Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

PENYAKIT FRAKTUR

Kelompok 5

Oleh : FITRIANA LAILATUL MUSYAFAAH


IRA IRAWAN
NOVITA DWI SAPUTRI
YOLA ERISARDO
Kelas : I.B

POLITEHNIK KESEHATAN PALEMBANG


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN KEPERAWATAN
Tahun Ajaran 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Cedera pada bagian sistem muskuloskelektal biasanya menyebabkan cedera
atau disfungsi struktur di sekitarnyadan struktur yang dilindungi dan disangganya.
Bila tulang patah, otot tidak berfungsi; bila saraf tidak dapat menghantarkan
impuls ke otot, seperti pada paralisis tulang tak dapat bergerak; bila permukaan
sendi tak dapat berartikulasi dengan normal, baik tulang maupun otot tak dapat
berfungsi dengan baik. Jadi meskipun fraktur hanya mengenai tulang, namun juga
menyebabkan cedera pada otot, pembuluh darah dan saraf di sekitar daerah fraktur.
Fraktur dan dislokasi merupakan rangkaian fenomena dan problema
muskuloskelektal yang sering terjadi pada anak anak. Seiring dengan proses
tumbuh kembangnya, sebagian besar waktu yang dimiliki anak anak adalah
waktu bermain. Memandang hal tersebut maka resiko fraktur maupun dislokasi
sdangat mungkin terjadi yang berakibat pada terganggunya proses perkembangan
mereka.
Fraktur atau patah tulang adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak
menyita perhatian masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya idulfitri
tahun ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak yang sebagian
korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang
banyak menyebabkan fraktur. Sering kali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat
mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia contohnya ada seorang
yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya
Ia pergi ke dukun pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang
terkilir.
Penanganan cedera sistem muskuloskelektal meliputi penberian dukungan pada
bagian yang cedera sampai penyembuhan selesai. Dukungan dapat diperoleh
secara eksternal dengan pemberian balutan, plester, bidai atau gips. Selain itu,
dukungan dapat langsung dipasang ke tulang dalam bentuk pin atau plat. Kadang
traksi juga harus diberikan untuk mengoreksi deformitas atau pemendekkan.
Berbagai intervensi harus diberikan berdasarkan masalah yang mungkin muncul
dari fraktur maupun masalah yang terjadi pada saat penanganan yang muncul pada
saat intervensi dilakukan untuk mengatasi masalah fraktur.
B. Rumusan Masalah
Dalam laporan ini rumusan masalah yang didaptkan yaitu pengertian fraktur femur,
etiologi, patofisiologi, manisfestasi klinis, pemeriksaan penatalaksanaan medis dan
bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur femur.
C. Tujuan Penulisan
1. Mampu mengidentifikasi pengertian fraktur femur
2. Mampu mengerti tentang penyebab dan tanda fraktur femur
3. Mampu memberikan penanganan awal pada pasien dengan fraktur femur
4. Mampu memberikan asuhan keperawatan dengan benar.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini yaitu menggunakan metode
pustaka dimana kami mencari bahan-bahan materi dari berbagai sumber yang
berkaitan dengan materi dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami fraktur femur.
Askep pada pasien dengan Fraktur (general)
FRAKTUR
A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis dan
luasnya yang terjadi jika tulang di kenai stress yang lebih besar seperti trauma atau
tenaga fisik (Brunner & Suddarth, 2001).
KLASIFIKASI FRAKTUR
Jenis-jenis fraktur ada 4, yaitu:
1. Fraktur komplet, yaitu: patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran (bergeser dari posisi yang normal)
2. Fraktur tidak komplet, yaitu: patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang
3. Fraktur tertutup (fraktur simple), yaitu fraktur yang tidak menyebabkan
robeknya kulit
4. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/ komplit), yaitu fraktur dengan luka pada
kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
Fraktur terbuka dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
a. Grade 1, dengan luka bersih yang kurang dari 1 cm.
b. Grade II, luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
c. Grade III, mengalami kerusakan jaringan lunak yang lebih berat
(Brunner & Suddarth, 2001)

