KEBUTUHAN OKSIGENASI
1. Konsep Kebutuhan
a. Definisi/deskripsi kebutuhan oksigenasi
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam
tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses meyabolisme sel. Kekurangan oksigen
akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar
ini terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau fisika). O2
merupakan gas tidak berwarna yang tidak berbau yang sangat di butuhkan dalam proses
metabolism sel.
Pernapasan internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengacu pada proses metabolisme intrasel
yang berlangsung dalam mitokondria, yang mengguanakan O2 dan menghasilkan C02
selama proses penyerapan energi molekul nutrient.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi pernapasan
1. Faktor fisiologis
Penurunan kapasitas angkut O2
Daya angkut Hb untuk membawa O2 kejaringan adalah 97 %. Nilai tersebut
dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Mis :
pada pada penderita anemia atau saat terpapar zat racun.
Penurunan konsentrasi O2 inspirasi
Terjadi akibat penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan kadar O2
lingkungan
Hipovolemia
Disebabkan oleh penurunan vol sirkulasi darah akibat kehilangan cairan
ekstraseluler yang berlebih. Mis : pada penderita syok/dehidrasi berat.
Peningkatan laju metabolik
Kondisi ini terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus menerus yang
meningkatkan laju metabolic. Akibatnya tubuh mulai memecah persediaan
protein dan menyebabkan penurunan masa otot.
2. Status kesehatan
pada kondisi sakit, proses oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara lain gangguan system
pernapasan dan kardiovaskuler, penyakit kronis, penyakit obstruksi pernapasan.
3. Faktor perkembangan
Bayi prematur
Bayi prematur biasanya ditandai dengan berkembangnya membrane serupa
hialin yang membatasi ujung saluran pernapasan.
Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi saluran napas atas, seperti
faringitis, influenza, tonsillitis, dan aspirasi benda asing (makanan, permen,
dll)
Dewasa muda dan paruh baya
Kebiasaan meroko, diet yang tidak sehat dan kurang berolahraga.
Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada fungsi
normal pernapasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi
pelebaran alveolus, dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi
paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O2.
4. Faktor prilaku
Nutrisi
Kondisi obesitas dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat
dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi
kekuatan kerja pernapasan.
Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktifitas metabolic, denyut jantung,
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen
Ketergantungan zat adiktif
Alcohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernapasan sehingga
mengekibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan.
Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah akan merangsang aktifitas saraf simpatis
yang meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
Gaya hidup
Kebiasaan meroko yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen.
Nikotin di dalam rook mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
5. Lingkungan
Suhu
Suhu panas/dingin dapat berpengaruh terhadap kekuatan ikatan Hb dan O2
Ketinggian
Pada dataran tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga
tekanan oksigen menurun.
6. Polusi
Polusi udara seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala,
pusing, tersedak dan berbagai gangguan pernapasan lainnya.
a. Pengkajian
1) Riwayat keperawatan
Keluhan utama
Klien mengatakan sudah satu minggu merasa sesak, batuk-batuk, dan sulit
membuang secret.
Riwayat kesehatan sekarang
Klien merasakan sulit bernapas, sulit bicara.
Riwayat kesehatan yang lalu
Klien pernah mengalami gangguan system pernapasan.
Ekspansi dada lateral Ekspansi simetris 3-8 Ekspansi kurang dari 3 cm, nyeri
cm atau asimetris
Pemeriksaan perkusi paru
Perkusi Normal Abnormal
Bidang paru Bunyi resonan, tingkat Hiperesonan : akan terdengar pada
kenyaringan rendah, pengumpulan udara atau
menggaung mudah pneumotoraks
terdengar, kualitas Pekak atau datar : terjadi akibat
sama kedua sisi. penurunan udara di dalam paru-paru
(tumor, cairan)
Gerakan dan posisi Letak diafragma pada Posisi tinggi-distensi lambung atau
diafragma vertebra torakik ke-10. kerusakan saraf frenikus
Penurunan atau tanpa gerakan pada
Setiap hemidiafragma
kedua hemodiafragma
bergerak 3-6 cm.
