Anda di halaman 1dari 7

Pembuatan Biodiesel

Dasar Teori :

Reaksi Transesterifikasi adalah reaksi antara lemak atau material lain yang yang mengandung
eter asam lemak dengan asam lemak , alkohol , ester-ester lain dengan diikuti pertukaran gugus asam
lemak untuk menghasilkan ester baru. Reaksi antara ester dengan asam disebut dengan asidolitis ,
ester dengan alkohol disebut alkoholis dan reaksi antara ester satu dengan yang lain disebut
pertukaran ester atau transesterifikasi . Dalam definisi lain dikatakan bahwa transesterifikasi adalah
reaksi antara ester atau trigliserida dengan senyawa lain bisa juga ester , alkohol , atau asam. Apabila
reaktan berupa alkohol disebut alkoholis. Metil Ester ( biodesel ) dapat dihasilkan melalui proses
transesterifikasi trigliserida. Umumnya katalis yang digunakan adalah KOH atau NaOH meskipun
tidak menutup kemungkina digunakan katalis lain. Metanol juga lebih uum digunakan karena
harganya murah untuk kemurnian diatas 99%.

Reaksi esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi
mereaksikan asam lemak menjadi alkohol. Katalis katalis yang cocok adalah zat berakter asam kuat
karena ini asam sulfat. Asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis
katalis terpilih oleh praktek industrial untuk mendorong reaksi bisa berlangsung kekonversi yang
sempurna pada temperature rendah, reaktan metanol harus ditambah dalam jumlah yang berlebih dan
air produk ikutan reaksi harus disingkirkan dari fase reaksi yaitu fase minyak. Esterifikasi biasa
dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam lemak bebas tinggi

Biodiesel mengandung energi 37 MJ / Kg , sedangkan solar mengandung sekitar 42 MJ / Kg.


Pengurangan energi tersebut diimbangi oleh peningkatan efisiensi pembakaran biodiesel sebesar 7%.
Rata-rata penggunaan biodiesel menghasilkan 5% penurunan torsi , tenaga dan efisiensi bahan bakar.
Namun , kinerja sebagian besar kendaraan yang menggunakan biodiesel tidak menunjukkan
pengaruh yang berarti.

Sifat sifat bahan bakar solar yang terpenting kualitas penyalaan viskositas, titik ruang dan
titik awan. Kualitas penyalaan berhubungan dengan kelambatan penyalaan dan ini berhubungan
dengan komposisi bahan bakar. Kualitas penyalaan diukur dalam angka setana. Bahan bakar
referensinya adalah setana atau heksadekana yang mempunyai kelambatan penyalaan pendek. Dan a-
metil naftalen yang mempunyai kelambatan penyalaan cukup besar. Penentuan angka setana
memerlukan waktu lama dan biaya yang mahal sehingga didekati dengan diesel indek atau kalkulet
cetane index.

Viskositas yang terlalu rendah mengakibatkan kebocoran pompa injeksi bahan bakar.
Sebaliknya, jika terlalu tinggi akan memperburuk kinerji pompa injeksi. Titik ruang dan titik awan
tidak dipermasalahkan untuk penggunaan di indonesia karna merupakan daerah tropis. Beberapa hal
lain yang perlu diperhatikan adalah kebersihan bahan bakar dari kotoran dan kecenderungan bahan
bakar untuk memberikan endapan karbon serta kandungan belerang.

Biodiesel digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar karna karateristiknya memenuhi
standar minyak solar. Pada perkembanagannya, standar biodiesel dikembangkan sendiri di beberapa
negara termasuk indonesia. Sebut DIN 5106 di Jerman , pr EN 14214 untuk Eropa , ASTM D 67151
02 untuk Amerika, FBI S- 01-03 di Indonesia dan masih banyak lagi.

Pemisahan ester atau gliserol merupakan langkah pertama yang umum dilakukan dalam
proses biodiesel. Proses pemisahan berdasarkan pada ester asam lemak dan gliserol yangs edikit
saling melarutkan dan adanya perbedaan densitas yang mecolok antara kedua fase. Keberadaan
metanol dalam salah satu atau kedua fase mempengaruhi kelarutan ester dalam gliserol dan gliserol
dalam ester.

Langkah pencucian ester digunakan untuk menetralisir katalisisa, membuang sabun yang
terbentuk selama esterifikasi dan membuang gliserol bebas dan metanol sisa. Pengeringan ester
diperlukan untuk memenuhi batas jumlah air yang diijinkan dalam produk akhir biodiesel. Perlakuan
lain seperti meruduksi warna bahan bakar, membuang sulfur dan atau fosfor dan mebuang gliserida
juga dilakukan sebagai proses tambahan.

