Anda di halaman 1dari 12

RUMAH SAKIT PARU RESPIRA

DERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


Pelayanan Prima Orientasi Kami (PPOK)

Rumah Sakit Paru RESPIRA Daerah Istimewa Yogyakarta


PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
RUMAH SAKIT PARU RESPIRA
Jl. Panembahan Senopati No 4 Palbapang, Bantul, Yogyakarta Telp.0274-367326-2810423 Fax.0274-2810424
Website : http://rsprespira.jogjaprov.go.id/ e-mail : bp4_yk@yahoo.com Kode Pos 55713

PENGESAHAN
PANDUAN PEMBERIAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH
RUMAH SAKIT PARU RESPIRA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Yogyakarta, .................. 2017

Kepala Seksi Pelayanan Medik Kepala Sub Bagian Umum,

........................................... ..............................................
NIP. NIP.

Direktur,

.........................................
NIP.

Rumah Sakit Paru RESPIRA Daerah Istimewa Yogyakarta


DAFTAR ISI

PENGESAHAN ......................................................................... i

KEPUTUSAN DIREKTUR ............................................................................ ii

BAB I PENGERTIAN .................................................................... 1

BAB II RUANG LINGKUP .................................................... 2

BAB III TATA LAKSANA .......................................................... 3

BAB IV DOKUMENTASI .............................................. 7

Rumah Sakit Paru RESPIRA Daerah Istimewa Yogyakarta


PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
RUMAH SAKIT PARU RESPIRA
Jl. Panembahan Senopati No 4 Palbapang Bantul, Yogyakarta Telp.0274-367326-2810423 Fax.0274-2810424
Website : http://rsprespira.jogjaprov.go.id/ Email : bp4_yk@yahoo.com Kode Pos 55713

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PARU RESPIRA


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NOMOR : ./
TENTANG
PANDUAN PEMBERIAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH

DIREKTUR RUMAH SAKIT PARU RESPIRA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Menimbang : a. bahwa pelayanan di Rumah Sakit Paru Respira dilaksanakan


secara seragam disetiap instalasi pelayanan;
b. bahwa untuk memenuhi tercapainya proses pelayanan terhadap
pasien yang membutuhkan pemberian darah dan komponen darah
yang baik dan benar, diperlukan panduan pemberian darah dan
komponen darah sesuai dengan prosedur;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan b perlu ditetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Paru Respira tentang Panduan Pelayanan transfusi darah di
Rumah Sakit Paru Respira.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran;
2. Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/MENKES/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/MENKES/PER/I/2010
tentang Perizinan Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.05/I/7876/2010
tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Paru Respira sebagai Kelas
C;
7. Peraturan Daerah Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3
Tahun 2015 tentang Kelembagaan Pemerintah Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta;

Rumah Sakit Paru RESPIRA Daerah Istimewa Yogyakarta


8. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 79 Tahun
2015 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Paru
Respira.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PANDUAN PEMBERIAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH RUMAH
SAKIT PARU RESPIRA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA..

Kesatu : Memberlakukan Panduan Pemberian Darah dan Komponen


Darah Rumah Sakit Paru Respira Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ke dua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila


dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI : YOGYAKARTA.
PADA TANGGAL :

DIREKTUR,

DR. JOKO SANTOSO, M.KES


NIP 19601126 199010 1 001

Rumah Sakit Paru RESPIRA Daerah Istimewa Yogyakarta


BAB I
PENGERTIAN

Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah penerima
(resipien). Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan
modern. Bila digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan
menigkatkan derajat kesehatan . Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah
untuk mengatasi kondisi yang menyebabakan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak
dapat diatasi dengan cara lain.
Terselenggaranya pelayanan transfusi yang bermutu dan aman sangat tergantung pada
upaya perbaikan mutu yang dilakukan oleh rumah sakit atau unit transfusi darah secara terus
menerus. WHO dalam Guidelines for Quality Assurance Programmes for Blood Transfusion
Services (1993) memberikan definisi mutu sebagai pemberian pelayanan atau produk yang
teratur dan dapat dipercaya serta sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
WHO telah mengembangkan strategi untuk transfusi darah yang aman dan
meminimalkan resiko transfusi. Strategi tersebut terdiri dari pelayanan transfusi darah yang
terkoordinasi secara nasional, pengumpulan darah hanya dari donor sukarela dari populasi resiko
rendah, pelaksanaan skrining terhadap semua darah donor dari penyebab infeksi serta pelayanan
laboratorium yang baik disemua aspek, termasuk golongan darah, uji kompatibilitas,
persiapan komponen darah, mengurangi transfusi darah yang tidak perlu dengan penentuan
indikasi transfusi darah yang tepat.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Pelayanan transfusi yang aman tergantung pada penyediaan produk darah yang aman
kecocokan antara darah yang akan diberikan dan pasien yang menerima transfusi,
serta ketepatan indikasi pemberian transfusi. Semua hal tersebut membutuhkan dukungan faktor-
faktor berikut :
- Ketersediaan dan ketaatan terhadap pedoman klinis transfusi
- SOP
- checklist
- Sumber daya manusia yang berkualitas
- Dukungan Teknologi yang menjamin mutu dan keamanan produk darah

Rumah Sakit Paru RESPIRA Daerah Istimewa Yogyakarta 2


BAB III
TATALAKSANA

1. Indikasi pemberian darah dan/atau produk darah

a. Pemberian Transfusi sel Darah Merah

1) Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kadar Hemoglobin (Hb)
<7 g/dl, terutama pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik
dan atau penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih
rendah dapat diterima.

2) Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan
hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan laboratorium.

3) Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb 10 g/dl, kecuali bila ada indikasi tertentu,
misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi
(contoh: penyakit paru obstruktif kronik berat dan penyakit jantung iskemik berat).

4) Transfusi pada neonates dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb 11 g/dL;
bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dL (seperti pada anemia
bayi prematur). Jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang
membutuhkan suplementasi oksigen batas untuk memberi transfusi adalah Hb 13
g/dL.

b. Pemberian tranfusi trombosit

Transfusi trombosit dapat digunakan untuk Mengatasi perdarahan pada pasien dengan
trombositopenia bila hitung trombosit <50.000/uL, bila terdapat perdarahan
mikrovaskular difus batasnya menjadi <100.000/uL. Pada kasus DHF dan DIC supaya
merujuk pada penatalaksanaan masing-masing.

c. Pemberian Tranfusi Plasma Beku Segar (Fresh Frozen Plasma = FFP) Transfusi
FFP digunakan untuk:
Rumah Sakit Paru RESPIRA Daerah Istimewa Yogyakarta 3
1) Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B) dan faktor inhibitor koagulasi baik yang
didapat atau bawaan bila tidak tersedia konsentrat faktor spesifik atau kombinasi.

2) Netralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang


mengancam nyawa.

3) Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi masif
atau operasi pintasan jantung atau pada pasien dengan penyakit hati.

2. Skrining donor darah

Pemeriksaan harus dilakukan secara individual (tiap individual bag atau satu unit plasma)
dan tidak boleh dilakukan secara pooled plasma.
Jenis pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan standard WHO, dalam hal ini meliputi
pemeriksaan atas sifilis, hepatitis B, hepatitis C dan HIV.
Metode tes dapat menggunakan Rapid test, Automated test maupun ELISA.

3. Teknik Transfusi Darah


a. Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah serta kecocokan antara
darah donor dan penderita. Penderita dipersiapkan dengan pemasangan infus dengan
jarum besar (16-18). Jarum yang terlalu kecil (23-25) dapat menyebabkan hemolisis.
b. Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki saringan untuk menghalangi
bekuan fibrin dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku memiliki saringan dan
ukuran pori-pori 170 mikron. Pada keadaan normal, sebuah transfusi set dapat digunakan
untuk 2 sampai 4 unit darah.
c. Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal tangan dan pada
lengan atas. Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk menjamin
kelancaran dan kecepatan transfusi.
d. Waktu mengambil darah dari lemari es, perhatikan plasmanya. Jika ada tanda-tanda
hemolisis (warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang belum akan
ditransfusikan harus tetap di dalam lemari es. Setelah darah sudah dikeluarkan dari lemari
es harus didiamkan selama 30 menit, dan barudapat ditransfusikan.

Rumah Sakit Paru RESPIRA Daerah Istimewa Yogyakarta 4


e. Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik. Dengan tetesan
hidrasi NaCl 20 tetes/menit. Jangan menggunakan larutan lain karena dapat merugikan.
Larutan dekstrose dan larutan garam hipotonik dapat menyebabkan hemolisis. Ringer
laktat atau larutan lain yang mengandung kalsium akan menyebabkan koagulasi. Jangan
menambahkan obat apapun ke dalam darah yang ditransfusikan. Obat-obatan memiliki
pH yang berbeda sehingga dapat menyebabkan hemolisis, lagipula bila terjadi reaksi
transfusi akan sulit untuk menentukan apakah hal itu terjadi akibat obat atau akibat darah
yang ditransfusikan.
f. Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat, maka
dibutuhkan darah hangat, karena darah yang dingin akan mengakibatkan aritmia ventrikel
bahkan kematian. Menghangatkan darah dengan air hangat hendaknya pada suhu 37-39
derajat C. Karena bila lebih 40 derajat C, eritrosit akan rusak. Pada 100 ml pertama
pemberian darah lengkap hendaknya diteliti dengan hati-hati dan diberikan perlahan-
lahan untuk kemungkinan deteksi dini reaksi transfusi.
g. Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat yang bisa tercapai
adalah 60 ml permenit. Laju transfusi tergantung pada status kardiopulmoner resipien.
Jika status kardiopulmoner normal, maka dapat diberikan 10-15 ml/kgBB dalam waktu 2-
4 jam. Jika tidak ada hemovolemia maka batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1
unit kurang lebih 3 jam) atau 1000 ml dalam 24 jam. Tetapi jika terdapat gagal jantung
yang mengancam maka tidak boleh ditransfusikan melebihi 2 ml/kgBB/jam. Karena
darah adalah medium kultur yang ideal untuk bakteri, sebaiknya transfusi satu unit darah
tidak boleh melewati 5 jam karena meningkatnya resiko proliferasi bakteri.
h. Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang dibutuhkan transfusi yang
cepat sampai 6-7 bag dalam setengah jam. Setelah sirkulasi tampak membaik dikurangi
hingga 1 bag tiap 15 menit.

Rumah Sakit Paru RESPIRA Daerah Istimewa Yogyakarta 5


Hal-hal yang Perlu diperhatikan selama transfusi :

Reaksi transfusi terhadap pasien


Infus, tetesan dan jenis cairan
Tanggal kadaluarsa cairan infus dan produk darah
Bekerja dengan teknk aseptik

Rumah Sakit Paru RESPIRA Daerah Istimewa Yogyakarta 6


BAB IV
DOKUMENTASI

1. Informed consent pemberian darah / produk darah.

2. Catatan pemberian darah / produk darah.

3. Reaksi transfusi dilaporkan dalam surveylance indikator mutu

Rumah Sakit Paru RESPIRA Daerah Istimewa Yogyakarta 7

Anda mungkin juga menyukai