Anda di halaman 1dari 25

6 TINGKAT KERAMAHAN FYKE NET

6.1 Pendahuluan

Selektivitas alat merupakan salah satu kriteria dalam menentukan tingkat


keramahan suatu alat. Gillnet dikategorikan sebagai alat yang ramah lingkungan
karena merupakan alat yang selektif (Booth and Potts 2006). Sungguhpun gillnet
merupakan alat yang ramah lingkungan tetapi dalam kondisi tertentu alat ini
menjadi tidak ramah lingkungan, misalnya pada pengoperasiannya diperairan
berkarang terutama pada malam hari akan memberi perluang yang besar untuk
tersangkut dikarang dan dapat mamatahkan karang (Kushima and Miyasaka
2003).
Lain halnya dengan fyke net, alat ini tidak selektif apabila ditinjau dari
besarnya kisaran ukuran ikan yang dapat tertangkap tetapi dikategorikan sebagai
alat yang ramah lingkungan (Welcomme 2001) karena ikan yang tertangkap
dalam kondisi hidup dan bisa dilepaskan kembali oleh nelayan kalau belum
masuk rekrutmen. Dalam kondisi ini peranan nelayan (manusia) sangat besar
dalam menentukan suatu alat ramah atau tidak.
Fyke net yang merupakan alat uji dalam penelitian ini walaupun secara
hipotesis telah memenuhi beberapa kriteria ramah lingkungan namun
pengoperasinnya di perairan terumbu karang masih memerlukan kajian yang lebih
mendalam dengan mengambil berapa kriteria lain yang menentukan tingkat
keramahannya.
Kriteria lain ramah lingkungan pada alat yang dioperasikan di perairan
berkarang adalah sifat aktif dan pasif alat terhadap ikan. Alat yang pasif
dikategorikan sebagai alat yang ramah lingkungan karena saat dioperasikan alat
ini diam di tempatnya menunggu datangnya ikan sehingga benturan dengan
terumbu karang dapat diminimalkan. Akan tetapi pada alat penangkap ikan pasif
lainnya seperti trap dan pot dalam pengoperasiannya dikategorikan sebagai alat
yang ramah lingkungan tetapi apabila alat terebut dioperasikan dalam jumlah
besar dan dirangkaikan satu sama lain dengan menggunakan tali maka pada saat
128

alat tersebut diangkat dari dasar perairan dapat terjadi benturan dengan terumbu
karang hingga dapat merusak karang (Valdemarsen dan Suuronen 2003).
Dari beberapa pustaka didapatkan beberapa kriteria untuk alat yang
dianggap ramah bagi lingkungan yaitu alat yang tidak termasuk kedalam
Destructive Fishing Practice (Pet-Soede and Erdmann 1998). Alat yang
dianggap sebagai Destructive Fishing Practices (DFP) adalah sebagai berikut :
(1) Secara langsung dapat merusak habitat ikan atau organisme pembentuk
habitat utama ikan, misalnya: penggunaan bahan peledak, sianida pada
kegiatan penangkapan ikan, pukat pantai (Pet-Soede and Erdmann 1998),
pengoperasian bottom gill net pada malam hari (Kushima and Miyasaka
2003).
(2) Secara tidak langsung dapat merusak habitat ikan atau organisme
pembentuk habitat ikan, misalnya: benturan jangkar perahu pada
pengoperasian pancing, benturan alat pengusir ikan pada pengoperasian
muro-ami dan benturan kaki nelayan pada terumbu karang saat
pemasangan dan pengambilan bubu (Pet-Soede and Erdmann 1998).
(3) Bersifat tidak selektif yang menangkap bukan ikan target atau ikan yang
belum masuk ke dalam rekrutmen, misalnya penggunaan jaring bermata
kecil (Mascia 2001). Berbagai upaya penyesuaian dan perubahan pada
konstruksi alat tangkap terutama pada trawl yaitu mengurangi hasil
tangkapan sampingan dengan penambahan lubang pelolosan Turtle
Excluder Device untuk mencegah tertangkapnya penyu atau pemasangan
alat pemancar signal untuk mengusir lumba-lumba agar tidak tertangkap
oleh alat tangkap (Knigson 2007).
(4) Bersifat sangat mematikan sehingga ikan non target yang tertangkap tidak
dapat dilepaskan kembali untuk dapat tetap hidup, misalnya hasil
tangkapan pada trawl, dan purse seine.
Menurut Valdemarsen dan Suuronen (2003) khususnya bagi alat sejenis
trap dan pot, masih banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan agar lebih
ramah terhadap lingkungan, yaitu :
(1) Beratnya harus tidak jauh melebihi berat yang diperlukan untuk menjaga
agar alat ini tetap dalam posisi tegak pada saat mendarat dan menjaga agar
129

