Oleh :
KELOMPOK C13
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh
unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi sosial maupun spiritual. ASI mengandung
nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi
dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan. ASI adalah sebuah cairan
ciptaan Allah yang sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-
zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susu memiliki bentuk
paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda dan sangat kaya akan sari-sari makanan
yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak serta perkembangan sistem
saraf.Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0-6
bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi
(pengobatan penyakit), (Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB
Kabupaten Grobogan, 2011).
Menyusui merupakan cara yang optimal dalam memberikan nutrisi, mengasuh
bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama,
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga
tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya. Hal ini dapat menunjukan bahwa pemberian
ASI bagi bayi sangat penting (Varney, 2007).
Survey kesehatan demografi WHO (2000), menemukan bahwa pemberian ASI
eksklusif selama 4 bulan pertama sangat rendah terutama di Afrika Tengah dan Utara,
Asia dan Amerika Latin. Oleh kerena itu, WHO menganjurkan agar bayi diberikan
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sebab terbukti bahwa menyusu eksklusif selama
6 bulan menurunkan angka kematian dan kesakitan pada umumnya dibandingkan
menyusu selama 4 bulan. Sekitar 15% bayi diseluruh dunia diberi ASIeksklusif
selama 4 bulan seringkali pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak
aman sehingga menyebabkan 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan
yang tidak benar.
Di Indonesia diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata
mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya
secara penuh tanpa makanan tambahan, selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang
gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan
tambahan selama tiga bulan pertama.Keberhasilan menyusui harus diawali dengan
kepekaan terhadap waktu yang tepat saat pemberian ASI. Kalau diperhatikan sebelum
sampai menangis bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda kebutuhan akan ASI
berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau tangan di mulut.
Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup faktor-
faktor seperti kurangnya informasi dari pihak perawat kesehatan bayi, praktik-praktik
rumah sakit yang merugikan seperti pemberian air dan suplemen bayi tanpa kebutuhan
medis, kurangnya perawatan tindak lanjut pada periode pasca kelahiran dini,
kurangnya dukungan dari masyarakat luas (Hasselquist, 2006).
Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibumengapa keliru dalam pemanfaatan
ASI secara eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang,
kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu
bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI
dan tidak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki
pengetahuan tentang manfaat ASI .
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai
masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana,
seperti cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan yang mengakibatkan
puting terasa nyeri dan masih banyak lagi masalah lain. Untuk itu seorang ibu butuh
seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam
menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh
besar dalam hidupnya atau disegani seperti suami, keluarga atau kerabat atau
kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter atau tenaga kesehatan. Untuk mencapai
keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai tehnik-tehnik menyusui
yang benar (Soetjingsih, 1997).
Berdasarkan survey awal kelompok dari tanggal 30-31 Desember 2013di
ruangan kebidanan RSUD Padang, ditemukan 3 dari 5 ibu post partum masih belum
mengerti tentang pemberian dan penyimpanan ASI.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu primipara denganpengalamannya yang
sedikit membutuhkan pengetahuan yang cukup untuk dapat menyusui dengan benar.