Fraktur juga digolongkan sesuai dengan pergeseran anatomis fragmen tulang,


yaitu:
Greenstick : Fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak.
Dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi yang lain membengkok dan kortek
tulang dan periosteum masih utuh. Biasanya akan segera sembuh dan mengalami
remodeling ke bentuk dan fungsi yang normal.
Transversal : Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang (sepanjang garis tengah tulang)
Oblik : Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang
Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang
Kominutif : serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana
terdapat lebih dari dua fragmen tulang
Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi
pada tulang tengkorak dan tulang wajah)
Kompressi/ impaksi : Fraktur ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang
berada diantaranya seperti satu vertebra dengan vertebra yang lain
Patologik : Fraktur yang terjadi pada tulang yang berpenyakit (kista tulang,
penyakit piaget, metastasis tulang, tumor)
Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendo pada
perlekatannya (Price & Wilson, 1995).
B. PENYEBAB
1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada
tempat tersebut
2. Trauma tidak langsung: dimana jarak antara titik tumpul benturan dengan
terjadinya fraktur berjauhan
3. Proses penyakit: kanker dan riketsia
4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat
mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakang
5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga
dapat menyebabkan fraktur (misal: elektrik shock dan tetani)

C. PATOFISIOLOGI
Etiologi : trauma, kelemahan/ tekanan, patologi
Fraktur
Periosteum, cortex, pembuluh darah
Sum-sum tulang dan jaringan lunak terputus
Perdarahan jaringan skeletal
Hematoma canal medularis
Sebagian jaringan nekrosis
Stimulasi respon radang (vasodilatasi, eksudasi plasma, migrasi leukosit dan
infiltrasi sel darah putih)
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi.
spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung pada jaringan,
peningkatan tekanan pada saraf sensori, pergerakan pada daerah fraktur dan dapat
diminimalkan dengan bidai alamiah
2. Deformitas, akibat dari pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai
(perbedaan fungsi normal otot pada integritas tulang)
3. Pemendekan tulang yang terjadi karena kontraksi otot yang melekat diatas dan
dibawah tempat fraktur
4. Krepitus, bunyi derik tulang yang dapat diperiksa dengan tangan. Hal ini
terjadi karena gesekan antara fragmen satu dengan yang lain. Uji krepitus ini dapat
berdampak kurang baik, terjadinya kerusakan jaringan lunak yang lebih berat
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit, terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur yang timbul beberapa jam setelah kejadian.
6. Echimosis, ekstravasasi darah dalam jaringan subkutan (Brunner & Suddarth,
2001)

E. KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal
Syok hipovolemik/ traumatik, ketika terjadi fraktur (extremitas, vertebra, pelvis,
femur) yang mengakibatkan perdarahan dan kehilangan cairan extrasel kemudian
aliran darah berkurang di jaringan yang rusak dan mengakibatkan terjadinya syok
hipovolemik
Sindrom emboli lemak
Sindrom kompartemen
Trombo emboli vena, berhubungan dengan penurunan aktivitas/ kontraksi
otot/dan terapi antibiotik
Infeksi, biasanya pada fraktur terbuka, terjadi kontaminasi infeksi sehingga
perlu monitor tanda-tanda infeksi dan terapi antibiotik