posisinya mantap (tidak bergeser) sehingga alat ini pada saat mendarat
tidak merusak obyek didasar perairan.
(2) Potensi tertagkapnya hewan yang bukan target penangkapan perlu menjadi
perhatian agar dapat dilakukan modifikasi pada alat tersebut sehingga
perlu dilakukan penelitian tentang dimensi alat yang tepat, ukuran mata
jaring yang digunakan sebagai dinding, desain jalan masuk, jenis umpan
dan perangkat untuk pelolosan (excluder devices).
Oleh karena banyaknya hal yang menjadi pertimbangan dalam
menentukan apakah suatu alat penangkap ikan tergolong ke dalam alat yang
ramah atau tidak maka digunakan alat bantu RAPFISH (The Rapid Appraisal of
Fisheries Status) (Pitcher and Preikshot 2001) yang selama ini digunakan untuk
memberi penilaian pada status keberlanjutan suatu kegiatan perikanan. Dalam
analisis ini digunakan penilaian dari beberapa bidang yaitu ekologi, ekonomi,
sosial/budaya, teknologi dan etika namun atribut yang digunakan disesuaikan
dengan atribut keramahan lingkungan pada lingkungan terumbu karang.

6.2 Metode Penelitian

RAPFISH (The Rapid Appraisal of Fisheries Status) (Kavanagh and


Pitcher 2004) digunakan untuk memberi penilaian yang dapat menetukan tingkat
keramahan fyke net. Wawancara terstruktur dengan menggunakan questionnaire
terhadap beberapa orang stakeholders (personal nelayan, LSM, peneliti, pendidik,
Pemerintah Daerah dan Dinas Perikanan Daerah) dilakukan untuk mendapatkan
penilaian mereka terhadap fyke net. Oleh karena fyke net merupakan alat yang
belum dikenal oleh masyarakat setempat maka digunakan pembanding berupa alat
yang serupa dengan fyke net yaitu, sero dan bubu.
Dalam analisis RAPFISH beberapa rangkaian atribut dipilih untuk dapat
menggambarkan penilaian dari berbagai bidang ilmu, diberi nilai dalam bentuk
rangking sekor atau skala binary. Ordinasi rangkaian atribut tersebut diolah
dengan menggunakan multi-dimensional scaling (MDS) yang dilanjutkan
dengan proses scaling and rotasi. Leverage setiap atribut tersebut pada hasil
130

pengolahan dapat diestimasi dengan prosedur step-wise. Ordinasi tersebut di


patok pada titik acuan yang tetap yang akan mensimulasi penilaian terbaik (good)
dan terburuk (bad) menggunakan skor atribut yang ekstrim, sementara patok yang
lain menjaga kenormalan ordinasi pada sumbu kedua terhadap sumbu pertama.
Perbedaan yang signifikan akan ditunjukkan oleh Monte Carlo simulation of
errors yang terkait denga penilaian semula. (Pauly and Pitcher 2000).
Dalam analisis ini terlebih dahulu harus dibuat kriteria penilaian yang
diekspresikan dalam titik acuan (reference points). Untuk mendapatkan titk acuan
yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan , terlebih dahulu dilakukan
identifikasi masalah dan ditetapkan dalam prinsip dasar penilaian dan kemudian
diformulasikan melalui enam tahap (diadopsi dari Anonimous 2008) yaitu dimulai
dari penentuan dampak, prinsip dasar, kriteria, indikator, standar. Berdasarkan
standar tersebut kemudian ditentukan titik acuan yang mengarah pada titik acuan
yang diharapkan target reference points (Sainsbury 2008). Setelah titik acuan
dari masing-masing bidang ditentukan kemudian diekspresikan dalam suatu
questionnaire (Lampiran 19).
Reference point menurut Sainsbury (2008) adalah petunjuk acuan dalam
operasional yang digunakan dalam penilaian di bidang perikanan dan
pengambilan keputusan dalam managemen. Ada tiga tipe titik acuan (reference
point) yang digunakan dalam management perikanan yaitu: target reference
points yang menunjukkan suatu hasil yang diharapkan (intended outcomes),
limit reference points yang menunjukkan suatu hasil yang tidak diharapkan
(undesireble outcome) dan trigger reference points yang mengajukan suatu
penetapan awal umpan balik dari managemen (a predefined management
responses).
Impact/Issue menurut Anonimous (2008) adalah permasalahan atau
dampak yang akan diminimalisasi, dalam hal ini adalah tingkat kerusakan
lingkungan akibat pengoperasian fyke net. Principles adalah dasar yang menjadi
pedoman dalam menunjukkan dampak tersebut , misalnya pada pengoperasian
fyke net tidak ada karang (sebagai habitat utama di ekosistem terumbu karang)
yang mati. Hal ini didasarkan pada acuan Destructive Fishing Practice (Pet-
Soede and Erdmann 1998). Criteria adalah ruang lingkup yang menjadi pusat
131

