Anda di halaman 1dari 5

Apa itu Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

TENS merupakan singkatan dari Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation yang jika diartikan
dalam bahasa indonesia berarti Stimulasi Syaraf dengan Listrik melalui kulit. TENS merupakan salah
satu metode untuk menghilangkan rasa nyeri. Alat yang digunakan secara umum terdiri dari sumber
pembangkit listrik dengan energi yang berasal dari baterai, beberapa kabel penghubung dan elektrode.

Terapi menggunakan TENS dilakukan dengan cara meletakkan elektrode yang terhubung dengan
sumber energi pada kulit baik di area nyeri atau area yang lain di sepanjang jalur perjalanan syaraf.
Elektrode akan mengeluarkan aliran listrik dengan daya sebesar mili ampere. Mekanisme kerja TENS
dalam mengurangi rasa nyeri masih menjadi perdebatan para ahli. Dua mekanisme yang paling
mungkin adalah sensasi yang ditimbulkan dari stimulasi listrik pada serabut syaraf yang terletak di
kulit akan menutupi sensasi nyeri yang hendak dikirimkan ke otak melalui serabut syaraf tersebut.
Mekanisme yang kedua adalah rangsangan listrik pada kulit dan serabut syaraf akan menyebabkan
tubuh mengeluarkan zat endorphin. Endorphin merupakan zat yang menyerupai morphine tetapi
diproduksi secara alami oleh tubuh. Mekanisme ini juga terjadi pada terapi seperti akupuntur,
pemijatan, kerok dan lain-lain.

Sejarah TENS

Sejarah munculnya TENS berawal dari laporan Scribonius Largus tentang stimulasi listrik untuk
mengontrol nyeri yang digunakan di Yunani kuno, 63 M. Hal ini dilaporkan oleh Scribonius Largus
yang sakit dan merasa lega setelah berdiri pada ikan listrik di tepi pantai. Pada 16 sampai abad ke-18
berbagai perangkat elektrostatik digunakan untuk sakit kepala dan nyeri. Benjamin Franklin adalah
pendukung metode ini untuk menghilangkan rasa sakit. Pada abad kesembilan belas perangkat yang
disebut electreat, bersama dengan perangkat lain yang banyak digunakan untuk mengendalikan nyeri
dan penyembuhan kanker. Electreat digunakan hanya sampai pada ke abad kedua puluh karena tidak
portabel dan memiliki kontrol terbatas dari stimulus tersebut. Pengembangan dari semua stimulasi
listrik tersebut memberi ide dibentuknya TENS,TENS mulai dikembangkan lagi pada tahun 1965 oleh
Melzack dan Wall dengan mengemukakan alasan fisiologis yang rasional mengenai efek
elektroanalgesia. Mereka mnyatakan bahwa penyampaian transmisi sinyal nyeri dapat diinhibisi
dengan aktifitas pada saraf aferen perifer (berdiameter besar) atau melalui aktifitas pada jaras inhibisi
nyeri yang turun dari otak. Stimulasi elektris frekuensi tinggi secara perkutaneus digunakan untuk
mengaktifkan saraf aferen perifer yang berdiameter besar dan stimulasi ini dapat meredakan nyeri
kronik pada pasien. Shealy, Martiner dan Reswick menemukan bahwa stimulasi dari kolumna dorsalis
yang membentuk jaras transmisi sentral dari saraf perifer yang berdiameter besar juga dapat
meredakan rasa nyeri.
yang akhirnya dipakai dan telah dipatenkan di Amerika Serikat pada tahun 1974.

Prinsip kerja
arus listrik yang dihasilkan oleh perangkat untuk merangsang saraf untuk mengurangi rasa sakit. Unit
ini biasanya dilengkapi dengan elektroda untuk menyalurkan arus listrik yang akan merangsang saraf
pada daerah yang mengalami nyeri. Rasa geli sangat terasa dibawah kulit dan otot yang diaplikasikan
elektroda tersebut. Sinyal dari TENS ini berfungsi untuk mengganggu sinyal nyeri yang
mempengaruhi saraf-saraf dan memutus sinyal nyeri tersebut sehingga pasien merasakan nyerinya
berkurang. Namun teori lain mengatakan bahwa stimulasi listrik saraf dapat membantu tubuh untuk
memproduksi obat penghilang rasa sakit alami yang disebut endorfin, yang dapat menghalangi
persepsi nyeri.

