Anda di halaman 1dari 10

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 19-28)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC PADA


MATERI FLUIDA STATIS UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

Yulia Dewi Puspitasari1, Suparmi2, Nonoh Siti Aminah3


1 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
yuliadewipuspitasari55@gmail.com
2 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
suparmiuns@gmail.com
3 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
nonoh_nst@yahoo.com

Abstrak

Penelitian bertujuan mengembangkan modul fisika berbasis scientific, mengetahui kelayakan modul fisika
berbasis scientific, dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis scientific pada materi fluida statis. Metode penelitian yang
digunakan merupakan Research and Development (R&D). Pengumpulan data menggunakan soal tes dan
lembar observasi. Pengembangan modul dilaksanakan mengacu pada model ADDIE dengan tahapan
Analyse, Design, Development, Implementation, Evaluation yang dikemukakan oleh Russel dan Molenda.
Pengembangan modul dinilai berdasarkan kelayakan isi, penyajian, dan bahasa oleh dosen, guru, dan peer
review. Berdasarkan validasi kelayakan isi, penyajian, dan bahasa modul kemudian direvisi dan
diimplementasikan di kelas X-MIA 4 SMA Negeri 6 surakarta. Keterampilan berpikir kritis siswa dianalisis
dengan uji parametrik dengan uji t test menggunakan software IBM SPSS Statistic 20. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan
modul fisika berbasis scientific pada materi fluida statis mengalami peningkatan. Dari lima aspek
keterampilan berpikir kritis, aspek memberi penjelasan sederhana (elementary clarification) mengalami
peningkatan yang tinggi diikuti membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan
(interference), memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), dan mengatur strategi & taktik
(strategy & tactics).

Kata Kunci: Modul Fisika, Pembelajaran Scientific, Keterampilan Berpikir Kritis, ADDIE.

Pendahuluan pendidikan dan tujuan yang ingin dicapai


oleh segenap kegiatan pendidikan yang
Tujuan pendidikan nasional yaitu tertuang dalam suatu tatanan yang disebut
Pendidikan Nasional berfungsi dengan kurikulum. Kurikulum 2013
mengembangkan kemampuan dan merupakan kurikulum tematik-integratif
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bertujuan untuk mendorong peserta
yang bermartabat dalam mencerdaskan didik mampu lebih baik dalam hal observasi,
kehidupan bangsa untuk berkembangnya bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
potensi peserta didik menjadi manusia yang yang diperoleh atau diketahui setelah
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang pembelajaran untuk mencetak generasi yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, siap menghadapi masa depan
cakap, kreatif, mandiri, demokratis serta (Permendikbud, 2013: 4).
bertanggung jawab (UU SISDIKNAS: 2003). Muhfahroyin (2009: 3) menyatakan
Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu bahwa berpikir kritis merupakan proses yang
memberikan arah kepada segenap kegiatan melibatkan operasi mental seperti induksi,

19
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 19-28)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

deduksi, klasifikasi, dan penalaran. Briggs cit. Arif et al. (2010: 6)