Kemudian ibu dengan multipara kurang terpapar dengan sumber informasi. Dengan
demikian, maka kelompok tertarik untuk memberikan informasi melalui penyuluhan
kesehatan tentang Pemberian dan Penyimpanan ASI kepada ibu post partumagar
dapat menyusui dan menyimpan ASI dengan benar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhandiharapkan pasien dapat memahami konsep tentang
Pemberian dan Penyimpanan ASI
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pesertadapat:
a. Menyebutkan pengertian ASI
b. Menyebutkan manfaat ASI
c. Menyebutkan efek samping bila bayi tidak diberi ASI
d. Menyebutkan dan mendemonstrasikan teknik menyusui yang baik
e. Menyebutkan cara penyimpanan ASI
C. Pokok Bahasan
Pemberian dan Penyimpanan ASI
G. Materi : Terlampir
H. Pengorganisasian
Moderator : Firda Damba Wahyuni, S. Kep
Penyaji : Nola Asril S. Kep
Observer : Rorilawati Nasril, S.Kep
Fasilitator : Maya Syafni, S.Kep
Maharani, Z., S.Kep
Vivi Oktasari, S.Kep
Andina Ariesta, S.Kep
Almira Ghandi, S. Kep
Asnel Sartika, S.Kep
Sri Mardiah, S. Kep
I. Uraian Tugas
1. Moderator
Bertanggung jawab dalam kelancaran diskusi pada penyuluhan
Memperkenalkan anggota kelompok dan pembimbing
Menyepakati bahasa yang akan digunakan selama penyuluhan dengan audien
Menyampaikan kontrak waktu
Merangkum semua audien sesuai kontrak
Mengarahkan diskusi pada hal yang terkait pada tujuan diskusi
2. Penyaji
Bertangung jawab memberikan penyuluhan
Memahami topik penyuluhan
Mengexplore pengetahuan audien tentang pnemonia
Menjelaskan pnemonia sesuai bahasa uang dipahami audiens
Memberikan reinforcement positif atas partisipasi aktif audien
3. Fasilitator
Menjalankan absensi audien dan mengawasi langsung pengisian di awal acara.
Memperhatikan presentasi dari penyaji dan memberi kode pada moderator jika
ada ketidaksesuaian dengan dibantu oleh observer.
Memotivasi peserta untuk aktif berperan dalam diskusi, baik dalam mengajukan
pertanyaan maupun menjawab pertanyaan.
Membagikan leaflet di akhir acara.
4. Observer
Mengoreksi kesesuaian penyuluhan dengan jadwal dan target
Mengamati jalannya kegiatan penyuluhan
Memberikan laporan evaluasi penyuluhan dengan merujuk ke SAP
J. Setting Tempat
Keterangan:
= Moderator
= Penyaji
= Audience/peserta
= Observer
= Fasilitator
= Pembimbing
K. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan pengajar Kegiatan peserta
1. 5 menit Pembukaan
a. Mengucapkan salam a. Memperhatikan
b. Memperkenalkan anggota kelompok dan b. Memperhatikan
pembimbing
c. Menjelaskan topik penyuluhan c. Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan penyuluhan d. Memperhatikan
e. Membuat kontrak waktu dan meminta e. Memperhatikan
kerja sama dengan audiens
2. 20 menit Pelaksanaan
a. Menggali pengetahuan klien tentang a. Menjelaskan
pengertian ASI
b. Memberi reinforcementpositif pada b. Memperhatikan
peserta yang menjelaskan
c. Menjelaskan pengertian ASI c. Mendengarkan
danmemperhatikan
d. Menggali pengetahuan klien tentang cara d. Menjelaskan
pemberian ASI
e. Memberi reinforcement positif pada e. Mendengarkan
peserta yang menjelaskan danmemperhatikan
f. Menjelaskan cara pemberian ASI f. Mendengarkan dan
Memperhatikan
g. Menggali pengetahuan peserta tentang g. Menjelaskan
cara penyimpanan ASI
h. Memberi reinforcement positif pada h. Mendengarkan
peserta yang menjelaskan
i. Menjelaskan tentang cara penyimpanan i. Mendengarkan dan
ASI memperhatikan
j. Memberi kesempatan pada pasien untuk j. Mempraktekkan
mempraktekkan teknik menyusui
k. Memberi kesempatan pada peserta untuk k. Mengajukan
bertanya pertanyaan
l. Memberikan reinforcement positif pada l. Mendengarkan
peserta yang bertanya
m. Memberikan kesempatan pada peserta m. Menjelaskan
lainpeserta yang lain untuk memberikan
pendapat
n. Melengkapi jawaban peserta n. Mendengarkan
3. 5 menit Penutup
a. Mengevaluasi atau menanyakan kembali a. Menjawab pertanyaan
materi yang telah disampaikan pada
peserta b. Memperhatikan
b. Menyimpulkan kembali materi yang
telah disampaikan c. Memperhatikan
c. Memberikan motivasi kepada pasien
agar selalu d. Menjawab salam
d. Memberi salam penutup
L. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Diharapkan mahasiswa berada pada posisi yang sudah direncanakan
b. Diharapkan tempat dan media serta alat sesuai rencana
c. Diharapkan mahasiswa dan sasaran menghadiri penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Diharapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Diharapkan peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
c. Diharapkan waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
d. Diharapkan sasaran penyuluhan dan mahasiswa mengikuti kegiatan penyuluhan
sampai selesai
e. Diharapkan sasaran penyuluhan dan mahasiswa berperan aktif selama kegiatan
berjalan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
a. 65% peserta mammpu menyebutkan pengertian ASI eksklusif
b. 65% peserta mampu menyebutkanteknik pemberian ASI
c. 65% peserta mampu menjelaskan cara penyimpanan ASI
d. 60% peserta mampu mempraktekkan teknik pemberian ASI
ASI EKSKLUSIF
B. KEUNTUNGAN ASI
1. Manfaat untuk bayi
a. Bayi mendapat kekebalan untuk melindunginya dari banyak penyakit dan
infeksi.
b. Bayi lebih jarang menderita infeksi telinga dan saluran pernafasan atas.
c. Bayi lebih jarang mengalami diare dan penyakit saluran cerna lainnya.
D. CARA MENYUSUI
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap air susu.
Bidan / perawat perlu mamberikan bimbingan pada ibu dalam minggu pertama setelah
persalinan (nifas) tentang cara-cara menyusui yang sebenarnya agar tidak
menimbulkan masalah.
Cara-cara menyusui yang baik dan benar yakni sebagai berikut:
1. Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu
2. Keluarkan sedikit ASI dari putting susu, kemudian dioleskan pada putting susu dan
areola.
3. Jelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang bayinya
Ada berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. Ada posisi khusus yang
berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakan di
samping kepala ibu dengan kaki di atas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara
seperti memegang bola. Kedua bayi disusui bersamaan, di payudara kiri dan kanan.
Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu
sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan tersedak (Ieda
dkk, 2007).
Langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut:
1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu
dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan
menjaga kelembaban puting susu
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
Posisi menyusui sambil duduk atau rebahan yang benar (Perinasia, 1994)
Bayi dipegang dengan satu lengan,kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu
dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
Satu tangan bayi diletakan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan.
Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya
membelokkan kepala bayi).
3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah,
jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
Menyentuh pipi dengan puting susu.
Menyentuh sisi mulut bayi.
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.
Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga
puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI
keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.
Setelah bayi mulai mengisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga
lagi.
6) Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti
menyusui pada payudara yang lain.
c. Ketika memeras sebaiknya dalam keadaan tenang dan nyaman. Pilih ruangan
yang nyaman agar ibu tidak terganggu. Ada yang menjaga bayi.
d. Cuci tangan sebelum memeras dengan sabun setiap kali hendak memeras ASI,
dan payudara cukup dicuci dengan air, jangan menggunakan sabun.
2. Memeras bisa dengan menggunakan alat yang bersih atau dengan menggunakan
tangan, yaitu:
a. Posisikan tangan pada salah satu payudara, kemudian letakkan ibu jari terletak
berlawanan dengan jari telunjuk pertahankan tetap pada bagian yang coklat
(areola).
b. Tekan tangan kearah dada, lalu dengan lembut tekan jari tangan secara bersamaan
c. Tampung ASI peras pada cengkir (steril) yang bermulut lebar
d. Lakukan juga pada payudara yang lainnya.
