UAP/NSTEMI
ICD X 120.0
1. Pengertian Angina pektoris tak stabil (Unstable angina = UA) dan infark miokard
(definisi) akut tanpa elevasi ST (non ST elevation myocardial infaction =
NSTEMI) diketahui merupakan suatu kesinambungan dengan kemiripan
patofisiologi dan gambaran klinis sehingga pada prinsipnya
penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnosis NSTEMI
ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis UA menunjukkan bukti
adanya nekrosis miokard berupa peningkatan biomarker jantung
Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri dada, yang menjadi
salah satu gejala yang sering didapatkan pada pasien.
2. Klasifikasi CCS Functional Classification of Angina :
Gejala didapatkan rasa tidak enak di dada yang tidak selalu sebagai rasa
sakit, tetapi dapat pula sebagai rasa penuh di dada, tertekan, nyeri,
tercekik atau rasa terbakar. Rasa tersebut dapat terjadi pada leher,
tenggorokan, daerah antara tulang skapula, daerah rahang ataupun
lengan. Sewaktu angina terjadi, penderita dapat sesak napas atau rasa
Iemah yang menghilang setelah angina hilang. Dapat pula terjadi
palpitasi, berkeringat dingin, pusing ataupun hampir pingsan.
Pemeriksaan fisik
Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Pada auskultasi
dapat terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah
apeks. Frekuensi denyut jantung dapat menurun, menetap atau
meningkat pada waktu serangan angina.
EKG
Gambaran EKG penderita dapat berupa depresi segmen ST, depresi
segmen ST disertai inversi gelornbang T, elevasi segmen ST, hambatan
cabang ikatan His dan tanpa perubahan segmen ST dan gelombang T.
Enzim
Troponin, CK NAC, CK-MB. Kadar enzim dapat normal atau
meningkat tetapi tidak melebihi nilai 50% di atas normal.
3. Anti-platelet agents
5. Revaskularisasi
a. Diet (hiperlipidemia)
b. Rokok
c. Hipertensi
d. Stress
e. Obesitas
f. Kurang aktifitas
g. Diabetes Mellitus
h. Pemakaian kontrasepsi oral
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Ras
d. Herediter
FAKTOR PENCETUS SERANGAN
1. Emosi
2. Stress
3. Kerja fisik terlalu berat
4. Hawa terlalu panas dan lembab
5. Terlalu kenyang
6. Banyak merokok
7. Komplikasi Infark miokard akut
Cardiac arrest
Aritmia
8. Prognosis Tergantung penyebab, beratnya gejala, dan respon terapi
9. 1. Wanita
Penatalaksanaan
pada kondisi Wanita dengan UA/NSTEMI diterapi sama dengan pasien laki-laki.
Pasien harus mendapat ASA dan diindikasikan untuk test invasif dan
tertentu
non invasif (1,8)
2. Diabetes Mellitus
Angiografi (I, B)
CABG ulang untuk SVG stenosis (II, C)
Stress test (II, C)
4. Pasien tua
Rontgen Thorax
Ekokardiografi
HIPERTENSI
Anamnesis 1. Riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya, riwayat minum obat anti hipetensi.
2. Riwayat keluarga hipertensi dan atau penyakit kardiovaskuler, Riwayat
' merokok, Diabetes melitus, obesitas, inaktifitas fisik, dislipidemia.
3. Kepala terasa nyeri, berat, leher kaku terutama pagi hari bangun tidur.
4. Dapat tanpa gejala
Kriteria Sesuai dengan criteria JNC VII
Diagnosis
Klasifikasi Sistol Diastol
. Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi stage I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi stage II > 160 Atau > 100
Diagnosis Kerja
1. Hipertensi Stage I
2. Hipertensi Stage II
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium :
Darah rutin,
Urin Rutin,
Ureum,
Kreatinin,
Elektrolit Darah Na, K, Cl, Ca, Mg, P Anorganik,
Gula darah,
Profil lipid
Pemeriksaan radiologi:
X foto thoraks
Pemeriksaan lain:
EKG
Tatalaksana 1. Nonfarmakologis: Perubahan/ modifikasi gaya hidup (batasi asupan garam,
turunkan berat badan jika berlebih, olah raga teratur, tak merokok, bebas alkohol
,meditasi ).