Sedangkan menurut Ennis (2007: 26) berpikir menyatakan bahwa media adalah semua alat
kritis merupakan keterampilan berpikir fisik yang menyajikan pesan serta
tingkat tinggi yang berpotensi meningkatkan merangsang siswa untuk belajar yang berupa
daya analitis kritis siswa dan peningkatan buku. Salah satu media ajar yang dapat
daya analitis kritis siswa sangat berkaitan digunakan siswa untuk belajar mandiri adalah
dengan peningkatan kemampuan intelektual dalam bentuk modul. Modul merupakan
siswa. Berdasarkan hasil observasi di kelas sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis/
menunjukkan bahwa proses pembelajaran cetak yang disusun secara sistematis dan
yang dilaksanakan oleh guru, secara umum memuat materi belajar (Brooks & Brooks,
masih bersifat teacher center dan siswa 1993: 47). Pendapat tersebut menegaskan
kurang diberikan kesempatan untuk bahwa dalam proses pembelajaran diperlukan
mengembangkan keterampilan berpikir sebuah modul sebagai pelengkap dari buku
(student center) dan selama belajar siswa paket siswa. Pengembangan modul fisika
berpegang pada LKS dan buku acuan sebagai ditujukan untuk bahan belajar mandiri siswa
sumber belajar yang sifatnya tidak sehingga dengan modul dapat membantu
mewajibkan siswa untuk membeli dan belum siswa dalam belajar dan meningkatkan
menggunakan modul fisika berbasis keterampilan berpikir kritis siswa.
scientific. Partisipasi siswa untuk belajar Pengembangan modul dalam
fisika rendah sekali, hal tersebut terbukti saat penelitian menggunakan model ADDIE.
peneliti mengikuti kegiatan belajar mengajar Kaye dan George (2007) menyatakan bahwa
terlihat siswa mendengarkan dan mencatat ADDIE merupakan salah satu model
penjelasan guru di depan kelas. Ketika siswa pengembangan yang rinci, sistematis, dan
dikonfirmasi tentang materi yang sederhana dengan lima langkah
disampaikan oleh guru, siswa tidak dapat pengembangan yaitu analisis, desain,
menjawab dan konsep fisika yang diperoleh pengembangan, penerapan, dan evaluasi.
kurang tepat. Selain itu penggunaan media Berdasarkan Heinrich (1993) menyatakan
pembelajaran belum optimal seperti belum bahwa modul menggunakan paket
adanya modul, buku cetak, buku petunjuk instruksional mandiri, modul dalam batas
pelaksanaan praktikum untuk menunjang normal, modul disusun atas dasar
pembelajaran sehingga keterampilan berpikir kompetensi, modul mengandung konsep
kritis siswa kurang dan suasana kelas kurang asosiasi struktur dan urutan pengetahuan.
hidup. Sedangkan menurut Shiang Kwei Wang &
Gunawan (2008: 263) menyatakan Hui Yin Hsu (2009) bahwa metode
bahwa kenyataan pembelajaran fisika di pengembangan ADDIE disusun secara
sekolah, siswa malas untuk berpikir dan sistematis dan dapat membantu mendesain
cenderung menjawab suatu pertanyaan instruksi kerja, hasil penelitian menunjukkan
dengan cara mengutip dari buku tanpa bahwa kemampuan dalam bereksperimen
mengemukakan pendapat atau analisisnya dapat meningkat.
sehingga lebih menekankan pada aspek Berdasarkan Ryberg (2010)
kognitifnya dengan menggunakan hafalan Pendekatan scientific adalah konsep dasar
dalam menguasai ilmu namun belum yang menginspirasi atau mendasari
mengembangkan keterampilan berpikir. perumusan metode mengajar dengan
Pendapat tersebut memberikan gambaran menerapkan karakteristik yang ilmiah.
bahwa perlunya dilakukan inovasi untuk Sedangkan berdasarkan Kemendiknas (2013:
meningkatkan keterampilan berpikir kritis 64) pendekatan scientific merupakan konsep
dalam proses pembelajaran di sekolah agar dasar yang menginspirasi atau
siswa mampu mengembangkan keterampilan melatarbelakangi perumusan metode
berpikir kritis sehingga diperlukan sebuah mengajar dengan menerapkan karakteristik
media untuk membantu siswa menguasi yang ilmiah. Implikasi proses pembelajaran
kompetensi. Pengembangan kompetensi scientific meliputi tiga ranah yaitu sikap,
dapat dikemas dalam media yang berbentuk pengetahuan, dan keterampilan. Proses
modul pembelajaran. pembelajaran scientific diharapkan dapat

20
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 19-28)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

