Pengaruh Sikap Kerja Pengangkatan Yang Salah II-19
Gambar 2.9 Nordic Body Map II-22
Gambar 2.10 Cara Menetukan Sudut Bagian Tubuh II-25
Gambar 2.11 Kondisi Badan II-26
Gambar 2.12 Kondisi Leher II-26
Gambar 2.13 Kondisi Kaki II-27
Gambar 2.14 Kondisi Lengan Atas II-27
Gambar 2.15 Kondisi Lengan Bawah II-28
Gambar 2.16 Kondisi pergelangan Tangan II-28
Gambar 2.17 Tampilan Perangkat Lunak Ergointelligence Untuk Aplikasi
Perhitungan REBA II-32
Gambar 2.18 Tampilan Model Manusia/ Manequin Dalam Perangkat
Lunak Humancad II-33
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian III-1
Gambar 3.2 Cara Menetukan Sudut Bagian Tubuh III-4
Gambar 3.3 Tampilan Perangkat Lunak Ergointelligence Untuk Aplikasi
Perhitungan REBA III-6
Gambar 3.4 Tampilan Hasil Skor REBA III-7
Gambar 4.1 Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang IV-3
Gambar 4.2 Pengambilan dan Penuangan Air Untuk Pencucian
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kedelai Dalam Keranjang IV-4


Gambar 4.3 Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan IV-5
Gambar 4.4 Membawa Kedelai Setelah Digiling Ke Bagian Pemasakan IV-6
Gambar 4.5 Grafik Denyut Nadi Pekerja IV-11
Gambar 4.6 Coding Postures Pengambilan Kedelai Setelah Direndam
Kedalam Keranjang IV-13
Gambar 4.7 Coding Postures Pengambilan Dan Penuangan Air Untuk
Pencucian Kedelai Dalam Keranjang IV-16
Gambar 4.8 Coding Postures Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian
Penggilingan IV-20
Gambar 4.9 Coding Postures Membawa Kedelai Setelah Digiling Kebagian
Pemasakan IV-24
Gambar 4.10 Usulan Perbaikan Pengambilan Kedelai Setelah Direndam
Kedalam Keranjang IV-30
Gambar 4.11 Usulan Perbaikan Pengambilan Dan Penuangan Air Untuk
Pencucian Kedelai Dalam Keranjang IV-31
Gambar 4.12 Usulan Perbaikan Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke
Bagian Penggilingan IV-33
Gambar 4.13 Coding Postures Postur Kerja Usulan 1-1 Pengambilan Kedelai
Setelah Direndam Kedalam Keranjang IV-35
Gambar 4.14 Coding Postures Postur Kerja Usulan 1-2 Pengambilan Kedelai
Setelah Direndam Kedalam Keranjang IV-36
Gambar 4.15 Coding Postures Postur Kerja Usulan 2-1Pengambilan Dan
Penuangan Air Untuk Pencucian Kedelai Dalam Keranjang IV-37
Gambar 4.16 Coding Postures Postur Kerja Usulan 2-2 Pengambilan Dan
Penuangan Air Untuk Pencucian KedelaiDalam Keranjang IV-37
Gambar 4.17 Coding Postures Postur Kerja Usulan 3-1 Membawa Kedelai
Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan IV-38
Gambar 4.18 Coding Postures Postur Kerja Usulan 3-2 Membawa Kedelai
Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan IV-39

commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.19 Coding Postures Postur Kerja Usulan 4-1 Membawa Kedelai
Setelah Digiling Ke Bagian Pemasakan IV-40
Gambar 4.20 Coding Postures Postur Kerja Usulan 4-2 Membawa Kedelai
Setelah Digiling Ke Bagian Pemasakan IV-40

commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Manual material handling (MMH) adalah salah satu pekerjaan paling
penting yang sering dilakukan bahkan dalam dunia industri modern saat ini.
Bidang ini banyak diteliti karena MMH merupakan sumber utama terjadinya
cedera punggung. Terdapat beberapa masalah kesehatan yang dapat timbul dari
hasil penerapan ergonomi yang kurang tepat dan aktivitas MMH di industri, yang
semua dapat dirangkum kedalam musculoskeletal disorder (MSDs).
Keluhan MSDs adalah keluhan pada bagian otototot skeletal yang
dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit apabila
otot menerima beban statis secara berulang dan dalam kurun waktu yang lama,
maka dapat menyebabkan kerusakan pada otot, syaraf, tendon, persendian,
kartilago, dan discus intervertebralis (Tarwaka, 2004). Hasil studi Departemen
kesehatan RI tentang profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005
menunjukkan bahwa sekitar 40,5 % penyakit yang diderita pekerja berhubungan
dengan pekerjaannya. Menurut studi yang dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12
Kabupaten/ Kota di Indonesia menunjukkan gangguan kesehatan yang dialami
pekerja umumnya berupa penyakit musculoskeletal (16%), cardiovaskuler (8 %),
gangguan syaraf (6 %), dan gangguan THT (1,5 %).
Desa Banyuputih merupakan sentra industri kecil pembuatan tahu di Kota
Salatiga, salah satunya adalah milik Bapak Markiman. Proses produksi tahu dan
penanganan material di pabrik tersebut masih secara manual yaitu mengandalkan
tenaga manusia. Dimana pekerja melakukan aktivitas dari perendaman bahan
baku, pemasakan dan penyaringan, pencetakan dan pemotongan tahu dilakukan
secara manual dan membutuhkan waktu yang lama, bahkan pekerja didominasi
oleh sikap kerja berdiri.
Pada bagian pencucian dan penggilingan kedelai, dalam proses produksi
para pekerja sering melakukan aktivitas pengangkatan kedelai, membungkuk, dan
memutar dengan frekuensi pengulangan yang cukup tinggi. Pekerja melakukan
commit to user
aktivitas kerja selama 78 jam per hari. Pekerja melakukan aktivitas pengangkatan

I-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kedelai cair maupun kering dengan berat beban 1015 Kg. Proses pengangkatan
kedelai dilakukan dengan cara diangkat dengan kedua tangan dan tidak
menggunakan alat bantu. Hampir seluruh proses pembuatan tahu dilakukan
secara manual kecuali proses penggilingan yang menggunakan mesin.
Selain itu, aktivitas kerja didominasi postur kerja berdiri. Posisi berdiri
yang cukup lama akan memberikan tekanan pada saraf pembuluh darah dan otot-
otot pada kaki, sehingga sering merasakan kesemutan. Apabila posisi statis ini
dipertahankan maka akan menimbulkan keluhan pada sistem musculoskeletal
seperti sakit pinggang, sakit leher, bahu, punggung, lengan, dan pergelangan
tangan. Kondisi ini diperburuk dengan durasi kerja per hari yang cukup lama
apabila perusahaan mendapat pesanan melebihi target produksi per hari.
Perpindahan dari posisi berdiri ke membungkuk kemudian dari
membungkuk menuju posisi berdiri yang dikombinasikan dengan mengangkat
atau menurunkan beban akan menyebabkan resiko yang lebih besar untuk nyeri
pinggang atau cedera musculoskeletal. Gerakan menekuk pinggang dan
memperluas perubahan tubuh bagian atas dengan menyelaraskan bagian tulang
punggung dan perut dengan menggeser pusat keseimbangan memaksa tulang
belakang untuk mendukung kedua berat tubuh bagian atas dan berat yang sedang
diangkat atau diturunkan. Dari hasil wawancara dan pengisisan kuesioner body
map dengan pekerja dibagian ini, didapatkan keterangan bahwa pekerja seringkali
mengalami keluhan sakit nyeri selepas kerja terutama pada punggung (100%),
pinggang (100%), leher (100%), pergelangan tangan (100%), betis (66,7%), dan
paha (33,3%).
Mengingat aktivitas MMH mempunyai peranan yang penting di dalam
aktivitas produksi tahu milik Bapak Markiman, dimana tenaga kerja berperan
dominan dalam aktifitas pemindahan bahan secara manual. Sekiranya perlu
dilakukan penelitian untuk mengkaji resiko terjadinya musculoskeletal disorders
(MSDs), dengan mengidentifikasi dan menganalisis beban kerja dan postur kerja
pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai pada pabrik tahu milik Bapak
Markiman, di Desa Banyuputih, Kota Salatiga. Dimana selama ini belum pernah
dilakukan penelitian semacam ini ditempat yang dimaksud. Pengukuran beban
commitdenyut
kerja dilakukan dengan cara mengukur to usernadi pekerja, sedangkan penilaian

I-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

postur kerja menggunakan pendekatan metode Rapid Entire Body Assessment


(REBA) dikarenakan seluruh proses kerja dilakukan dalam posisi tubuh pekerja
yang berdiri sehingga diperlukan penilaian seluruh tubuh (Whole body). Metode
ini memiliki sistem skoring yang relatif mudah, pedoman penilaian yang jelas,
dan dapat diaplikasikan dengan mudah.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana merancang postur kerja pada pekerja bagian
pencucian dan penggilingan kedelai dengan pendekatan metode Rapid Entire
Body Assesment (REBA) untuk mengurangi resiko terjadinya musculoskeletal
disorders (MSDs).

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui beban kerja dan postur kerja yang beresiko musculoskeletal
disorders (MSDs), tingkat resiko (risk level) masing-masing proses kerja,
dan tingkat tindakan (action level) yang diperlukan dengan metode REBA
(Rapid Entire Body Assessment).
2. Memberikan usulan perbaikan postur kerja yang baik dan penggunaan alat
bantu untuk mengurangai potensi cidera MSDs berdasarkan pendekatan
metode Rapid Entire Body Assessment (REBA).

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagi input atau masukan
pekerja untuk menentukan postur kerja yang aman pada aktivitas manual
material handling sehingga dapat meminimalkan keluhan musculoskeletal
disorders (MSDs) serta meningkatkan kenyamanan pekerja.
2. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat dijadikan informasi bagi
perusahaan tentang sikap kerja yang beresiko cidera pada bagian
musculoskeletal. Kemudian dapat dijadikan pertimbangan oleh perusahaan
commit to user

I-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

untuk melakukan perbaikan pada postur kerja MMH yang salah sehingga
melindungi pekerja dari cidera musculoskeletal.

1.5 BATASAN MASALAH


Dalam pembahasan masalah agar lebih terarah pada sasaran, batasan
masalahnya adalah:
1. Variabel pengamatan adalah postur kerja yang meliputi sikap leher,
punggung, kaki, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan, berat
beban kerja serta faktor coupling atau pegangan tangan berdasarkan
klasifikasi postur kerja REBA dengan bantuan perangkat lunak
ergoIntelligence.
2. Postur kerja yang diamati adalah sikap kerja pada aktivitas proses
Pencucian dan penggilingan kedelai.

1.6 ASUMSI PENELITIAN


Asumsi penelitian diperlukan untuk menyederhanakan permasalahan yang
diteliti. Adapun asumsi yang digunakan adalah:
1. Kondisi lingkungan kerja yaitu pencahayaan, kebisingan, suhu, dan
kelembaban udara diasumsikan normal, dalam arti tidak menimbulkan
gangguan yang berarti.
2. Pekerja bekerja secara wajar, sudah terlatih, dan tidak memerlukan
penyesuaian dalam bekerja

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN


Laporan tugas akhir ini merupakan dokumentasi pelaksanaan dan hasil
penelitian, adapun sistematika laporan tugas akhir sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,
dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk
menjelaskan latar belakang penelitian yang dilakukan sehingga
dapat memberikan manfaat sesuai dengan tujuan penelitian dengan
batasan-batasan yang digunakan.
commit to user

I-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisi tentang konsep dan teori yang relevan dengan tema yang
diangkat untuk mendukung dalam penelitian. Teori-teori yang
berkenaan dan mendukung untuk menganalisa dengan metode
REBA baik itu yang bersumber dari buku maupun dari internet.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan uraian-uraian tahapan yang dilakukan dalam
melakukan penelitian mulai dari identifikasi masalah hingga
penarikan kesimpulan.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi hasil penelitian dan pengolahan data dengan metode yang
telah ditentukan. Pengolahan data dan analisis hasil penelitian
dengan metode REBA untuk memperoleh penyelesaian masalah
yang ada.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil terhadap
pengumpulan dan pengolahan data sehingga didapatkan
penyelesaian masalah yang ada.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan
kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya berupa
pembahasan kesimpulan hasil yang diperoleh dan memberikan
saran perbaikan yang dilakukan untuk penelitian selanjutnya.

commit to user

I-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TINJAUAN PERUSAHAAN


2.1.1 Sejarah Perusahaan
Pabrik tahu milik Bapak Markiman terletak di Desa Banyuputih, Kota
Salatiga. Berdiri sejak tahun 1987 yang diawali dengan usaha kecil, dengan
karyawan hanya 4 orang dan kapasitas produksi 150 kg. Mengalami pasang surut
ketika terjadi krisis moneter di Indonesia, hingga saat ini memiliki 10 pekerja
yang terbagi ke beberapa bagian yaitu: 3 orang bagian pencucian dan
penggilingan kedelai, 4 orang bagian pemasakan, 1 orang bagian pemotongan, dan
2 orang bagian penggorengan.
Pekerja bekerja sejak pukul 07.00 14.00 WIB. Dalam sehari mengolah
kurang lebih 500 kg kedelai menjadi tahu. Tahu yang diproduksi dijual di Pasar
Salatiga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tahu warga Kota Salatiga.

2.1.2 Proses Pembuatan Tahu


Pada umumnya tahu dibuat oleh para pengrajin atau industri rumah tangga
dengan peralatan dan teknologi yang sederhana. Urutan proses atau cara
pembuatan tahu pada semua industri kecil tahu pada umumnya hampir sama dan
kalaupun ada perbedaan hanya pada urutan kerja atau jenis zat penggumpal
protein yang digunakan.
Pemilihan (penyortiran) bahan baku kedelai merupakan pekerjaan paling
awal dalam pembuatan tahu. Kedelai yang baik adalah kedelai yang baru atau
belum tersimpan lama digudang. Kedelai yang baru dapat menghasilkan tahu yang
baik (aroma dan bentuk). Untuk mendapatkan tahu yang mempunyai kualitas yang
baik, diperlukan bahan baku biji kedelai yang sudah tua, kulit biji tidak keriput,
biji kedelai tidak retak dan bebas dari sisa-sisa tanaman, batu kerikil, tanah, atau
biji-bijian lain. Kedelai yang digunakan biasanya berwarna kuning, putih, atau
hijau dan jarang menggunakan jenis kedelai yang berwarna hitam. Tujuan dari
penyortiran ini adalah agar kualitas tahu tetap terjaga dengan baik.

commit to user

II-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Proses produksi tahu secara rinci dapat dilihat pada diagram alir proses
produksi tahu berikut ini:

Gambar 2.1 Proses Pembuatan Tahu


(Sumber : Kaswinarni, 2007)

Proses yang kedua adalah perendaman. Pada proses ini kedelai direndam
dalam bak atau ember yang berisi air selama 33-12
12 jam. Tujuan dari perendama
ini adalah untuk membuat kedelai menjadi lunak dan kulitnya mudah dikelupas.
Setelah
elah direndam, kemudian dilakukan pengupasan kulit kedelai dengan jalan
meremas-remas
remas dalam air, kemudian dikuliti. Setelah direndam dan dikuliti
kemudian dicuci. Pencucian sedapat mungkin dilakukan dengan alir yang
mengalir. Tujuan pencucian ini adalah un
untuk
tuk menghilangkan kotoran yang
melekat maupun tercampur dalam kedelai.
Setelah kedelai direndam dan dicuci bersih, selanjutnya dilakukan
penggilingan. Proses penggilingan dilakukan dengan mesin, karena penggunaan
mesin akan memperhalus hasil gilingan kedelai. Pada saat penggilingan diberi air
commit to user
mengalir agar bubur kedelai terdorong keluar. Hasil dari proses penggilingan

II-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berupa bubur kedelai. Bubur kedelai yang sudah terdorong keluar kemudian
ditampung dalam ember. Pada proses pencucian dan perendaman kedelai ini
menggunakan banyak sekali air sehingga limbah cair yang dihasilkan akan banyak
pula. Tetapi sifat limbah ini belum mempunyai kadar pencemaran yang tinggi.
Proses selanjutnya adalah perebusan bubur kedelai dengan tujuan untuk
meng-inaktifkan zat antinutrisi kedelai yaitu tripsin inhibitor dan sekaligus
meningkatkan nilai cerna, mempermudah ekstraksi atau penggilingan dan
penggumpalan protein serta menambah keawatan produk. Bubur kedelai yang
telah terbentuk kemudian diberi air, selanjutnya dididihkan dalam tungku
pemasakan. Setelah mendidih sampai 5 (lima) menit kemudian dilakukan
penyaringan. Dalam keadaan panas cairan bahan baku tahu (bubur kedelai yang
sudah direbus) kemudian disaring dengan kain blaco atau kain mori kasar sambil
dibilas dengan air hangat, sehingga susu kedelai dapat terekstrak keluar semua.
Proses ini menghasilkan limbah padat yang disebut dengan ampas tahu. Ampas
padat ini mempunyai sifat yang cepat basi dan busuk bila tidak cepat diolah
sehingga perlu ditempatkan secara terpisah atau agak jauh dari proses pembuatan
tahu agar tahu tidak terkontaminasi dengan barang yang kotor. Filtrat cair hasil
penyaringan yang diperoleh kemudian ditampung dalam bak. Kemudian filtrat
yang masih dalam keadaan hangat secara pelan-pelan diaduk sambil diberi asam
(catu). Pemberian asam ini dihentikan apabila sudah terlihat penggumpalan.
Selanjutnya dilakukan penyaringan kembali. Proses penggumpalan juga
menghasilkan limbah cair yang banyak dan sifat limbahnya sudah mempunyai
kadar pencemaran yang tinggi karena sudah mengandung asam.
Untuk menggumpalkan tahu bisa digunakan bahan-bahan seperti batu tahu
(sioko) atau CaSO4 yaitu batu gips yang sudah dibakar dan ditumbuk halus
menjadi tepung, asam cuka 90%, biang atau kecutan dan sari jeruk. Biang atau
kecutan yaitu sisa cairan setelah tahap pengendapan protein atau sisa cairan dari
pemisahan gumpalan tahu yang telah dibiarkan selama satu malam.
Tahap selanjutnya yaitu pencetakan dan pengepresan. Proses ini dilakukan
dengan cara cairan bening diatas gumpalan tahu dibuang sebagian dan sisanya
untuk air asam. Gumpalan tahu kemudian diambil dan dituangkan ke dalam
cetakan yang sudah tersedia dancommit
dialasitodengan
user kain dan diisi sampai penuh.