Blok Diagram TENS

Rangkaian sederhana menggunakan CMOS 555 timer untuk menghasilkan pulsa singkat yang feed
transformator miniatur 1:10. Bersama dengan 4,7 nF kapasitor transformator membuat rangkaian
resonansi paralel: resonansi mengarah ke peningkatan yang cukup besar dalam tegangan output. Lebar
pulsa dapat disesuaikan dengan menggunakan potensiometer, di sini ditunjukkan dikombinasikan
dengan switch on-off. Pulsa lebih luas menghasilkan tegangan output yang lebih tinggi. Karena
tegangan puncak hingga 200 V dapat diproduksi, trafo harus memiliki isolasi yang memadai: Conrad
Electronics 516260-62 jenis cocok. Sebuah phono soket di output memberikan sambungan yang andal
untuk kabel elektroda.
Mode dalam TENS

1.KonvensionalTENS
Konvensional TENS menggunakan frekuensi tinggi (40-150 Hz) dan intensitas rendah, pengaturan
arus antara 10-30 mA, durasinya pendek (diatas 50 mikrodetik). Onset analgesia pada metode ini
bersifat sedang. Nyeri hilang bila alat dihidupkan dan biasanya kembali lagi bila alat dimatikan.
Setiap harinya pasien memasang elektroda sepanjang hari, stimulus diberikan dengan interval 30

2.AcupunctureLikeTENS(AL-TENS)
Pada metode ini digunakan stimulus dengan frekuensi rendah dimulai dengan 1-10 Hz, intensitas
tinggi, tetapi masih dapat ditoleransi pasien.Metode ini lebih efektif dari pada konvensional TENS,
tetapi ada beberapa pasien yang merasa kurang nyaman..

3.IntenseTENS
Menggunakan stimulus dengan intensitas tinggi dan frekuensi tinggi. Cetusan arus dilepaskan 1-2 Hz,
dengan frekuensi masing-masing cetusan 100 Hz. Tidak ada keuntungan khusus metode

Kenapa TENS bisa mengurangi rasa sakit

TENS mengubah persepsi tubuh mengenai rasa sakit. TENS juga diakui sebagai
alternatif akupunktur sebagai non- farmakologis untuk mengobati dismenorea. Pada impuls
rendah (2 Hz) produksi endorphin sebagai penghilang rasa sakit alami dipacu untuk
dikeluarkan (Macnair, 2004). Oleh karena itu TENS telah digunakan untuk mengobati nyeri
yang akut seperti patah tulang, nyeri sendi, strain otot, pasca operasi dan menstruasi yang
menimbulkan rasa sakit. Efeknya berkurangnya rasa nyeri bisa lambat tapi dapat mengurangi
rasa nyeri yang berlangsung selama beberapa jam. Pada impuls tinggi (90-150Hz) 'gerbang '
rasa sakit akan ditutup. Hal ini terjadi pada sakit kepala, migrain, arthritis, neuralgia pasca-
herpes, linu panggul, sakit pinggang, leher dan punggung nyeri akan segera mereda, tapi
efeknya tidak begitu lama (Kenny dan Kenny, 2002)
Indikasi TENS :

1. Nyeri neurogenik : nyeri yang dimediasi saraf simpatis, nyeri post herpetik, nyeri trigeminal, nyeri
fasial atipikal, avulsi pleksus brakialis dan nyeri setelah destruksi medula spinalis (Spinal Cord Injury =
SCI).

2. Nyeri muskuloskeletal : nyeri sendi pada artritis reumatoid dan osteoartritis, nyeri akut post
operasi (post thorakotomi), nyeri akut post trauma. Setelah operasi, TENS dapat digunakan untuk
nyeri level ringan sampai sedang dan tidak efektif untuk nyeri berat.

3. Nyeri viseral, nyeri persalinan dan dysmenorrhea.

4. Keadaan lain : angina pektoris, dan inkontinensia, memperbaiki fungsi motorik pada pasien post
stroke, mengontrol muntah pada pasien dengan kemoterapi, penyembuhan post operasi dan nyeri
post fraktur.

Kontraindikasi TENS :

1. TENS tidak boleh digunakan pada pasien dengan pacemaker pada jantung atau pasien dengan
penyakit jantung.

2. TENS tidak boleh digunakan pada pasien epilepsi.

3. TENS tidak boleh digunakan selama kehamilan preterm.

4. Untuk mengurangi resiko menginduksi persalinan, TENS sebaiknya tidak diletakan diatas uterus
yang sedang membesar tersebut

5. TENS tidak boleh digunakan diatas sinus karotis, mengingat resiko untuk terjadinya akut hipotensi
melalui reflek vasovagal.

6. TENS tidak boleh digunakan didalam mulut atau pada daerah kulit yang rusak atau luka.

7. Elektroda tidak boleh digunakan pada area kelainan sensoris (pada kasus lesi saraf, neuropati).

8. Penggunaan TENS harus diawasi ketat pada pasien dengan stimulator medula spinalis atau pompa
intratekal.

Anda mungkin juga menyukai