meningkatkan keterampilan berpikir kritis kritis dapat berkembang jika guru


sehingga dapat menciptakan peserta didik mengarahkan secara periodik dan mencoba
yang produktif, kreatif, dan inovatif melalui mengarahkan pembelajaran.
penguatan sikap, keterampilan, dan Berdasarkan uraian latar belakang di
pengetahuan yang terintegrasi. Pendekatan atas, maka dilakukan penelitian dengan judul
scientific disebut juga pendekatan 5M, yaitu Pengembangan Modul Fisika Berbasis
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan Scientific pada Materi Fluida Statis untuk
menyajikan sehingga pendekatan scientific Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis.
dapat mengembangkan keterampilan berpikir Penelitian bertujuan untuk mengembangkan
tingkat tinggi. modul fisika berbasis scientific pada materi
Krulik dan Rudnick (1995: 2) fluida statis, mengetahui kelayakan modul
menyatakan bahwa penalaran meliputi fisika berbasis scientific pada materi fluida
berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis statis dan meningkatkan keterampilan
(critical thinking) dan berpikir kreatif berpikir kritis siswa setelah mengikuti proses
(creative thinking). Sedangkan menurut pembelajaran menggunakan modul fisika
Watson dan Glaser (1980:34) dalam menilai berbasis scientific pada materi fluida statis.
keterampilan berpikir kritis dilakukan
pengukuran melalui tes yang mencakup lima Metode Penelitian
buah indikator yaitu mengenal asumsi, Metode penelitian yang digunakan
melakukan interferensi, deduksi, interpretasi yaitu penelitian Reseach and Development
dan mengevaluasi argumen. Berdasarkan (R&D). Penelitian yang dilakukan
Ennis (2007:54) keterampilan berpikir kritis merupakan pengembangan bahan ajar berupa
dikembangkan menjadi beberapa indikator modul pembelajaran Fisika berbasis scientific
yang terdiri dari 5 kelompok besar yakni pada materi fluida statis. Model
memberi penjelasan sederhana, membangun pengembangan sistem perangkat
keterampilan dasar, menyimpulkan, memberi pembelajaran yang digunakan adalah model
penjelasan lanjut, mengatur strategi dan ADDIE. Model ADDIE terdiri dari lima
taktik. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa tahapan. Kelima tahap tersebut adalah tahap
keterampilan berpikir kritis merupakan analisis (analyse), tahap perencanaan
keterampilan berpikir tingkat tinggi yang (design), tahap pengembangan
dapat mengembangkan penalaran siswa (development), tahap pelaksanaan
dalam mengenal asumsi, mendeduksi, (implementation) dan tahap evaluasi
menyimpulkan, menginterpretasi dan (evaluation). Subyek yang diteliti yaitu
mengevaluasi masalah secara tepat dengan pengguna modul Fisika berbasis scientific
mengatur strategi dan taktik. Keterampilan siswa kelas XMIA-4, sedangkan subyek yang
berpikir kritis dapat berkembang dengan baik dikembangkan yaitu modul fisika berbasis
jika diikuti dengan proses pembelajaran yang scientific.
mampu memberikan pengalaman pada siswa Populasi dalam penelitian yaitu seluruh
melalui suatu proses ilmiah agar siswa lebih siswa SMA Negeri 6 Surakarta tahun
kritis dan kreatif dalam menghadapi pelajaran 2013/2014. Sedangkan sampel yang
permasalahan yang lain. Pembelajaran digunakan sebanyak dua kelas. Sampel dalam
dengan pemecahan masalah dengan langkah penelitian terdiri dari 64 siswa, 32 siswa pada
ilmiah merupakan pendekatan pembelajaran kelas eksperimen dan 32 siswa pada kelas
yang tepat untuk meningkatkan keterampilan kontrol. Desain penelitian yang digunakan
berpikir kritis. Pembelajaran diawali dengan dalam modul fisika berbasis scientific adalah
siswa diberikan suatu permasalahan, masalah Pre-Experimental Design dengan tipe One
yang disajikan memunculkan pertanyaan, Group Pretest Postest.
siswa diarahkan untuk mencari solusi dari Instrumen pengumpulan data pada
masalah tersebut, dan menyimpulkan solusi penelitian yaitu instrumen tes, angket, dan
dari permasalahan yang dihadapi dengan lembar observasi. Tes digunakan untuk
mengkomunikasikan hasil dalam laporan memperoleh data keterampilan berpikir kritis
tertulis atau presentasi. Buffington (2002) siswa dengan menggunakan metode pretest
menyimpulkan bahwa keterampilan berpikir dan posttes. Kemudian pengisian angket

21
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 19-28)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

