Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN HASIL OBSERVASI

NAMA : DENIS YUSFA


NIM : 31101400414

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
BAB I
LATAR BELAKANG
Dalam melakukan perawatan terhadap pasien anak-anak yang harus
diperhatikan adalah bagaimana sikap (perilaku) anak menerima suatu perawatan yang
diberikan oleh dokter gigi. Anak-anak memiliki berbagai macam sifat yang
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan praktek dokter
gigi. Perilaku anak tersebut ada kalanya dapat memudahkan atau menyulitkan dokter
gigi dalam melakukan perawatan. Dalam hal ini ada banyak cara yang bisa dilakukan
sehingga penting untuk seorang dokter gigi mengetahui perilaku anak dan bagaimana
cara berkomunikasi dengan anak sehingga perawatan yang dilakukan menjadi lebih
mudah.
Perawatan kesehatan gigi secara dini sangat berguna bagi anak yang masih
dalam taraf tumbuh kembang.Perawatan gigi sulung sangat penting agar anak dapat
mengolah makanan dengan baik.Selain itu, gigi sulung juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan rahang, serta untuk estetik.Peranan gigi sulung juga penting dalam
membantu anak berbicara dan sebagai petunjuk jalan bagi tumbuhnya gigi
permanen.Namun masih banyak orang tua yang menganggap bahwa gigi sulung tidak
perlu dirawat karena hanya sementara dan akan digantikan oleh gigi permanen.
Kondisi ini berimplikasi pada kerusakan gigi yang merupakan masalah paling umum
terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan penyakit yang lainnya. Akibatnya,
banyak anak-anak mengalami kehilangan gigi secara dini karena tindakan
pencabutan.
Menurut Thomas Enches
- Easy child : anaknya mudah diatur, mudah gembira, mudah utk menerima
pengalaman baru
- Difficult child : sulit ditenangkan, sulit mengekspresikan emosinya
- Slow to warm up child : interaksi dg cara perlahan, mebutuhkan waktu utk interaksi

Menurut Frankl, perilaku anak dibagi menjadi:


a. Sangat negatif : menolak perawatan, menangis dengan keras, ketakutan atau adanya
bukti penolakan secara terang-terangan.
b. Negatif : enggan menerima perawatan, tidak kooperatif, perilaku negative tetapi
tidak diucapkan (hanya muram dan tidak ramah).
c. Positif: menerima perawatan, kadang-kadang sangat hati-hati, ikhlas mematuhi
perintah dokter gigi, kadang-kadang timbul keraguan, tetapi pasien mengikuti
perintah dokter gigi dengan kooperatif.
d. Sangat positif: sangat bagus sikap terhadap dokter gigi, tertarik dengan prosedur
dokter gigi, tertawa dan menikmati perawatan yang dilakukan dokter gigi.

Menurut Wright, perilaku anak diklasifikasikan menjadi:


