Anda di halaman 1dari 3

1.apa gejala dan gambaran klinis yang muncul di scenario?

Gejala : Nyeri adalah gejala yang paling umum dari OLR. Gejala bervariasi dari ringan sampai parah.
Tapi sebagian besar kasus menunjukkan gejala yang moderat. Ada komplikasi pada rongga mulut
seperti rasa logam atau mulut kering. Tingkat prevalensi OLR adalah sekitar tiga kali lebih tinggi pada
wanita dibandingkan pria, dan tertinggi pada usia 50 tahun. Hal ini sama dengan kasus, pasien adalah
seorang wanita berusia 46tahun.
Gambaran klinis : Pemeriksaan dalam rongga mulut tampak pada mukosa berupa plak berwarna putih,
berbentuk anyaman (straie), disekitarnya eritema, dan terasa sakit.

2.apa saja dd dari diagnose di scenario ?


- Oral Lichen Planus : tidak dapat dijadikan diagnosa karena lesinya yang lebih meluas, ada di
lebih dari satu bagian di rongga mulut dan bisa juga muncul di kulit atau genital.
- Graft Versus Host Disease dan drug-related lichenoid reaction : tidak dapat dijadikan
diagnosa karena penyebab lesi nya yang berbeda yaitu GVHD karena allogeneic
hematopoietic stem cell transplantation (HSCT) dan drug-related lichenoid reaction karena
reaksi obat
perbedaan :
OLR dengan OLP : perluasaan lesinya. Reaksi OLR terdapat pada area yang berkontak dengan dental
material, seperti mukosa bukal dan tepi lidah. OLR sangat jarang di gingiva, palatum, dasar mulut atau
dorsal lidah. Asimtomatik tapi ketika ada eritema dan ulcer merasakan ketidaknyamanan dari makanan
panas dan pedas.
Bagian yang paling umum muncul lesi adalah mukosa bukal, lidah (terutama pada dorsum), gingiva,
mukosa labial, dan tepi vermilion dari bibir bawah. Sekitar 10% dari pasien dengan OLP memiliki lesi
yang hanya terbatas pada gingiva

3.perawatan ?
Perawatan Tujuan utama perawatan likenoid oral adalah menghilangkan gejala rasa sakit,
menyembuhkan lesi, penurunan resiko kanker rongga mulut dan pemeliharaan oral higiene. Dalam
mencapai tujuan tersebut dapat digunakan modalitas perawatan farmakologik maupun non-
farmakologik. Berbagai macam bahan farmakologik seperti kortikosteroid,retinoid, cyclosporin dan
tacrolimus telah digunakan untuk merawat likenoid oral. Dari sekian banyak pilihan obat, kortikosteroid
merupakan pilihan utama yang paling sering dianjurkan karena memiliki efek imunosupresan dan anti
inflamasi yang sesuai dengan patogenitas likenoid. Pemberian obat-obatan golongan kortikosteroid
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara lokal ataupun sistemik.Dalam pengobatan farmakologik
secara lokal, kortikosteroid topikal paling banyak dipilih untuk merawat lesi atropik dan erosif.
Kortikosteroid topikal bermanfaat dalam mengurangi rasa sakit serta inflamasi. Pilihan obat yang dapat
digunakan adalah triamcinolone acetonide 0,1%, bethametasone valerate gel 0,05%, clobetasol
proprionate gel 0,05%, dan fluocinonide acetonide 0,05% ditemukan efektif pada lesi likenoid yang lebih
parah dan tidak merespon golongan lain. Obat ini juga dianjurkan terhadap pasien yang memiliki
penyakit sistemik seperti hipertensi dan diabetes karena memiliki efek samping yang lebih sedikit. Cara
penggunaan obat-obatan tersebut yaitu pasien diinstruksikan untuk mengaplikasikan selapis tipis pada
lesi sebanyak 3 kali sehari, setelah makan dan sebelum tidur.Pada pasien yang lesinya meluas dan
pemberiantopikal akan memberikan rasa tidak nyaman maka penggunaan suspensi berbentuk obat
kumur dapat digunakan untuk penggantinya.

4.patofisiologi ?
a. Electrochemical reaction
The interaction between dental materials especially dental amalgam and the oral fluids
result in structural degradation of the materials. Release of byproducts of these
degradations sets off the adverse reaction. The most severe corrosion of amalgam
restorations takes place in localized corrosion cells, such as pits and crevices.
b. Mechanical force degradation
Masicatory forces induce considerable wear and tear on dental materials. Abrasions and
fractures of structural components of dental materials in an electrolytic oral fluid
environment release byproducts inciting reactions of oral mucosal tissues. There are
significant synergism among electrochemical and mechanical forces.