untuk memperoleh data analisis kebutuhan, strategi pembelajaran, dan bahan ajar dipilih
analisis kinerja dan data sikap. Sedangkan berdasarkan hasil analisis kinerja dan
lembar observasi digunakan sebagi kebutuhan siswa. Metode pembelajaran yang
konfirmasi kesesuaian data yang diberikan dipilih yaitu eksperimen karena keterampilan
siswa dari pengisian angket sikap. siswa kurang terasah, sedangkan strategi
pembelajaran yang digunakan adalah
Hasil Penelitian dan Pembahasan pendekatan scientific dengan model
Hasil penelitian yaitu produk utama pembelajaran berbasis masalah. Pemilihan
berupa modul Fisika berbasis scintific untuk bahan ajar disesuaikan dengan sintak
siswa kelas X SMA pada materi fluida statis. pembelajaran scientific. Pemilihan format
Model pengembangan yang digunakan yaitu disesuaikan dengan format kriteria modul
ADDIE yang dikemukakan oleh Russel dan yang diadaptasi dari Vembriarto yang
Molenda. Hasil penelitian dan pembahasan disusun berdasarkan komponen pembelajaran
sebagai berikut: berbasis scientific dan dimodifikasi dengan
Pada tahap analyse, mengidentifikasi memberikan tes keterampilan berpikir kritis.
masalah-masalah yang ada dalam proses Tahapan ketiga adalah develope, Pada
pembelajaran dan menjadi dasar untuk tahap pengembangan dilakukan tahapan
merancang produk berupa modul yang akan validasi dan uji coba terbatas. Tahap
dibuat. Pada tahap analisisis dilakukan pengembangan bertujuan untuk
analisis kebutuhan pada siswa dan guru, menghasilkan sebuah produk modul Fisika
analisis kinerja siswa, dan sumber daya berbasis scientific yang sudah siap nantinya
sekolah di SMA Negeri 6 Surakarta. untuk diujicobakan lebih luas lagi setelah
Tahap analisis dilakukan analisis dilakukan revisi sesuai dengan validasi dan
terhadap materi dan kurikulum yang telah revisi pada tahap uji coba terbatas. Produk
digunakan dan dilaksanakan di SMA Negeri berupa draf I modul, Silabus, RPP, dan soal
6 Surakarta. Materi Fisika yang keterampilan berpikir kritis divalidasi oleh 2
dikembangkan adalah materi fluida statis orang dosen ahli, 2 orang guru Fisika dan 3
yang pada silabus disebutkan pada orang peer review. Secara lengkap tersaji
Kompetensi Dasar (KD) 3.7 yang merupakan pada tabel 1, 2 dan 3.
materi dengan penerapan konsep yang Aspek yang dinilai meliputi 3 hal,
banyak dalam kehidupan sehari-hari yang yaitu kelayakan isi, kelayakan penyajian dan
dekat dengan siswa. Pada materi fluida statis kelayakan bahasa. Hasil validasi modul oleh
serta hasil UN (BSNP SMA/SMK T.P dosen pada kelayakan isi menunjukkan rerata
2012/2013) daya serap siswa pada materi 65 dengan kategori baik sedangkan pada
fluida statis masih tergolong kurang dengan kelayakan penyajian menunjukkan rerata 42
perolehan nilai rata-rata sekolah 44,3%. dengan kategori sangat baik. Hasil validasi
Sehingga diharapkan dengan modul oleh guru pada kelayakan kebahasaan
dikembangkannya modul pembelajaran akan menunjukkan rerata 35,5 dengan kategori
lebih memudahkan siswa dalam mempelajari baik, sedangkan hasil validasi modul oleh
materi mengenai fluida statis. Hasil analisis peer review pada kelayakan bahasa
dijadikan dasar untuk mengembangkan menunjukkan rerata 38,67 dengan kategori
modul Fisika berbasis scientific pada materi sangat baik. Sedangkan untuk validasi
fluida statis dan merujuk pada standar yang Silabus, RPP, soal, angket dan lembar
ditetapkan BSNP tentang standar observasi disimpulkan layak digunakan
pengembangan modul dan bahan ajar. Modul dengan perbaikan. Adapun revisi yang
disusun berdasarkan komponen pembelajaran dilakukan setelah divalidasi oleh ahli tersaji
scientific. Berdasarkan Shintania (2010: 146) pada tabel 4. Kemudian soal tes diujicobakan
bahwa pembelajaran ilmiah dapat di luar sampel uji coba yang bertujuan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis. mengetahui keajegan soal sebelum digunakan
Tahapan kedua yaitu design, untuk penelitian.
merupakan tahapan perancangan produk
berupa modul Fisika berbasis scientific pada Tabel 1. Hasil Validasi Modul oleh Dosen
Rera Kateg
materi fluida statis. Pemilihan metode, Validasi Validator
ta ori

22
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 19-28)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Dosen Dosen spasinya


I II 6 Bagian daftar isi dalam Sudah diperbaiki
Ahli materi penulisan penomoran penomoran dan
62 68 65 Baik diperbaiki urutannya. berurutan pada
(Kelayakan Isi)
Ahli Media daftar isi
Sangat 7 Font yang digunakan Sudah direvisi
(Kelayakan 41 43 42
Baik sebaiknya sama semua dengan font
penyajian)
Times New
Tabel 2. Hasil Validasi Modul oleh Guru Romans.
Validasi Validator Rerata Kategori
Guru Guru Pengembangan bahan ajar berupa
I II modul bertujuan untuk meningkatkan
Kelayakan
Bahasa
37 34 35,5 Baik keterampilan berpikir kritis siswa. Untuk
mengetahui peningkatan keterampilan
Tabel 3. Hasil Validasi Modul oleh Peer Review berpikir kritis digunakan pretest dan posttest
Validasi Validator Rerata Kategori dengan soal tes berupa uraian sebanyak 15
PR PR PR butir soal.
I II III
Kelayakan Sangat
Modul draf II diujicobakan secara
37 40 39 38,67 terbatas pada 9 siswa dengan 3 orang siswa
Bahasa Baik
mempunyai kemampuan tinggi, 3 orang
Setelah melalui tahapan validasi dan siswa dengan kemampuan sedang, dan 3
dilakukan revisi maka didapatkan modul draf orang siswa dengan kemampuan rendah. Hal
II, langkah selanjutnya adalah melakukan uji tersebut sesuai dengan pendapat Dick &
coba terbatas. Pada tahap uji coba terbatas Carey (2005:291) bahwa jumlah yang
bertujuan untuk mengetahui kelayakan modul diperlukan dalam evaluasi kelompok kecil
Fisika berbasis scientific. Hasil dari uji coba terdiri dari delapan sampai dua puluh orang.
terbatas digunakan untuk perbaikan produk Pelaksanaan uji coba kecil bertujuan untuk
sebelum diujicobakan pada kelas yang lebih melihat kelayakan modul fisika berbasis
besar. scientific sebelum diujicobakan. Hasil
analisis uji coba kecil diperoleh nilai rata-rata
Tabel 4 Saran dan Hasil Revisi dari Dosen, Guru, dan dengan kategori baik dan hasil uji coba
Peer Review digunakan sebagai pertimbangan untuk
No Saran Perbaikan
1 Pada bagian Sudah
memperbaiki modul draf II. Berdasarkan uji
pendahuluan perlu ditambahkan coba terbatas yang dilakukan, beberapa revisi
ditambahkan tujuan tujuan yang dilakukan secara lengkap disajikan pada
pembelajaran pembelajaran tabel 5.
2 Gambar yang disajikan Gambar-gambar Tabel 5. Hasil Revisi Modul Setelah Uji Coba
ukurannya perlu telah disesuaikan Terbatas
diperbesar karena ukurannya. Saran Perbaikan
terdapat beberapa Pada tabel 2.3 halaman Telah diperbaiki
gambar yang 19 modul penulisan penulisan nama
ukurannya kecil. nama gambar salah gambar
3 Periksa kembali Telah diperbaiki
Halaman pada daftar isi Daftar isi modul
susunan kalimat dan penulisan kalimat
ada yang belum sesuai sudah diperbaiki
penulisan modul yang salah
Pada kegiatan belajar 2 Gambar sudah
karena masih terdapat
terdapat gambar yang diganti dengan
kesalahan.
kurang jelas dan ukuran yang besar
4 Dalam eksperimen Telah diperbaiki
ukurannya kecil dan kualitas gambar
pada bagian alat dan satuan dan ukuran
yang baik
bahan mohon yang terdapat
ukurannya diperjelas pada kegiatan
karena ditemukan eksperimen. Siswa pada uji coba terbatas diberikan
bahan air tidak jelas angket keterbacaan modul dan respon
ukuran dan satuannya terhadap modul pada akhir pembelajaran.
kurang internasional.
5 Font didalam tabel Font didalam Analisis hasil uji coba terbatas memiliki nilai
sebaiknya rata tengah tabel sudah rata-rata 30 dengan kategori baik. Setelah
agar tulisan tidak diperbaiki dengan modul draf II direvisi maka didapatkan
terlalu renggang rata tengah modul draf III.