2. Komplikasi lambat
Delayed union, proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan,
biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses infeksi
Non union, proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal
ini di sebabkan oleh fobrous union atau pseudoarthrosis
Mal union, proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan
bentuk)
Nekrosis avaskuler di tulang, karena suplai darah menurun sehingga menurunkan
fungsi tulang
F. PRINSIP PENANGANAN FRAKTUR
Prinsip penanganan fraktur ada 4, yaitu: rekognisi, reduksi, retensi dan rehabilitasi.
1. Rekognisi, mengenal jenis fraktur, lokasi dan keadaan secara umu; riwayat
kecelakaan, parah tidaknya luka, diskripsi kejadian oleh pasien, menentukan
kemungkinan tulang yang patah dan adanya krepitus.
2. Reduksi, mengembalikan fragmen tulang ke posisi anatomis normal untuk
mencegah jarinagn lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema
dan perdarahan. Reduksi ada 3 (tiga), yaitu:
Reduksi tertutup (close reduction), dengan cara manual/ manipulasi, dengan
tarikan untuk menggerakan fragmen tulang/ mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)
Traksi, digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi, dimana
beratnya traksi di sesuaikan dengan spasme otot. Sinar X digunakan untuk
memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen tulang
Reduksi terbuka, dengan memasang alat untuk mempertahankan pergerakan,
yaitu fiksasi internal (kawat, sekrup, plat, nail dan batang dan implant logam) dan
fiksasi ekterna (pembalutan, gips, bidai, traksi kontinue, pin dan tehnik gips
3. Reposisi, setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus di imobilisasi atau
dipertahankan dalam posisi penyatuan yang tepat. Imobilisasi dapat dilakukan
dengan cara fiksasi internal dan eksternal.
4. Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi, dengan cara:
Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
Meninggikan ekstremitas untuk meminimalkan pembengkakan
Memantau status neorovaskular
Mengontrol kecemasan dan nyeri
Latihan isometrik dan setting otot
Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
Kembali keaktivitas secara bertahap
G. TAHAP PENYEMBUHAN TULANG
1. Tahap pembentukan hematum
Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibri yang masuk kearea
fraktur , suplai darah meningkat, terbentuklah hematum yang berkembang menjadi
jaringan granulasi samapi hari kelima
2. Tahap proliferasi
Dalam waktu 5 hari hematum akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-
benang fibrin dalam gumpalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi,
invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan
sebagai matrik kolagen pada patahan tulang sehingga terbentuk jaringan ikat fibrus
dan tulang rawan
3. Tahap pembentukan kallus
Pertumbuhan jaringan berlanjut sampai celah terhubungkan. Memerlukan waktu 3-
4 minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus
4. Osifikasi
Pembentukan kallus mulai mengalami penulangan endokondrial. Mineral terus di
timbun hingga tulang benar-benar bersatu (3-4 bulan)
5. Konsolidasi (6-8 bulan) dan remodeling (6-12 bulan)
Tahap akhir dari perbaikan patah tulang dan kallus mengalami pembentukan tulang
sesuai aslinya.
H. TINDAKAN PEMBEDAHAN
1. ORIF (OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION)
Melakukan insisi dan menyusun kembali bagian fraktur dengan visual secara
langsung. Reduksi terbuka merupakan pilihan pengobatan untuk fraktur campuran
yang di sertai dengan injury neurovaskuler yang berat atau jika jaringan lunak
berada di permukaan antara dua tulang. Internal fixation membuat tulang menjadi
imobil dan dapat mencegah deformitas pada tulang tetapi bukan sebagai pengganti
untuk penyembuhan tulang.
Metode pelaksanaan ORIF:
Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan sepanjang
bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur
Fraktur diperiksa dan diteliti
Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka
Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali
Sesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat ortopedik
berupa; pin, sekrup, plate, dan paku
Keuntungan:
Reduksi akurat
Stabilitas reduksi tinggi
Pemeriksaan struktur neurovaskuler
Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal
Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat
Rawat inap lebih singkat
Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal
Kerugian: Kemungkinan terjadi infeksi dan Osteomielitis
2. EKSTERNAL FIKSASI
Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan
jaringan lunak (fraktur komplet pada humerus, lengan bawah, femur, tibia dan
pelvis
Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada
ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama
Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips.
Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang
Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya.
Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:
- Observasi letak pen dan area
- Observasi kemerahan, basah dan rembes
- Observasi status neurovaskuler distal fraktur
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi/ luas fraktur dan trauma
2. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur, juga untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram : dilakukan jika di curigai adanya kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi), atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multiple). SDP meningkat yang merupakan respon stres normal setelah trauma
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi
darah, tranfusi multipel atau cedera hati
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Aktivitas / istirahat
Tanda : Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara skunder, dari
pembengkakan jaringan, nyeri)
Sirkulasi
Tanda :Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon
terhadap nyeri,anxietas, atau hipotensiTachikardi (respon stres,
hipovolemi)
Penurunan/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera,
pengisian Kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena.
Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera
Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot
Kebas/ kesemutan (parastesis)
Tanda : Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan,
rotasi, krepitasi,spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang
fungsiAgitasi, berhubungan dengan nyeri, anxietas atau trauma lain
Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (terlokalisasi
pada area jaringan, kerusakan tulang, dapat berkurang pada
imobilisasi), tidak ada nyeri akibat kerusakan sarafSpasme/ kram
otot (setelah imobilisasi)
Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna,
Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap/ hati-hati)
Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Lingkungan cedera
Pertimbangan :DRG menunjukan rerata lama dirawat: Femur 7,8
hari; rencana pemulangan panggul/ pelvis 6,7 hari; lain-lain 4,4
hari (bila memerlukan perawatan dirumah sakit memerlukan
bantuan dengan transportasi, aktivitasperawatan diri dan
pemeliharaan rumah
2. Diagnosa keperawatan
a. Risiko tinggi terjadi trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang
b. Nyeri berhubungan dengan spasme otot; gerakan fragmen tulang; edema dan
cedera pada jaringan lunak; alat traksi/ mobilisasi; stress, anxietas
c. Risiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan
aliran darah; edema; pembentukan thrombus; hipovolemia
d. Risiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubngan dengan perubahan aliran
darah; emboli lemak; perubahan membrane alveolar/ kapiler; interstitial; edema
paru; kongesti
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuscular; nyeri; ketidaknyamanan; terapi
f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan primer; kerusakan kulit; trauma jaringan; prosedur invasive; traksi
tulang
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN FRAKTUR

PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa :
NIM :
Fakultas Ilmu Keperawatan :
Tempat Praktek :
Tanggal Praktek :

A. Identitas Data
Nama : An. R.
Umur : 10 Tahun
Nama Ayah/Ibu : - / Ny.Marni
Pekerjaan Ayah :-
Pekerjaan Ibu : Buruh
Alamat : Jalan Alpu Buntu Mapar RT.001/RW01 Jakarta Barat
Kultur : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan Ayah/Ibu : - / SD

B. Keluhan Utama
Kaki kanan sulit digerakkan setelah diserempet mobil
C. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Tidak dikaji (anak berumur 10 tahun)
D. Riwayat Masa Lampau
1. Penyakit waktu kecil
Anak tidak pernah sakit berat, hanya batuk dan pilek biasa. Anak pernah patah pada kaki
kiri akibat terjatuh saat umur 8 tahun tapi sembug setelah dibawa ke dukun urut
2. Pernah dirawat di rumah sakit
Tidak pernah
3. Obat-obatan yang digunakan
Bila sakit ringan (batuk & pilek) biasanya diberikan obat bebas (Tempra, Bodrexin).Bila
sakit berat (batuk, pilek, panas yang tidak sembuh-sembuh) baru dibawa ke dokter swasta.
4. Tindakan operasi
Tidak pernah
5. Alergi
Menurut ibu, tidak ada riwayat alergi.
6. Kecelakaan
Anak pernah terjatuh karena mengejar layangan dan bengkak serta patah pada kaki kiri
tapi sembuh setelah dibawa ke dukun urut
7. Imunisasi
Lengkap

E. Riwayat Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus dan
penyakit gangguan jiwa.Keluarga tidak ada menderita penyakit menular seperti TB Paru.

F. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh
Anak sudah mandiri
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Anak adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dan hubungan anak dengan saudara-
saudaranya baik hanya kadang-kadang bertengkar dengan kakaknya yang nomor dua.
3. Hubungan dengan teman sebaya
Klien biasa bermain dengan teman sebayanya, saat sehat anak sangat lincah bermain tetapi
semenjak sakit klien tidak bisa bermain dan untuk sementara berhenti sekolah.
4. Pembawaan secara umum
Klien tampak lincah.