II-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Cetakan yang digunakan biasanya berupa cetakan dari kayu berbentuk segi empat
yang dilubangi kecil-kecil supaya air dapat keluar. Selanjutnya kain ditutupkan ke
seluruh gumpalan tahu dan dipres. Semakin berat benda yang digunakan untuk
mengepres semakin keras tahu yang dihasilkan. Alat pemberat/pres biasanya
mempunyai berat 3,5 kg dan lama pengepresan biasanya 1 menit, sampai
airnya keluar.
Setelah dirasa cukup dingin, kemudian tahu dipotong-potong sesuai
dengan keinginan konsumen dipasar. Tahu yang sudah dipotong-potong tersebut
kemudian dipasarkan. Dalam pembuatan tahu biasanya pengrajin menambahkan
bahan tambahan atau bahan pembantu antara lain yaitu batu tahu (batu gips yang
sudah dibakar dan ditumbuk halus menjadi tepung), asam cuka 90%,
biang/kecutan, yaitu sisa cairan setelah tahap pengendapan protein atau sisa cairan
dari pemisahan gumpalan tahu yang telah dibiarkan selama satu malam, kunyit
yang digunakan untuk memberikan warna kuning pada tahu, garam yang
digunakan untuk memberikan rasa sedikit asin ke dalam tahu.

2.2 LANDASAN TEORI


2.2.1 Pengertian Ergonomi
Manusia berusaha beradaptasi menurut situasi dan kondisi lingkungan. Hal
ini terlihat dengan perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai. Oleh
karena itu, berkembang disiplin keilmuan yang berkaitan dengan perancangan alat
dan fasilitas kerja yang memperhatikan aspek manusia sebagai pemakai, yang
kemudian dikenal dengan Ergonomi.
Istilah ergonomi atau biasa pula dikenal dengan human factors mulai
dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah
bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu
Ergos (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefisinisikan sebagai studi
tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain perancangan.
Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia di tempat kerja. (Nurmianto, 2003).
Menurut Sutalaksana (1979), untuk menciptakan hasil yang optimal dalam
commit to user
penerapan ergonomi diperlukan informasi yang lengkap mengenai kemampuan

II-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

manusia dengan segala keterbatasanya. Salah satu usaha untuk mendapatkan


informasi-informasi ini, telah dilakukan penyelidikan. Penyelidikan tersebut
dilakukan menurut empat kelompok besar, yaitu :
a. Penyelidikan tentang display.
Yang dimaksud penyelidikan tentang display adalah bagian lingkungan
yang mengkomunikasikan keadaanya kepada manusia. Sebagai contoh, jika ingin
mengetahui berapa kecepatan sepeda motor yang sedang dikemudikan, maka
dengan melihat jarum speedometer tersebut kita akan mengetahui kecepatan
sepeda motor.
b. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalianya.
Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja
dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut. Dimana
penyelidikan ini banyak berhubungan dengan Biomekanika.
c. Penyelidikan mengenai tempat kerja.
Agar didapat tempat kerja yang baik, yaitu sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia, maka ukuran tempat kerja tersebut harus sesuai dengan
dimensi tubuh manusia. Hal ini berkaitan dengan ergonomic anthropometri
d. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah meliputi ruangan dan
fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan
kerja, yang keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.
Ergonomi secara terperinci akan terfokus pada manusia dan interaksi
manusia dengan produk, peralatan, prosedur, dan kondisi lingkungan yang
digunakan dalam kondisi lingkungan pekerjaan sehari-hari. Penekanan pada
manusia ini bertentangan dengan teknik yang lebih mempertimbangkan faktor-
faktor teknis. Ergonomi berusaha untuk mengubah atau menyempurnakan hal-hal
yang digunakan dari lingkungan untuk menyesuaikan dengan kemampuan,
batasan dan kebutuhan manusia. Analisis dan penelitian ergonomi meliputi hal-hal
yang berkaitan dengan:
1. Anatomi (struktur), fisiologi dan antropometri (ukuran) tubuh manusia.
2. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang
commit to user
berperan dalam tingkah laku manusia.

II-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2.2 Musculoskeletal Disorders (MSDs)


Pekerjaan penanganan material secara manual (Manual Material
Handling) yang terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan
membawa merupakan sumber utama komplain karyawan di industri (Ayoub &
Dempsey, 1999, dalam albugis, 2009). Pengertian pemindahan beban secara
manual, menurut American Material Handling Society bahwa material handling
dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling),
pemindahan (moving), pengepakan (packaging), penyimpanan (storing), dan
pengawasan (controlling) dari material dengan segala bentuknya
(Wignjosoebroto, 2003).
Aktivitas manual material handling (MMH) yang tidak tepat dapat
menimbulkan kerugian bahkan kecelakaan pada karyawan. Akibat yang
ditimbulkan dari aktivitas MMH yang tidak benar salah satunya adalah keluhan
muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian
otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan
sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam
jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada
sendi, ligamen dan tendon. Keluhan inilah yang biasanya di sebut sebagai
musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal
(Grandjean, 1993). Tingginya tingkat cidera atau kecelakaan kerja selain
merugikan secara langsung yaitu sakit yang diderita oleh pekerja, kecelakaan
tersebut juga akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yaitu berupa
penurunan produktivitas perusahaan, baik melalui beban biaya pengobatan yang
cukup tinggi dan juga ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas
kerja.
Musculoskeletal Disorders (dapat juga disebut sebagai Repetitive Motion
Injuries atau Cumulative Trauma Disorders) adalah cidera pada sistem kerangka
otot yang semakin bertambah secara bertahap sebagai akibat dari trauma kecil
yang terus menerus yang disebabkan oleh desain yang buruk yaitu desain alat
sistem kerja yang membutuhkan gerakan tubuh dalam posisi yang tidak normal
serta penggunaan perkakas handtools atau alat lainnya yang terlalu sering.
commit to user

II-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal yaitu
(Peter, 2000):
a. Peregangan otot yang berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang
diperlukan melampui kekuatan otot optimum. Apabila hal serupa sering
dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan
dapat mnyebabkan terjadinya cidera otot skeletal.
b. Aktivitas berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus sperti
pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut-angkut dan sebagainya.
Keluhan ini terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara
terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relasasi.
c. Sikap kerja yang tidak alamiah
Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi possisi alaamiah, misalnya pergerakan
tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan
sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka
semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak
alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan
stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja
(Grandjean, 1993; Anis and McCanville, 1996; Waters and Andeson, 1996 dan
Manuaba, 2000).
Gejala yang berhubungan dengan MSDs antara lain adalah terasa sakit
atau nyeri pada otot, gerakan sendi yang terbatas, dan terjadi pembengkakan. Jika
gejala ini dibiarkan maka akan menimbulkan kerusakan permanen (Niebel dan
Frevaldi, 1999). MSDs merusak sistem saraf muskuloskeletal yaitu urat saraf
(nervers), otot, tendon, ligamen, tulang dan tulang sendi (joint) pada pergerakan
extrem dari tubuh bagian atas (bahu, tangan, siku, pergelangan tangan), tubuh
bagian bawah (pinggul, lutut, kaki) dan bagian belakang (leher dan
punggung/badan). Punggung, leher dan bahu merupakan bagian yang rentan
terkena MSDs, penyakit yang diakibatkan adalah nyeri pada tengkuk/bahu
(cervical synddrome), nyeri pada commit to user yang disebut Chronic Low back
tulang belakang

II-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pain. Pada tangan dan pergelangan tangan terjadi penyakit trigger finger (tanga
bergetar), Raynauds syndrome (vibrasion white finger dan carpal tunnel
syndrome (Tayyari, 1997).

2.2.3 Postur dan Pergerakan Kerja


Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja
yang berbeda akan menghsilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja
sebaiknya postur dilakuakan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi
timbulnya cidera muskuloskeletal. Kenyamanan tercipta bila pekerja telah
melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat
ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja. Pergerakan yang dilakukan
saat bekerja meliputi flexion, exension, abduction, adducton, rotation, pronation
dan supination. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi
pengurangan. Extension adalah gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi
peningkatan sudut antara dua tulang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 2.2.

Gambar 2.2 Flexion dan extension


pada (a) bahu, (b) telapak tangandan (c) lengan
(Sumber : Bridger, 1995)

Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah


(the median plane) tubuh. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah (the
median palne) tubuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.3.

commit to user

II-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.2.3 Abduction dan adduction pada


(a) telapak tangan,(b) bahu dan (c) abduction vertical
(Sumber : Bridger, 1995)

Rotation adalah pergerakan dimana terjadi perputaran pada tulang. Untuk


lebih jelasnya dapat dilihat pada gmabar 2.
2.4.

Gambar 2.4 Posisi Rotation


(Sumber : Bridger, 1995)

Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota


tubuh. Supination adalah perputaran kerarah samping (menuju keluar) dari
anggota tubuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.
2.5 (Tayyari, 1997,
1997
dalam tarwaka, 2004).

Gambar 2.5 Posisi Pada Lengan (a) Supination dan (b) Pronation
(Sumber : Bridger, 1995)

2.2.4 Beban Kerja


Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan
sehari-hari.
hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban
tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan dan melakukan pekerjaan.
commit to user
Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan

II-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

prestasi, sehingga mencapai kehidupan yang produktif sebagai satu tujuan hidup.
Dipihak lain, bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya.
Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental.
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh
seseorang harus sesuai atau seimbang baik dalam kemampuan fisik, maupun
kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut.
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan
sangat tergantung dari tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, usia dan ukuran
tubuh dari pekerja yang bersangkutan.
Menurut Rodhal (1989), Adiputra (1998) dan Manuaba (2000) dalam
Tarwaka, dkk (2004 : 95), bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan
kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik
faktor internal maupun faktor eksternal
a. Beban Kerja Oleh Karena Faktor Eksternal
Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar
tubuh pekerja, meliputi:
1. Tugas-tugas (task)
Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata ruang tempat kerja,
kondisi lingkungan kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat.
Sedangkan tugas yang bersifat mental meliputi, tanggung jawab,
kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya.
2. Organisasi Kerja
Organisasi kerja meliputi lamanya waku kerja, waktu istirahat, shift
kerja, sistem kerja dan sebagainya.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban tambahan yang meliputi,
lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis
dan lingkungan kerja psikologis.
b. Beban Kerja Oleh Karena Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh
akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai
stressor, meliputi: commit to user

II-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi
kesehatan, dan sebagainya)
2. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan
sebagainya).
Menurut Astrand and Rodhal (1977) dalam Tarwaka, dkk bahwa penilaian
beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode
penilaian langsung dan metode penilaian tidak langsung.
a. Metode Penilaian Langsung
Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang
dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja.
Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk
dikonsumsi. Meskipun metode pengukuran asupan oksigen lebih akurat, namun
hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan
peralatan yang mahal.
Berikut adalah kategori beban kerja yang didasarkan pada metabolisme,
respirasi suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen (1991, dalam Al
bugis 2009) pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme,
respirasi, Suhu Tubuh dan denyut Jantung
Denyut
Konsumsi Ventilasi
Kategori Beban Suhi Rektal jantung
Oksigen Paru
Kerja (0C) (denyut /
(l/ min) (l/min)
min)
Ringan 0,5 - 1,0 11 - 20 37,5 75 - 100
Sedang 1,0 - 1,5 20 - 30 37,5 - 38,0 100 - 125
berat 1,5 - 2,0 31 - 43 38,0 - 38,5 125 - 150
Sangat Berat 2,0 - 2,5 43 - 56 38,5 - 39,0 150 - 175
sangat Berat Sekali 2,5 - 4,0 60 - 100 > 39 > 175
Sumber: Christensen, 1991 dalam Albugis, 2009

Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk


hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan
regresi kuadratis sebagai berikut:
E = 1,80411 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2 ...................... (2.1)
Dimana:
E = Energi (Kkal/menit) commit to user

II-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)


Tabel 2.2 Tabel Klasifikasi Beban Kerja
Energy Expenditure Detak Konsumsi
Tingkat Pekerjaan jantung Oksigen
Kkal/ menit Kkal/ 8 jam detak/ menit liter/ menit
Sangat Berat
> 12,5 > 6000 > 175 > 2,5
Sekali
Sangat Berat 10,0 - 12,5 4800 - 6000 150 - 175 2,0 - 2,5
Berat 7,5 - 10,0 3600 - 4800 125 - 150 1,5 - 2,0
Sedang 5,0 - 7,5 2400 - 3600 100 - 125 1,0 - 1,5
Ringan 2,5 - 5,0 1200 - 2400 60 - 100 0,5 - 1,0
Sangat Ringan < 2,5 < 1200 < 60 < 0,5
Sumber: Christensen, 1991 dalam Albugis, 2009

Setelah melakukan penghitungan diatas, kita dapat menghitung


konsumsi energi dengan menggunakan persamaan :
K= Et -Ei........................................................................................... (2.2)
Dimana:
K = Konsumsi energi (kilokalori/menit)
Et = Pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori/menit)
Ei = Pengeluaran energi pada waktu sebelum bekerja

b. Metode Penilaian Tidak Langsung


Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi
selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupaka suatu
metode untuk menilai cardiovasculair strain dengan metode 10 denyut
(Kilbon, 1992) dimana dengan metode ini dapat dihitung denyut nadi kerja
sebagai berikut:
eb
Denyut Nadi (Denyut/Menit) = umber x 60 ................ (2.3)
be u

Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja


mempunyai beberapa keuntungan, selain mudah, cepat, sangkil, dan murah
juga tidak diperlukan peraltan yang mahal serta hasilnya pun cukup reliable,
dan tidak menganggu ataupun menyakiti orang yang diperiksa. Denyut nadi
untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1) Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelumpekerjaan
commit to user
dimulai

II-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja
3) Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan denyut
nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting didalam
peningkatan cardiat output dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan
yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum oleh
Rodahl (1989) dalam Tarwaka, dkk (2004:101) didefinisikan sebagai Heart
Rate Reverse (HR Reverse) yang diekspresikandalam presentase yang dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
.
% HR Reverse = x 100 ...........................................(2.4)
u
Denyut Nadi Maksimum (DNMax) adalah:
(220 umur) untuk laki-laki dan (200 umur) untuk perempuan
Lebih lanjut untuk menentukan klasifikasi beban kerja bedasarkan
peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasculair load = % CVL)
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
.
% CVL = .............................. ............................(2.5)
u
Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian di bandingkan dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 2.3 Klasifikasi Berat Ringan Beban Kerja Berdasar % CVL
% CVl Klasifikasi % CVL
< 30% Tidak terjadi kelelahan
30% - 60% Diperlukan perbaikan
60% - 80% Kerja dalam waktu singkat
80% - 100% Diperlukan tindakan segera
> 100% Tidak diperbolehkan beraktivitas
Sumber: Rodahl (1989) dalam Tarwaka, dkk, 2004

2.2.5 Manual Material Handling


Manual Material Handling berhubungan dengan pemindahan beban
dimana pekerja menggunakan gaya otot untuk mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik, membawa, menggenggam, objek (Swedish Nasional Board
of Occupational Safety and Health (1998) didalam Prastowo dkk, 2006).
commit to user
Pengertian pemindahan beban secara manual, menurut American Material

II-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Handling Society (AHMS) bahwa material handling dinyatakan sebagai seni dan
ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), Pengepakan
(packaging), penyimpanan (storing) dan pengawasan (controlling) dari material
dengan segala bentuknya (Wignjosoebroto, 2003).
Lifting berarti menaikkan beban dari posisi yang rendah keposisi yang
lebih tinggi yang menunjukkan / menyatakan penggunaan gaya harus melebihi /
melampaui gaya grafitasi beban. Pemindahan bahan secara manual apabila tidak
dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Faktor
yang berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung (back injury), adalah arah
beban yang akan diangkat dan frekuensi aktivitas pemindahan. Beberapa
pertimbangan / parameter yang harus diperhatikan untuk mengurangi timbulnya
nyeri punggung (Nurmianto,1996) antara lain:
1. Beban yang harus diangkat.
2. Perbandingan antara berat beban dan orangnya.
3. Jarak horisontal dari beban terhadap orangnya.
4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan
mempunyai jarak CG (Center of Gravity ) yang lebih jauh dari tubuh, dan bisa
menggangu jarak pandangnya. Batasan beban yang boleh diangkat:
a. Batasan angkat secara legal (legal limitations )
Beberapa batasan angkat secara legal dari beberapa Negara. Batasan
angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional. (Nurmianto,
1996)
1. Pria dibawah usia 16 tahun maksimum beban angkatnya adalah 14
kilogram.
2. Pria usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum beban angkatnya
adalah 18 kilogram.
3. Pria usia lebih dari 18 tahun tidak ada batasan angkat
4. Wanita usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum beban angkatnya
adalah 11 kilogram.
5. Wanita lebih dari 18 tahun maksimum beban angkatnya adalah 16
kilogram.
commit to user

II-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Batasan angkat dengan menggunakan biomekanika (Biomechanical


limitations).
Nilai dari analisa biomekanika adalah tentang postur atau posisi
aktivitas kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi.
Sedangkan kriteria keselamatan kerja adalah dasar pada beban (copreesion
load) pada intervertabral disk antara lumbar nomor lima dan schrum nomor
satu.
c. Batasan angkat secara fisiologi (Physiological limitations).
Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban
metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting)
sebagaimana dapat juga ditemukan jumlah komsumsi oksigen. Hal ini
haruslah benar-benar diperhatikan terutama dalam rangka untuk
menentukan batas angkat. Kelelahan kerja yang terjadi dari aktivitas yang
berulang akan meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang karena
akumulasi dari asam laktat yang menumpuk secara berlebihan
d. Batasan angkat secara psiko-fisik (Phycho-physical limitations ).
Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya
untuk medapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang
berbeda. Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan
sebagai berikut:
1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan
beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.
2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan dengan
menggunakan mesin.
3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.