23
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 19-28)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Tahap keempat adalah implementation, baik dibandingkan dengan kelas kontrol dan
merupakan tahap pelaksanaan dan penerapan pada kelas eksperimen siswa diberikan
modul pada subyek penelitian yang lebih perlakuan dengan penambahan bahan ajar
besar. Sebelum diimplementasikan instrumen berupa modul Fisika berbasis scientific. Hal
keterampilan berpikir kritis untuk pretest dan tersebut didukung oleh penelitian Orla C.
posttest diujicobakan terlebih dahulu untuk Kelly dan Odilla E. Finlayson (2007) bahwa
mengetahui reliabilitas, daya beda, dan hasil pendekatan pembelajaran berbasis
tingkat kesukaran soal. Setelah soal masalah (Problem Based Learning)
dinyatakan memenuhi kriteria, kelas memberikan lingkup yang lebih untuk
eksperimen dan kontrol dilaksanakan pretest pengembangan keterampilan dan pemahaman
untuk mengetahui kemampuan awal tentang konsep dan proses eksperimental
keterampilan berpikir kritis. Modul sehingga siswa mencoba sendiri. Pengalaman
diimplementasikan pada 32 siswa kelas X- siswa dalam belajar proses ilmiah
MIA4 SMA Negeri 6 Surakarta dengan memberikan dampak yang positif bagi siswa
melaksanakan pembelajaran sebanyak enam dalam menyelesaikan permasalahan dengan
kali pertemuan. Implementasi modul menggunakan langkah-langkah metode
dilakukan untuk melihat peningkatan ilmiah yaitu dengan mengamati, menanya,
keterampilan berpikir kritis siswa sebelum mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan
dan sesudah diberikan modul Fisika berbasis hasil. Berdasarkan penelitian Ryberg (2010)
scientific. Setelah pembelajaran dengan bahwa pembelajaran scientific dalam proses
menggunakan modul selesai siswa diberikan belajar akan menjadikan siswa bekerjasama
soal posttest untuk mengukur keterampilan lebih kolaboratif, keikutsertaan lebih aktif,
berpikir kritis setelah menggunakan modul. dan mendidik siswa lebih bersifat Student
Untuk mengetahui peningkatan keterampilan Centered. Hasil keterampilan berpikir kritis
berpikir kritis dilihat pada nilai rata-rata antara pretest dan posttest tersaji pada
pretest dibandingkan nilai rata-rata posttest. gambar 1.
Deskripsi data keterampilan berpikir kritis
disajikan pada Tabel 6. 30
25
Tabel 6. Deskripsi data Keterampilan Berpikir Kritis
Frekuensi