a. Kooperatif
Anak-anak yang kooperatif terlihat santai dan rileks. Mereka sangat antusias
menerima perawatan dari dokter gigi. Mereka dapat dirawat dengan sederhana dan
mudah tanpa mengalami kesulitan, pendekatan tingkah laku (perilaku).
b. Kurang kooperatif
Pasien ini termasuk anak-anak yang sangat muda di mana komunikasinya belum baik
dan tidak dapat memahami komunikasi dengan baik. Karena umur mereka, mereka
tergolong ke dalam pasien yang kurang kooperatif. Kelompok lain yang termasuk ke
dalam pasien yang kurang kooperatif adalah pasien yang memiliki keterbatasan yang
spesifik. Untuk anak-anak golongan ini, suatu waktu
tekhnik manajemen perilaku secara khusus diperlukan. Ketika perawatan dilakukan,
perubahan perilaku secara imediat yang positif tidak dapat diperkirakan.
c. Potensial kooperatif
Secara karakteristik, yang termasuk ke dalam kooperatif potensial adalah
permasalahan perilaku. Tipe ini berbeda dengan anak-anak yang kooperatif karena
anak-anak ini mempunyai kemampuan untuk menjadi kooperatif. Ini merupakan
perbedaan yang penting. Ketika memiliki cirri khas sebagai pasien yang kooperatif
potensial, perilaku anak tersebut bisa diubah menjadi kooperatif.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Keterangan Pasien
judul : anak perempuan berusia 11tahun datang dengan keluhan sakit gigi. kondisi
umum : anak mempunyai riwayat gangguan down syndrome.
input : anak tersebut mempunyai retardasi mental atau down syndrome maka
cenderung tidak kooperatif.
proses : dokter gigi melakukan perawatan non farmakologi dengan komunikasi, tell
show do, reinforcement, serta farmakologinya di berikan sedasi.
pertama masuk ruangan, pasien disambut ramah dan senyuman
dokter gigi mengajak pasien dan orangtuanya keruang praktek
diruang praktek gigi melakukan komunikasi dengan nyaman dan ramah lalu membuat
pasien merasa nyaman dan tidak takut. diberikan teknik tell show do dan
reinforcement diakhir perawatan agar pasien tidak takut datang kembali dan senang
diberikan hadiah. selain diberikan penanganan nonfarmakologi dilakukan juga
penanganan farmakologinya berupa sedasi. sedasi yang diberikan berupa masker gas
n02 yang dihirup sehingga pasien akan merasa rileks tetapi dapat berkomunikasi dan
merespon tiap intruksi.
5. Tipe Perawatan :
Dokter gigi melakukan perawatan NON FARMAKOLOGI dengan metode TSD yaitu
Tell Show Do merupakan teknik membentuk tingkah laku yang digunakan oleh
professional pediatri. Teknik ini merupakan salah satu teknik yang popaler digunakan
dalam kedokteran gigi. Teknik ini melibatkan penjelasan verbal prosedur dalam frase
sesuai dengan tingkat perkembangan pasien atau menceritakan mengenai perawatan
yang akan dilakukan (tell), prosedur ditetapkan secara hati-hati, tanpa ada ancaman.
Kemudian menunjukkan (show); memperlihatkan beberapa bagian perawatan,
bagaimana itu akan dikerjakan, yaitu demonstrasi kepada pasien
melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, maupun sentuhan tanpa menyimpang
dari penjelasan dan demonstrasi yang telah diberikan serta tanpa ancaman. Terakhir
adalah melakukan (do), mengerjakan sebagaimana yang telah diceritakan dan
didemonstrasikan. Teknik tell -show-do digunakan dengan keterampilan komunikasi
(verbal dan nonverbal) dan penguatan positif.
Tujuan dari tell-show-do adalah untuk:
Mengajarkan aspek-aspek penting dari kunjungan pasien gigi dan membiasakan
pasien dengan pengaturan gigi
Bentuk respon pasien terhadap prosedur melalui de-sensitisasi dan harapan yang
baik dijelaskan
Indikasi:
Dapat digunakan untuk semua pasien, khususnya pada pasien yang baru datang
berkunjung dan memiliki kecemasan pada psikologisnya
Selain nonfarmakologi diberikan farmakologi yang berupa sedasi. sedasi dapat
diberikan melalui oral,intravena, intramuskular dan inhalasi. pasien yang diberikan
sedasi kesadarannya masih ada dan refleksnya normal termasuk refleks batuk. obat
yang digunakan untuk menenangkan anak yang tidak merespon teknik pengelolaan
tingkah laku atau tidak dapat memahami prosedur gigi. seringkali ini diberikan secara
oral. karena pasien menderita downsyndrome keuntungannya agar dapat
menurunkan gelisah,khawatir, cemas sehingga dapat melakukan perawatan dengan
baik dan benar.
indikasi Sedasi :
pasien yang cemas
yang menolak untuk dianastesi lokal
pasien yang berkebutuhan khusus
pasien yang tidak boleh stres
keuntungannya :
dapat disertai analgesik
tetap sadar mengatur konsentrasinya
tidak mempengaruhi fungsi organ tubuh kecuai otak
Output atau kesimpulan
anak tidak memberontak, anak menjadi lebih kooperatif saat dilakukan perawatan,
jangan lupa diberikan hadiah agar lebih gembira dan mau dilakukan perawatan
selanjutnya
BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil skenario pada kasus tersebut tipe anak adalah difficult treatment yaitu
anaknya susah diatur, tidak Kooperatif.

Anda mungkin juga menyukai