2. Obat anti Hipertensi (diuretik, beta bloker, ACE inhibitor, ARB, Ca channel
bloker,Anti aldosteron, Direct vasodilator, receptor central acting)
3. Hipertensi stage 1 dapat diberikan monoterapi, bila disertai faktor risiko
dapatdimulai obat kombinasi.
4. Hipertensi stage 2 dapat diberikan obat kombinasi
Edukasi 1. Perubahan gaya hidup. (menjaga BB ideal BMI 18,5-24,9 kg/m2, Aktifitas fisik
minimal 30 menit perhari seminggu 5x, kurangi konsumsi alkohol (<30ml
etanol), Diet rendah garam <3,5gr, DASH diet ( sayur, buah-buahan, rendah
lemak).
2. Minum obat anti hipertensi teratur.
3. Rajin kontrol tekanan darah.
Komplikasi Krisis Hipertensi
Stroke
Gagal jantung
Diabetes melitus
Prognosis Baik jika tanpa komplikasi kerusakan target organ. Atau bukan hipertensi
emergensi/urgensi.
Kepustakaan 1. JNC VII
2. CHEP guideline 2013
3. NICE guideline 2012
DEMAM TIFOID
Pengertian Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi
(Definisi) kuman Salmonella typhii atau Salmonella paratyphii
Klasifikasi -
Anamnesis Adapun gejala klinis demam tifoid yang didapat dari anamnesia diantaanya :
Demam naik secara bertahap pada minggu pertama, lalu demam
' menetap(kontinyu)atau remitten pada minggu kedua
Demam terutama sore/malam hari
Sakit kepala
Nyeri otot
Anoreksia
Mual, muntah
Konstipasi atau diare
Kriteria Pemeriksaan Fisik
Diagnosis
Febris
. Kesadaran berkabut/apatis
Bradikardia relatif (peningkatan suhu 10 C tidak diikuti peningkatan denyut
nadi 8x/menit)
Lidah berselaput(kotor di tengah, tepi dan ujung merah, serta tremor)
Hepatomegali
Splenomegali
Nyeri abdomen
Roseola (jarang pada orang Indonesia)
Kriteria Diagnosis
Sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Laboratorium :
a. Darah rutin : Dapat ditemukan lekopeni, leukositosis atau normal,
Anesonifilia, Limfopenia, Peningkatan LED, Anemia ringan,
Trombositopenia,
b. Test fungsi liver : dapat muncul Gangguan fungsi hati
c. Kultur darah (biakan empedu) positif, Kultur darah negatif tidak
menyingkirkan diagnosis
d. Widal: Peningkatan titer uji widal > 4kali lipat setelah satu minggu
memastikan diagnose, Uji widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320
atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas mnyokong diagnosis
e. Test Tubex
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium :
Darah perifer lengkap
Serologi Widal dan Tubex
Kultur
Tes fungsi hati
Kepustakaan Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V bab Demam Typhoid 2011 2. Panduan
Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia 2009
DIARE AKUT
Pengertian 1. Perubahan pada frekuensi buang air besar menjadi lebih sering dari normal
(Definisi) ATAU perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer ATAU kedua-duanya
dalam waktu kurang dari 14 hari.
2. Umumnya disertai dengan segala gangguan saluran cerna yang lain seperti
mual, muntah dan nyeri perut, kadang-kadang disertai demam, darah pada
feses serta tenesmus (gejala disentri).
Klasifikasi Klasifikasi dehidrasi secara klinis:
1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% dari berat badan. Klinis : turgor
kurang, suara serak, belum presyok
2. Dehidrasi ringan-sedang: kehilangan cairan 5-8% dari berat badan. Klinis:
turgor buruk, suara serak, keadaan bisa presyok/syok, nadi cepat, napas cepat
dan dalam.
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan > 8% dari berat badan. Klinis: tanda
dehidrasi sedang ditambah kesadaran turun, sianosis.
Anamnesis Adapun gejala klinis diare akut yang didapat dari anamnesia diantaranya :
' Onset
Frekuensi
Kuantitas
Muntah
Adakah darah dan lender bercampur dalam feses
Riwayat traveling
Riwayat pengobatan antibiotic sebelumnya
Adanya penyakit yang mendasari missal: HIV/AIDS
Kriteria Pemeriksaan Fisik :
Diagnosis
Penilaian tingkat kesadaran: compos mentis, apatis
. Periksa berat badan
Frekuensi jantung
Frekuensi napas, pola pernapasan
Tekanan darah
Suhu tubuh
Fisik abdomen: peristaltic usus
Tanda dehidrasi:
Kesadaran
Tekanan nadi
Hipotensi postural
Membrane mukosa kering
Mata cowong/cekung
Turgor kulit
Capillary refill
Produksi urine
Kriteria Diagnosis
Sesuai dengan definisi.