The adverse reactions on the oral mucosal tissues can be either due to the toxic or irritative
nature of the material or allergic. Lesions caused due to toxic or irritant nature of the dental
material are a form of local inflammation induced by primary contact with chemicals and are
not mediated by lymphocytes. A chronic toxic reaction may be established due to repeated
or constant influence of toxic agents in low concentrations over long periods of time. Such
reactions are most frequently localized to the contact zone with the toxic agent and may be
seen in areas of the oral mucosa in direct contact with restorations.

Allergic contact lesions represent a lymphocyte-mediated delayed type of hypersensitivity


reaction that requires previous sensitization to the same chemical.

Patogenesis Reaksi likenoid oral merupakan penyakit yang diperantarai oleh reaksi hipersensitifitas tipe
IV dengan sel T dan CD8+ sebagai sel pemicu terjadinya apoptosis pada sel epitel. Peristiwa ini pada
awalnya dimulai dengan stimulus dari agen endogen dan eksogen. Agen endogen dalam hal ini adalah
stres sementara agen eksogen yaitu bahan tambalan, penyakit kronis graft versus host disease,
tembakau, trauma mekanis (koebner phenomenon) yaitu endapan kalkulus, gigi yang tajam, permukaan
restorasi atau protesa yang kasar, obat-obatan, infeksi viral, bakteri, dan alkohol.Sel yang berperan
dalam pengaktifan reaksi ini terdiri dari antigen yaitu obat, sel T, makrofag dan langerhans yang
bertindak sebagai APC/antigen presenting cells. Pengaktifan antigen diawali dengan perlekatannya
pada permukaan sel langerhans yang kemudian dikenali dan diaktifkan,proses pengaktifannya
berhubungan dengan major histocompatibility (MHC) kelas I pada keratinosit basal. Setelah pengaktifan
terjadi maka sel langerhans yang bertindak sebagai antigen presenting cells membawa antigen ke
limfosit. Limfosit akan melepaskan sitokin yang akan mengaktifkan makrofag sehingga menyebabkan
degranulasi. Makrofag menyebabkan terjadinya perlekatan molekul endotel-leukosit yang berperan
dalam terjadinya kerusakan pada lapisan basal dan fase kronis pada penyakit ini. Proses perusakan
lapisan basal dimulai dengan sitokin yang berinfiltrasi ke sub-epitel.Sel-sel yang berperan terdiri dari sel
T yang dimediasi oleh langerhans dan keratinosit. Proses perusakan terjadi melalui perlekatan T limfosit
diikuti dengan sitotoksik dan apoptosis keratinosis basal. Setelah semua proses maka timbul ulser
disertai gambaran hyperkeratosis dalam rongga mulut pasien. Kejadian inilah yang disebut dengan
reaksi likenoid oral.

5.perbedaan lesi jinak dan ganas ?


Perbedaan tumor jinak dan ganas
Suatu tumor dikatakan jinak ( benigna ) apabila gambaran makroskopik dan mikroskopiknya
menggambarkan bahwa tumor tersebut akan tetap terlokalisasi, tidak menyebar ke tempat lain.
Sedangkan suatu tumor dikatakan ganas ( maligna ) apabila menunjukkan bahwa lesinya
dapat merusak ke struktur lain di dekatnya dan bermetastasis serta dapat menyebabkan
kematian.

Karakteristik Tumor jinak Tumor ganas

Diferensiasi/ anaplasi Diferensiasi baik, struktur Diferensiasi tidak ada


sama dengan struktur
jaringan asal
Kecepatan pertumbuhan Biasanya progresif - lambat; Bervariasi dari lambat sampai
bisa menjadi stasioner atau cepat
regresi
Invasi Lokal Biasanya kohesif dan Invasif lokal, infiltratif ke
ekspansif; batas tegas; jaringan sekitar
sentrifugal
Metastasis Tidak ada Sering terjadi, semakin besar
dan semakin jelek
diferensiasinya semakin
sering terjadi metastasis
Reaksi radang Jarang terjadi Sering terjadi
Kematian Hampir jarang terjadi Sering terjadi
6. macam-macam lesi jinak dan cirinya :
Apa saja lesi pre kanker
Lesi/Kondisi Pre Kanker
Berdasarkan Warna Lesi :
a. Lesi putih : Leukoplakia, Lichen Planus non erosiva, Chronic Hyperplastic Candidiasis
b. Lesi merah : Erytoplakia, Submukus fibrosis
c. Lesi merah putih : Speckled leukoplakia, Lichen Planus Erosiva

Berdasarkan Jenis Lesi :


a. Lesi Pre Kanker : Leukoplakia, Erytoplakia, Erythroleukoplakia, Candidal Leukoplakia
b. Kondisi Pra Kanker : Lichen Planus, Submukus Fibrosis, Lichenoid Reaction, Actinic
Cheilitis, Discoid Lupus Erithematous

Anda mungkin juga menyukai