Tujuan utama pencucian ester adalah membuang sabun yang terbentuk selama
transesterifikasi. Air yang ditambahkan sedikit asam digunakan untuk menetralkan sedikit katalis dan
membuat garam. Sisa metanol ahrus dibuang sebelum pencucian. Hal ini akan mencegah metanol
agar tidak ikut bersama air pencuci. Bebrapa proses mengambil metanol dengan air pencuci
kemudian mengambil metanol yang terlarut dalam air pencuci. Setelah proses pencucian , ester
mengadung air diatas kadar yang diijinkan sebagai biodiesel. Sehingga diperlukan proses
pengeringan untuk menurunkan kadar air dalam biodiesel dalam air. Pengeringan dapat dilakukan
dalam distilasi, evaporasi atau penyaring molekuler, silika gel dsb. Dua metode terakhir cukup murah
tetapi memerlukan regenerasi secara berkala . Keberdaaan alkohol dalam biodiesel dapat
meningkatkan energi dalam pembakaran tetapi dapat menurunkan titik nyala. Pencucian biodiesel
dengan air cukup efektif untuk menurunkan kadar alkohol sampai dibawah 2000 ppm .

Biodiesel mentah hasil transesterifikasi didiamkan dalam beberapa jam sebelum dipisahkan
dari gliserol nya . asam cuka atau asam fospat ditambahkan untuk menetralakan PH . selanjutnya
ditambahkan air sebanyak 50% dari volume biodiesel dan diairasi selama 24 jam dengan aliran air
kecil. Pencucian ini diulang sampai air pencuciannya bersih. Pencucian kedua dan seterusnya tidak
memerlukan penambahan asam.
Alat dan bahan :

a. Alat : b. Bahan :
- Water bath - Methanol
- Motor pengaduk - KOH
- Corong pemisah - Minyak
- Beaker glasss
- Erlenmeyer
- Kaca arloji
- Buret

Cara Kerja :

Persiapan bahan baku


- Uji kadar FFA (Free Fatty Acid)
a) Timbang 20 g sampel (minyak) dalam erlenmeyer
b) Tambahkan 50 ml etanol panas dan 3 tetes indikator phenolphtalein (PP) ke dalam minyak
c) Dinginkan pada suhu ruang
d) Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah jambu dan
tidak hilang selama 30 detik
e) Catat volume titran (ml) dan hitung kadar FFA. Asam lemak bebas dinyatakan sebagai %
FFA.
Persen asam lemak bebas dinyatakan sebagai oleat pada kebanyakan minyak dan lemak. Untuk
minyak kelapa dan minyak inti kelapa sawit dinyatakan sebagai laurat, sedang pada minyak
sawit dinyatakan sebagai palmitat.

()
% FFA = x 100%
1000

f) Jika hasil uji kadar FFA dalam sampel > 2 % maka lakukan proses esterifikasi hingga
FFA mencapai < 2 %.

- Proses Esterifikasi
a) Timbang sampel (minyak) sebanyak 500 g
b) Tambahkan metanol dengan rasio mol 3 : 1 dengan minyak. Tambahkan pula asam sulfat
pekat sebanyak 0,05 % dari FFA nya. Campur terlebih dahulu asam sulfat dan metanol
baru kemudian tambahkan perlahan ke dalam sampel minyak
c) Lakukan pengadukan dengan pemanasan dengan suhu 60oC selama 2 jam
d) Setelah didinginkan, pisahkan dengan menggunakan corong pisah.
e) Uji kadar FFA nya. Jika kadar FFA > 2% ulangi prosedur esterifikasi
Data pengamatan
Uji FFA
- Massa minyak : 20.61 gram
- Volume titran : 2.6 ml
()
- % FFA = x 100%
1000

2.6 0.1 256.42


= x 100%
20.61 1000

= 0.3234%

Percobaan 1
- Massa minyak : 250.16 gram
- KOH 1.5% dari berat minyak
1.5
250 x = 3.75 gram KOH
100

- n Minyak (Asam palmitat) =

250
=
256.42
= 0.975 mol
- mol minyak x 3.5 = 0.975 x 3.5
= 3.4125 mol etanol
- mol etanol x Mr etanol = 3.4125 x 32
= 109.2 gram metanol
Jadi 3.75 gram KOH dalam 109.2 gram metanol.
Percobaan 2
- Massa minyak : 250.24 gram
- KOH 1.75% dari berat minyak
1.75
250 x = 4.375 gram KOH
100

- n Minyak (Asam palmitat) =

250
=
256.42
= 0.975 mol
- mol minyak x 3.5 = 0.975 x 3.5
= 3.4125 mol etanol
- mol etanol x Mr etanol = 3.4125 x 32
= 109.2 gram metanol
Jadi 4.375 gram KOH dalam 109.2 gram metanol.
Percobaan 3
- Massa minyak : 250.16 gram
- KOH 1.5% dari berat minyak
2
250 x = 5 gram KOH
100