20
Jumlah Standar
Jenis Tes Mean 15
Siswa Deviasi
Pretest 32 49 2 10
Posttest 32 64,4 7 5
0
Modul Fisika berbasis scientific Kritis Cukup Kurang Pretest
menggunakan metode eksperimen yang dapat Kritis Kritis
siswa lakukan sendiri. Modul tersebut Posttest
membantu siswa untuk belajar mandiri, Gambar 1. Histogram Keterampilan Berpikir Kritis
sesuai dengan fungsi modul, yaitu sebagai Penelitian menggunakan pendekatan
panduan siswa untuk belajar mandiri. scientific dengan model pembelajaran
Sebagaimana diungkapkan Hamalik berbasis masalah yang memiliki lima tahapan
(2010:146) bahwa pembelajaran modul pembelajaran yaitu orientasi siswa pada
dilaksanakan berdasarkan pertimbangan masalah, pengorganisasian siswa dalam
kemampuan individual dan kecepatan belajar belajar, membimbing penyelidikan
sendiri, fleksibilitas, kebebasan, partisipasi individual, mengembangkan dan menyajikan
aktif, peranan pembimbing, interaksi dengan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi
bahan tertulis, dan instruksional. Sedangkan proses pemecahan masalah. Pembelajaran
menurut Wijaya (1992: 98) menyusun modul scientific dengan model pembelajaran
harus disesuaikan dengan minat, perhatian, berbasis masalah dapat mengembangkan
dan kebutuhan. kemampuan siswa dalam menganalisis
Berdasarkan data hasil penelitian permasalahan dengan menggunakan langkah-
dapat disimpulkan bahwa keterampilan langkah ilmiah. Adapun langkah ilmiah itu
berpikir kritis pada kelas eksperimen lebih dikenal dengan 5M yakni mengamati,

24
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 19-28)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

menanya, mencoba, menalar, dan observer saat pelaksanaan eksperimen


mengkomunikasikan. Hasil penelitian yang dengan mengamati kegiatan siswa dari awal
tersaji melalui Tabel dan Gambar sampai akhir eksperimen. Hasil penilaian
menunjukkan bahwa keterampilan berpikir keterampilan siswa saat pelaksanaan
kritis siswa meningkat setelah melaksanakan percobaan di kelas tersaji pada Gambar 3.
pembelajaran dengan menggunakan modul. Data penilaian sikap diperoleh pada setiap
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang pembelajaran yang dilaksanakan oleh peserta
dilaksanakan oleh Festiana (2013) bahwa didik. Penilaian sikap terdiri dari penilaian
penelitian pengembangan modul Fisika diri, penilaian teman sejawat, jurnal guru,
berbasis masalah pada materi listrik dinamis sikap sosial, dan spiritual.
dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif siswa dengan kategori sedang. 500
Berdasarkan Sukor (2011), bahwa perlunya 450
400
budaya berpikir dalam pembelajaran 350
merupakan salah satu wujud perhatian dalam 300
pendidikan karena banyak lulusan universitas 250

Nilai
yang tidak mampu membuat keputusan 200
sendiri dikarenakan keterampilan berpikir 150
100
siswa belum berkembang. 50
Keterampilan berpikir kritis 0
merupakan kemampuan memberi alasan
secara terorganisasi dan mengevaluasi
kualitas suatu alasan secara sistematis.
Berdasarkan R.H Ennis keterampilan berpikir
kritis dikembangkan menjadi lima aspek Pretest
yaitu memberi penjelasan sederhana
Posttest
(elementary clarification), membangun
Gambar 2. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis
keterampilan dasar (basic support),
Penilaian sikap diamati oleh observer dengan
menyimpulkan (interference), memberi
mengamati sikap, perilaku, dan sopan santun
penjelasan lanjut (advanced clarification),
siswa saat pembelajaran dengan
mengatur strategi dan taktik (strategy and
menggunakan lembar observasi.
tactics). Berdasarkan hasil penelitian
Respon siswa setelah dilaksanakan
diperoleh bahwa aspek berpikir kritis pada
pembelajaran fisika berbasis scientific sangat
memberi penjelasan sederhana (elementary
positif. Hasil respon mengalami peningkatan
clarification) mengalami peningkatan yang
dari kategori baik menjadi sangat baik, hal
terbaik diikuti membangun keterampilan
tersebut ditunjukkan pada hasil rata-rata di
dasar (basic support), menyimpulkan
kelas yaitu 34 daripada hasil uji coba terbatas
(interference), memberi penjelasan lanjut
yang diperoleh dengan rata-rata 30.
(advanced clarification), mengatur strategi
dan taktik (strategy and tactics). Berdasarkan
hasil analisis pengelolaan data dengan 20
menggunakan IBM SPSS Statistic 20 yang
diperoleh hasil Sign (2-tailed) dibawah 0,05 15
Frekuensi

sehingga ada perbedaan keterampilan


berpikir kritis sebelum dan sesudah 10
menggunakan modul Fisika berbasis
scientific. Peningkatan keterampilan berpikir
5
kritis disajikan pada Gambar 2. Penelitian
tidak hanya menilai kompetensi siswa pada
aspek pengetahuan saja, tetapi aspek 0
keterampilan dan sikap juga diamati pada 1 2 3 4
saat pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pertemuan
Penilaian keterampilan siswa diamati oleh Gambar 3. Hasil Penilaian Keterampilan