3) Pemeriksaan penunjang
Penilaian ventilasi dan oksigenasi :
- uji fungsi paru : lihat pada asma. TLC menurun, kapasitas
inspiratori menurun, dan volume residual meningkat
- pemeriksaan gas darah arteri : PaO2 menurun, PaCO2
normal/meningkat, pH normal/asidosis, respiratori alkolisis ringan
sekunder akibat hiperventilasi.
- Oksimetri
AGD normal :
- PH : 7, 35-7, 45
- PaCO2 : 35-45mmHg
- PaO2 : 80-100 mmHg
- SaO2 : 95-99 %
- Kadar bikarbonat : 22-26 mEq/L
Tes struktur system pernapasan : sinar-x dada (menunjukan hiperinflasi
paru, pendataran retostrenal ; menurun marking vasikular/bullae),
EKG : disritmia atrium, gel P tinggi, memuncak pada lead II, III, AVF.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Definisi
Suatu keadaan ketika individu mengalami suatu ancaman nyata atau potensial
pada status pernapasan karena ketidakmampuannya untuk batuk secara efektif.
Batasan karakreistik
Sulit bernapas
Bunyi napas tidak normal (ronkhi)
Batuk disertali dahak
Pergerakan dada tidak simetris
Lemah dan pucat
Pernapasan cuping hidung
Produksi sputum
Kesulitan bicara
Mata melebar
Sianosis
TTV abnormal
Krireria hasil :
Intervensi
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Monitor TTV 1. Mengetahui keadaan umum klien
2. Auskultasi bunyi napas, catat adanya 2. Bebeeapa derajat spasme bronkus
bunyi napas. terjadi dengan obstruksi jalan
napas/tidak dimanifestasikan adanya
bunyi napas adventisius. Mis :
penyebaran, krekels basah
(bronchitis), bunyi napas redup
dengan ekspirasi mengi.
3. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. 3. Pernapasan dapat melambat dan
Catat rasio inspirasi/ekspirasi frekuensi ekspirasi memanjang
dibanding ekspirasi.
4. Catat adanya/derajat dispnea. Mis : 4. Disfungsi pernapasan adalah variable
keluhan lapar udara, distres yang tergantung pada tahap proses
pernapasan. Pengguanaan otot bantu. kronois selain proses akut yang
menimbulkan perawatan dirumah
sakit. Mis : infeksi dan reaksi alergi.
5. Beri posisi yang nyaman. Mis :
5. Sokongan tangan/kaki dengan meja,
peninggian kepala tempat tidur, duduk
bantal, dll membantu menurunkan
pada sandaran trmpat tidur.
kelemahan otot dan dapat sebagai alat
6. Pertahankan lingkungan bebas polusi.
ekspansi dada.
Mis : debu, asap, dan bulu bantal yang
6. Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan
berhubungan dengan kondisi individu.
yang dapat mentriger episode akut.
7. Dorong/atau bantu latihan napas
abdomen atau bibir.
7. Memberikan pasien beberapa cara
8. Kolaborasi, lakukan fisioterapi dada
untuk mengatasi dan mengontrol
9. Kolanorasi, berikan humidifikasi. Mis
dispnea dan menurunkan jebakan
: Nebulizer, suction
udara.
10. Kolaborasi, berikan obat sesuai
indikasi. Mis : mukolitik 8. Memudahkan upaya pernapasan
dalam dan meningkatkan drainase
secret dari segmen paru kedalam
bronchus, dimana dapat lebih
mempercepat pembuangan dengan
batuk/penghisapan
Tujuan : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan.