perhatian untuk menunjukkan suatu dampak tersebut , misalnya karang yang


hidup dan yang mati. Indicators adalah apa yang harus diukur agar supaya tingkat
dampak dapat ditentukan, misalnya luas karang yang mati akibat pengoperasian
alat tangkap. Standards adalah jumlah/tingkat kinerja yang harus dicapai untuk
menentukan apakah dampak sudah diminimalisasi, misalnya luas karang yang
mati tidak melebihi panjang fyke net termasuk sayapnya (~20 m).
Berdasarkan standar tersebut selanjutnya ditentukan reference point yang
dapat menjadi titik acuan dalam menentukan rangking/sekor dari yang buruk
(bad) hingga yang baik (good). Contoh reference points yang didapatkan
berdasarkan standar tersebut di atas adalah:
0: tidak mematikan karang
1: mematikan karang dalam radius sempit (diameter < 10 m atau< 1/2 dari
panjang fyke net)
2: mematikan karang dalam radius luas (diameter hingga 20 m)
3: mematikan karang dalam radius yang sangat luas (diameter >> 20 m)

Penilaian tingkat keramahan suatu alat tangkap pada lingkungan ditinjau


dari 5 aspek (budang ilmu) yang berbeda, yaitu :
(1) Penilaian tingkat keramahan dari sudut pandang ekologi
(2) Penilaian tingkat keramahan dari sudut pandang sosial/budaya
(3) Penilaian tingkat keramahan dari sudut pandang ekonomi
(4) Penilaian tingkat keramahan dari sudut pandang teknologi
(5) Penilaian tingkat keramahan dari sudut pandang etika

Pada sudut pandang ekologi didapatkan prinsip-prinsip dasar yang


mengacu pada alat tangkap yang tidak termasuk kedalam Destructive Fishing
Practice (Pet-Soede and Erdmann 1998, dan acuan menurut Valdemarsen dan
Suuronen (2003) khususnya bagi alat sejenis trap dan pot,seperti yang telah
disebutkan di atas.
Pada sudut pandang sosial/budaya didapatkan prinsip-prinsip dasar yang
mengacu pada alat tangkap yang ramah lingkungan berdasarkan aturan yang ada
(undang-undang, kepmen, perda dan kearifan lokal) serta kebiasaan dan budaya
132

masyarakat yang mendukung pada upaya pelestarian lingkungan yang mengacu


pada prinsip-prinsip code of conduct for responsible fishing (Pitcher et al. 2008)
Pada sudut pandang ekonomi didapatkan prinsip-prinsip dasar yang
mengacu pada nilai ekonomis dan tingkat pemanfaatan yang mendukung pada
upaya pelestarian lingkungan.
Pada sudut pandang teknologi didapatkan prinsip-prinsip dasar yang
mengacu pada alat tangkap yang ramah lingkungan berdasarkan aturan yang ada
(undang-undang, kepmen, perda dan kearifan lokal) serta kebiasaan dan budaya
masyarakat yang mendukung pada upaya pelestarian lingkungan. yang mengacu
pada prinsip-prinsip code of conduct for responsible fishing (Pitcher et al. 2008)
Pada sudut pandang etika didapatkan prinsip-prinsip dasar yang mengacu
pada sudut pandang masyarakat terhadap etika yang mendukung maupun tidak
mendukung pada alat tangkap yang ramah lingkungan berdasarkan pada issu etika
di bidang perikanan (FAO 2005).
Selanjutnya setelah pembuatan reference point selesai, questionnaire
dibuat untuk mendapatkan penilaian dari para pakar tentang hal-hal yang akan
dievaluasi. Dalam kasus ini tingkat keramahan fyke net yang menjadi focus
perhatian dalam questionnaire tersebut. Pola pembuatan questionnaire dalam
penelitian ini diadopsi dari teknik yang disusun oleh Bartram et al. 2008
(Lampiran 19).

6.3 Hasil dan Pembahasan

Prinsip dasar yang menjadi alasan dalam menentukan tingkat keramahan


fyke net yang dioperasikan di perairan terumbu karang dijabarkan pada Tabel 15
berikut ini. Perinsip tersebut diambil berdasarkan pendapat beberapa ahli dan
hasil pemantauan langsung dilapangan. Prinsip tersebut merupakan dasar dari
penentuan titik acuan (reference points) yang kemudian dikembangkan menjadi
jenjang penilaian yang digunakan dalam analisis RAPFISH untuk menentukan
tingkat keramahan fyke net.
133

Tabel 15 Prinsip dasar dan alasan yang mendasari penilaian keramahan fyke net
pada lingkungan terumbu karang

Aspek Ekologi
Referensi
1. