Abstrak
Leptospira merupakan penyakit zoonosis infeksi bakteri dimana hewan pengerat dan hewan
ternak sebagai reservoir. Bentuk berat (Weils disease) disebabkan oleh Leptospira yang
berpotensi fatal yang meliputi gagal hati, gagal ginjal dan pneumonitis hemoragik. Gejala awal
leptospira seperti mialgia, pusing, konjungtivitis dan demam mungkin tidak didapatkan.
Anamnesa yang teliti berupa kontak dengan pengerat atau tinja dan atau hewan ternak
sebaiknya di pertimbangkan untuk mengidentifikasi pasien dengan resiko tinggi leptospirosis.
Pasien dengan perdarahan paru dan gagal ginjal harusnya diskrining untuk leptospirosis. Gagal
ginjal dapat timbul beberapa minggu setelah terpapar. Dilaporkan sebuan kasus dengan Weils
disease yang pada awalnya sulit untuk didiagnosa.
Leptospirosis is a zoonotic bacterial infection with a reservoir in rodents and farm animals. The
severe form (Weils disease) caused by Leptospira is potentially fatal and includes liver failure,
renal failure and haemorrhagic pneumonitis. Typical early symptoms of leptospirosis such as
myalgia, headache, conjunctivitis and fever may be absent. Careful history-taking for contact
with rodents or their excrement and/or farm animals should be performed to identify patients
at risk for leptospirosis. Patients with pulmonary haemorrhage and kidney failure should be
screened for leptospirosis. Liver failure may be attenuated or delayed by weeks. We describe
a case which proved difficult to diagnose.
1
2
Pendahuluan
Leptospirosis merupakan suatu penyakit spirocheta yang ditularkan melalui air yang
umum terjadi pada iklim tropis. Tikus dan hewan liar merupakan reservoir yang utama.
Infeksi pada manusia terjadi akibat kontak dengan urin, jaringan hewan terinfeksi, atau
air dan tanah yang terkontaminasi. Leptospirosis sistemik terjadi apabila infeksi yang
terjadi mengenai banyak organ. Manifestasi klinis dapat beragam mulai dari occult
tampilan klinisnya disebabkan oleh toksin bakteri atau faktor-faktor virulensi kuman.
tampilan klinisnya hanya berupa penyakit demam akut atau menyerupai influenza.
terberat yang mirip dengan sepsis bakterialis dan disertai keterlibatan banyak organ
Kematian yang terjadi sering diakibatkan oleh kegagalan banyak organ dan perdarahan
paru-paru. Diagnosis ditegakkan dari tes serologi, atau kultur darah, cairan
serebrospinal, dan urine pada media spesifik. Pengobatan dilakukan dengan kombinasi
Diagnosis klinis leptospirosis dapat menjadi sulit akibat keragaman tampilan klinis
yang kompleks dan tidak terjalin proses anamnesa yang baik. Sebuah laporan kasus
mengenai seorang laki-laki berusia 52 tahun yang dibawa ke rumah sakit karena sesak
3
napas, ikterus berat dan demam disertai perubahan status mental, gagal ginjal, sehingga
harus dibawa ke unit perawatan intensif (ICU). Diagnosis dikonfirmasi dengan tes
Laporan kasus
Seorang laki-laki usia 52 tahun datang ke rumah sakit dengan diagnosa syok sepsis
dengan gagal organ multipel (Acute Kidney Injury (AKI) stage III, Disseminated
dengue shock syndrome (DSS) dan stress ulcer. Pasien datang ke rumah sakit dengan
keluhan sesak napas, demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), sering
mengantuk, pasien memiliki riwayat badan berwarna kuning sejak 3 hari SMRS.
Bercak kemerahan pada badan baru disadari ketika pasien berada di RS, juga
didapatkan riwayat batuk berdarah dan keluar cairan kehitaman dari lambung. Pasien
mmHg laju nadi 100 x/menit dengan norepinefrin 0,1 mcg/kg/menit, dengan respirasi
FiO2 60% suhu 38,2 oc. Kedua lapang paru didapatkan adanya ronki namun tidak
terdapat mengi. Pasien dalam kondisi anuria dan dari selang nasogastric keluar cairan
kehitaman.