G. Kebutuhan Dasar
1. Makanan yang disukai/tidak disukai
Anak kurang suka makan nasi dan lauk pauk, anak lebih senang dengan jajanan.
2. Pola tidur
Anak tidur 8 10 jam sehari
3. Mandi
Anak mandi sendiri, gosok gigi sendiri
4. Aktifitas bermain
Sangat aktif bermain
5. Eliminasi
BAB 1 2 kali sehari, BAK 6 8 kali sehari, sudah tidak pernah ngompol lagi

H. Keadaan Kesehatan Saat Ini


1. Diagnosa Medis
CKR & Fraktur Femur Dextra
2. Tindakan operasi
Tidak ada, hanya dipasang gips hemispice
3. Status Nutrisi
Berat badan klien 25 kg (normal berat badan untuk usia 10 tahun : 28 kg). Menurut ibunya
anaknya sangat aktif bermain dengan teman-temannya sehingga sering lupa
makan.Conjunctiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, nilai Hb. 11 g/Dl (n. 13 16), oedema
tidak ada.Sekarang klien dapat menghabiskan makanan yang diberikan di rumah sakit dan
tambahan jajanan dari luar.
4. Status cairan
Kulit tampak kering, oedema tidak ada, tidak terpasang infus
5. Obat-obatan
Ampicillin 3 x 250 mg, Panadol 3 x 1
6. Aktifitas
Selama dirawat, klien mengalami keterbatasan dalam beraktifitas
7. Tindakan keperawatan
Penyuluhan tentang pemberian nutrisi, pencegahan infeksi dan mobilisasi dini
8. Hasil Laboratorium
Hb 11 g/Dl, Ht. 33, Ery 4,5, Leuko 18.200, Trombo 318.000
9. X-Ray
Rontgen Femur Dextra : Fraktur Drafirs Femur Dextra tertutup

I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum, kesadaran CM tampak sakit sedang
2. Tinggi badan 147 cm
3. Berat badan 25 kg
4. Kulit, kering
5. Tengkuk, kaku kuduk (-)
6. Mata, sklera tidak ikterik, conjunctiva tidak pucat, mata tampak tidak
cekung
7. Telinga, tidak terdapat perlukaan, tidak terdapat cairan, cerumen (+)
8. Hidung, tidak terdapat ingus
9. Mulut, nampak sariawan dan terdapat karies pada gigi
10. Dada, simetris tidak ada kelainan
11. Paru-paru, ronchi(-), wheezing (-)
12. Jantung, BJ I dan BJ II terdengar normal, murmur (-), gallop (-)
13. Perut, tidak distensi
14. Punggung, tidak ada kelainan
15. Genitalia, tidak dikaji
16. Ektremitas, simetris, terdapat gips hemispice dari pinggang ke femur
dextra sampai dibawah lutut
17. Kelenjar getah bening, tidak ada pembengkakan
18. Tanda vital, S 36,2 C, N 90 x per menit, R 22kali per menit, T 110/70
mmHg

J. Pemeriksaan tingkat perkembangan


1. Kemandirian dan bergaul
Anak cukup mandiri dan banyak mempunyai teman di lingkungan rumahnya
2. Motorik Halus
Menurut ibu, anak pintar membuat mainan.
3. Kognitif dan bahasa
Menurut ibu, anak fasih berbicara dan di sekolah termasuk peringkat sepuluh besar di
kelas (Anak baru kelas 1 SD pada umur 9 tahun karena terlambat sekolah)
4. Motorik Kasar
Anak tampak lemah dalam melakukan aktifitas motorik kasar karena keadaan kakinya

K. Informasi Lain
Ibu mengatakan tidak tahu cara perawatan anaknya di rumah (rencana pulang dengan gips)
sehingga merasa cemas terhadap keadaan anak saat di rumah.

L. Ringkasan riwayat keperawatan


Klien masuk di UGD RSCM pada tanggal 2 Mei 1999 karena terserempet mobil saat
mengejar layangan.Sebelumnya os sempat pingsan, muntah (-).Klien dibawa ke RS
Husada dan dipasang spalk dan kemudian dirujuk ke RSCM.Os sulit menggerakkan kaki
kanan dan terasa sakit.Kemudian tanggal 3 Mei 1999 klien dirawat di R-BCH.