25
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 19-28)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Tahap kelima yaitu evaluation, tahap scientific pada materi fluida statis
evaluasi dilaksanakan penilaian pada setiap menggunakan model pengembangan ADDIE
aspek. Berdasarkan Pribadi (2009: 135) meliputi analyze, design, development,
menyatakatan bahwa dalam tahap evaluasi implementation, and evaluation. Berdasarkan
pada model pengembangan ADDIE yaitu angket pengungkap kinerja siswa, angket
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. pengungkap kebutuhan guru dan siswa serta
Evaluasi formatif dilaksanakan dengan hasil observasi sumber daya sekolah dan
mengevaluasi pengetahuan siswa, sikap siswa inventarisasi sumber belajar pada tahap
terhadap pembelajaran, dan keuntungan yang analyze, disusunlah draft modul fisika
dirasakan sekolah setelah dilaksanakan berbasis scientific pada materi fluida statis
penerapan modul fisika berbasis scientific. (design). Tahap selanjutnya yaitu
Hasil evaluasi formatif menunjukkan bahwa development, draf modul divalidasi oleh
pengetahuan siswa meningkat setelah dosen, guru, dan peer review. Tahap
diberikan modul Fisika berbasis scientific, implementation, modul diujicobakan kecil
sikap siswa terhadap pembelajaran dengan kepada 9 siswa dan diimplementasikan di
menggunakan modul sangat antusias sekali, kelas. Tahap evaluation, evaluasi
dan Kepala Sekolah merasa senang dan akan dilaksanakan secara formatif dan sumatif. (2)
menghimbau guru di SMA Negeri 6 Modul fisika berbasis scientific pada materi
Surakarta untuk mengembangkan modul fluida statis di validasi oleh dosen, guru, dan
dalam pembelajaran. Evaluasi sumatif peer review. Hasil validasi dosen pada
dilaksanakan setelah program dievaluasi kelayakan isi menunjukkan kategori baik
secara formatif. Pelaksanaan penilaian dalam dan kelayakan penyajian menunjukkan
penelitian yaitu dengan melihat kontribusi kategori sangat baik. Hasil validasi guru pada
hasil belajar siswa dengan menggunakan kelayakan bahasa menunjukkan kategori
modul fisika berbasis scientific dengan hasil baik. Hasil validasi peer review pada
belajar siswa pada ujian tengah semester kelayakan bahasa menunjukkan kategori
genap. Hasil pengolahan data dengan regresi sangat baik. Berdasarkan hasil validasi dosen,
dan korelasi pada program IBM SPSS guru, dan peer review menunjukkan bahwa
Statistic 20 bahwa 76% variabel modul Fisika berbasis scientific pada materi
pembelajaran modul mampu dijelaskan oleh fluida statis layak digunakan untuk
variable hasil belajar UTS. Kontribusi meningkatkan keterampilan berpikir kritis
evaluasi Sumatif tersaji pada Tabel 7. siswa. (3) Modul fisika berbasis scientific
pada materi fluida statis dapat meningkatkan
Tabel 7. Regresi Pembelajaran Modul terhadap Hasil keterampilan berpikir kritis siswa. Dari 5
Belajar UTS aspek keterampilan berpikir kritis, aspek
Yang Jenis Uji Hasil Keputusan
diuji penjelasan sederhana (elementary
Regresi Uji F Sig. = 0,000 Valid clarification) mengalami peningkatan yang
R square Sig. = 0,760 Valid tinggi diikuti aspek membangun
keterampilan dasar (basic support), aspek
menyimpulkan (interference), aspek
Simpulan dan Saran memberikan penjelasan lebih lanjut
Hasil analisis dan pembahasan hasil (advanced clarification), dan aspek mengatur
penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) strategi & taktik (strategy & tactics)
Modul fisika berbasis scientific pada materi Sumbangan ide dan wawasan
fluida statis dikembangkan berdasarkan berkaitan dengan peningkatan keterampilan
komponen pembelajaran scientific dengan berpikir kritis siswa yaitu (1) Kepada guru
model pembelajaran berbasis masalah mata pelajaran Fisika, guru harus memahami
(problem based learning) dengan format karakteristik model pembelajaran yang
kriteria modul yang diadaptasi dari digunakan sebelum menerapkan didalam
Vembriarto dan merujuk pada standar yang kelas. Guru hendaknya mulai untuk
ditetapkan oleh BSNP tentang standar mengembangkan modul untuk pembelajaran
pengembangan modul dan buku teks. Fisika di kelas agar sesuai dengan
Pengembangan modul Fisika berbasis karakteristik siswa di kelas dan siswa dapat

