Nim : 72153003
Bab :
Dalam sejarah intelektual Islam klasik, budaya integrasi keilmuan telah dikenal dan
dikembangkan dengan canggih. Dalam sejarah Islam, ditemukan seorang ahli astronomi, ahli
biologi, ahli matematika, dan ahli arsitektur yang mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu
keislaman seperti tauhid, fikih, tafsir, hadist, dan tasawuf. Meskipun berprofesi sebagai
saintis dalam bidang ilmu-ilmu kealaman, para pemikir Muslim klasik menempuh pola hidup
sufitis, dan kajian-kajian ilmiah mereka diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan religius
dan spiritual (jafar,2016,102).
Para filsuf dari mazhab peripatetik merupakan pemikiran Mmuslim yang berhasil
mengintegrasikan filsafat Yunani dengan ajaran Islam yang bersumberkan kepada Alquran
dan Hadist, lantaran tema-tema filsafat Yunani diIslamisasikan dan disesuaikan dengan
pradigma islam.(jafar,2016, 102)
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, ont yang bermakna keberadaan, dan logos
yang bermakna teori, sedangkan dalam bahasa latin disebut ontologia, sehingga ontologia
bermakna keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Ontologi merupakan bagian dari
metafisika yang merupakan bagian dari filsafat; dan membahas teori tentang keberadaan
seperti makna keberadaan dan karakteristik esensial keberadaan. Suriasumantri
menyimpilkan bahwa ontologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang
hakikat dari objek ilmu dengan manusia sebagai pencari ilmu. Dengan demikian, ontologi
adalah ilmu tentang teori keberadaan, dari istilah ontologi ditujukan pada pembahasan
tentang objek kajian ilmu. (Jafar, 2016:105).
Berbeda dari saintis Barat sekuler, para filsuf Muslim dari sufi berpendapat bahwa
ada hubungan erat antara alam dengan Allah Swt. Menurut Ibn Arabi (w. 1240), alam
diciptakan Allah Swt. Melalui prosest ajalli (penampakan diri)-Nya pada alam empiris yang
majemuk. Tajalli Allah Swt. Mengambil dua bentuk: Tajalli dzati dalam bentuk penciptaan
potensi; dan tajalli syuhudi dalam bentuk penampakan diri dalam citra alam semesta. (Jafar,
2016:106)
C. Integrasi dalam Ranah Epistemologi
Istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani, axios yang bermakna nilai, dan logos
yang bermakna teori. Aksiologi bermakna teori nilai, investigasi terhadap asal, kriteria, dan
dan status metafisik dari nilai tersebut. Menurut Bunin dan Yu, aksiologi adalah studi umum
tentang nilai dan penilaian, termasuk makna, karakteristik, dan klasifikasii nilai, serta dasar
dan karakter pertimbangan nilai. Aksiologi juga dimaknai sebagai studi tentang manfaat
akhir dari segala sesuatu. (jafar, 2016: 109,110)
A. Dimensi Ontologi
1. Definisi Ontologi
Ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang yang berada atau ontologi merupakan
teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada.Pembahasan tentang ontology
sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab apa,
2. Objek kajian ontologi
Objek telahan ontology adalah yang ada ,yaitu ada individu,ada umum,ada terbatas,ada tidak
terbatas,ada universal,ada mutlak,termasuk kosmologi dan metafisika,dan ada sesudah
kematian maupun sumber segala ada ,yaitu Tuhan Yang Maha Esa,pencipta dan pengatur
alam semesta. (Susanto, 2011:7)
B. Dimensi Epistemologi
1. Pengertian Epistomologi
Epistemologi disebut juga dengan teori pengetahuan(theoryof knowledge) ,yaitu cabang
filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber,struktur,metode dan syahnya
(validitas)pengetahuan.Epistemologi memfokuskan pada makna pengetahuan yang
dihubungkan dengan konsep,sumber,criteria pengetahuan,jenis pengetahuan dsb.
2. Aliran-Aliran Epistemologi
Secara garis besar terdapat dua aliran pokok dalam epistemology,yaitu:
a) rasionalisme adalah suatu alran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal atau
ide sebagai bagaian yang sangat menentukan hasil keputusan atau pemikiran
b) empirisme,mengatakan bahwa realitas yang sebenarnya adalah terletak pada benda-
benda konkret yang dapat diindra bukan pada ide. (Susanto, 2011:9)
C. Dimensi Aksiologis
1. Pengertian aksiologis:
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai,yang umumnya ditinjau dari sudut
pandang kefilsafatan,juga menunjukan kaidah-kaidah pa yang harus kita perhatikan didalam
menerapkan ilmu kedalam praktis.
2. Objek aksiologis
Dilihat dari jenisnya terdapat 2 bagian umum yang membangun filsafat ilmu ini yaitu
meliputi:
a) Etika yaitu ;kajian tentang hakikat moral dan keputusan(kegiatan menilai),etika sebagai
prinsip atau standar perilaku manusia yang kadang-kadang disebut dengan moral.Makna
etika dipakai dalam dua bentuk ,pertama etika sebagai suatu kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia,kedua merupakan suatu predikat
yang dipakai untuk membedakan hal-hal,perbuatan perbuatan atau manusia manusia lain.
b) Estetika yaitu;mempelajari tentang hakikat keindahan didalam seni. (Susanto, 2011:10)
KESIMPULAN
Islam merupakan jalan untuk mencari kebenaran perihal substansi yang ingin
diungkapkan, epistemologi membicarakan apa yang dapat diketahui dan bagaimana cara
mengetahuinya, Kajian-kajian ilmu-ilmu alam mengandalkan metode observasi dan
eksperimen yang disebut dalam epistemologi Islam sebagai metode tajribi, sedangkan kajian
tasawuf mengandalkan metode irfani yang biasa disebut metode takziyah al-nafs. Dan
Saintis-saintis islam merupakan tokoh yang hebat dalam akademik dan penemuannya serta
dalam ibadahnya sehingga ilmu-ilmu dan metode islam merupakan kajian dalam ilmu
tasawuf dan berhubungan dengan sains.
Perbandingan
Buku Pertama: Buku Dr. Jafar, MA. Menjelaskan Integrasi dari epistemologi,
aksiologi dan ontologi berdasarkan hubungannya dengan metode islam serta kajian-kajian
tasawuf.
Buku Kedua Drs. A Susanto, M.Pd. : Buku kedua ini menjelaskan Metode dimensi
kajian filsafat ilmu yaitu dimensi ontologi, dimensi aksiologi dan dimensi epistemologi