Anda di halaman 1dari 39

Manajemen Perilaku Anak

IKGA 1/ A
Anggota Kelompok :

Gracia Remawati 211611101001


Amanda Sukmalia Cesara 211611101002
Mulia Widya Winiswara 211611101003
Afifah Firda Amalia 211611101004
Adellia Charisma Putri 211611101005
Ni Nyoman Laksmi Lestari S. 211611101006
Nabela Dhea Ulhaq 211611101007
Shyntia Gabriel Paramita 211611101008
Yola Widia Putri Damania 211611101009
Dwi Amatul Firdausya 211611101010
Pengertian
Manajemen perilaku anak merupakan prosedur yang
ditujukan untuk meningkatkan keterampilan mengatasi
pasien anak, mencapai kesediaan dan penerimaan
perawatan gigi secara menyeluruh dan pada akhirnya
mengurangi persepsi anak bahwa perawatan gigi
merupakan hal berbahaya.
Tujuan

➢ Meningkatkan komunikasi antara dokter gigi dengan anak.


➢ Mempertahankan perawatan.
➢ Mengurangi rasa takut dan cemas anak.
➢ Membuat anak merasa nyaman selama perawatan.
➢ Meyakinkan anak dan orang tua pada prosedur perawatan.
➢ Membangun kepercayaan antara dokter gigi dan anak.
➢ Menjalankan prosedur perawatan gigi dengan aman, efektif,
dan efisien.
KLASIFIKASI
PERILAKU ANAK
Klasifikasi Menurut Wright

a. Kooperatif (Cooperative)
Sikap anak cukup tenang, memiliki rasa takut yang minimal, dan antusias
terhadap perawatan gigi dan mulut yang diberikan.

b. Tidak mampu kooperatif (Lacking in cooperative ability)


Anak dengan keterbatasan fisik maupun mental serta anak dengan usia
yang masih sangat muda (< 3 tahun) dengan kemampuan komunikasi
yang terbatas dan pemahaman yang kurang mengenai perawatan yang
akan dilakukan.
c. Berpotensi Kooperatif (Potentially cooperative)
Anak dalam kategori ini memiliki kapabilitas untuk menjadi kooperatif

Uncontrolled: Defiant:
Pasien berusia 3-6 tahun, sering Pasien segala usia terutama usia sekolah, orang tua kurang
tantrum, menangis, marah, berontak tegas. Pasien sering berkata “tidak mau!” dan sering protes di
dengan menggerakkan kaki dan tangan. rumah. Pasien berani dan suka menantang.

Timid:
Pasien takut, sering bersembunyi di balik orang tua
maupun tutup mulut. Jika salah strategi dapat menjadi
uncontrolled.
Tense-cooperative:
Pasien minimal berusia 7 tahun, ingin kooperatif dan
berusaha bersikap baik tapi juga sangat takut,
contohnya berpegangan ke kursi dengan sangat erat.

Whining:
Pasien bisa menangis sebagai coping mechanism atau
untuk mencari perhatian. Bisa juga sering mengeluh,
menerima tapi tidak merasa nyaman sehingga
memerlukan kesabaran untuk mengulang prosedur.
Frankl Behavioral Rating Scale
1. Definitely Negative (- -)
Pasien menolak perawatan, menangis keras, sangat takut, atau tindakan lainnya yang menggambarkan
negativitas ekstrim.

2. Negative (-)
Enggan untuk menerima perawatan, tidak kooperatif, beberapa sikap negatif ringan (contoh: cemberut,
menarik diri).

3. Positive (+)
Menerima perawatan, berhati-hati, mau menurut dengan dokter gigi secara kooperatif.

4. Definitely Positive (++)


Hubungan yang baik dengan dokter gigi, tertarik dengan prosedur dental, tertawa dan menikmati
situasi perawatan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU ANAK
A) Faktor Anak

A.1) Usia

Usia 2 tahun → Takut pada gerakan mendadak yang tidak terduga.


Contoh :
● Pergerakan mendadak pada dental chair tanpa peringatan akan menimbulkan rasa takut
● Cahaya yang terang

Usia 3 tahun → Sikap kooperatif muncul

Usia 4 tahun → Mampu mendengarkan dan tertarik untuk menjelaskan


Usia 5 tahun → senang melakukan
aktivitas berkelompok dan siap
berpartisipasi di dalamnya. Tetapi,
memiliki rasa khawatir bila terpisah dari
orang tua
Usia 6 - 12 tahun → Mampu menangani
ketakutan terhadap prosedur perawatan
gigi dari penjelasan dokter gigi
A.2) Jenis Kelamin

Anak perempuan memiliki kecemasan terhadap perawatan gigi lebih tinggi dibandingkan anak
laki-laki
B) FAKTOR KELUARGA

● Pola asuh orang tua dapat menentukan


sikap anak terhadap kecemasan dental
● Rasa takut dan cemas orang tua terhadap
perawatan gigi sehingga anaknya meniru
● Tindakan orang tua yang mengancam atau
menakut-nakuti anaknya untuk kunjungan
ke dokter gigi supaya anak berperilaku
baik
C) FAKTOR TIM DOKTER GIGI