26
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 19-28)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

menerima dengan baik konsep-konsep Fisika Dick dan Walter Carey. (2005). The Systematic
yang dipelajarinya, tidak hanya Design of Instruction. USA: Scott
mengandalkan LKS dan buku terbitan orang Foresman and Company.
lain yang tidak sesuai dengan siswa dan
Ennis, R.H. (2007). Critical Thinking. New
terdapat kesalahan dalam penyampaian
Jersey: Prentice Hall.
konsep-konsep fisika. (2) Kepada peneliti
yang lain disarankan untuk mengembangkan Festiana, I. (2013). Pengembangan Modul Fisika
penelitian sejenis, terutama penelitian Berbasis Masalah pada Materi Listrik
pengembangan modul dalam pembelajaran Dinamis untuk meningkatkan
fisika. Peneliti dapat mengembangkan modul Keterampilan Berpikir Kreatif. Tesis S2
dengan karakteristik model pembelajaran dan Pascasarjana UNS. Surakarta.
materi yang berbeda. Peneliti harus (Unpublished)
memahami tentang karakteristik model
pembelajaran yang digunakan dan siswa yang Gunawan, A. (2008). Genius Learning Strategi.
Jakarta: Pustaka Utama.
dijadikan sampel hendaknya diberikan
pemahaman yang jelas tentang pembelajaran Hamalik, O. (2010). Manajemen Pengembangan
berbasis scientific. Untuk memperoleh Kurikulum. Bandung. Remaja Rosada
keterampilan berpikir kritis dengan hasil Karya.
yang lebih baik, siswa hendaknya dapat terus
dilatih mengerjakan soal-soal yang dapat
mengukur keterampilan berpikir kritis. Pada Heinrich, R., Molenda, M., & Russel, J.D. (1993).
tahap evaluasi, peneliti melakukan evaluasi Instructional Media. New York: MacMilan
secara formatif dan sumatif. Publishing Company.

Kaye, Marry and George Cooper. (2007).


Daftar Pustaka Implementation of development model in
student activities. Journal Teachtrend.
__________. 2003. Undang-Undang Republik Vol 43 (10). Univercity of Georgia. New
Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang York.
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kemendiknas. (2013). Pengantar Kurikulum
dan Menengah. 2013. Jakarta: Kemendiknas.

__________. 2013. Undang-Undang Republik Krulik, S and Rudnick, J.A. (1995). The New
Indonesia No. 69 Tahun 2013 Tentang Sourcebook for teaching reasoning and
KD dan Struktur kurikulum SMA-MA. problem solving in elementary school
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Massachusetts:Allyn &Bacon A Simon
Dasar dan Menengah. & Schuster
Company.Http://google.com/problemsol
Arief, S. Sardiman, et. al. (2010). Media vingineducation.org diakses pada tanggal
Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo 20 Februari 2014.
Persada.
Muhfaroyin.(2009). Memperdayakan
Brooks, J.G & Brooks, MG. (1993). In Search of Kemampuan Berpikir Kritis Critical
Understanding The Case of Thingking As A Core Skill, The Ability
Constructivist Classroom. Alexandria, To Think Critically Is A Key Skill For
VA: Association for Supervision and Academic Success. (wal, 2003:
Curiculum Development. Northedge, 2005.
http://jurnaldiakronikafisnp.blogspot.co
Buffington, M L. (2002). Contemporary m diakses pada tanggal 10 Februari 2014
Approaches to Critical Thinking and The
World Wide Web. Journal arteducation. Orla C. Kelly and Odilla E. Finlayson. (2007).
Vol.72 (43). Virginia commonwealth Providing Solution through Problem-
University. Based Learning for the Undergraduate
1st year chemistry laboratory. Journal
Chemistry Education Research and
Practice. 8 (3): 347-361.

27
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 19-28)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Pribadi, B A. (2009). Model Desain Sistem


Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Ryberg, T. (2010). Implementation of scientific


approach for activities laboratory.
Journal paedagogy. Vol 32 (45-68).
www.ebscohost.com/ diakses pada 3
Mei 2014

Shintania, Y. (2010). Pengembangan Modul


Pembelajaran Science Terpadu dengan
Tema Hujan Asam untuk Siswa Kelas
VII MTs. Negeri Pakem Sleman
Yogyakarta. Tesis S2 Pascasarjana UNY.
Yogyakarta. (Unpublished)

Sukhor, P. (2011). Critical Thingking analysis.


Interdiciplinary Journal of Education.
Vol 62 (Number 4 hal 25-34)
www.ebscohost.com/ diakses pada 3
Mei 2014

Wang, Shiang Kwei dan Hui Yin Hsu. (2009).


Using the ADDIE Model to Design
Second Life Activities for Online
Learners: Journal Teachtrend. Vol. 53
(6). Univercity of Georgia. New York.

Watson dan Glaser. (1980). Pengembangan


Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif
dalam Pembelajaran IPA. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Wijaya, C. (1992). Upaya pembaharuan dalam


Pendidikan dan Pengajaran. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.

28

Anda mungkin juga menyukai