- n Minyak (Asam palmitat) =

250
=
256.42
= 0.975 mol
- mol minyak x 3.5 = 0.975 x 3.5
= 3.4125 mol etanol
- mol etanol x Mr etanol = 3.4125 x 32
= 109.2 gram metanol
Jadi 5 gram KOH dalam 109.2 gram metanol.
Pembahasan :
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkyil ester dari rantai
panajng asam lemak , yang dipaki sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat
dati sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Sebuah proses dari transesterifikasi
lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam
lemak bebas. Setelah melewati proses ini , tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki
sifat pembakaran yang mirip dengan diesel ( solar ) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya
dalam banyak kasus. Namun , dia lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel protelum,
meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas. Ketika
minyak digunakan untuk menggoreng hidrolisis yang memecah molekul minyak menjadi asam.
Proses ini betambah besar dengan pemanasan yang tinggi dan waktu yang lama selama
penggorengan makanan. Adanya asam lemak bebas dalam minyak goreng tidak bagus pada
kesehatan. FPA dapay pula menjadi ester jika bereaksi dengan soda akan membentuk sabun. Produk
biodiesel harus dimurnikan dari produk samping, seperti gliserin, sabun sisa methanol dan soda. Sisa
soda yang ada pada biodiesel dapat menghidrolisa dan memecah biodiesel menjadi FFA yang
kemudian terlarut dalam biodiesel itu sendiri. Kandungan FFA dalam biodiesel tidak bagus karena
dapat menyumbat filter atau saringan dengan endapan dan menjadi korosi pada logam mesin diesel.
Pada pertemuan pertama dilakukan proses perhitungan FFA minyak curah dan didapat %FFA
sebesar 0,3234 %. Bahan bahan mentah pembuatan biodiesel adalah :
a. trigliserida trigliseria yaitu komponen utama aneka lemak dan minyak-lemak
b. karena %FFA minyak curah dibawah 2% maka dapat langsung dilakukan proses
transesterifikasi. Jika FFA lebih dari 2% maka harus dilakukan proses esterifikasi terlebih
dahulu.
Tahap reaksi pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut :
1. esterifikasi , adalah tahap monversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi
mereaksikan minyak / lemak dengan alkohol. Asam sulfat , asam sulfat organik atau resin
penukar kation asam kuat merupakan katalis katalis yang biasa terpilih praktek industrial.
Reaksi esterifikasi yaitu :
RCOOH + CH3OH RCOOCH3 + H2O
As. Lemak Metanol metil ester
Esterifikasi biasanya dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam lemak
bebas tinggi. Pada tahap ini , asam lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester.
Tahap esterifikasi biasanya diikuti dengan tahap tranesterifikasi , namun sebelum beralih ke
tahap ini bagian terbesar katalis yang terkandung harus disingkirkan.
2. Tranesterifikasi, biasa disebut dengan alkoholisis adalah tahap konversi dan trigliserida
(minyak nabati) menjadi alkyl ester , melalui reaksi dengan alkohol dan menghasilkan produk
samping yaitu gliserol. Penambahan alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi
tranesterifikasi bila dibandingkan dengan katalis asam. Katalis biasa yang sering digunakan
adalah NaOH , KOH , NaOCH3 dan KOCH3.
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi reaksi alkoholis, terutama untuk meningkatkan
hasil / randemen adalah :
a. Waktu reaksi , makin panjang waktu reaksi , maka kesempatan molekul-molekul reaktan
bertumbukan makin banyak sehingga konveksi makin besar.
b. Konsentrasi , kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktan.
c. Katalisator , katalis berfungsi mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi
d. Kandungan air dalam bahan baku.
e. Kandungan asam lemak bebas akan menghambat reaksi yang diharapkan.
f. Kandungan gliserol dapat menghambar rekasi akibat terjadinya penggumpalan .
g. Kandungan sabun dapat menghambat reaksi sama seperti gliserol.
h. Temperatur dan pengadukan.
i. Perbandingan reaksi , reaksi alkoholis minyak nabati memerlukan alkohol berlebih.

Pada praktikum yang telah dilakukan pada saat proses transesterifikasi minyak curah tahap
pertama yang dilakukan dengan katalis lalu didinginkan sampai suhu ruang sekitar 25C . setelah itu
masukkan campuran katalis kedalam minyak disertai pengadukan . setelah itu dimasukkan dalam
ultrasonik vibrator untuk ditransesteriifikasi selama 30 menit. Hasilnya dalam campuran tersebut
terdapat seperti gumpalan awan warna putih, hal ini membuat sulit proses pemisahan. Akhirnya pada
hari ke 6 sudah dapat terpisah sedikit dengan bagian atas metil ester dan bagian bawah campuran
metil ester, gliserol dan gumpalan seperti sabun. Pada lapisan bawah dilakukan proses sentrifugasi
untuk pemisahan metilester dengan gliserol. Hasil seluruh metilester 160ml. Tahap selanjutnya uji
viskositas yaitu sebesar 80. Sebelum dilakukan pengujian viskositas biodiesel hasil dilakukan
pencucian dengan air hangat, tujuannya adalah untuk menghilangkan katalis basa pada biodiesel.

Anda mungkin juga menyukai