2.2.6 Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material Handling


Kegiatan Manual Material Handling (MMH) melibatkan koordinasi
sistem kendali tubuh seperti tangan, kaki, otak, otot dan tulang belakang. Bila
koordinasi tubuh tidak terjalin dengan baik akan menimbulkan resiko kecelakaan
kerja pada bidang MMH. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan
kerja MMH menurut Heran, Dkk, 1999 (dalam Al bugis, 2009) dibagi menjadi
commit to user
dua faktor yaitu:

II-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Faktor Fisik (Physical Factor)


Faktor ini bila dijabarkan terdiri dari suhu, kebisingan, bahan kimia,
radiasi, gangguan penglihatan, postur kerja, gangguan sendi (gerakan dan
perpindahan berulang), getaran mesin dan alat, permukaan lantai.
2. Faktor Psikososial (Physichosocial Factor)
Faktor ini terdiri dari karakteristik waktu kerja seperti shift kerja, peraturan
kerja, gaji yang tidak adil, rangkap kerja, stress kerja, konsekuensi kesalahan
kerja, istirahat yang pendek dan terganggu saat kerja. Kedua faktor tersebut
diatas berpengaruh terhadap kecelakaan kerja pada musculoskeletal. Untuk
faktor fisik (Physical Factor) yang menjadi faktor beresiko terhadap gangguan
musculoskeletal adalah postur/ sikap kerja dan gangguan sendi akibat
pekerjaan yang berulang. Sedangkan diantara faktor Psikososial yang menjadi
penyebab utama adalah rendahnya pengawasan dalam aktivitas produksi dan
terbatasnya keleluasan para pekerja.
Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan
pekerjaan antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan dan lain-
lain. Sikap kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dalam sistem kerja
yang ada. Jika kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat akan menyebabkan
kecelakaan kerja, karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak aman. Sikap
kerja yang salah, canggung dan diluar kebiasaan akan menambah resiko cidera
pada bagian muskuloskeletal (Bridger, 1995).
1. Sikap kerja berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering dilakukan
ketika melakukan sesuatu pekerjaan. Berat tubuh manusia akan ditopang oleh
satu ataupun kedua kaki ketika melakukan posisi berdiri. Aliran beban berat
tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan oleh faktor
gaya gravitasi bumi. Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi oleh
posisi kedua kaki. Kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang
pinggul akan menjaga tubuh dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga
kelurusan antara anggota tubuh bagian atas dengan anggota tubuh bagian
bawah. Sikap kerja berdiri memiliki beberapa permasalahan sistem
commit
muskuloskeletal. Nyeri punggung to user
bagian bawah (low back pain) menjadi salah

II-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

satu permasalahan posisi sikap kerja bediri dengan sikap punggung condong ke
depan. Posisii berdiri yang terlalu lama aka
akan menyebabkan penggumpalan
pembuluh darah vena,, karena aliran darah berlawanan dengan gaya gravitasi.
Kejadian ini bila terjadi pada pergelangan kaki dapat menyebabkan
pembengkakan.
2. Sikap kerja duduk
Penelitian pada Eastman Kodak Company di New York menunjukan
menun
bahwa 35% dari beberapa pekerja mengunjungi klinik mengeluhkan rasa sakit
pada punggung bagian bawah (Bridger, 1995). Ketika sikap kerja duduk
dilakukan, otot bagian paha semakin tertarik dan bertentangan dengan bagian
pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke belakang dan tulang belakang
bagian lumbar akan mengendor. Mengendornya bagian lumbarr menjadikan sisi
depan invertebratal disk tertekan dan sekelilingnya melebar atau merenggang.
Kondisi ini akan membuat rasa nyeri pada punggung bagian baw
bawah dan
menyebar pada kaki.

Gambar 2.6 Kondisi Invertebratal Disk Bagian Lumbar Pada Saat Duduk
(Sumber: Bridger, 1995)

Ketegangan saat melakukan sikap kerja duduk seharusnya dapat dihindari


dengan melakukan perancangan tempat duduk. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa posisi duduk tanpa memakai sandaran akan menaikan
tekanan pada invertebaratal disk sebanyak 1/3 hingga 1/2 lebih banyak
daripada posisi berdiri (Kroemer Dkk, 2000). Sikap kerja duduk pada kursi
memerlukan sandaran punggung untuk menopang
ang punggung. Sandaran yang
baik adalah sandaran punggung yang bergerak maju-mundur
mundur untuk melindungi
commit to user
bagian lumbar Sandaran tersebut juga memiliki tonj
tonjolan
olan kedepan untuk

II-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menjaga ruan lumbar yang sedikit menekuk. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi tekanan pada bagian invertebratal disk.
3. Sikap kerja membungkuk
Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam
pekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh
ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan rasa nyeri pada bagian punggung
bagian bawah (low back pain) bila dikukan secara berulang dan periode yang
cukup lama.

Gambar 2.7 Mekanisme Rasa Nyeri Pada Posisi Membungkuk


(Sumber : Bridger, 1995)

Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh.


Otot bagian perut dan sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbar
mengalami penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebratal
disk justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan
menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah. Sikap kerja
membungkuk dapat menyebabkan slipped disks, bila dibarengi dengan
pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja
membungkuk, tetapi akibat tekanan yang berlebih menyebabkan ligamen pada
sisi belakang lumbar rusak dan penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini
disebabkan oleh keluarnya material pada invertebratal disk akibat desakan
tulang belakang bagian lumbar.
4. Pengangkatan beban
Kegiatan ini menjadi penyebab terbesar terjadinya kecelakaan kerja pada
commit to user
bagian punggung. Pengangkatan beban yang melebihi kadar dari kekuatan

II-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar pula atau over
exertion.

Gambar 2.8 Pengaruh Sikap Kerja Pengangkatan Yang Salah


(Sumber : Bridger, 1995)

Adapun pengangkatan beban akan berpengaruh pada tulang belakang


bagian lumbar. Pada wilayah ini terjadi penekanan pada bagian L5/S1
(lempeng antara lumbar ke-5 dan sacral ke-1). Penekanan pada daerah ini
mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebratal disk pada
L5/S1 lebih banyak menahan tekanan daripada tulang belakang. Bila
pengangkatan yang dilakukan melebihi kemampuan tubuh manusia, maka akan
terjadi disk herniation akibat lapisan pembungkus pada invertebratal disk pada
bagian L5/S1 pecah.
5. membawa beban
Terdapat perbedaan dalam menetukan beban normal yang dibawa oleh
manusia. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi dari pekerjaan yang dilakukan.
Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak.
Jarak yang ditempuh semakin jauh akan menurunkan batasan beban yang
dibawa.
6. kegiatan mendorong beban
Hal yang penting menyangkut kegiatan mendorong beban adalah tangan
pendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban
dianjurkan dalam kegiatan ini. Hal ini dimaksudkan untuk manghasilkan
tenaga maksimal untuk mendorong beban berat dan menghindari kecelakaan
kerja bagian tangan dan bahu. commit to user

II-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7. Menarik beban
Kegiatan ini biasanya tidak dianjurkan sebagai metode pemindahan beban,
karena beban sulit untuk dikendalikan dengan anggota tubuh. Beban dengan
mudah akan tergelincir keluar dan melukai pekerjanya. Kesulitan yang lain
adalah pengawasan beban yang dipindahkan serta perbedaan jalur yang
dilintasi. Menarik beban hanya dilakukan pada jarak yang pendek dan bila
jarak yang ditempuh lebih jauh biasanya beban didorong ke depan.

2.2.7 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling


Pencegah terjadinya kecelakaan kerja terutama pada bagian
musculoskeletal adalah mengurangi dan menghilangkan pekerjaan yang beresiko
terhadap keselamatan kerja. Dibawah ini beberapa tindakan untuk mengurangi
resiko gangguan musculokeletal pada pekerjaan manual material handling :
1. Perencanaan ulang pekerjaan
a. Mekanisasi
Penggunaan sistem mekanis untuk menghilangkan pekerjaan yang
berulang. Jadi dengan penggunaan peralatan mekanis mampu menampung
pekerjaan yang banyak menjadi sedikit pekerjaan.
b. Rotasi pekerjaan
Pekerja tidak hanya melakukan satu pekerjaan, namun beberapa
pekerjaan dapat dilakukan oleh pekerja tersebut. Tujuan dari langkah ini
adalah pemulihan ketegangan otot melalui beban kerja yang berbeda-beda.
c. Perbanyakan dan pengayaan kerja
Sebuah pekerjaan sebisa mungkin tidak dilakukan dengan monoton,
melainkan dilakukan dengan beberapa variasi. Tujuan dari langkah ini
adalah untuk menghindari beban berlebih pada satu bagian anggota tubuh.
d. Kelompok kerja
Pekerjaan yang dilakukan beberapa orang mampu membagi beban kerja
pada otot secara merata. Hal ini disebabkan anggota kelompok bebas
melakukan pekerjaan yang dilakukan.
2. Perancangan tempat kerja
Prinsip yang dilaksanakan adalah perancangan kerja dengan
commit to user
memperhatikan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Tempat kerja

II-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menyesuaikan dengan bentuk dan ukuran pekerja agar aktivitas MMH


dilakukan dengan leluasa. Kondisi lingkungan seperti cahaya, suara, lantai dan
lain-lain juga perlu perhatian untuk menciptakan kondisi kerja yang nyaman.
3. Perancangan peralatan dan perlengkapan
Perancangan peralatan dan perlengkapan yang layak mampu mengurangi
penggunaan tenaga yang berlebihan dalam menyelesaiakan pekerjaan.
Menyediakan pekerja dengan alat bantu dapat mengurangi sikap kerja yang
salah, sehingga menurunkan ketegangan otot.
4. Pelatihan kerja
Program ini perlu dilakukan terhadap pekerja, karena pekerja melakukan
pekerjaan sebagai kebiasaan. Pekerja harus mengetahui mengenai pekerjaan
yang berbahaya dan perlu mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan yang
aman. Untuk melakukan kegiatan manual material handling (MMH) dengan
aman, maka dalam melaksanakan pelatihan kerja MMH perlu memahami
pedomannya. Empat prinsip yang dipegang selama melakukan manual
material handling (MMH), menurut Alexander (1986, didalam Al Bugis, 2009)
yaitu :
a. Berusaha untuk menjaga beban pengangkatan selalu dekat dengan tubuh
(mencegah momen pada tulang belakang).
b. Berusaha untuk menjaga posisi pinggul dan bahu selalu dalam posisi segaris
(mencegah gerakan berputar pada tulang belakang).
c. Menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mudah jatuh.
d. Berpikir dan merencanakan metode dalam aktivitas MMH yang sulit dan
berbahaya.

2.2.8 Nordic Body Map


Kuesioner Nordic Body Map merupakan salah satu bentuk kuesioner
checklist ergonomi. Berntuk lain dari checklist ergonomi adalah checlist
International Labour Organizatin (ILO). Namun kuesioner Nordic Body Map
adalah kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui
ketidaknyamanan pada para pekerja, dan kuesioner ini paling sering digunakan
karena sudah terstandarisasi dan tersusun rapi. (Kroemer, 2001)
commit to user

II-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nordic Body Map merupakan salah satu dari metode pengukuran subyektif
untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja. Untuk mengetahui letak rasa sakit
atau ketidaknyamanan pada tubuh pekerja digunakan body map (Wilson and
Corlett, 1995). Pembagian bagian-bagian tubuh serta keterangan dari bagian-
bagian tubuh tersebut dapat dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Nordic Body Map


(Sumber: Corlett, 1992 dalam Tarwaka, dkk. 2004)

Pengisian kuesioner Nordic Body Map ini bertujuan untuk mengetahui


bagian tubuh dari pekerja yang terasa sakit sebelum dan sesudah melakukan
pekerjaan pada stasiun kerja. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh (NBM)
akan dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh
pekerja..

2.2.9 Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA)


REBA dikembangkan oleh Hignett dan McAtamney pada tahun 2000
sebagai alat untuk menilai postur terhadap risiko Musculoskeletal Disorders
(MSDs). Membentuk penilaian kuantitatif dari tubuh yang berkaitan dengan

commit to user

II-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

beban dan aktivitas. Dapat digunakan baik pada postur pergerakan dinamis dan
statis, serta menilai hampir semua aktivitas.
Gambaran/Tujuan :
REBA adalah metode yang didesain sebagai metode analisis postur yang
cepat untuk seluruh aktivitas tubuh, baik statis maupun dinamis. REBA
merupakan desain yang menyediakan pengukuran yang objektif terhadap risiko
MSDs yang disebabkan oleh aktivitas tapi hanya untuk penilaian aktivitas yang
sedikit pergerakan dan melibatkan seluruh tubuh.
Bagian tubuh yang di nilai :
Pergelangan, telapak tangan, siku, bahu, leher, trunk, punggung, kaki dan
lutut. Yang terbagi ke dalam postur grup A (badan, leher, dan kaki) yang
berfungsi menyeimbangkan tubuh atau penopang utama tubuh, serta postur grup
B (bahu, siku, dan pergelangan tangan) yang berfungsi mengikat atau
menyeimbangkan (stabilitas) beban.
Tipe pekerjaan/aktivitas :
Metode ini secara khusus dikembangkan untuk digunakan dalam menilai
risiko MSDs atau postur kerja yang ditemukan dalam pelayanan kesehatan dan
industri pelayanan lainnya. Bagaimanapun, dapat digunakan untuk menilai
bermacam aktivitas dalam semua desain, dimana :
Seluruh tubuh digunakan,
Postur statis, dinamis, berubah-ubah dengan cepat, atau tidak stabil, atau
Beban berupa benda mati atau benda hidup yang ditangani dengan
sering/tidak.
Desain kerja :
Metode ini dapat berguna dalam semua desain kerja untuk aktivitas di
atas.Terjadinya muskoloskeletal disorder (MSDs) :

Force : Postur : Repetitif : Durasi : Lainnya :


Batasan :
Ketika melihat kekuatan dan aktivitas, metode ini berfokus utama pada postur
kerja.
Tidak mengamati total durasi, atau
commit to user
vibrasi.