● Sikap tim dokter gigi beserta staf


yang tidak telaten, kurang perhatian,
memaksa anak untuk melakukan
perawatan dapat meningkatkan
kecemasan dental anak
● Ketidakpahaman dokter gigi dalam
melakukan manajemen perilaku
pada anak juga dapat membuat anak
berperilaku tidak kooperatif.
D) FAKTOR LINGKUNGAN KLINIK GIGI

Dapat menimbulkan perubahan perilaku pada


Anak :
● Keadaan lingkungan kamar praktik (seperti
: bau obat-obatan, peralatan, bunyi bur,
atau mesin)
● Ruang tunggu yang pengap atau panas
Sebaiknya, :
● Ruangan praktik dokter gigi dibuat
senyaman mungkin untuk anak
DASAR
MANAJEMEN
PERILAKU ANAK
Pedodontic Treatment Triangle
TEKNIK
MANAJEMEN
PERILAKU ANAK
Komunikasi
Cara komunikasi dengan anak ada 2, yaitu:
1. Komunikasi verbal
- disesuaikan dengan tingkat pemahaman
- terkadang perlu second language (anestesi =
menidurkan gigi)
Ex : menanyakan pakaian baru, mainan
kesukaan, kakak/adik, film kesukaan dll.
2. Komunikasi non verbal
Ex : kontak mata, menjabat tangan anak,
tersenyum dengan penuh kehangatan, dll.
Modelling
Anak diajak untuk mengamati anak yang kooperatif yang sedang dirawat
giginya, bisa dengan secara langsung atau melalui video
- Sangat memberikan efek baik pada anak berusia 3-4 tahun
- Baik juga dilakukan pada kunjungan pertama
Tell-Show-Do (TSD)
TELL: menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti
anak tentang tindakan yang akan dilakukan, setiap kali anak
menunjukkan respon positif diberi penghargaan

SHOW: menunjukkan alat yang akan dipakai dan model gigi


sebagai contoh tanpa menimbulkan rasa takut, kalau bisa pasien
boleh memegangnya

DO: setelah ditunjukkan alatnya, tunjukkan bagaimana proses


tindakan yang akan dilakukan, dapat digabungkan dengan metode
modelling, kemudian melakukan tindakan sesuai dengan apa
yang telah disampaikan
Distraksi
: proses pengalihan fokus/perhatian anak pada nyeri ke stimulus/hal lain
Bisa dilakukan dengan cara:
1. Distraksi visual
Ex: diputarkan video, diberi buku
berisi gambar menarik, dll

2. Distraksi verbal
Ex: diputarkan lagu/musik anak-
anak, dokter yang bercerita sambil
melakukan tindakan
Desensitisasi

adalah salah satu teknik yang paling sering digunakan ahli psikologi untuk melawan rasa
takut
Ada 3 tahapan, yaitu:
1. Melatih pasien untuk rileks
2. Membangun hierarki stimulus
3. Mengenalkan setiap stimulus dari yang paling tidak sakit/menakutkan

Semangat dokter gigi tidak boleh patah ketika pasien menolak


Voice Control (Pengaturan Suara)

Metode ini dapat digunakan untuk mengubah perilaku anak


Ex : perintah yang tegas dan tiba-tiba dapat mengejutkan dan menarik
perhatian anak sehingga dapat kembali mengarahkan anak untuk
kooperatif

Tujuan : untuk mengontrol perilaku pasien dan mendapatkan perhatian


pasien
Reinforcement (Penguatan Positif)

adalah tindakan untuk menghargai


prestasi yang telah dicapai supaya
prestasi tersebut terus diulang
Penguatan ini dapat dilakukan dengan
memberikan penghargaan, seperti:
- Pujian lisan
- Sentuhan kasih sayang
- Hadiah berupa barang
Hand Over Mouth Exercise (HOME)
Hand Over Mouth Exercise (HOME) adalah suatu teknik manajemen
perilaku digunakan pada kasus yang selektif misalnya pada anak yang
histeris dan tidak dapat ditangani secara langsung.

Caranya :

Tangan dokter gigi menutup mulut anak

Untuk mengatasi anak yang berontak, dokter gigi dibantu untuk menahan Indikasi:
gerakan tangan dan kakinya yang tidak terkendali. •Anak tidak koperatif
Operator berbicara pada anak secara pelan dan jelas bahwa tangan akan (Melawan, Histeris,
dilepas jika anak berhenti berteriak dan mau mengikuti perintah Agresif
Ketika anak menunjukan respons positif beri pujian, jika anak tetap •Komunikasi tidak
membantah dan masih menunjukan sikap negatif, tindakan diatas diulang berjalan baik
kembali.
Restraint
Restraint / Protective stabilization atau Pelindung Stabilisasi
adalah teknik dengan pembatasan pergerakan pasien untuk
mengurangi pergerakan pasien yang tidak diinginkan serta adanya
risiko cedera pada semua orang di ruang perawatan gigi.