4
(17.500), trombositopenia (37.000), peningkatan dari nilai bilirubin (total 11,95; direct
10,55), faal hati (OT 339, PT 99), fosfatase (126), gamma GT (233), alfa amilase (560),
lipase (203,2), dengan imbalance elektrolit (K 7,1; Na 126; Cl 95; Ca 4,31; Mg 3,35).
3x1gr, azitromisin 1 x 500 mg, trombosit 6 unit dan dilakukan pemasangan kateter vena
sentral. Pemeriksaan kultur dan resistensi pada darah dan sputum juga dilakukan.
sebelumnya keluar sekitar 4 hari setelah pengambilan sampel dan tidak didapatkan
adanya pertumbuhan bakteri pada darah dan sputum. Pasien masih didiagnosa dengan
syok septik dengan gagal organ multipel pada hari keempat. Pada awal perawatan di
ICU pasien diberikan antibiotik spectrum luas berupa meropenem, dilakukan koreksi
untuk imbalance elektrolit, pemberian lasix bahkan dilakukan dialisis oleh karena
pasien masih dalam kondisi anuria, hiperkalemia dan didapatkannya peningkatan nilai
Kondisi pasien tak kunjung menunjukan adanya perbaikan. Gejala berupa anuria,
sebagai buruh di pasar, mengarahkan adanya infeksi yang disebabkan oleh Leptospira,
leptospira. Hasil pemeriksaan IgM leptospira ditemukan positif dan akhirnya diagnosa
Kondisi klinis pasien dari hari pertama hingga ketujuh di ICU tampak sakit berat
perawatan ke 6. Hari ke-8 perawatan, terjadi peningkatan dari tekanan darah pasien dan
diberikan perdipin untuk membantu menurunkan tekanan darah. Pasien ini memang
memiliki riwayat hipertensi yang tidak pernah diterapi sebelumnya. Hari ke-9
perawatan, kesadaran mulai meningkat dari sopor menjadi somnolen dan hari ke-10
didapatkan suara tambahan berupa ronki. Hasil kultur dan resistensi didapatkan adanya
bakteri berupa Acinetobacter baumanii dari kultur sputum yang sensitif terhadap
amikasin dan tigesiklin. Hasil foto rontgen juga tidak menunjukan adanya perbaikan.
kemudian ditambahkan menjadi Weils disease yang diperberat VAP. Pasien diberikan
biakan kultur.
untuk mengatasi anuria akibat AKI. Pasien memberikan respons yang baik, urin pasien
6
menunjukan respons yang baik terhadap pengobatan. Hari ke-23 perawatan pasien
pernapasan, dilakukan ekstubasi dan diobservasi. Pada hari ke-25 perawatan pasien
Pembahasan
disebabkan oleh genus Leptospira yang patogen. Namun, adanya gejala dan tanda
leptospirosis yang tidak khas seperti demam, nyeri kepala, mual, dan muntah sering
dianggap sebagai penyakit infeksi virus. Gejala klinis yang tidak khas dan konfirmasi
sedangkan 10% kasus lainnya mempunyai gambaran klinis lebih berat sehingga
menyebabkan kematian pada 10% kasus. Manifestasi leptospira yang berat dan
seringkali fatal dikenal sebagai penyakit Weil atau leptospirosis ikterik, dengan
Leptospira ditularkan melalui urin yang terinfeksi, melalui invasi mukosa atau
kulit yang tidak utuh. Infeksi dapat terjadi dengan kontak langsung atau melalui kontak
dengan air atau tanah yang tercemar. Pada keadaan ideal, leptospira dapat bertahan
selama 16 hari di air dan 24 hari di tanah. Petani, pegawai kebersihan (pembuang
7
sampah), pemelihara binatang, orang yang berolahraga air, dan nelayan merupakan
Gejala khas penyakitnya adalah flu-like syndrome akut yang membaik dalam 2