II-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hanya untuk menilai tangan kanan dan kiri secara terpisah, dan tidak ada
metode untuk mengkombinasikan skor ini ke dalam total skor risiko tubuh.
Hanya untuk mengamati pada suatu waktu atau postur terburuk yang diamati.
Efek kumulatif dari semua aktivitas yang dilakukan selama bekerja tidak
diamati.
Jika ada aktivitas yang tidak biasa, sulit dikategorikan, atau tidak teramati
maka risiko terhadap pekerjaan mungkin tidak dapat disimpulkan dari hasil
metode ini.
Seperti kebanyakan metode penilaian risiko, tingkat risiko umum disediakan
tapi tidak memprediksi injury pada individu.
Seperti kebanyakan metode penilaian risiko, metode ini tidak menghitung
Kelebihan :
Merupakan metode yang cepat dalam melakukan penilaian terhadap seluruh
tubuh (whole body).
Metode ini secara khusus dikembangkan untuk digunakan dalam menilai risiko
MSDs atau postur kerja yang ditemukan dalam pelayanan kesehatan dan
industri pelayanan lainnya.
Dapat digunakan untuk menilai bermacam aktivitas dalam semua desain,
dimana :
- seluruh tubuh digunakan,
- postur statis, dinamis, berubah-ubah dengan cepat, atau tidak stabil, atau
- beban berupa benda mati atau benda hidup yang ditangani dengan sering
ataupun tidak.
Dapat memperkirakan risiko ergonomi dan tingkat risiko yang mungkin terjadi.
Metode dengan sistem skoring yang relatif mudah, pedoman penilaian yang
jelas, dan dapat diaplikasikan dengan mudah sehingga bias dalam penelitian
yang dilakukan dapat diminimalisasi.
Kategori penilaian tidak hanya pada tubuh manusia saja, tetapi juga
menganalisa bagian dari mesin atau alat/material kerja (load/force dan
coupling) yang digunakan.

commit to user

II-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pemberian skor yang cukup rinci (detail), jarak (range) untuk kriteria
penyimpangan sangat lengkap, misalnya pada postur janggal membungkuk dari
0o sampai >60o memiliki empat kriteria skor.
Memiliki penilaian yang lengkap terhadap tangan (upper arms/shoulders,
lower arms/ebows, dan wrists) karena memiliki bagian kanan dan kiri.
Memiliki lima tingkatan kategori postur dalam menentukan tingkat risiko (risk
level) dan tingkat tindakan yang diperlukan (action level).
Terdapat empat tahapan proses perhitungan yang dilalui yaitu :
1. Mengumpulkan data mengenai postur pekerja tiap kegiatan menggunakan
video atau foto
2. Menentukan sudut pada postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh seperti :
a. badan (trunk)
b. leher (neck)
c. kaki (leg)
d. lengan bagian atas (upper arm)
e. lengan bagian bawah (lower arm)
f. pergelangan tangan (hand wrist)

Gambar 2.10 Cara Menetukan Sudut Bagian Tubuh

3. Menentukan berat beban, pegangan (coupling) dan aktivitas kerja.


4. Menentukan nilai Reba untuk postur yang relevan dan menghitung skor akhir
dari kegiatan tersebut.
Berikut ini adalah Penilaian Skor REBA:

commit to user

II-25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Badan (trunk), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Kondisi Badan


(Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000)

Pergerakan leher digolongkan kedalam skor REBA seperti yang tertera


pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Skor Bagian Badan (Trunk)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi normal 0o 1 +1 jika batang tubuh
00 - 200 kedepan / kebelakang tubuh 2 menekuk atau berputar
200- 600 kedepan tubuh, > 200
3
kebelakang tubuh
> 600 kedepan tubuh 4
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000

2. Leher (neck), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Kondisi Leher


(Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000)

Pergerakan leher digolongkan kedalam skor REBA seperti yang tertera


pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Skor Bagian Leher (Neck)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
00 - 200 kedepan tubuh 1 +1 jika leher berputar
> 200 kedepan atau kebelakang 2 atau bengkok
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000

commit to user

II-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Kaki (leg), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Kondisi Kaki


(Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000)

Pergerakan leher digolongkan kedalam skor REBA seperti yang tertera


pada tabel 2.6.
Tabel 2.6 Skor Bagian Kaki (Legs)
Posisi Skor Skor perubahan
kedua kaki menahan berat tubuh, misal 1 +1 jika lutut bengkok
berjalan atau duduk antara 300 dan 600
Salah satu kaki menahan berat tubuh, 2 +2 jika lutut bengkok
misalnya berdiri dengan satu kaki atau > 600
sikap kerja tidak stabil
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000

4. Lengan Atas (upper arm), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada gambar
2.14.

Gambar 2.14 Kondisi Lengan Atas


(Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000)

Pergerakan leher digolongkan kedalam skor REBA seperti yang tertera


pada tabel 2.7.
Tabel 2.7 Skor Bagian Lengan Atas (Upper Arm)
Posisi Skor Skor Perubahan
0
20 kebelakan atau kedepan 1 +1 jika lengan
0 0 0
>20 kebelakang tubuh; 20 - 45 kedepan tubuh 2 berputar atau bengkok
0 0
45 - 90 kedepan tubuh 3 +1 jika bahu nai
>900 kedepan tubuh 4 -1 jika bersandar atau
berat lengan ditahan
commit2000
Sumber : Hignett dan McAtamney, to user

II-27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Lengan Bawah (lower arm), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada
gambar 2.15.

Gambar 2.15 Kondisi Lengan Bawah


(Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000)

Pergerakan leher digolongkan kedalam skor REBA seperti yang tertera


pada tabel 2.8.
Tabel 2.8 Skor Bagian Lengan Bawah (Lower Arm)
Pergerakan Skor
0 0
00 - 15 kedepan tubuh 1
0 0
< 60 atau >100 kedepan tubuh 2
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000

6. Pergelangan Tangan (hand wrist), dengan ketentuan gerakan dapat dilihat pada
gambar 2.16.

Gambar 2.16 Kondisi pergelangan Tangan


(Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000)

Pergerakan leher digolongkan kedalam skor REBA seperti yang tertera


pada tabel 2.9.
Tabel 2.9 Skor Bagian Tangan (Hand Wrist)
Beban Skor Skor perubahan
0
0-15 Kebelakang atau kedepan 1 +1 jika pergelangan
tangan menyamping
> 150 Kebelakang atau kedepan 2 atau berputar
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000

Setelah mendapatkan nilai kondisi tubuh yang terdiri dari : badan, leher
dan kaki (grup A) serta lengan atas, lengan bawah dan perelangan tangan (Grup
commit to user

II-28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B) maka langkah selanjutnya adalah mencari skor A, Skor B dan Skor C. Dan
pada akhirnya diperoleh skor REBA. Untuk memeperoleh skor A, diperoleh
dengan menggunakan tabel perhitungan A sebagai berikut:
Tabel 2.10 Tabel Perhitungan A

Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000

Setelah mendapatkan nilai grup A, maka langkah selanjutnya adalah


menambahkan nilai tersebut dengan penilaian yang berdasarkan beban yang
diangkat (tabel 2.11).
Tabel 2.11 Tabel Beban Yang Diangkat
Beban skor Skor Perubahan
< 5 kg 0 +1 jika terjadi tambahan
5-10 kg 1 beban terjadi secara
> 10 kg 2 mendadak atau cepat
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000

Skor A diperoleh dengan cara menambahkan nilai yang diperoleh dengan


menggunakan tabel perhitungan A dengan Penilaian yang berdasarkan dari beban
yang diangkat. Untuk memperoleh skor B, diperoleh dengan menggunakan tabel
perhitungan B. Tabel perhitungan B dapat dilihat pada tabel 2.12.
Tabel 2.12 Tabel Perhitungan B

Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000

commit to user

II-29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Setelah mendapatkan nilai grup B, maka langkah selanjutnya adalah


menambahkan nilai tersebut dengan penilaian yang berdasarkan nilai
kopling/pegangan (tabel 2.13).
Tabel 2.13 Coupling
Genggaman Skor Deskripsi
Memegang dengan baik dan
Good 0 menggunakan setengah tenaga untuk
menggenggam
Pegangan tangan masih dapat diterima
Fair 1
meskipun tidak ideal
Pegangan tangan tidak dapat diterima
Poor 2
meskipun masih memungkinkan
Buruk sekali, genggaman tidak aman,
tidak ada pegangan. Menggenggam tidak
Unacceptable 3
dapat diterima jika menggunakan bagian
tubuh yang lain
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000

Skor B diperoleh dengan cara menambahkan nilai yang diperoleh dengan


menggunakan tabel perhitungan B dengan Penilaian yang berdasarkan
kopling/pegangan. Perhitungan Skor C dapat dilihat pada Tabel 2.14.
Tabel 2.14 Perhitungan Nilai Skor C

Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000

Setelah mendapat nilai Skor C, lalu dicari nilai aktivitas. Nilai aktivitas
dapat dilihat pada tabel 2.15. commit to user

II-30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.15 Nilai Aktivitas


Aktivitas Skor Deskripsi
Sikap kerja Satu atau lebih bagian tubuh dalam keadaan statis/
+1
statis diam, seperti memegang selama lebih dari 1 menit
Mengulangi sebagian kecil aktivitas, seperti
Perulangan +1 menglang lebih dari 4 kali dalam 1 menit ( dalam hal
ini berjalan tidak termasuk)
Aktivitas yang mengakibatkan secara cepat terjadi
Tidak stabil +1 perubahan yang besar pada sikap kerja atau
mengakibatkan ketidakstabilan pada sikap kerja
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000

Skor REBA diperoleh dengan cara menambahkan nilai Skor C dengan


nilai aktivitas. Setelah didapatkan nilai akhir REBA, lalu ditentukan level resiko
dan aksi yang dilakukan. Pengelompokan hasil perhitungan REBA dapat dilihat
pada tabel 2.16
Tabel 2.16 Hasil Perhitungan REBA
REBA Action
Risk Level Action
Score Level
1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan
2-3 Rendah 1 Mungkin diperlukan
4-7 Sedang 2 Diperlukan
8-10 Tinggi 3 Diperlukan secepatnya
11-15 Sangat Tinggi 4 Diperlukan saat itu juga
Sumber : Hignett dan McAtamney, 2000

2.2.10 Perangkat Lunak ErgoIntellegence


Salah satu alat bantu analisis ergonomi yaitu perangkat lunak
ergoIntelligence merupakan perangkat lunak mutakhir yang dapat dimanfaatkan
untuk analisis ergonomi. Perangkat lunak ini sangat membantu bagi peneliti
ergonomi. Berbagai kasus umum yang ditemui di dunia industri dapat dianalisa
menggunakan ergoIntellegence, antara lain analisis sikap dan posisi kerja.
ErgoIntellegence dapat juga digunakan sebagai alat Bantu mengidentifikasi
masalah ergonomi.
ErgoIntelligence Upper Extremity Assessment (UEA) adalah alat bantu
penilaian/ pengukuran postur tubuh yang terdiri dari penilaian RULA, REBA,
Strain Index, Occupational Repetitive Actions Index (OCRA) dan Cumulative
commit to user

II-31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Trauma Disorders Risk Index. Software alat bantu ini merupakan produk Nexgen
Ergonomic. Inc.

Gambar 2.17 Tampilan Software Ergointelligence


Untuk Aplikasi Perhitungan REBA
Sumber: www.nexgenergo.com, 2011

Kelebihan ergoIntellegence terutama terletak pada kemudahan


penggunaanya. ErgoIntellegence menampilkan format pengisian data yang
dimasukkan dan memberikan hasil analisis yang informative. Diluar
kelebihannya, ergoIntellegence masih bersifat pasif yaitu hanya untuk
mengidentifikasi masalah terssebut tanpa menawarkan solusi pemecahan masalah
yang spesifik.

2.2.11 Perangkat Lunak HumanCad 1.2


Perangkat lunak humanCad merupakan pengembangan terbaru dari
Perangkat lunak ManneQuin yang merupakan solusi pemodelan manusia
terkomputerisasi pertama di dunia yang diawali pada tahun 1990. HumanCAD
adalah solusi pemodelan manusia dalam bentuk lingkungan 3 dimensi yang dapat
digunakan untuk analisis variasi ergonomi. Alat bantu ini dapat digunakan untuk
evaluasi ergonomi yang menyediakan data resiko potensial cidera dan analisa
postur kerja.
Perangkat lunak ini juga dapat digunakan untuk mensimulasikan pekerjaan
yang berkaitan pekerja (manusia)commit
dengan
to peralatan
user kerjanya dengan penerapan

II-32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

prinsip-prinsip ergonomi. Selain dapat mensimulasikan kerja, perangkat lunak ini


juga dapat mengkreasikan bentuk manusia tiga dimensi pada layar komputer yang
pengoperasiannya hanya dengan mengklik mouse komputer. Model Manusia
tiga dimensi ini dapat digerakkan dengan bermacam-macam gaya dan dapat
dilihat pada beberapa tampilan, jarak atau perspektif. Hasil dari tampilannya dapat
di-print atau dipindahkan ke perangkat lunak grafik lainnya

Gambar 2.18 Tampilan Model Manusia/ Manequin


Dalam Software Humancad
Sumber: www.nexgenergo.com, 2011

2.2.12 Penelitian Sebelumnya


Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis mengacu pada laporan
tugas akhir dari :
1. Dina Yasmin Albugis. Tugas Akhir Program Studi Sarjana Ekstensi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Kekhususan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Universitas Indonesia, Depok. Penelitian yang dilakukan di workshop Steel
Tower PT. Bukaka Teknik Utama terhadap risiko Musculoskeletal Disorders
(MSDs) dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment
(REBA). Secara umum, tingkat risiko (risk level) terjadinya MSDs ini berada
pada tingkat risiko (risk level) Medium sehingga tingkat pengendalian
(action level) berada pada kategori 2, yaitu diperlukan (it is necessary) untuk
mencegah atau meminimalisasi risiko yang dapat terjadi. Faktor risiko
terjadinya MSDs dapat ditemukan
commitpada
to user
posisi badan yang berdiri maupun

II-33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

duduk pada waktu yang lama (prolonged sitting/standing) serta pada postur
leher (neck) yang menekuk ke bawah, punggung (trunk/back) yang
membungkuk, bahu (shoulder) yang naik, siku (elbow) yang selalu fleksi, dan
pergelangan tangan (wrist) yang ekstensi dalam gerakan statis dan repetitive.
2. Harry Saputra. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dilakukan untuk merancang
Sikap Kerja MMH Bagian Gudang Perum Bulog Mojolaban Dengan
Pendekatan REBA. Dilakukan penghitungan beban kerja fisik pekerja
kemudian dilakukan evaluasi perbaikan postur kerja saat mengangkat karung
beras berdasarkan metode REBA.
3. Dian Herdiana. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Gunadarma, Depok. Penelitian ini mengnalisis Pemindahan
Material Secara Manual Pekerja Pengangkut Genteng UD. Sinar Mas Dengan
Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). Analisis
keluhan dari para pekerja pengangkut genteng berdasarkan kuesioner body
map yaitu jenis keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pekerja adalah pada
bagian tubuh pinggang dan punggung. Cedera pada bagian tubuh lebih
cenderung disebabkan oleh posisi pengangkatan yang salah, beban yang
diangkat melampaui batas kemampuan manusia. Berdasarkan metode Rapid
Entire Body Assessment (REBA) diketahui bahwa skor REBA pada saat
mengangkat beban (genteng) awal yaitu 7, skor pada saat meletakkan beban
(genteng) akhir diperoleh nilai skor reba sebesar 10, tingkatan resiko pada skor
ini tinggi sehingga dapat menimbulkan cedera pada bagian tubuh tertentu.

commit to user

II-34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas langkah-langkah dalam penelitian dan flow chart


metodologi penelitian untuk memecahkan permasalahan beserta penjelasan
singkat tiap tahapannya.

Mulai

Studi Lapangan Studi Pustaka

Rumusan Masalah

Identifikasi Masalah
Tujuan penelitian

Manfaat Penelitian

- Data Kuesioner Body Map


Pengumpulan Data - Data Denyut Jantung
- Postur Kerja Pekerja

- Perhitungan Beban Kerja


Pengolahan Data - Coding Posture Dan Penilaian Postur Kerja
- Usulan Perbaikan Postur Kerja

Analisis dan Intrepretasi


Hasil

Kesimpulan Dan Saran

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Langkah-langkah penyelesaian masalah pada gambar 3.1, diuraikan dalam


commit to user
sub bab berikut:

III-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.1 TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH


Tahap ini diawali dengan studi pustaka, studi lapangan, perumusan
masalah, penentuan tujuan penelitian, dan menentukan manfaat penelitian.
Langkah-langkah yang ada pada tahap identifikasi masalah tersebut dijelaskan
berikut ini.
1. Studi pustaka
Studi pustaka merupakan tahapan yang dilakukan bersamaan dengan studi
lapangan. Tahap ini dilakukan untuk mencari, membaca dan mengkaji
permasalahan awal berdasarkan studi lapangan yang telah dilakukan dengan
menggunakan referensi buku-buku yang berhubungan dengan ilmu ergonomi,
beban kerja fisik, postur kerja, dan perancangan fasilitas kerja. Pada tahap
studi pustaka dikumpulkan berbagai informasi, dokumentasi, dan hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan analisa postur kerja dan beban
kerja fisik. Pencarian informasi ini dilakukan dengan melalui internet,
perpustakaan, dan jurnal sehingga diperoleh referensi yang dapat digunakan
untuk mendukung pembahasan dalam penelitian ini.
2. Studi lapangan
Studi lapangan digunakan untuk mengetahui dan mempelajari cara proses
produksi tahu dan aktivitas pekerja di bagian pencucian dan penggilingan
kedelai sebelum dilakukan penghitungan beban kerja fisik, evaluasi postur
kerja, dan usulan perbaikan yang menunjang prinsip ergonomi sehingga dapat
mengurangi resiko ergonomi. Metode untuk mendapatkan data awal dilakukan
dengan pengamatan langsung, pendokumentasian gambar, pengukuran denyut
nadi pekerja, dan wawancara kepada para pekerja dengan tujuan untuk
mengetahui keluhan permasalahan yang dihadapi pekerja pada saat melakukan
aktivitas produksi tahu di bagian pencucian dan penggilingan kedelai. Hasil
wawancara ini cukup mendukung untuk dilakukan penelitian mengenai analisa
sikap/ postur kerja fisik untuk mengurangi resiko MSDs pada pekerja pembuat
tahu di bagian pencucian dan penggilingan kedelai.
3. Perumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, kemudian disusun
commit tomasalah
sebuah rumusan masalah. Perumusan user dilakukan dengan menetapkan

III-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sasaran-sasaran yang akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan


masalahnya. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana merancang postur kerja pada pekerja bagian pencucian dan
penggilingan kedelai dengan pendekatan metode Rapid Entire Body
Assesment (REBA) untuk mengurangi resiko terjadinya musculoskeletal
disorders (MSDs).
4. Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui beban kerja masing-masing pekerja bagian pencucian dan
penggilingan kedelai.
2. Mengetahui gambaran postur kerja yang beresiko musculoskeletal
disorders (MSDs), tingkat resiko (risk level) masing-masing proses kerja,
dan tingkat tindakan (action level) yang diperlukan dengan metode REBA
(Rapid Entire Body Assessment).
3. Memberikan usulan perbaikan postur kerja yang baik dan penggunaan alat
bantu untuk mengurangai potensi cidera MSDs.
5. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu
memberikan informasi bagi perusahaan maupun pekerja tentang sikap/ postur
kerja yang aman pada aktivitas manual material handling sehingga dapat
meminimalkan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) serta
meningkatkan kenyamanan pekerja.