M. Masalah Keperawatan
1. Keterbatasan aktifitas
2. Resiko infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Keterbatasan aktifitas berhubungan Setelah diberikan tindakan - Kaji adanya rasa nyeri saat Rasa nyeri dapat membatasi
dengan pemasangan gips hemispica perawatan, klien dapat klien bergerak pergerakan klien
pada paha kanan beraktifitas dengan optimal
dengan kriteria : - Kaji pergerakan kaki kanan Untuk mengevaluasi
- Dapat berjalan dengan kemampuan gerak kaki
Data Subyektif : dibantu tongkat kanan
- Klien mengatakan susah - Latih klien untuk
bergerak dan berjalan - Dapat menggerakkan menggerakkan persendian di bawah Untuk mencegah kontraktur
persendian di bawah gips gips pada kaki kanan
Data Obyektif : dengan optimal

- Klien tampak hati-hati saat


bergerak - Latih klien mengoptimalkan
ektremitas yang sehat Mengoptimalkan
kemampuan klien akan
- Latih klien berjalan dengan aktifitas
bantuan tongkat
Untuk melatih klien
mengoptimalkan keadaan

- Beri motivasi pada klien untuk sakitnya untuk beraktifitas


berlatih dengan memakai tongkat
Motivasi akan meningkatkan
- Anjurkan keluarga membantu keinginan klien untuk
klien beraktifitas melakukan aktifitas

- Fasilitasi kebutuhan sehari-hari Dukungan keluarga akan


klien meningkatkan motivasi klien
berlatih
- Kolaborasi : Rujuk ke
fisiotherapist Untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari klien

Mempercepat kesembuhan
klien
2. Resiko infeksi berhubungan dengan Selama dirawat klien tidak - Anjurkan klien untuk tidak Luka garukan akan beresiko
kurang pengetahuan klien / keluarga mengalami infeksi dengan menggaruk tepi gips untuk menimbulkan luka
terhadap perawatan gips kriteria tidak terdapat tanda- infeksi
tanda infeksi seperti - Anjurkan keluarga untuk
Faktor resiko : kemerahan, bengkak, nyeri memberi bedak anti gatal Untuk mengurangi rasa gatal
- Klien sering menggaruk tepi pada tepi gips sehingga mencegah klien
gips karena gatal menggaruk tepi gips
- Klien sering memasukkan - Anjurkan klien agar berhati-hati
benda-benda ke tepi gips saat BAB/BAK agar tidak mengotori Meminimalkan resiko
gips infeksi
- Anjurkan klien agar tidak
memasukkan benda-benda kecil ke Untuk mencegah terjadinya
tepi gips reaksi tubuh terhadap
allergen
- Kaji tanda-tanda infeksi pada
tepi gips Tepi gips adalah area yang
tertekan sehingga mudah
terserang infeksi
- Anjurkan keluarga untuk
memberikan perawatan kebersihan Dengan kebersihan terjaga,
bagi klien secara adekuat resiko infeksi dapat
diminimalkan
- Anjurkan keluarga melaporkan
bila ada rasa nyeri pada tepi gips
Menunjukkan adanya infeksi
sehingga perlu tindakan
segera
IMPLEMENTASI

Tgl. No.Dx.Kep Implementasi Evaluasi


22/5/99 1. - Mengkaji nyeri saat klien bergerak S:
- Mengkaji pergerakan kaki kanan - Klien mengatakan nyeri saat bergerak
- Melatih klien menggerakkan persendian di - Klien mengatakan akan berlatih memakai tongkat
bawah gips - Keluarga mengatakan akan membantu klien beraktifitas
- Memberi motivasi pada klien untuk O :
berlatih dengan memakai tongkat - Klien meringis
- Menganjurkan klien mengoptimalkan - Klien mapu menggerakkan kaki kanan
bagian yang sehat A : Masalah belum teratasi
- Menganjurkan keluarga membantu klien P : Lanjutkan rencana intervensi
beraktifitas