c. Cara penyimpanan:
No Metode Penyimpanan Dalam Lemari Es Waktu Penyimpanan
o o
1 8 hari
Suhu 0-4 C (32-39 F)
2 Dalam pembeku/ freezer 2 minggu
o o
(lemari es 1 pintu) suhu -15 C (5 F)
3 Dalam pembeku/ freezer 3 4 miggu
o o
(lemari es 2 pintu) suhu -18 C (0 F)
4 o
6 12 minggu
Deep freezer -20 C
Keterangan: Dalam freezer tahan hingga 3 bulan tetapi zat antibodinya berkurang
Hangatkan ASI pada suhu tubuh (370C). jangan dimasak, sebaiknya dengan cara:
Cairkan ASI beku dengan penurunan suhu secara bertahap selama satu malam
dalam lemari pendingin.
Rendam susu dalam mangkuk berisi air suam kuku hingga hangat.
ASI merupakan sumber nutrisi terbaik untuk bayi selain itu kandungan ASI memiliki
antibodi alami yang dapat menjaga bayi dari infeksi. Pemberian ASI hingga usia 6 bulan
tanpa memberikan makanan dan cairan lain atau dikenal dengan ASI eksklusif sangat
disarankan karena dapat menjaga kekebalan tubuh sehingga bayi tidak mudah sakit,
memiliki intelegensi yang lebih baik dan juga ikatan batin antara anak dan ibu. Selain itu
manfaat ASI eksklusif akan membantu dalam pemulihan ibu pasca persalinan.
Bagi ibu menyusui yang harus kembali pada rutinitas kerja dapat memberikan ASI
eksklusif dengan cara ASI perah. Anda dapat menyimpan ASI perah dengan baik agar
manfaatnya tidak berkurang, ASI perah (ASIP) adalah ASI yang diperas kemudian
disimpan untuk diberikan kepada bayi. Ini merupakan cara efektif yang dilakukan oleh ibu
menyusui yang memiliki kesibukaan di luar rumah.
Seringkali ibu cemas ketika menyimpan ASI perah, dikhawatirkan akan merubah
kandungan gizi dari ASI yang disimpan. Selain itu penyimpanan ASI yang terlalu lama
dikhawatirkan akan menganggu kesehatan bayi anda. Sehingga cara menyimpan ASI perah
yang baik dan benar harus diketahui oleh ibu yang memiliki kesibukan di luar rumah. Pada
artikel kali ini, artikel kami membahas cara menyimpan ASI perah semoga dapat
membantu pemberian ASI eksklusif meskipun ibu harus bekerja .
Pemberian ASI eksklusif dapat dilakukan langsung dari buah dada ibu ke anak, selain itu
ada pula keadaan tertentu yang sulit memberikan ASI eksklusif sehingga diberikan bentuk
perahan. ASI Perah merupakan ASI yang sudah diperah kemudian disimpan dan diberikan
sesuai kebutuhan bayi.
Pemberian ASI perah dapat diberikan kepada bayi yang lahir prematur sehingga membantu
cara mengisap yang belum optimal. Bahkan dapat pula diberikan ASI perah karena ibu
perlu dirawat sehingga tidak memungkinkankan menyusui bayinya. Begitu pula dengan
ibu yang sibuk dengan rutinitas yang mempersulit pemberian ASI secara langsung.
Manfaat ASI perah sama halnya dengan pemberian ASI secara langsung, memberikan
manfaat untuk bayi. Komposisi yang terkandung di dalam ASI perah sama halnya ketika
ibu menyusui, kandungan zat antibodi alami yang dibutuhkan bayi untuk terhindari dari
jenis infeksi, membantu menjaga kesehatan bayi, mengurangi resiko obesitas dan
mengurangi alergi atau intoleransi dari susu formula.
Pemberian ASI eksklusif dapat dibantu dengan menggunakan ASI perah. ASI eksklusif
yang diberikan hingga usia 6 bulan akan membantu bayi dalam menurunkan beberapa
risiko penyakit ketika dewasa. Bahkan ASI eksklusif sangat membantu dalam menjaga
kesehatan terutama gangguan pencernaan pada bayi. Sehingga tidak ada alasan untuk ibu
tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan kesibukan di luar rumah, anda bisa
lakukannya dengan menggunakan ASI perah.