3.2 TAHAP PENGUMPULAN DATA


Dalam penelitian ini, data yang digunakan terdiri dari:
1. Data primer
Data yang diperoleh langsung dari sumber-sumber yang diamati dan
dicatat pertama kali atau diperoleh langsung dari pimpinan ataupun pekerja
perusahaan yang bersangkutan. Data yang diambil diantaranya:
a. Data pengamatan postur pekerja secara langsung berupa video dan foto
pekerja saat melakukan proses produksi.
b. Data keluhan pekerja (kuesioner Nordic Body Map).
commit to user
c. Data denyut nadi pekerja.

III-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur dan
referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, dan juga data yang
diperoleh dari perusahaan, yaitu gambaran umum dan sejarah perusahaan,
organisasi, dan manajemen perusahaan.

3.3 TAHAP PENGOLAHAN DATA


Tahapan pengolahan data adalah tahap dimana data-data yang telah
diperoleh akan diolah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Adapun
pengolahan datanya sebagai berikut:
1. Pengolahan data kuesioner body map yang diperoleh melalui wawancara
langsung dengan pekerja, sehingga diperoleh gambaran keluhan yang dialami
pekerja.
2. Pengukuran beban kerja fisik berdasarkan denyut nadi pekerja. Pada tahap ini
dilakukan penghitungan beban kerja dengan metode langsung dan tak
langsung, kemudian hasilnya dibandingkan.
3. Penilaian menggunakan metode REBA yang telah dilakukan melalui tahapan-
tahapan sebagai berikut :
a. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau
foto (movie plotter).
b. Penetuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja yaitu batang tubuh, leher,
kaki, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan (coding postures).

Gambar 3.2 Cara Menetukan Sudut Bagian Tubuh


commit to user

III-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Untuk Postur Leher.


Dalam aturan REBA, sudut leher adalah sudut antara garis tegak
lurus punggung (garis B) terhadap leher (garis A). Sehingga untuk
mendapatkan sudut leher maka titik yang harus diketahui adalah titik 6,
titik 2, dan titik 1. Setelah didapatkan sudutnya dengan rumus segitiga
maka untuk mencari sudut postur leher adalah dengan mengurangi 1800
dengan sudut leher yang telah dihasilkan.
Untuk Postur Punggung.
Sudut punggung adalah sudut antara garis tegak lurus kaki atas
(garis C) terhadap punggung (Garis B). Untuk mendapatkan sudut
punggung maka diperlukan tiga titik yaitu titik 7, titik 6, dan titik 2.
Setelah didapatkan sudutnya dengan rumus segitiga maka untuk mencari
sudut postur punggung adalah dengan mengurangi 1800 dengan sudut
punngung yang telah dihasilkan.
Untuk Postur Kaki.
Pada postur kaki, sudut yang dihitung adalah sudut antara garis
tegak lurus punngung (garis B) terhadap kaki bagian atas (garis C). Untuk
mendapatkan sudut kaki maka diperlukan tiga titik yaitu titik 8, titik 6, dan
titik 7. Setelah itu didapatkan sudut untuk postur kaki dengan
menggunakan rumus segitiga.
Untuk Postur Lengan Atas.
Sudut lengan atas adalah sudut antara garis lurus punggung (garis
B) terhadap lengan atas sampai siku (garis D). Untuk mendapatkan sudut
lengan atas maka diperlukan tiga titik yaitu titik 6, titik 2, dan titik 3.
Setelah itu didapatkan sudut untuk postur lengan atas dengan
menggunakan rumus segitiga.
Untuk Postur Lengan Bawah
Begitu juga dengan lengan bawah, sudut yang dihitung adalah
sudut antara garis lurus lengan atas sampai siku (garis D) terhadap lengan
bawah (garis E). Untuk mendapatkan sudut pergelangan tangan maka
diperlukan tiga titik yaitu titik 2, titik 3, dan titik 4. Setelah didapatkan
commitmaka
sudutnya dengan rumus segitiga to user
untuk mencari sudut postur lengan

III-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bawah adalah dengan mengurangi 1800 dengan sudut lengan bawah yang
telah dihasilkan.
Untuk Postur Pergelangan Tangan.
Untuk pergelangan tangan, sudut dihitung dari garis lurus lengan
bawah (garis E) terhadap pergelangan tangan (garis F), Untuk
mendapatkan sudut pergelangan tangan maka diperlukan tiga titik yaitu
titik 3, titik 4, dan titik 5. Setelah didapatkan sudutnya dengan rumus
segitiga maka untuk mencari sudut postur pergelangan tangan adalah
dengan mengurangi 1800 dengan sudut punngung yang telah dihasilkan.
c. Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dalam
pengolahan data untuk mendapatkan penilaian postur kerja dengan metode
REBA, digunakan alat bantu yaitu perangkat lunak ergointelligence.
Ergointelligence merupakan perangkat lunak mutakhir yang dapat
dimanfaatkan untuk analisis ergonomi. Perangkat lunak ini sangat
membantu bagi peneliti ergonomi. Berbagai kasus umum yang ditemui di
dunia industri dapat dianalisa menggunakan ergointelligence, antara lain
analisis sikap dan posisi kerja.

Gambar 3.3 Tampilan Perangkat Lunak Ergointelligence


Untuk Aplikasi Perhitungan REBA

Penilaian postur
kerja dengan bantuan perangkat lunak
commit to user
ergointelligence. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

III-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Masukkan informasi dasar


a. Isikan informasi worksite
Analyst (analis)
Job Clasification (klasifikasi kerja)
Workstation ID ( ID stasiun kerja)
b. Pilih sisi tangan yang ingin dinilai
2. Pilih penilaian pergelangan tangan (wrist), lengan bawah (lower arm),
Lengan atas (upper arm), batang tubuh (trunk), leher (neck), dan postur
kaki (leg) yang sesuai.
3. Pilih level beban (force level), aktivitas otot (muscle activity), dan
karakteristik pegangan (grip coupling)
4. Untuk menhitung skor REBA, click tombol tab REBA score

Gambar 3.4 Tampilan Hasil Skor REBA

4. Evaluasi hasil penilaian REBA dan usulan perbaikan. Berdasarkan


pengumpulan dan pengolahan data dengan menggunakan metode REBA,
dapat diketahui adanya beberapa action level yang merekomendasikan
adanya perubahan-perubahan dan perbaikan. Dalam hal ini yang dimaksud
ada dua macam perbaikan yaitu perbaikan pada postur tubuh saat bekerja
dan perbaikan commit kerja
aktivitas to user dengan merancang serta

III-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengimplementasikan alat bantu. Perbaikan dengan alat bantu tersebut akan


mempengaruhi perbaikan postur kerja. Adapun untuk membuat model
postur kerja perbaikan menggunakan perangkat lunak Humancad 1.2.

3.4 TAHAP ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL


Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi hasil terhadap
pengumpulan dan pengolahan data sebelumnya. Dilakukan analisa beban kerja
fisik pekerja berdasarkan perhitungan denyut nadi para pekerja maupun konsumsi
energi saat bekerja sehingga diketahui apakah pekerja melakukan pekerjaan dalam
kategori beban kerja ringan, sedang atau berat. Dari hasil penilaian/ skoring sikap/
postur kerja dengan metode REBA diketahui tingkat resiko (risk level) secara
umum mengenai proses kerja yang ada dan diketahui proses mana yang
mengandung resiko MSDs yang paling tinggi juga paling rendah. Kemudian akan
dilakukan pembahasan nilai skor masing-masing variabel REBA yang diteliti
untuk mendapatkan pengendalian yang diperlukan (action level) serta penetapan
prioritas penanggulangan resiko (action level). Selain itu, dalam tahap ini juga
akan dibandingkan sikap kerja yang janggal dan berpotensi besar menimbulkan
MSDs dan postur kerja usulan.

3.5 TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN


Pada tahap ini akan membahas kesimpulan dari hasil pengolahan data
dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan kemudian
memberikan saran perbaikan yang mungkin dilakukan untuk penelitian
selanjutnya.

commit to user

III-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 PENGUMPULAN DATA


Subjek penelitian ini adalah pekerja yang melakukan aktivitas secara
manual di lantai produksi pembuatan tahu milik Bapak markiman, di Desa
Banyuputih, Kota Salatiga. Pembagian stasiun kerja berdasarkan tugas kerja yang
dilakukan masing-masing pekerja yaitu:
1. Bagian pencucian dan penggilingan kedelai
2. Bagian pemasakan, penyaringan, dan pencetakan
3. Bagian pemotongan
4. Bagian penggorengan
Adapun data pekerja yang menjadi subyek penelitian pada bagian
pencucian dan penggilingan kedelai sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Pekerja bagian Pencucian dan Penggilingan Kedelai
Usia Berat badan Tinggi Lama kerja
No Nama (Tahun) (Kg) badan (cm) (Tahun)
1 Giyanto 41 56 158 18
2 Jiman 46 55 154 15
3 Memet 27 51 171 6

4.1.1 KuesionerNordic Body MapPekerja


Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keluhan sakit para pekerja bagian
pencucian dan penggilingan kedelai digunakan kuesioner Nordic Body
Map.Nordic Body Map dibuat untuk mengetahui keluhan dialami oleh operator
selama melakukan aktivitas yang memuat 28 keluhan sakit (0-27) pada seluruh
bagian tubuh dengan metode wawancara langsung kepada 3 pekerja bagian
pencucian dan penggilingan kedelai. Wawancara dilakukan satu persatu dengan
menanyakan bagian tubuh mana yang terasa sakit selama bekerja membuat tahu
berdasarkan kuesioner Nordic Body Map. Dari hasil wawancara secara garis besar
didapatkan 10 jenis keluhan. Hasil kuesioner Nordic Body Map dari pekerja
sebagai berikut:

commit to user

IV-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2 Data hasil Nordic Body Map


Ya Tidak
N0 Bagian tubuh yang dikeluhkan
Jumlah % Jumlah %
1 Leher (atas/bawah) 3 100 0 0
2 bahu (kanan/ kiri) 2 66,7 1 33,3
3 Lengan atas (kanan/ kiri) 3 100 0 0
4 Lengan bawah (kanan/ kiri) 2 66,7 1 33,3
5 Punggung 3 100 0 0
6 Pinggang 3 100 0 0
7 Pergelangan tangan (kanan/ kiri) 3 100 0 0
8 Paha (kanan/ kiri) 1 33,3 2 66,7
9 Lutut (kiri/ kanan) 3 100 0 0
10 Betis (kiri/ kanan) 2 66,7 1 33,3

4.1.2 Data Denyut Nadi Pekerja


Untuk mengukur beban kerja para pekerja baik dengan metode langsung
maupun tak langsung, maka perlu diketahui data denyut nadi pekerja. Data
denyut nadi diperoleh dari hasil pengukuran dengan metode 10 denyut pada saat
pekerja/ operator belum melakukan pekerjaan dan saat melakukan pekerjaan.
Adapun data denyut nadi yang didapatkan dengan menggunakan metode 10
denyut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Waktu 10 Denyut Nadi Pekerja
DNK (Detik) DNK
DNI
No Nama Usia Rerata
(detik) 1 2 3 4 (detik)
1 Giyanto 41 8,73 5,21 5,45 5,24 5,14 5,26
2 Jiman 46 9,05 4,36 4,22 4,52 4,26 4,34
3 Memet 27 8,49 5,12 4,73 4,35 4,46 4,67

Keterangan:
DNI : Denyut Nadi Istirahat DNK : Denyut Nadi Kerja
Pengambilan atau pengukuran denyut nadi istirahat dilakukan pada saat
sebelum pekerja memulai pekerjaannya.
Pengambilan atau pengukuran denyut nadi kerja dilakukan pada saat pekerja
melakukan pekerjaannya yaitu pengukuran dilakukan pada saat pekerja bekerja
pukul 08.30, 09.30, 10.30, dan 11.30 WIB

commit to user

IV-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.1.3 Data Postur Kerja Pekerja


Penelitian diawali dengan memberi penjelasan kepada pekerja mengenai
maksud, tujuan, dan cara melakukan pengambilan data, dimana pekerja yang
diamati dalam penelitian ini diminta untuk melakukan pekerjaan secara normal
(berdasarkan pekerjaan yang biasa dilakukan). Ketika pekerja melakukan aktivitas
penanganan material secara manual pada pekerjaannya, peneliti merekam aktivitas

kerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai menggunakan kamera digital.

Bila terjadi perulangan gerakan maka proses merekam bisa dihentikan dan dapat
dilanjutkan ke aktivitas kerja selanjutnya.
Pengukuran sudut yang dibentuk oleh leher, punggung, lengan atas, lengan
bawah, dan pergelangan tangan dilakukan dengan bantuan software auotca. Hasil
foto dari kamera digital di-eksport kedalam autocad untuk dicari sudutnya.
Kemudian dipindahkan ke microsoft word, untuk dilakukan pengeditan
selanjutnya disimpan untuk setiap jenis file.
1. Pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang
Aktivitas kerjanya adalah sebagai berikut:

Postur 1 Postur 2
Gambar 4.1 Pengambilan Kedelai Setelah Direndam
Kedalam Keranjang

Postur 1 adalah mengambil kedelai setelah direndam, sedangkan postur 2


adalah menuangkan kedelai kedalam keranjang.

commit to user

IV-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Pengambilan dan Penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang


Aktivitas kerjanya adalah sebagai berikut:

Postur 1 Postur 2

Postur 3
Gambar 4.2 Pengambilan dan Penuangan Air
Untuk Pencucian Kedelai Dalam Keranjang

Postur 1 adalah mengambil


engambil air dengan ember, postur 2 adalah mengangkat
ember air, sedangkan postur 3 adalah menuangkan air dalam ember ke
keranjang kedelai

commit to user

IV-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan


Aktivitas kerjanya adalah sebagai berikut:

Postur 1 Postur 2

Postur 3
Gambar 4.3 Membawa Kedelai Setelah Dicuci
Ke Bagian Penggilingan

Postur 1 adalah mengangkat keranjang berisi kedelai


kedelai, postur 2 adalah
membawa keranjang berisi kedelai ke penggilingan
penggilingan, sedangkan postur 3 adalah
menuangkan kedelai kedalam mesin penggilingan.

commit to user

IV-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan


Aktivitas kerjanya adalah sebagai berikut:

Postur 1 Postur 2

Postur 3
Gambar 4.4 Membawa Kedelai Setelah Digiling
Ke Bagian Pemasakan

Postur 1 adalah mengangkat kedelai cair, postur 2 adalah membawa


kedelai cair ke bagian pemasakan, sedangkan postur 3 adalah menuangkan
kedelai cair kedalam tungku pemasakan.

commit to user

IV-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.1.4 Berat Beban Pengangkatan Oleh Pekerja


Berat beban yang diangkat meliputi berat kedelai kering, basah maupun
cair dan berbagai perlengkapan yang digunakan selama melakukan kegiatan
MMH.Berikut ini tabel yang berisi mengenai berat beban yang diangkat oleh
pekerja:
Tabel 4.4 Berat Beban Pengangkatan
Aktivitas Jenis beban Berat
pengangkatan (Kg)
Pengambilan kedelai setelah 1 Ember kecil berisi 3 kg
direndam ke dalam keranjang kedelai basah

Pengambilan dan Penuangan 1 Ember besar berisi 5 Kg


air untuk pencucian kedelai air penuh
dalam keranjang
Membawa kedelai setelah 1 Keranjang berisi 15 kg
dicuci ke bagian penggilingan kedelai basah

Membawa kedelai setelah 1 Ember besar berisi 17 Kg


digiling ke bagian pemasakan kedelai cair

4.2 PENGOLAHAN DATA


4.2.1 Penilaian Beban Kerja Fisik
a. Metode Tidak Langsung
Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung denyut
nadi selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama bekerja
merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain dengan
metode 10 denyut (Kilbon, 1992) dimana dengan metode ini dapat
dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:

d3
Denyut Nadi (Denyut/Menit) =
et3jdg b3dged

Hasil dari data waktu 10 denyut nadi pekerja (tabel 4.3) kemudian
dimasukkan kedalam persamaan 10 Denyut (metode 10 denyut) sehingga
diperoleh denyut nadi pekerja setiap denyut per menit (Denyut/Menit).
Perhitungan Denyut Nadi Istirahat dengan menggunakan metode 10
commit to user
denyut, contoh untuk Giyanto:

IV-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DNI (Detik) = 8.73


d3
Denyut Nadi (Denyut/Menit) = ( )
et3 dg b3dged
d3
DNI (Denyut/Menit) = ( )
.
= 68,73
Perhitungan Denyut Nadi Kerja dengan menggunakan metode 10
denyut,contoh untuk Giyanto:
DNK (Detik) = 5,21
d3
DNK (Denyut/Menit) =
et3 dg b3dged
d3
DNK (Denyut/Menit) =
,

= 115,16
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil seperti pada tabel
dibawah ini. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Perhitungan Denyut Nadi Pekerja per Menit
DNI DNK (Denyut/ menit) DNK Rerata
No Nama Usia (Denyut/ (Denyut/
menit) 1 2 3 4 menit)
1 Giyanto 41 68,73 115,16 110,09 114,50 116,73 114,07
2 Jiman 46 66,30 137,61 142,18 132,74 140,85 138,25
3 Memet 27 70,67 117,19 126,85 137,93 134,53 128,62