Indikasi Rawat inap jika:
1. Dehidrasi sedang sampai berat
2. Vomitus persisten
3. Diare yang memberat dalam 48 jam
4. Usia lanjut dan geriatri
5. Pasien dengan imunkompromais
6. Diare akut dengan komplikasi (misal gagal ginjal akut)
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium :
Terapi simptomatis:
1. Antimotilitas : Loperamid, Difenoksilat
2. Antispasmodik/Spasmolitik :Hyosin-n-butilbromid, Ekstrak belladonna,
Papaverine
3. Pengeras feses : Attapulgite, Smektit, Kaolin-pektin
4. Anti emetic jika perlu
5. Anti piretik jika perlu
GASTRITIS
ICD-10 K29.7
Pengertian Proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung sebagai
(Definisi) mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan
lain. Proses inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
Klasifikasi
Anamnesis Rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut bagian atas. Keluhan mereda
atau memburuk bila diikuti dengan makan, mual, muntah dan kembung.
'
Faktor Risiko :
Pola makan yang tidak baik: waktu makan terlambat, jenis makanan pedas,
porsi makan yang besar
Sering minum kopi dan teh
Infeksi bakteri atau parasit
Pengunaan obat analgetik dan steroid
Usia lanjut
Alkoholisme
Stress
Penyakit lainnya, seperti: penyakit refluks empedu, penyakit autoimun,
HIV/AIDS, Chron disease
Kriteria Pemeriksaan Fisik :
Diagnosis
Penilaian tingkat kesadaran: compos mentis, apatis
. Nyeri tekan epigastrium dan bising usus meningkat.
Bila terjadi proses inflamasi berat, dapat ditemukan pendarahan saluran cerna
berupa hematemesis dan melena.
Biasanya pada pasien dengan gastritis kronis, konjungtiva tampak anemis.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk
diagnosis definitif dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan Penunjang :
Tidak diperlukan, kecuali pada gastritis kronis dengan melakukan pemeriksaan :
Darah rutin.
Untuk mengetahui infeksi Helicobacter pylori : pemeriksaan Urea breath test
dan feses.
Rontgen dengan barium enema.
Endoskopi
Tatalaksana Terapi Suportif:
Terapi diberikan per oral dengan obat, antara lain: H2 Bloker 2x/hari (Ranitidin
150 mg/kali, Famotidin 20 mg/kali, Simetidin 400-800 mg/kali), PPI 2x/hari
(Omeprazol 20 mg/kali, Lansoprazol 30 mg/kali), serta Antasida dosis 3 x 500-
1000 mg/hari.
Kepustakaan Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S. eds. Buku ajar
ilmu penyakit dalam. 4 ed. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. 2006. (Sudoyo, et al., 2006)
BRONKITIS AKUT
ICD-10 : J 20
Pengertian Peradangan pada bronkus disebabkan oleh infeksi saluran napas yang
(Definisi) ditandai dengan batuk (berdahak maupun tidak berdahak) yang
berlangsung hingga 3 minggu.
Klasifikasi
Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkanan dari anamnesa berupa batuk, demam,
kadang-kadang sesak napas dan nyeri dada
Dari pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas.
Pemeriksaan Penunjang :
Darah rutin.
Foto toraks PA dan Lateral
Tatalaksana Oksigen
Fisioterapi
Antibiotika
Mukolitik/ ekspektoran
Bronkodilator bila ada obstruksi
Anti perdarahan bila ada hemaptoe
Edukasi Tingkatkan daya tahan tubuh dengan cara makan yang bergizi, olah raga
teratur. Anjurkan untuk berhenti merokok
Prognosis - Bonam
Kepustakaan 1. Sydney S. Braman. Chronic Cough Due to Acute Bronchitis: ACCP
Evidence-Base Clinical Practice Guidelines. Chest Journal.
2006;129;95S-103S
2. Snow V, Mottur-Pilson C, Gonzales R. Principles of appropriate
antibiotic use or treatment of acute bronchitis in adult. Ann Intern Med
2009;134:518-520