Pertama-tama pastikan anda dalam keadaan bersih. Pencernaan bayi masih belum
sempurna begitu pula dengan kekebalan tubuhnya. Kesehatan bayi anda dimulai dari
lingkungan bersih, begitupula ketika akan memberikan ASI perah. Pastikan ibu mencuci
tangan menggunakan sabun untuk menghindari bakteri masuk ke dalam ASI perah.
Sediakan wadah penyimpanan yang bersih seperti botol kaca ataupun kontainer plastik
yang memiliki tutup rapat. Bahkan anda dapat memilih bahan plastik yang aman yang
bebas bisphenol A (BPA). Perhatikan cara mencuci apabila sudah digunakan menyimpan
ASI perah maka cuci dengan air panas dan sabun kemudian keringkan.
Anda dapat mempersiapkan label berisi tanggal ASI diperah. Sehingga dapat membantu
anda ketika menyimpan ASI sesuai dengan kebutuhan bayi anda. Hal yang harus
diperhatikan selanjutnya adalah jangan mencampurkan ASI yang telah dibekukan yang
masih baru pada wadah yang disimpan. Kemudian perhatikan pula ketika akan
memberikan ASI perah, jangan dikocok karena akan merusak komposisi di dalam ASI
perah.
Memerah ASI dapat pula menggunakan pompa perah meskipun sebagian ibu merasakan
ketidaknyamanan ketika menggunakan pompa perah. Cara yang baik dan benar ketika
memerah ASI sangat diperlukan agar menghasilkan kualitas dan kuantitas ASI perah yang
diharapkan. Anda dapat memerah menggunakan tangan atau pompa ASI yang membuat
anda nyaman.
1. Pertama-tama anda menyiapkan wadah untuk menampung ASI yang mudah untuk
disterilkan biasanya berupa botol yang tertutup rapat yang gelas tahan panas.
2. Anda dapat memilih wadah yang memiliki volume sesuai dengan kebutuhan bayi
sekali minum, misalnya saja 125 ml.
3. ASI perah yang akan diberikan kurang dari 6 jam maka tidak perlu disimpan
dilemari pendingin. Sedangkan untuk ASI yang disimpan di suhu kamar tidak
dianjurkan lebih dari 3-4 jam.
4. Sedangkan apabila ASI untuk waktu 24 jam atau lebih sebaiknya disimpan di
dalam lemari pendingin pada suhu 4 derajat celcius akan tetapi jangan sampai
beku.Ini dapat menjaga kandungan gizi di dalam ASI yang bermanfaat untuk bayi.
5. Berbeda dengan ASI perah yang akan digunakan dalam waktu 1 minggu maka ASI
harus didinginkan dalam lemari pendingin selama 30 menit kemudian dibekukan
dalam suhu -18 derajat celcius atau lebih rendah. Kondisi ASI yang dibekukan
dapat bertahan hingga 3-6 bulan.
6. Apabila memungkinkan ketika ASI disimpan di lemari pendingin bagian tengah
atau pada bagian dalam freezer karena lebih dingin dan memiliki tempratur
konstan.
7. Jangan menyimpan ASi pada rak yang menempel pada kulkas karena memiliki
temperatur yang berubah-ubah.
8. Selain itu untuk memudahkan anda sebaiknya menggunakan label tanggal peras
ASI.Perhatikan pula ketika anda menyimpan ASI jangan diisi penuh akan tetapi
usahakan untuk seperempat bagian kosong.
9. Perlu diperhatikan apabila ASI yang disimpan dalam waktu lebih dari 6 bulan maka
akan kehilangan senyawa yang akan berfungsi dalam melawan organisme
berbahaya.Inilah yang menyebabkan ASI akan membahayakan kesehatan bayi
apabila disimpan lebih dari waktu 6 bulan.