Sedangkan rekapitulasi denyut nadi pekerja adalah seperti dibawah


ini:
Tabel 4.6 Rekapitulasi Denyut Nadi Pekerja
DNK DNK Nadi
DNI
Rerata Maks Kerja
No Nama Usia (Denyut/
(Denyut/ (Denyut (Denyut/
menit)
menit) / menit) menit)
1 Giyanto 41 68,73 114,07 179 45,34
2 Jiman 46 66,30 138,25 174 71,95
3 Memet 27 70,67 128,62 193 57,95

commit to user

IV-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keterangan:
DN Mak : Denyut Nadi Maksimal, 220 Umur (pria); 200 Umur
wanita)
NK : Nadi Kerja ( DNK DNI)

Maka dari tabel 4.6 dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut


(1) Perhitungan % HR Reverse

% HR Reverse = x 100
me

Contoh untuk pekerja, Giyanto:



% HR Reverse = x 100
me
, ,
% HR Reverse = x 100
,
% HR Reverse = 41,12
Secara lengkap hasil penilaian % HR Reserve pekerja disajikan
pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Rekapitulasi % HR Reserve pekerja
DNK DNK Nadi
DNI
Rerata Maks Kerja % HR
No Nama Usia (Denyut/
(Denyut/ (Denyut (Denyut/ Reserve
menit)
menit) / menit) menit)
1 Giyanto 41 68,73 114,07 179 45,34 41,12
2 Jiman 46 66,30 138,25 174 71,95 66,81
3 Memet 27 70,67 128,62 193 57,95 47,37

(2) Perhitungan Cardiovasculair strain (% CVL)



% CVL =
me
Contoh untuk pekerja, Giyanto:
, ,
% CVL =
,
% CVL= 41,12
Secara lengkap hasil penilaian % HR CVLpekerja disajikan pada tabel
commit to user
4.8 berikut:

IV-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.8 Rekapitulasi % CVL pekerja


DNK DNK Nadi
DNI
Rerata Maks Kerja
No Nama Usia (Denyut/ % CVL
(Denyut/ (Denyut (Denyut/
menit)
menit) / menit) menit)
1 Giyanto 41 68,73 114,07 179 45,34 41,12
2 Jiman 46 66,30 138,25 174 71,95 66,81
3 Memet 27 70,67 128,62 193 57,95 47,37

Secara lengkap hasil penilaian % HR Reserve dan % CVL pekerja


disajikan pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Rekapitulasi % HR Reserve dan % CVL pekerja
Nadi Kerja
% HR
No Nama Usia (Denyut/ % CVL
Reserve
menit)
1 Giyanto 41 45,34 41,12 41,12
2 Jiman 46 71,95 66,81 66,81
3 Memet 27 57,95 47,37 47,37

Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian di bandingkan


dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Penilaian Metode Tak Langsung
%
No Nama Klasifikasi % CVL
CVL
1 Giyanto 41,12 Diperlukan perbaikan
2 Jiman 66,81 Kerja dalam waktu singkat
3 Memet 47,37 Diperlukan perbaikan
Sumber: Pengolahan data, 2011

Dibawah ini dapat dilihat grafik denyut nadi pekerja bagian pencucian
dan penggilingan kedelai yang merupakan hasil keseluruhan dari
perhitungan yang telah dilakukan.

commit to user

IV-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 44.5 Grafik Denyut Nadi Pekerja

140
120
100
80
60
40
20
0
Giyanto Jiman Memet

DNI (Denyut/ menit) DNK Rerata (Denyut/ menit)


Nadi Kerja (Denyut/ menit) % HR Reserve
% CVL

b, Metode Langsung
Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang
dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja.
bekerja
Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan
untuk dikonsumsi.Dalam
Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan
suatu bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu
sebuah persamaan regresi kuadratis sebagai berikut:

E = 1,80411 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2

Untuk perhitungan energy expenditureberdasarkan


berdasarkan denyut nadi kerja
(tabel 4.4) sebagai berikut:
Contoh perhitungan untuk Giyanto
Giyanto:
DNK rerata=X= 114, 07
E = 1,80411 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2
E=1,80411 0,0229038 (114, 07)+4,71733 (114, 07)10-4(114, 07)2
E = 5,33 Kkal/ menit

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil seperti pada tabel


berikut ini:
commit to user

IV-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.11 Rekapitulasi Penghitungan Konsumsi Energi

DNK
No Nama E
(X)

1 Giyanto 114,07 5,33


2 Jiman 138,25 7,65
3 Memet 128,62 6,66

Dari tabel diatas dapat diketahui klasifikasi beban kerja pekerja


bagian pencucian dan penggilingan kedelai pada saat bekerja sebagai
berikut:

Tabel 4.12 Hasil Penilaian Metode Langsung

Klasifikasi
No Nama E
Beban Kerja

1 Giyanto 5.33 Sedang


2 Jiman 7.65 Berat
3 Memet 6.66 Sedang
Sumber: Pengolahan data, 2011

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh
seseorang harus sesuai atau seimbang baik dalam kemampuan fisik,
maupun kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban
tersebut. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada
yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat ketrampilan, kesegaran
jasmani, usia, dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan.
Dari perhitungan dengan metode langsung didapatkan hasil bahwa
untuk Giyanto dan Memet berada dalam klasifikasi beban kerja sedang,
sedangkan untuk Jiman tergolong beban kerja berat.

commit to user

IV-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.2.22 Penilaian Postur Kerja


1. Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang

Postur 1-1

Postur 1-2
Gambar 44.6 Coding Postures Pengambilan Kedelai
Setelah Direndam
commit to Kedalam
user Keranjang

IV-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Penilaian Postur 1-1


Pada postur 1-1, pekerja mengambil kedelai yang telah direndam didalam
bak perendaman. Setiap satu bak perendaman berisi 15 kg kedelai. Kedelai
setelah direndam diambil menggunakan ember kecil, dimasukkan ke dalam
keranjang. Pekerja pada saat proses mengambil kedelai dalam bak perendaman,
punggung membungkuk dan memutar, kedua kaki menekuk statis, kaki kanan
menopang beban tubuh karena tinggi bak hanya 40 cm. Terjadi pengulangan
gerakan mengambil kedelai dengan tangan kanan.
Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat
dikategorikan seperti pada tabel 4.13.
Tabel 4.13 Penilaian Terhadap Postur 1-1
No Faktor Pergerakan
1 Leher (Neck) > 20 kebelakang (bengkok
samping)
2 Batang Tubuh (Trunk) 20 - 60
3 Kaki (Legs) Salah satu kaki menahan
berat tubuh, lutut bengkok
>60
4 Beban (Load/Force) < 5 Kg
5 Lengan Atas (Upper Arms) 45 - 90 ke depan tubuh
6 Lengan Bawah (Lower 0 - 60 ke depan tubuh
Arms)
7 Pergelangan Tangan (Wrists) > 15 ke belakang atau
kedepan
8 Genggaman (Coupling) Fair, masih dapat diterima
meskipun tidak ideal
9 Aktivitas (Activity) Pengulangan

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 2)


didapatkan hasil bahwa postur kerja 1-1 memiliki skor REBA sebesar 11.
Artinya kegiatan pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang
postur 1-1 masuk kategori action level 4, risk level sangat tinggi sehingga
diperlukan perbaikan saat ini juga.

commit to user

IV-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b.Penilaian Postur 1-2


Postur 1-2, pekerja menuangkan kedelai dalam ember ke wadah keranjang
yang kemudian akan dicuci dengan air bersih. Punggung pekerja membungkuk
dan memutar ke samping. Leher mendongak kebelakang dan bengkok ke
samping. Lengan atas terangkat ke atas untuk mengangkat kedelai dalam
ember, sedangkan lengan bawah menahan beban dan menuangkan kedelai
dalam ember kedalam keranjang. Kedua kaki menekuk statis, kaki kanan
menopang beban tubuh. Terjadi pengulangan gerakan mengangkat kedelai
dalam ember untuk dimasukkan ke keranjang dengan tangan kanan.
Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat
dikategorikan seperti pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 Penilaian Terhadap Postur 1-2
No Faktor Pergerakan
1 Leher (Neck) > 20 kebelakang (bengkok ke kiri)
2 Batang Tubuh (Trunk) 20 - 60
3 Kaki (Legs) Salah satu kaki menahan berat
tubuh, lutut bengkok >60
4 Beban (Load/Force) < 5 Kg
5 Lengan Atas (Upper Arms) > 90 ke depan tubuh
6 Lengan Bawah (Lower 60-100 ke depan tubuh
Arms)
7 Pergelangan Tangan > 15 kedepan
(Wrists)
8 Genggaman (Coupling) Fair, masih dapat diterima
meskipun tidak ideal
9 Aktivitas (Activity) Pengulangan

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 3)


didapatkan hasil bahwa postur kerja 1-2 memiliki skor REBA sebesar 12.
Artinya kegiatan pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang
postur 1-2 masuk kategori action level4, risk level tinggi sehingga
diperlukan perbaikan segera.

commit to user

IV-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Pengambilan Dan Penuangan Air Untuk Pencucian Kedelai Dalam


Keranjang

Postur 2-1 Postur 2-2

Postur 2-3
Gambar 4.7 Coding Postures Pengambilan Dan Penuangan Air
Untuk Pencucian Kedelai Dalam Keranjang

commit to user

IV-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a.Penilaian Postur 2-1


Pada postur 2-1, pekerja mengambil air bersih yang akan digunakan
mencuci kedelai hasil rendaman menggunakan ember. Punggung pekerja
membungkuk, leher agak tertunduk ke bawah. Kaki kanan menumpu beban
tubuh. Tangan kanan lurus kebawah mengambil air dalam bak air. Terjadi
pengulangan gerakkan.
Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat
dikategorikan seperti pada tabel 4.15.
Tabel 4.15 Penilaian Terhadap Postur 2-1
No Faktor Pergerakan
1 Leher (Neck) Kebelakang tubuh
2 Batang Tubuh (Trunk) >60 kedepan
3 Kaki (Legs) Salah satu kaki menahan berat
tubuh
4 Beban (Load/Force) < 5 Kg
5 Lengan Atas (Upper Arms) 45 - 90 ke depan tubuh
6 Lengan Bawah (Lower Arms) 0-60 ke depan tubuh
7 Pergelangan Tangan (Wrists) > 15 ke belakang atau kedepan
8 Genggaman (Coupling) Fair, masih dapat diterima
meskipun tidak ideal
9 Aktivitas (Activity) Tidak stabil

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 4)


didapatkan hasil bahwa postur kerja 2-1 memiliki skor REBA sebesar 9.
Artinya kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai
dalam keranjang postur 2-1 masuk kategori action level 3, risk level tinggi
sehingga diperlukan perbaikan segera.
,

commit to user

IV-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Penilaian Postur 2-2


Postur 2-2, Pekerja mengangkat ember berisi air bersih yang akan
dituangkan ke wadah keranjang yang berisi kedelai hasil rendaman. Punggung
pekerja agak membungkuk dan memutar, leher sedikit menunduk kedepan,
kedua kaki menahan beban tubuh. Kedua tangan memegang dan menahan berat
ember berisi air bersih.
Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat
dikategorikan seperti pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 Penilaian Terhadap Postur 2-2
No Faktor Pergerakan
1 Leher (Neck) > 20 kedepan
2 Batang Tubuh (Trunk) 0 - 60
3 Kaki (Legs) Kedua kaki menahan berat
tubuh
4 Beban (Load/Force) < 5 Kg
5 Lengan Atas (Upper Arms) 0-20 ke depan tubuh
6 Lengan Bawah (Lower Arms) 45-90 ke depan tubuh
7 Pergelangan Tangan (Wrists) < 15 ke belakang atau
kedepan
8 Genggaman (Coupling) Fair, masih dapat diterima
meskipun tidak ideal
9 Aktivitas (Activity) Tidak stabil

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 5)


didapatkan hasil bahwa postur kerja 2-2 memiliki skor REBA sebesar 6.
Artinya kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai
dalam keranjang postur 2-2 masuk kategori action level 2, risk level sedang
sehingga diperlukan perbaikan.

commit to user

IV-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Penilaian Postur 2-3


Postur 2-3, pekerja menuangkan air didalam ember ke atas kedelai
rendaman. Punggung pekerja sedikit membungkuk dan bengkok kesamping.
Kedua kaki menahan beban tubuh, kedua tangan memegang dan menahan berat
ember berisi air bersih.
Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat
dikategorikan seperti pada tabel 4.17.
Tabel 4.17 Penilaian Terhadap Postur 2-3
No Faktor Pergerakan
1 Leher (Neck) > 20 kedepan
2 Batang Tubuh (Trunk) 20 - 60
3 Kaki (Legs) Kedua kaki menahan berat
tubuh
4 Beban (Load/Force) < 5 Kg
5 Lengan Atas (Upper Arms) 20-45o ke depan tubuh
6 Lengan Bawah (Lower Arms) 60-100 ke depan tubuh
7 Pergelangan Tangan (Wrists) > 15 ke belakang atau
kedepan
8 Genggaman (Coupling) Fair, masih dapat diterima
meskipun tidak ideal
9 Aktivitas (Activity) Tidak stabil

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 6)


didapatkan hasil bahwa postur kerja 2-3 memiliki skor REBA sebesar 5.
Artinya kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai
dalam keranjang postur 2-3 masuk kategori action level 2, risk level sedang
sehingga diperlukan perbaikan.

commit to user

IV-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan

Postur 3-1 Postur 3--2

Postur 3-3
Gambar 4.8 Coding Postures Membawa Kedelai Setelah Dicuci
Ke Bagian Penggilingan

commit to user

IV-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Penilaian Postur 3-1


Postur 3-1, pekerja mengangkat keranjang berisi kedelai yang sudah dicuci
air bersih. Pekerja membungkuk, leher menunduk kedepan, kedua kaki agak
menekuk kedepan menopang beban tubuh, mengangkat keranjang kedelai
dengan berat 15 kg dengan kedua tangan.
Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat
dikategorikan seperti pada tabel 4.18.
Tabel 4.18 Penilaian Terhadap Postur 3-1
No Faktor Pergerakan
1 Leher (Neck) > 20 kedepan(bengkok
samping)
2 Batang Tubuh (Trunk) >60
3 Kaki (Legs) Kedua kaki menahan berat
tubuh
4 Beban (Load/Force) > 10 Kg
5 Lengan Atas (Upper Arms) 45 - 90 ke depan tubuh
6 Lengan Bawah (Lower 0 - 60 ke depan tubuh
Arms)
7 Pergelangan Tangan (Wrists) <15 kedepan
8 Genggaman (Coupling) Poor, tidak dapat diterima
meskipun memungkinkan
9 Aktivitas (Activity) Tidak stabil

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 7)


didapatkan hasil bahwa postur kerja 3-1 memiliki skor REBA sebesar 10.
Artinya kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan
postur 3-1 masuk kategori action level 3, risk level tinggi sehingga diperlukan
perbaikan segera.

commit to user

IV-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b.Penilaian Postur 3-2


Postur 3-2, pekerja membawa keranjang berisi kedelai ke stasiun
penggilingan. Berat keranjang ditumpu dengan tangan kiri dan bahu sebelah
kiri. Kedua kaki menahan beban tubuh.
Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat
dikategorikan seperti pada tabel 4.19.
Tabel 4.19 Penilaian Terhadap Postur 3-2
No Faktor Pergerakan
1 Leher (Neck) Normal, bengkok ke kanan
2 Batang Tubuh (Trunk) Normal, menekuk
kesamping
3 Kaki (Legs) Kedua kaki menahan berat
tubuh
4 Beban (Load/Force) > 10 Kg
5 Lengan Atas (Upper Arms) > 90 ke depan tubuh
6 Lengan Bawah (Lower 60-100 ke depan tubuh
Arms)
7 Pergelangan Tangan (Wrists) > 15 ke belakang
8 Genggaman (Coupling) Poor, tidak dapat diterima
meskipun memungkinkan
9 Aktivitas (Activity) Tidak stabil

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 8)


didapatkan hasil bahwa postur kerja 3-2 memiliki skor REBA sebesar 8.
Artinya kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan
postur 3-2 masuk kategori action level 3, risk level tinggi sehingga diperlukan
perbaikan segera.

commit to user

IV-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c.Penilaian Postur 3-3


Postur 3-3, pekerja menuangkan kedelai dalam keranjang ke dalam mesin
penggilingan. Badan dan kaki tegak, tangan kiri dan kanan kedepan menahan
beban keranjang. Leher normal menghadap kedepan.
Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat
dikategorikan seperti pada tabel 4.20.
Tabel 4.20 Penilaian Terhadap Postur 3-3
No Faktor Pergerakan
1 Leher (Neck) Normal
2 Batang Tubuh (Trunk) Normal
3 Kaki (Legs) Kedua kaki menahan berat
tubuh
4 Beban (Load/Force) > 10 kg
5 Lengan Atas (Upper Arms) 45-90 ke depan tubuh
6 Lengan Bawah (Lower 0-60 ke depan tubuh
Arms)
7 Pergelangan Tangan (Wrists) 0-15 atau kedepan
8 Genggaman (Coupling) Poor, tidak dapat diterima
meskipun memungkinkan
9 Aktivitas (Activity) Sikap kerja statis