Krireria hasil :
Intervensi
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Monitor TTV 1. Mengetahui keadaan umum klien
2. Kaji frekuensi, kedalaman 2. Berguna dalam evaluasi derajat
pernapasan. Catat penggunaan otot distress pernapasan dan/kronisnya
aksesori, napas bibir, proses penyakit
ketidakmampuan
berbicara/berbincang
3. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu 3. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki
pasien untuk memilih posisi yang dengan posisi duduk tinggi dan latihan
mudah untuk bernapas napas umtuk menurunkan kolaps jaln
napas, dispnea, dan kerja napas
4. Sianosis mungkin perifer (terlihat
4. Kaji/awasi secara rutin kulit dan pada kuku) atau sentral (terlihat
warna membram mukosa sekitar bibir/daun telinga). Ke abu-
abuan dan diagnosis sentral
mengindikasikan beratnya hipoksemia
5. Bunyi napas mungkin redup karena
penurunan aliran udara/area
5. Auskultasi bunyi napas, catat area konsolidasi. Adanya mengi
penurunan aliran udara dan/bunyi mengindikasikan spasme
tambahan bronkus/tertahannya secret
6. Penurunan getaran vibrasi diduga ada
pengumpulan cairan/udara terjebak
6. Palpasi fremitus 7. Gelisah dan ansietas adalah
manifestasi umum pada hipoksia.
GDA memburuk disertai
7. Awasi tingkat kesadaran/status bingung/somnolen menunjukan
mental. Sedikit adanya perubahan disfungsi serebral yang berhubungan
8. Kaji kapilary refill dengan hipoksemia.
9. Kaji tanda-tanda sianosis 8. Jika dalam lebih 3 detik kapilary refill
10. Berikan terapi oksigen dengan benar tidak kembali seprti semula, terdapat
benar. Mis : dengan nasal prong, gangguan karena kadar O2 dalam
masker, masker venture. darah berkurang.
11. Awasi/buat grafik seri GDA, nadi, 9. Sianosis terjadi akibat darah yang
oksimetri, foto dada. beredar ke seluruh tubuh mengandung
darah kotor yang rendah oksigen. Bila
kadar oksigen yang beredar teralu
rendah (pasien biru sekali), bisa
terjadi gangguan otak dengan
manifestasi gelisah, menangis
merintih, lemas bahkan sampai kejang
10. Tujuan terapi oksigen adalah
mempertahankan PaO2 diatas 60
mmHg. Oksigen diberikan dengan
metode yang memberikan pengiriman
tepat dalam toleransi pasien
11. Membuat dasar untuk pengawasan
kemajuan/kemunduran proses
penyakit dan komplikasi
Tujuan : Pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru
jelas/bersih
Krireria hasil :
Intervensi
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Monitor TTV 1. Mengetahui kedaan umum klien
2. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan 2. Kecepatan biasanya meningkat.
dan ekspansi dada. Catat upaya Dispnea dan terjadi peningkatan kerja
pernapasan, termasuk penggunaan napas (pada awal/hanya tanda EP
otot bantu/pelebaran nasal subakut). Ekspansi dada tebatas yang
berhubungan dengan atelektasis dan
3. Auskultasi bunyi napas dan catat nyeri pada pleuritik
adanya bunyi napas adventisius, 3. Bunyi menurun atau tidak ada bila
seperti krekels, mengi, gesekan jalan napas obstruksi sekunder
pleural terhadap perdarahan, bekuan/kolaps
4. Tinggikan kepala dan bantu jalan napas kecil (atelektasis)
mengubah posisi. Bangunkan pasien 4. Duduk tinggi memungkinkan ekspansi
turun dari tempat tidur dan ambulasi paru dan memudahkan pernapasan.
segera mungkin Pengubahan posisi dan ambulansi
meningkatakan pengisian udara yang
segmen paru berbeda sehingga
5. Observasi pola batuk dan karakter memperbaiki difusi gas
secret 5. Kongesti alveolar mengakibatkan
batuk kering/iritasi. sputum berdarah
dapat diakibatkan oleh kerusakan
jaringan (infark paru)/antikoagulan
6. Kolaborasi : berikan oksigen berlebihan.
tambahan 6. Memaksimalkan bernapas dan
7. Kolaborasi : Berikan humudufikasi menurunkan kerja napas
tambahan. Mis : nebulizer ultrasonic. 7. Memberikan kelembabann pada
membrane mukosa dan membantu
8. Kolaborasi : tiupan botol/spirometri pengenceran secret untuk
insentif. memudahkan pembersihan
8. Memudahkan upaya pernapasan
dalam meninggikan drainase secret
dari segmen paru kedalam bronkus,
dimana dapat lebih mempercepat
pembuangan dengan
batuk/penghisapan.
DAFTAR PUSTAKA