Penyimpanan ASI Perah
22.04.2014
Bagi sebagian besar ibu, cara paling mudah untuk memberikan ASI pada bayi adalah
dengan menetekkan langsung pada payudara. Namun, pada beberapa keadaan tertentu, hal
ini sulit dilakukan sehingga ASI akhirnya diberikan dalam bentuk perahan. Contohnya
adalah ketika bayi lahir dalam kondisi prematur sehingga kemampuan untuk menetek
masih belum sempurna, atau bayi maupun ibu perlu dirawat di rumah sakit sehingga tidak
memungkinkan untuk sering bertemu. Kondisi dimana ibu diharuskan untuk kembali
bekerja, sekolah atau menjalankan kesibukan lainnya juga mempersulit pemberian ASI
secara langsung. Banyak ibu juga seringkali merasa payudaranya penuh dan tidak nyaman,
sehingga ASI perlu segera diperah.
penyimpanan asi
perah
Saat memerah ASI dan menyimpannya, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh ibu,
yaitu:
1. Pastikan ibu mencuci tangan dengan bersih sebelum memerah ASI maupun
menyimpannya.
2. Wadah penyimpanan harus dipastikan bersih. Ibu dapat menggunakan botol kaca
atau kontainer plastik dengan tutup yang rapat dengan bahan bebas bisphenol A
(BPA). Hindari pemakaian kantong plastik biasa maupun botol susu disposable
karena wadah-wadah ini mudah bocor dan terkontaminasi. Kontainer harus dicuci
dengan air panas dan sabun serta dianginkan hingga kering sebelum dipakai.
3. Simpanlah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
4. Pastikan bahwa pada wadah ASI telah diberi label berisi nama anak dan tanggal
ASI diperah.
5. Tanggal kapan ASI diperah perlu dicantumkan untuk memastikan bahwa ASI yang
dipakai adalah ASI yang lebih lama.
6. Jangan mencampurkan ASI yang telah dibekukan dengan ASI yang masih baru
pada wadah penyimpanan.
7. Jangan menyimpan sisa ASI yang sudah dikonsumsi untuk pemberian berikutnya.
8. Putarlah kontainer ASI agar bagian yang mengandung krim pada bagian atas
tercampur merata. Jangan mengocok ASI karena dapat merusak komponen penting
dalam susu
Panduan Menyimpan ASI Perah untuk Bayi Sehat yang Lahir Aterm
1. Cek tanggal pada label wadah ASI. Gunakan ASI yang paling dulu disimpan
2. ASI tidak harus dihangatkan. Beberapa ibu memberikannya dalam keadaan dingin
3. Untuk ASI beku: pindahkan wadah ke lemari es selama 1 malam atau ke dalam bak
berisi air dingin. Naikkan suhu air perlahan-lahan hingga mencapai suhu pemberian
ASI
4. Untuk ASI dalam lemari es: Hangatkan wadah ASI dalam bak berisi air hangat atau
air dalam panci yang telah dipanaskan selama beberapa menit. Jangan
menghangatkan ASI dengan api kompor secara langsung.
5. Jangan menaruh wadah dalam microwave. Microwave tidak dapat memanaskan
ASI secara merata dan justru dapat merusak komponen ASI dan membentuk bagian
panas yang melukai bayi. Botol juga dapat pecah bila dimasukkan ke dalam
microwave dalam waktu lama.
6. Goyangkan botol ASI dan teteskan pada pergelangan tangan terlebih dahulu untuk
mengecek apakah suhu sudah hangat.
7. Berikan ASI yang dihangatkan dalam waktu 24 jam. Jangan membekukan ulang
ASI yang sudah dihangatkan.
Perlu diketahui bahwa ASI yang telah dihangatkan kadang terasa seperti sabun karena
hancurnya komponen lemak. ASI dalam kondisi ini masih aman untuk dikonsumsi.