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 9)


didapatkan hasil bahwa postur kerja 3-3 memiliki skor REBA sebesar 7.
Artinya kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan
postur 3-3 masuk kategori action level 2, risk level sedang sehingga diperlukan
perbaikan.

commit to user

IV-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Membawa Kedelai Setelah Digiling Ke Bagian Pemasakan

Postur 4-1 Postur 4-2

Postur 4-3
Gambar 4.9 Coding Postures Membawa Kedelai Setelah Digiling
Kebagian Pemasakan

commit to user

IV-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a, Penilaian Postur 4-1


Pada postur 4-1, pekerja mengangkat wadah berisi kedelai cair hasil
penggilingan yang akan dibawa ke tunggku pemasakan. Punggung pekerja
membungkuk, kedua kaki agak ditekuk, dan leher menunduk kedepan. Kedua
tangan memegang wadah berisi kedelai cair seberat 17 kg.
Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat
dikategorikan seperti pada tabel 4.21.
Tabel 4.21 Penilaian Terhadap Postur 4-1
No Faktor Pergerakan
1 Leher (Neck) > 20 kebelakang
2 Batang Tubuh (Trunk) 20-60 kedepan
3 Kaki (Legs) Kedua kaki menahan berat
tubuh
4 Beban (Load/Force) > 10 kg
5 Lengan Atas (Upper Arms) 45 - 90 ke depan tubuh
6 Lengan Bawah (Lower 0-60 ke depan tubuh
Arms)
7 Pergelangan Tangan (Wrists) 0-15 atau kedepan
8 Genggaman (Coupling) Poor, tidak dapat diterima
meskipun memungkinkan
9 Aktivitas (Activity) Tidak stabil

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 10)


didapatkan hasil bahwa postur kerja 4-1 memiliki skor REBA sebesar 9.
Artinya kegiatan membawa kedelai setelah digiling kebagian pemasakan postur
4-1 masuk kategori action level 3, risk level tinggi sehingga diperlukan
perbaikan segera.

commit to user

IV-25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Penilaian Postur 4-2


Pada Postur 4-2, pekerja membawa kedelai cair hasil penggilingan ke
tunggku pemasakan. Pada kegiatan ini, pekerja berjalan dari tempat
penggilingan ke tungku pemasakan. Kedua kaki menahan beban tubuh, leher
condong kedepan. Tangan kanan memegang ember berisi kedelai cair.
Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat
dikategorikan ke skor REBA seperti pada tabel 4.22.
Tabel 4.22 Penilaian Terhadap Postur 4-2
No Faktor Pergerakan
1 Leher (Neck) > 20 kedepan (bengkok ke
kanan)
2 Batang Tubuh (Trunk) 0-20o
3 Kaki (Legs) Kedua kaki menahan berat
tubuh
4 Beban (Load/Force) > 10 Kg
5 Lengan Atas (Upper Arms) > 20 ke belakang tubuh
6 Lengan Bawah (Lower 0-60 ke depan tubuh
Arms)
7 Pergelangan Tangan (Wrists) > 15 ke kedepan
8 Genggaman (Coupling) Fair, masih dapat diterima
meskipun tidak ideal
9 Aktivitas (Activity) Tidak stabil

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 11)


didapatkan hasil bahwa postur kerja 4-2 memiliki skor REBA sebesar 6.
Artinya kegiatan membawa kedelai setelah digiling kebagian pemasakan postur
4-2 masuk kategori action level 2, risk level sedang sehingga diperlukan
perbaikan.

commit to user

IV-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Penilaian Postur 4-3


Pada Postur 4-3, pekerja menuangkan kedelai cari dari ember ke tungku
pemasakan. Pada kegiatan ini, punggung lurus dan miring ke samping kanan,
kedua kaki menumpu beban tubuh, dan kedua tangan menahan beban kedelai
cair dalam wadah ember.
Berdasarkan pengamatan terhadap sikap kerja dari operator maka dapat
dikategorikan seperti pada tabel 4.23.
Tabel 4.23 Penilaian Terhadap Postur 4-3
No Faktor Pergerakan
1 Leher (Neck) > 20 kedepan(bengkok ke
kanan)
2 Batang Tubuh (Trunk) Normal, menekuk ke samping
3 Kaki (Legs) Kedua kaki menahan berat
tubuh
4 Beban (Load/Force) >10 Kg
5 Lengan Atas (Upper Arms) < 20 ke depan tubuh
6 Lengan Bawah (Lower 45-90 ke depan tubuh
Arms)
7 Pergelangan Tangan > 15 kedepan
(Wrists)
8 Genggaman (Coupling) Fair, masih dapat diterima
meskipun tidak ideal
9 Aktivitas (Activity) Tidak stabil

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence (lampiran 12)


didapatkan hasil bahwa postur kerja 4-3 memiliki skor REBA sebesar 5.
Artinya kegiatan membawa kedelai setelah digiling kebagian pemasakan postur
4-3 masuk kategori action level 2, risk level sedang sehingga diperlukan
perbaikan.

commit to user

IV-27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.2.3 Rekapitulasi Hasil Penilaian Postur Kerja


Kategori postur kerja merupakan hasil dari pengolahan data, dimana
inputnya berupa postur-postur kerja para pekerja bagian pencucian dan
penggilingan kedelai. Postur kerja dikategorikan menurut tingkat resiko
terhadap sistem musculoskeletal. Setiap tingkat resiko akan diberikan tindakan
perbaikan sesuai dengan seberapa pengaruhnya terhadap gangguan
musculoskeletal. Dari hasil pengolahan data telah didapat, kategori postur tubuh
yang perlu diperbaiki sesuai metode REBA. Adapun kategori-kategori postur
kerja sesuai dengan pengolahan data dapat dilihat pada tabel 4.24 berikut ini:
Tabel 4.24 Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja
No Aktivitas Postur Grand Action Keterangan
score level
1. Pengambilan kedelai 1 11 4 Diperlukan perbaikan
setelah direndam saat ini juga
kedalam keranjang 2 12 4 Diperlukan perbaikan
saat ini juga
2. Pengambilan dan 1 9 3 Diperlukan perbaikan
Penuangan air untuk segera
pencucian kedelai 2 6 2 Diperlukan perbaikan
dalam keranjang 3 5 2 Diperlukan perbaikan
3. Membawa kedelai 1 10 3 Diperlukan perbaikan
setelah dicuci ke segera
bagian penggilingan 2 8 3 Diperlukan perbaikan
segera
3 7 2 Diperlukan perbaikan
4. Membawa kedelai 1 9 3 Diperlukan perbaikan
setelah digiling ke segera
bagian pemasakan 2 6 2 Diperlukan perbaikan
3 5 2 Diperlukan perbaikan

Dari tabel 4.24 di atas terdapat 4 postur kerja yang tergolong pada
kategori 3 dalam arti berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan
segera mungkin. Serta 2 postur kerja yang tergolong dalam kategori 4, yang
berarti sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini
juga.

commit to user

IV-28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.2.4 Usulan Perbaikan


Telah diketahui bahwa para pekerja di industri kecil pembuatan tahu
dalam melakukan aktivitas masih beresiko terhadap gangguan
musculoskeletal. Keadaan ini memerlukan perbaikan postur kerja untuk
mengurangi atau menghilangkan resiko gangguan musculoskeletal. Hal ini
dilakukan untuk menciptakan kondisi tempat kerja yang aman dan terhindar
dari resiko kecelakaan kerja. Hasil pengolahan data postur kerja metode
REBA telah merekomendasikan segmen-segmen dari postur kerja untuk
dilakukan perbaikan.
Rekomendasi perbaikan (Recommendation For Action) dikategorikan
menurut tingkat resiko terhadap musculoskeletal. Setiap rekomendasi perbaikan
akan diberikan tindakan sesuai dengan seberapa besar pengaruhnya terhadap
gangguan musculoskeletal.
1. Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang
Pada kondisi awal, pengambilan kedelai setelah direndam kedalam
keranjang dilakukan dengan cara:
a. Punggung membungkuk, dikarenakan letak kedelai di dalam bak dengan
ketinggian 40 cm sehingga menyebabkan punggung pekerja
membungkuk. Punggung membungkuk menyebabkan nyeri otot pada
leher, bahu, punggung, dan pinggang.
b. Kaki menekuk menahan beban tubuh agar tangan bisa menjangkau kedelai
dalam bak.
c. Tangan melakukan jangkauan yang agak jauh, lengan jauh dari posisi
alamiah. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh ,
maka semakin tinggi pula ressiko terjadinya keluhan otot skeletal.
Dari kondisi tersebut, maka rekomendasi untuk mengurangi resiko cidera
MSDs dengan mempertimbangkan kondisi stasiun kerja adalah:
a. Menambahkan alat bantu pengambilan kedelai seperti gayung dengan
ukuran pegangan agak panjang sehingga mengurangi pekerja
membungkuk saat mengambil kedelai.
b. Untuk meminimalkan posisi berdiri statis ataupun kaki tidak stabil
commit to fasilitas
menahan beban tubuh, ditambahkan user tempat duduk di samping bak

IV-29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perendaman dengan ketinggian yang sejajar sehingga dapat mengurangi


kelelahan pekerja karena melakukan pekerjaan mengambil kedelai
berulang-ulang.
c. Letak keranjang penampungan kedelai yang telah direndam sebaiknya
didekatkan dengan sisi bak didepan pekerja sehingga meminimalkan
postur kerja memutar.

Gambar 4.10 Usulan Perbaikan Pengambilan Kedelai


Setelah Direndam Kedalam Keranjang

2. Pengambilan dan Penuangan air untuk pencucian kedelai dalam


keranjang
Pada kondisi awal pengambilan air untuk pencucian kedelai dilakukan
dengan cara:
a. Pengambilan air dengan posisi bak penampungan air dengan keranjang
kedelai berada pada tempat yang agak jauh dan tidak tepat pada sisi bak
air.
b. Pekerja membungkuk dengan kaki tidak tertopang. Kaki tidak tertopang
menyebabkan beban pada kaki tidak merata sehingga otot kaki dapat sakit.
c. Punggung yang membunguk menyebabkan nyeri otot pada leher, bahu
punggung dan pinggang.
commit to user

IV-30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Saat menyiramkan air ke keranjang kedelai, tangan melakukan jangkauan


yang agak jauh, lengan jauh dari posisi alamiah. Semakin jauh posisi
bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko
terjadinya keluhan otot skeletal.
Dari kondisi tersebut, maka rekomendasi untuk mengurangi resiko cidera
MSDs dengan mempertimbangkan kondisi stasiun kerja adalah:
a. Menambahkan alat bantu pengambilan air seperti gayung dengan ukuran
pegangan agak panjang sehingga mengurangi pekerja membungkuk saat
mengambil air.
b. Untuk meminimalkan postur tubuh memutar dan tangan melakukan
jangkauan yang agak jauh maka perlu mendekatkan keranjang kedelai
dengan bak.
c. Berdiri bertumpu dengan kedua kaki lurus sehingga beban tubuh ditopang
dua kaki. Hal tersebut dapat mengurangi kelelahan pada bagian kaki.

Gambar 4.11 Usulan Perbaikan Pengambilan Dan Penuangan Air


Untuk Pencucian Kedelai Dalam Keranjang

3. Membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan


Pada kondisi awal, ketika pekerja membawa kedelai setelah dicuci ke
bagian penggilingan dilakukan degnan cara:
a. Pekerja melakukan aktivitas mengangkat beban yaitu mengangkat
keranjang berisi kedelai yang terletak di lantai dan membawanya ke bagian
commit to user
penggilingan.

IV-31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Pengambilan kedelai hasil rendaman dengan cara punggung


membungkuk, dikarenakan letak kedelai dilantai tanpa adanya landasan.
c. Pergerakan lengan menjauhi posisi alamiah dan dalam posisi berdiri.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka
semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
Dari kondisi tersebut, maka rekomendasi untuk mengurangi resiko cidera
MSDs dengan mempertimbangkan kondisi stasiun kerja adalah dengan cara:
a. Merubah teknik saat mengangkat beban yaitu:
1. Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan
dan jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba.
2. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin
dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada
punggung, bahu danlengan. Makin dekat beban maka makin mudah
untuk menstabilkan tubuh.
3. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat
dan usahakan dalam posisi seimbang, tekuk lutut dalam posisi setengah
jongkok sampai sudut paling nyaman.
4. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk,
menyamping atau miring.
5. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok
dengan sudut paling nyaman.
b. Wadah/ keranjang perlu diperbaiki dengan menambahkan pegangan yang
stabil

commit to user

IV-32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.12 Usulan Perbaikan Membawa Kedelai Setelah Dicuci


Ke Bagian Penggilingan

4. Membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan


Pada kondisi awal, ketika pekerja membawa kedelai setelah digiling ke
bagian pemasakan dilakukan dengan cara:
a. Pekerja melakukan aktivitas mengangkat beban yaitu mengangkat ember
berisi kedelai cair yang terletak di lantai dan membawanya ke bagian
pemasakan.
commit to user

IV-33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Pengambilan kedelai cair dengan cara punggung membungkuk,


dikarenakan letak kedelai dilantai tanpa adanya landasan.
c. Pergerakanlengan menjauhi posisi alamiah dan dalam posisi berdiri.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka
semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
Dari kondisi tersebut, maka rekomendasi untuk mengurangi resiko cidera
MSDs dengan mempertimbangkan kondisi stasiun kerja adalah dengan cara:
a. Merubah teknik saat mengangkat beban yaitu:
1. Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan
dan jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba.
2. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin
dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada
punggung, bahu dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah
untuk menstabilkan tubuh.
3. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat
dan usahakan dalam posisi seimbang, tekuk lutut dalam posisi setengah
jongkok sampai sudut paling nyaman.
4. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk,
menyamping atau miring.
5. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok
dengan sudut paling nyaman.
b. Wadah/ keranjang perlu diperbaiki dengan menambahkan pegangnan yang
stabil

commit to user

IV-34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.2.5 Evaluasi Usulan Perbaikan


Evaluasi usulan perbaikan dilakukan dengan cara menilai postur kerja
usulan dengan metode REBA. Berdasarkan penilaian dengan metode REBA,
postur kerja kondisi awal terdapat 4 postur kerja yang tergolong pada kategori
3 dalam arti berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan segera
mungkin. Serta 2 postur kerja yang tergolong dalam kategori 4, yang berarti
sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga.
1. Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang
Dari hasil penilaian dengan metode REBA, kondisi awal aktivitas
pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang untuk postur 1-1
memiliki skor REBA sebesar 11. Artinya kegiatan pengambilan kedelai setelah
direndam kedalam keranjang postur 1-1 masuk kategori action level 4, risk level
sangat tinggi sehingga diperlukan perbaikan saat ini juga. Demikian juga utuk
postur 1-2 memiliki skor REBA sebesar 12. Artinya kegiatan pengambilan
kedelai setelah direndam kedalam keranjang postur 1-2 masuk kategori action
level 4, risk level tinggi sehingga diperlukan perbaikan segera.
Oleh karena itu, diperlukan perbaikan sikap/ postur kerja agar dapat
mengurangi resiko cidera musculoskeletal. Penilaian postur kerja usulan dengan
metode REBA adalah sebagai berikut:

Gambar 4.13 Coding Postures Postur Kerja Usulan 1-1


commitDirendam
Pengambilan Kedelai Setelah to user Kedalam Keranjang

IV-35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil


bahwa postur kerja usulan 1-1 kegiatan pengambilan kedelai setelah direndam
kedalam keranjang memiliki skor REBA sebesar 6. Artinya kegiatan
pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang postur 1-1 masuk
kategori action level 2, risk level sedang (lampiran 13).

Gambar 4.14 Coding Postures Postur Kerja Usulan 1-2


Pengambilan Kedelai Setelah Direndam Kedalam Keranjang

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil


bahwa postur kerja usulan 1-2 kegiatan pengambilan kedelai setelah direndam
kedalam keranjang memiliki skor REBA sebesar 5. Artinya kegiatan
pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang postur 1-2 masuk
kategori action level 2, risk level sedang (lampiran 14).
2. Pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam
keranjang
Untuk aktivitas Pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai
dalam keranjang, maka usulan perbaikan untuk mengurangi resiko cidera
musculoskeletal adalah dengan mengubah teknik mengangkat beban. Adapun
penilaian dengan metode REBA untuk postur kerja usulan aktivitas pengambilan
dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam keranjang adalah sebagai
berikut:
commit to user

IV-36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.15 Coding Postures Postur Kerja Usulan 2-1


Pengambilan Dan Penuangan Air Untuk Pencucian Kedelai
Dalam Keranjang

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil


bahwa postur kerja usulan 2-1 kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk
pencucian kedelai dalam keranjang memiliki skor REBA sebesar 4. Artinya
kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam
keranjang postur 2-1 masuk kategori action level 2, risk level sedang (lampiran
15).