Papoose Board
Cara penggunaannya adalah anak ditidurkan dalam posisi Indikasi :
terlentang di atas papan datar dan bagian atas tubuh, tengah tubuh
A. Pasien dengan
dan kaki anak diikat dengan menggunakan tali kain yang besar.
retardasi mental
Pengendalian dengan menggunakan papoose board dapat
diaplikasikan dengan cepat untuk mencegah anak berontak dan B. Ketika keamanan
menolak perawatan. pasien, staff, dokter
gigi, dan orang tua
terancam.
C. Tidak diberi izin saat
melakukan sedasi atau
bius total
Sedasi Sadar
Sedasi sadar adalah kondisi saat pasien mengalami
penurunan kesadaran yang masih terkendali sehingga
reflek protektif masih dapat dipertahankan agar
pasien dapat mempertahankan pernapasannya sendiri
dan memungkinkan respon yang diharapkan melalui
stimulus fisik atau permintaan secara verbal.
INDIKASI
Pasien dengan rasa cemas
dan takut berlebihan
terhadap perawatan gigi
dilihat dari pemeriksaan
fisik, riwayat medik, dan
evaluasi status fisiologis
Anastesi Umum

Kondisi tidak sadar yang terkontrol disertai dengan kehilangan reflek


protektif, meliputi kemampuan untuk mengontrol pernapasan dan
merespon terhadap stimulus fisik atau verbal.

Indikasi :
•Pasien tidak kooperatif karena kurangnya kematangan secara Anastesi Umum
psikologis dan emosional dan/atau keterbatasan mental, fisik, dan
medis
•Pasien yang tidak efektif menerima anastesi local karena infeksi akut
•Pasien yang memerlukan prosedur pembedahan dan perawatan gigi
dengan segera dan komprehensif
Komunikasi Dokter Gigi dan Pasien
Anak
• Komunikasi dokter-pasien adalah hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter
gigi dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/pengobatan/perawatan yang
terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit dan puskesmas dalam
rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
• Komunikasi dalam interaksi dokter- pasien diartikan sebagai tercapainya
pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama pasien pada setiap
langkah penyelesaian masalah pasien.
• Diperlukan berbagai pemahaman seperti jenis komunikasi (lisan,
tulisan), menjadi pendengar yang baik, adanya penghambat proses
komunikasi, pemilihan penyampaian pikiran atau informasi dan
penerima informasi
• Dalam hubungan dokter-pasien, baik dokter maupun pasien dapat
berperan sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan
secara bergantian.
Tujuan komunikasi dokter-pasien

• Menciptakan hubungan interpersonal yang baik


• Melakukan pertukaran informasi
• Pengambilan keputusan medis (Larasati, 2019)
• Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua belah pihak
• Membantu pengembangan rencana perawatan pasien
• Membimbing pasien tentang penyakit atau masalah yang dihadapi
(Fourianalistyawati, 2012)
Komunikasi Efektif
• Respect
• Sikap menghargai dan menghormati

• Humble
• Sikap rendah hati, mau mendengarkan dan menerima kritik

• Empathy
• Kemampuan individu untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain

• Audible
• Dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik oleh penerima pesan

• Clarity
• Kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi
Proses Komunikasi Dokter Gigi dan Pasien Anak

Proses Komunikasi Primer


Proses komunikasi primer dilakukan dengan menggunakan
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami pasien anak.
• Pemilihan bahasa tersebut bertujuan agar pasien anak mudah
menginterpretasi isi pesan dan memberikan umpan balik
yang positif
• Melibatkan dukungan sosial (nasihat, dorongan positif dan
pujian)
• Menyampaikan pesan melalui perubahan gerak tubuh,
intonasi suara serta perilaku yang tenang
Proses Komunikasi Sekunder
Menggunakan alat sebagai sarana mengirim pesan yang
memudahkan pesan dipahami oleh pasien anak. Misal edukasi
tentang gigi dan cara merawatnya menggunakan phantom dan
sikat gigi.
Link Video

https://
drive.google.com/file/d/19UTdlw37tJOchZztsXqVPYqtQ5
ECzdaO/view?usp=sharing
Refrensi
• Fourianalistyawati, Endang. 2012. Komunikasi yang Relevan dan Efektif antara Dokter
dan Pasien. Junral Psikogenesis. 1 (1): 82-87
• Larasati TA. 2019. Komunikasi Dokter-Pasien Berfokus pada Pelayanan Kesehatan Primer.
JK Unila. 3 (1): 160-166
• Rahmaniah,Dewi N., Sari G. 2021. Hubungan Tingkat Kecemasan Dental Terhadap
Perilaku Anak dalam Perawatan Gigi dan Mulut. Jurnal Kedokteran Gigi (Dentin) Vol V
No,2. FKG Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin,
• Rilanto VM, Tanti H. 2017. Peran Komunikasi Interpersonal Dokter Gigi dalam
Menangani Kecemasan Pasien Anak.
• Wright GZ, Kupietzky A. Behavior Management in Dentistry for Children. 2nd ed. Iowa:
John Wiley & Sons Inc.; 2014.
• UTSD. 2019. Behaviour Management. https://www.youtube.com/watch?v=eMsTqEtBxMk
. [Diakses 02 Oktober 2021].

Anda mungkin juga menyukai