Apabila ASI berbau anyir karena kandungan lipase (enzim pemecah lemak) tinggi, setelah
diperah, hangatkan ASI hingga muncul gelembung pada bagian tepi (jangan mendidih) lalu
segera didinginkan dan dibekukan. Hal ini dapat menghentikan aktivitas lipase pada ASI.
Dalam kondisi inipun kualitas ASI masih lebih baik dibandingkan dengan susu formula.
Sumber:
Tipe kerucut /plastic dan bola karet/tipe terompet (Squeeze and bulb atau horn)
Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena dapat menyakitkan dan dapat menyebabkan
kerusakan putting susu serta jaringan payudara. Kekuatan tekanan isapan sukar diatur.
b) Pompa elektrik
Beberapa macam pompa elektrik sudah ada di beberapa kota besar karena umumnya
harganya sangat mahal sehingga penggunaannya terbatas di rumah sakit besar.
pompa elektrik
4. Cara pemberian
Sediakan cangkir kecil (khususnya kaca), atau khusus cup feeder bayi.
Setelah ASIP dicairkan, tuang ke cangkir dan minumkan ke bayi. Jangan khawatir
tumpah-tumpah, untuk menampung tumpahannya sediakan dengan mangkuk kecil
di bawah lehernya, untuk diminumkan lagi berulang-ulang sampai habis.
Cara memberikan ASIP adalah dengan memiringkan gelas sampai bibir bayi
menyentuh permukaan ASI. Bayi akan mengecap-ngecap dan menghisap, setelah
itu baru dinaikkan sedikit-sedikit agar bayi bisa terus meminum ASInya. Jangan
menuangkan isi gelas ke dalam mulut bayi, tindakan ini akan membuat bayi
tersedak karena tidak siap.
Latihan memberikan ASIP ini perlu kesabaran, paling tidak latihan dmulai
seminggu sebelum masuk kerja. Sebaiknya pengasuhnya nanti yang belajar
memberikan, sehingga bayi terbiasa. Bayi bisa mengenali aroma tubuh Ibu
sehingga jika Ibu yang memberikan ia suka menolak (tentu saja dia memilih
menyusu langsung)
Keluhan yang lazim muncul adalah kemungkinan bayi menolak ASIP yang
diberikan melalui sendok atau cangkir. Hal ini wajar terjadi pada hari-hari pertama
pemberian ASIP. Buah hati Ibu bisa cemas dan gelisah. Namun, janganlah
khawatir, 3 atau 4 hari setelahnya bayi akan terbiasa. Itu sebabnya, sebelum masa
cuti berakhir bayi perlu dilatih disuapi susu dengan sendok atau cangkir. Jadi,
dengan sedikit belajar dan ketelatenan Ibu tidak perlu khawatir lagi kembali
bekerja.
Perlu juga Ibu ingat, kesuksesan pemberian ASIP selama Ibu bekerja juga ditentukan oleh
kerjasama dengan pengasuh. Hal ini tidaklah mudah apalagi yang ibu percayai merawatnya
adalah orangtua sendiri atau mertua. Untuk mempermudah kerjasama ini, langkah pertama
harus ada pemahaman yang sama mengenai pemberian dan manfaat ASI eksklusif. Hal ini
bisa jadi sedikit menyulitkan jika pengalaman mereka dulu mungkin menyusui sambil
dicampur susu atau makanan padat. Ibu bisa pelan-pelan menjelaskan pada ibu atau ibu
mertua tentang pentingnya ASI eksklusif, resiko pemberian sufor dan suplemen khususnya
pada 6 bulan pertama, dan lain-lain. Semakin dini edukasi diberikan semakin baik (misal
sejak Ibu positif hamil). Kerjasama yang baik antara orangtua dengan pengasuh di rumah
(siapapun dia) juga menentukan keberhasilan menyusui secara eksklusif.