imunologis lanjut yang parah (sindrom Weil) dapat menyebabkan ikterus, gagal ginjal,
Pemberian antibiotik dapat dimulai sebelum hari keempat sakit dengan deteksi
sehingga dibutuhkan diagnosis serta terapi yang cepat dan akurat untuk mencegah
Awal masuk ke rumah sakit pasien di diagnosa dengan syok septik dengan gagal
organ multipel (AKI st III, DIC, liver involvement) et causa CAP dengan diagnosa
banding pneumonia bakteri; infeksi virus; DSS dan stress ulcer karena pada pasien ini
menunjukan gejala berupa sesak napas demam sejak 5 hari sebelum MRS, pasien
memiliki riwayat badan berwarna kuning, Bercak kemerahan pada badan baru disadari
ketika pasien berada di RS, juga terdapat riwayat batuk berdarah dan keluar cairan
trombositopenia. Diagnosa ini akhirnya dapat disingkirkan pada hari perawatan ke-4
di ICU. Pasien dicurigai sebagai Weils disease karena memiliki riwayat pekerjaan
sebagai buruh pasar, terdapatnya gejala berupa adanya ikterus, anuria serta perdarahan
8
pada paru yang merupakan tanda-tanda yang mengarah pada Weils disease. Kemudian
dilakukan pemeriksaan terhadap antibodi leptospira dan didapatkan hasil yang positif.
Pada pasien ini juga didiagnosa dengan DIC, namun diagnosa tersebut tidak dpt
ditegakan karena pada awal masuk nilai DIC <5, dan tidak dilakukan pemeriksaan
overdiagnosis. Ketika awal masuk pasien tidak dipikirkan bahwa pasien terinfeksi
gejala yang dimiliki oleh pasien adalah bentuk berat dari leptospirosis yang merupakan
Awalnya pasien diterapi dengan cefotaxim dan azitromisin karena awal didiagnosa
dengan infeksi bakteri. Ketika di ICU, antibiotik diganti dengan meronem sambil
menunggu hasil kultur keluar. Pada hari ke-7 perawatan pasien menunjukan adanya
dari sopor hingga composmentis, leukosit turun, demam turun, trombosit naik, urine
keluar tanpa lasix, nilai dari fungsi ginjal dan hepar membaik. Namun pada pasien ini
fungsi paru pasien tidak menunjukan adanya perbaikan, sehingga sulit untuk dilakukan
sputum ternyata didapatkan adanya biakan dari Acinetobacter baumanii dan sensitif
dengan kultur biakan dan resistensi. Pasien memberikan respons yang sangat baik
9
terhadap pengobatan. Pada hari ke 23 perawatan di ICU pasien diekstubasi dan 2 hari
Jarangnya kasus dari leptospirosis bukan berarti tidak menjadi pertimbangan utk
pemeriksaan fisik yang seksama untuk mendapatkan diagnosa yg tepat dan penanganan
yang sesuai berdampak terhadap hasil luaran dari pasien. Diagnosis dini sangat penting
komplikasi. Pasien dengan tanda-tanda perdarahan paru, gagal ginjal dapat diwasadai
sebagai resiko leptospirosis. Gagal hati juga dapat terjadi beberapa minggu setelah
terpapar leptospira. Mortalitas tetap tinggi walaupun dengan perawatan ICU dan akan
Simpulan
awalnya tidak terlalu mencolok. Kasus yang jarang menyebabkan perhatian terhadap
penyakit ini menjadi berkurang. Penyakit weil atau bentuk berat dari leptospira
sebaiknya dicurigai apabila pasien memiliki riwayat bekerja yang kontak dengan
binatang, buruh pasar (resiko tinggi), gejala flu-like ilness, batuk berdarah serta gagal
ginjal, sehingga apabila sudah terdiagnosa, penanganan yang tepat dan pemberian
Daftar Pustaka