Gambar 4.16 Coding Postures Postur Kerja Usulan 2-2


commit Air
Pengambilan Dan Penuangan to user
Untuk Pencucian Kedelai
Dalam Keranjang

IV-37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil


bahwa postur kerja usulan 2-2 kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk
pencucian kedelai dalam keranjang memiliki skor REBA sebesar 5. Artinya
kegiatan pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam
keranjang postur 2-2 masuk kategori action level 2, risk level sedang (lampiran 16).
3. Membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan
Untuk kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan,
usulan perbaikan postur kerja yaitu memperbaiki teknik mengangkat beban maka
usulan perbaikan untuk mengurangi resiko cidera musculoskeletal adalah dengan
mengubah teknik mengangkat beban. Adapun penilaian dengan metode REBA
untuk postur kerja usulan kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian
penggilingan, adalah sebagai beriut:

Gambar 4.17 Coding Postures Postur Kerja Usulan 3-1


Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil


bahwa postur kerja usulan 3-1 kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian
penggilingan memiliki skor REBA sebesar 7. Artinya kegiatan membawa kedelai
setelah dicuci ke bagian penggilingan postur 3-1 masuk kategori action level 2,
risk level sedang (lampiran 17).

commit to user

IV-38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.18 Coding Postures Postur Kerja Usulan 3-2


Membawa Kedelai Setelah Dicuci Ke Bagian Penggilingan

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil


bahwa postur kerja usulan 3-2 kegiatan membawa kedelai setelah dicuci ke bagian
penggilingan memiliki skor REBA sebesar 4. Artinya kegiatan membawa
kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan postur 3-2 masuk kategori action
level 2, risk level sedang (lampiran 18).
4. Membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan
Untuk kegiatan membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan
usulan perbaikan postur kerja sama seperti kegiatan membawa kedelai setelah
dicuci ke bagian penggilingan, yaitu memperbaiki teknik mengangkat beban.
Maka usulan perbaikan untuk mengurangi resiko cidera musculoskeletal adalah
dengan mengubah teknik mengangkat beban. Adapun penilaian dengan metode
REBA untuk postur kerja usulan kegiatan membawa kedelai setelah digiling ke
bagian pemasakan adalah sebagai berikut:

commit to user

IV-39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.19 Coding Postures Postur Kerja Usulan 4-1


Membawa Kedelai Setelah Digiling Ke Bagian Pemasakan

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil


bahwa postur kerja usulan 4-1 kegiatan membawa kedelai setelah digiling ke
bagian pemasakan memiliki skor REBA sebesar 7. Artinya kegiatan membawa
kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan postur 4-1 masuk kategori action
level 2, risk level sedang.

Gambar 4.20 Coding Postures Postur Kerja Usulan 4-2


Membawa Kedelai Setelah Digiling Ke Bagian Pemasakan
commit to user

IV-40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari penilaian dengan bantuan software ergointelligence didapatkan hasil


bahwa postur kerja usulan 4-2 kegiatan membawa kedelai setelah digiling ke
bagian pemasakan memiliki skor REBA sebesar 5. Artinya kegiatan membawa
kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan postur 4-2 masuk kategori action
level 2, risk level sedang.

commit to user

IV-41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil dari pengolahan
data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.
5.1 ANALISIS KONDISI AWAL
Proses produksi tahu dan penanganan material di pabrik tahu milik Bapak
Markiman masih secara manual yaitu mengandalkan tenaga manusia. Dimana
pekerja melakukan aktivitas dari perendaman bahan baku, pemasakan dan
penyaringan, pencetakan dan pemotongan hasil dilakukan secara manual dan
membutuhkan waktu yang lama, bahkan pekerja didominasi oleh sikap kerja
berdiri. Pada bagian pencucian dan penggilingan kedelai, dalam proses produksi
para pekerja sering melakukan aktivitas pengangkatan kedelai, membungkuk, dan
memutar dengan frekuensi pengulangan yang cukup tinggi. Hampir seluruh proses
pembuatan tahu dilakukan secara manual kecuali proses penggilingan yang
menggunakan mesin.
Adapun kegiatan yang dilakukan pekerja di bagian pencucian dan
penggilingan kedelai adalah melakukan pengambilan kedelai setelah direndam
kedalam keranjang kemudian melakukan pencucian kedelai dalam keranjang
dengan air bersih. Setelah dicuci bersih, kedelai dibawa ke bagian penggilingan.
Setelah kedelai digiling menjadi kedelai cair. Kemudian kedelai cair dibawa ke
bagian pemasakan. Terdapat beberapa aktivitas yang menyebabkan terjadinya
keluhan nyeri otot skeletal oleh pekerja pada aktivitas pencucian dan penggilingan
kedelai yaitu:
a. Peregangan otot yang berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang
diperlukan melampui kekuatan otot optimum terutama saat melakukan
pengangkatan beban ditambah lagi cara mengangkat beban yang salah. Apabila
hal serupa sering dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya
keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cidera otot skeletal.
commit to user

V-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Aktivitas berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus
seperti pekerjaan mengambil kedelai setelah direndam kedalam keranjang dan
pengambilan air bersih untuk pencucian kedelai setelah direndam. Akibat
aktivitas berulang ini, pekerja sering mengalami keluhan sakit pada otot
skeletal. Keluhan ini terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja
secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi.
c. Sikap kerja yang tidak alamiah
Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi possisi alamiah, misalnya pergerakan
tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan
menyamping. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh,
maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja
tidak alamiah pada aktivitas pencucian dan penggilingan kedelai terjadi karena
karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan pekerja

5.2 ANALISIS PENILAIAN BEBAN KERJA


Setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau
seimbang baik dalam kemampuan fisik, maupun kognitif, maupun keterbatasan
manusia yang menerima beban tersebut. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja
berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat
ketrampilan, kesegaran jasmani, usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang
bersangkutan. Penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara
objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode penilaian tidak langsung.
5.2.1 Penilaian Beban Kerja Secara Tak Langsung
Penilaian beban kerja secara tak langsung adalah dengan mengukur
denyut nadi selama bekerja. Kategori beban kerja pada metode ini ditentukan
melalui denyut nadi kerja dan beban kardiovaskuler (% CVL). Dari hasil
pengolahan dengan metode tidak langsung didapat hasil perhitungan seperti
disajikan pada tabel 5.1 berikut:

commit to user

V-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 5.1 Beban Kerja Dengan Metode Tak Langsung


DNK
Rerata Klasifikasi
No Nama % CVL Klasifikasi % CVL
(Denyut/ DNK
menit)
1 Giyanto 114,07 Sedang 41,12 Diperlukan perbaikan
2 Jiman 138,25 Berat 66,81 Kerja dalam waktu singkat
3 Memet 128,62 Sedang 47,37 Diperlukan perbaikan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rerata tertinggi dari denyut nadi
kerja (DNK) dan beban kardiovaskuler (% CVL) ada pada Jiman dengan nilai
138,25 denyut per menit dan 66,81 % yang tergolong dalam kategori beban kerja
berat (125-150 denyut per menit) dan % CVL 60-80% sehingga
direkomendasikan untuk kerja dalam waktu singkat. Sedangkan untuk Giyanto
dan Memet perhitungan rerata DNK masuk kategori sedang dan dari nilai %
CVL maka aktivitas kerja saat ini diperlukan perbaikan.
5.2.2 Penilaian Beban Kerja Secara Tak Langsung
Penilaian beban kerja secara langsung adalah dengan mengukur energi
yang dikeluarkan selama bekerja. Dari konsumsi energi dapat diketahui bahwa
semakin berat beban kerja maka semakin banyak energi yang dikonsumsi. Berikut
adalah tabel perhitungan beban kerja dengan metode langsung:
Tabel 5.2 Beban Kerja Dengan Metode Langsung
DNK Klasifikasi
No Nama E
(X) Beban Kerja

1 Giyanto 114.07 5.33 Sedang


2 Jiman 138.25 7.65 Berat
3 Memet 128.62 6.66 Sedang

Dari tabel perhitungan dapat diketahui bahwa berdasarkan konsumsi


energi maka Jiman membutuhkan konsumsi energi sebesar 7, 65 Kkal untuk
melakukan aktivitas kerjanya dan tergolong dalam klasifikasi beban kerja berat.
Sedangkan untuk Giyanto dan Memet sebesar 5,33 dan 6,66 Kkal dan masuk
klasifikasi beban kerja sedang.
5.2.3 Perbandingan Hasil Penilaian Beban Kerja
Perhitungan beban kerja pekerja baik dengan metode langsung maupun tak
commit to user
langsung menunjukkan bahwa para pekerja bagian pencucian dan penggilingan

V-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kedelai ditinjau dari denyut jantung maupun konsumsi energi secara umum masuk
kategori sedang sehingga diperlukan perbaikan agar dapat mengurangi kelelahan
pekerja saat bekerja dan mengurangi resiko cidera musculoskeletal.

5.3. ANALISIS POSTUR KERJA AWAL


Penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA (Rapid Entire
Body Assessment) yang dalam setiap elemen gerakannya membentuk sudut yang
dapat mempengaruhi dan penyebab operator menjadi cepat lelah pada pekerjaan
bagian pencucian dan penggilingan kedelai. Dari hasil pengolahan data telah
didapat, kategori postur tubuh yang perlu diperbaiki sesuai metode REBA.
Adapun kategori-kategori postur kerja sesuai dengan pengolahan data dapat
dilihat pada tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3 Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja
No Aktivitas Postur Grand Action Keterangan
score level
1. Pengambilan kedelai 1 11 4 Diperlukan perbaikan
setelah direndam saat ini juga
kedalam keranjang 2 12 4 Diperlukan perbaikan
saat ini juga
2. Pengambilan dan 1 9 3 Diperlukan perbaikan
Penuangan air untuk segera
pencucian kedelai 2 6 2 Diperlukan perbaikan
dalam keranjang 3 5 2 Diperlukan perbaikan
3. Membawa kedelai 1 10 3 Diperlukan perbaikan
setelah dicuci ke segera
bagian penggilingan 2 8 3 Diperlukan perbaikan
segera
3 7 2 Diperlukan perbaikan
4. Membawa kedelai 1 9 3 Diperlukan perbaikan
setelah digiling ke segera
bagian pemasakan 2 6 2 Diperlukan perbaikan
3 5 2 Diperlukan perbaikan

Dari tabel d atas, terdapat 4 postur kerja yang tergolong pada kategori
3 dalam arti berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan segera
mungkin. Serta 2 postur kerja yang tergolong dalam kategori 4, yang berarti
sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga.
Aktivitas pekerja yang masuk kategori level 4 yang berarti sangat
commit dan
berbahaya pada sistem musculoskeletal to user
diperlukan perbaikan saat ini juga

V-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

adalah aktivitas pengambilan kedelai setelah direndam kedalam keranjang baik


postur 1-1 maupun 1-2. Pada aktivitas pengambilan kedelai setelah direndam
kedalam keranjang, pekerja harus membungkuk dikarenakan letak kedelai di
dalam bak dengan ketinggian 40 cm. Kaki menekuk menahan beban tubuh agar
tangan bisa menjangkau kedelai dalam bak. Tangan melakukan jangkauan yang
agak jauh, lengan jauh dari posisi alamiah.
Aktivitas pekerja yang masuk kategori level 3 yang berarti berbahaya pada
sistem musculoskeletal dan diperlukan perbaikan segera adalah:
1. Aktivitas pengambilan dan penuangan air untuk pencucian kedelai dalam
keranjang postur 2-1. Postur 2-1 pekerja mengambil air bersih yang akan
digunakan mencuci kedelai hasil rendaman menggunakan ember. Punggung
pekerja membungkuk, leher agak tertunduk ke bawah sehingga beresiko
menimbulkan cidera punggung.
2. Aktivitas membawa kedelai setelah dicuci ke bagian penggilingan postur 3-1
dan 3-2.
a. Pada postur 3-1, pekerja mengangkat keranjang berisi kedelai yang sudah
dicuci air bersih. Pekerja membungkuk, leher menunduk kedepan, kedua
kaki agak menekuk kedepan menopang beban tubuh, mengangkat keranjang
kedelai dengan berat 15 kg dengan kedua tangan.
b. Pada postur 3-2, pekerja membawa keranjang berisi kedelai ke stasiun
penggilingan. Berat keranjang ditumpu dengan tangan kiri dan bahu sebelah
kiri. Pekerja berjalan menuju mesin penggilingan dengan mengangkat
kedelai dalam keranjang. Cara mengangkat pekerja sangant beresiko cidera
musculoskeletal.
3. Aktivitas membawa kedelai setelah digiling ke bagian pemasakan postur 4-1.
pekerja mengangkat wadah berisi kedelai cair hasil penggilingan yang akan
dibawa ke tungku pemasakan. Punggung pekerja membungkuk, kedua kaki
agak ditekuk, dan leher menunduk kedepan. Kedua tangan memegang wadah
berisi kedelai cair seberat 17 kg.

5.4. ANALISIS USULAN PERBAIKAN


Hasil pengolahan data
postur kerja dengan metode REBA telah
commit to user
merekomendasikan segmen-segmen dari postur kerja untuk dilakukan

V-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perbaikan. Anggota tubuh yang direkomendasikan adalah postur leher, punggung,


lengan, dan kaki. Secara umum berat beban pengangkatan dikategorikan dalam
kelompok aman terhadap sistem musculoskeletal. Rekomendasi perbaikan
(recommendation for action) dikategorikan menurut tingkat resiko terhadap
musculoskeletal. Setiap rekomendasi perbaikan akan diberikan tindakan sesuai
dengan seberapa besar pengaruhnya terhadap gangguan musculoskeletal.
Dari hasil rekomendasi postur kerja usulan, postur kerja yang tergolong
pada kategori 3 (tinggi) dan 4 (sangat tinggi) dalam arti berbahaya pada sistem
musculoskeletal dan perlu perbaikan, dilakukan perbaikan. Perubahan yang perlu
dilakukan adalah perubahan sikap/postur saat bekerja dan menambahkan alat
bantu untuk mempermudah kerja pekerja serta mengurangi postur kerja janggal/
tidak alamiah. Dari hasil perbaikan postur kerja, dihasilkan perubahan terhadap
nilai pada grand score ( masuk kategori level 2/ sedang) setelah dilakukan
perhitungan REBA . Perubahan yang perlu dilakukan pada postur kerja saat
bekerja sebagai berikut:
a. Posisi tubuh tidak terlalu membungkuk.
b. Tubuh tidak terlalu menekuk ke samping.
c. Jangkauan tangan saat peletakan agak diperkecil.
d. Kepala tidak menengadah (extension), menunduk atau menekuk ke samping.
e. Pergelangan tangan tidak terlalu menekuk.
f. Posisi kaki dalam keadaan tertopang oleh ke dua kaki.
Dalam hal pengangkatan beban, perlu dilakukan perubahan cara/ metode
mengangkat beban dengan cara manual, yaitu:
1. Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan
jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba.
2. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin dekat
beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada punggung, bahu
danlengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh.
3. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan
usahakan dalam posisi seimbang, tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok
sampai sudut paling nyaman.
commit to user

V-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk,
menyamping atau miring.
5. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan
sudut paling nyaman.

commit to user

V-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN
Hasil penelitian mengenai analisis sikap kerja para pekerja manual
material handling di pabrik tahu milik Bapak Markiman dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Aktivitas MMH pekerja bagian pencucian dan penggilingan kedelai dengan
postur kerja yang dilakukan sekarang ini masih beresiko menimbulkan
gangguan sistem musculoskeletal. Postur kerja para pekerja pada bagian
pencucian dan penggilingan kedelai yang masih beresiko gangguan
muskuloskeletal disebabkan oleh sikap punggung yang membungkuk,
membungkuk sambil menyamping, sikap kaki bertumpu pada satu atau dua
kaki ditekuk untuk menopang berat beban, serta cara mengangkat beban yang
salah.
2. Berdasarkan penilaian beban kerja baik metode langsung maupun tidak
langsung dapat diketahui bahwa beban kerja fisik pekerja bagian pencucian dan
penggilingan kedelai secara umum termasuk kategori sedang. Oleh karena itu,
perlu perbaikan agar beban kerja fisik masuk kategori ringan.
3. Berdasarkan penilaian dengan metode REBA, terdapat 4 postur kerja yang
tergolong pada kategori 3 dalam arti berbahaya pada sistem
musculoskeletal, perlu perbaikan segera mungkin. Serta 2 postur kerja
yang tergolong dalam kategori 4, yang berarti sangat berbahaya pada
sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga.
4. Usulan perbaikan metode kerja dalam mengangkat beban dengan
menggunakan prinsip MMH, yaitu sikap punggung dan pinggul diusahakan
segaris ketika melakukan aktivitas MMH. Kondisi ini menyebabkan
pembebanan pada punggung relatif kecil, karena tidak terjadi momen berat
tubuh pada bagian punggung. Selain itu juga dapat mengurangi keluhan nyeri
pada bagian punggung bawah (low back pain) dan mencegah terjadinya slipped
disk.
commit to user

VI-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6.2. SARAN
Beberapa saran yang diberikan dari hasil akhir penelitian ini adalah :
1. Kepada operator agar dapat agar menggunakan teknik pengangkatan yang
dapat meminimalkan resiko terjadinya gangguan otot dan metode kerja yang
standar sehingga masing-masing pekerja dapat bekerja secara maksimal untuk
meningkatkan produktivitas kerja.
2. Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi
membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu lama.
Untuk mengatasi problema ini maka stasiun kerja harus dirancang terutama
dengan memperhatikan fasilitas kerjanya.
3. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa
dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak
jangkauan normal konsep/prinsip ekonomi gerakan. Disamping pengaturan ini
bisa memberikan sikap dan posisi yang nyaman juga akan mempengaruhi
aspek-aspek ekonomi gerakan. Untuk hal-hal tertentu operator harus mampu
dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh sikap dan posisi kerja
yang lebih nyaman.
4. Kepada pihak perusahaan, agar dapat menerapkan beberapa alternatif saran
perbaikan dari hasil analisa penelitian sehingga dapat mengurangi resiko
cidera musculoskeletal.

commit to user

VI-2

Anda mungkin juga menyukai