17/599 2. - Menganjurkan klien untuk tidak S :


menggaruk tepi gips - Ibu mengatakan akan membantu anak menjaga kebersihan diri
- Menganjurkan keluarga memberi bedak - Ibu mengatakan akan membeli bedak gatal
anti gatal - Klien berjanji tidak akan menggaruk atau memasukkan benda
- Menganjurkan klien agar tidak kecil ke tepi gips
memasukkan benda kecil ke tepi gips O:
- Mengkaji tanda-tanda infeksi - Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area tepi gips
- Menganjurkan keluarga untuk memberi
perawatan kebersihan yang cukup pada klien A : Masalah tidak terjadi
P : Lanjutkan rencana intervensi
AKTIFITAS HARIAN PRAKTEK M.A. KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa : Subhan


NIM :010030170 B
Ruangan : BCH RSCM
Tanggal Praktek : 22 Mei 1999

Waktu Kegiatan Keterangan

14.30 Tiba di ruangan dan melapor pada perawat ruangan tentang pergantian
WIB dinas

14.45 Melakukan pengkajian pada klien kelolaan : An. R. Klien masuk tanggal 2 Diagnosa Medis :
15.15 Mei 1999 dengan keluhan utama nyeri pada kaki saat digerakkan akibat - CKR
WIB terserempet mobil saat mengejar layangan. Klien dipasang gips hemispica - Fraktur Femur
pada paha kanan pada tanggal 21 Mei 1999. Gips masih belum kering
sempurna.

Masalah perawatan yang ditemukan :


- Keterbatasan aktifitas
- Resiko infeksi
Diagnosa Perawatan :
- Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan pemasangan gips
hemispica pada paha kanan
- Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan
klien/keluarga terhadap perawatan gips

15.15 Melakukan penyuluhan kesehatan pada An. M (Laki, 12 tahun) tentang : Diagnosa Medis : Hipospadia pasca
15.45 - Latihan miksi teratur koreksi
WIB - Personal hygine pada area genitalia
- Pemenuhan nutrisi untuk mempercepat proses penyembuhan

16.00 Melakukan penyuluhan kesehatan pada An. S.I (Perempuan, 2 tahun) Diagnosa Medis : Repair Colostomy
16.20 tentang :
WIB - Pencegahan infeksi
- Personal hygine
- Tumbuh kembang anak toddler
- Pemberian makan yang adekuat

16.20 Melaksanakan intervensi keperawatan pada klien kelolaan An. R. untuk Implementasi dan evaluasi ada pada
16.45 diagnosa perawatan 1 laporan praktek
WIB
17.00 Melakukan penyuluhan kesehatan pada An. N. (Laki, 11 bulan) tentang : Diagnosa Medis : Pasca Duhamel
17.15 - Pencegahan infeksi
WIB - Personal hygine
- Tumbuh kembang anak
- Pemberian nutrisi yang adekuat

17.20 Melaksanakan intervensi pada klien kelolaan untuk diagnosa perawatan ke- Implementasi dan evaluasi ada pada
18.10 2 laporan praktek
WIB
18.15 Melaksanakan pencatatan
18.30
WIB
18.30 Istirahat Makan
19.00
WIB
19.00 Melaksanakan evaluasi terhadap penyuluhan pada klien An. M dengan
19.20 hasil :
WIB - Klien dapat menjelaskan tentang latihan miksi
- Klien dapat menjelaskan tentang personal hygine yang baik
- Klien dapat menjelaskan tentang peranan nutrisi yang adekuat
terhadap proses penyembuhan
19.30 Melaksanakan evaluasi penyuluhan pada keluarga klien An. S.I dengan
19.45 hasil :
WIB - Ibu dapat menyebutkan cara-cara pencegahan infeksi
- Ibu dapat menyebutkan karakteristik tumbuh kembang anak toddler
- Ibu mengatakan akan berusaha memberikan makanan yang adekuat

19.50 Melakukan evaluasi pada klien kelolaan Evaluasi dapat dilihat pada NCP praktek
20.10
WIB
20.10 Melakukan pencatatan
20.30
WIB
20.30 Pulang
WIB
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. E. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. Ed. 3. Jakarta: EGC
Price, S. A. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart. Ed. 8.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai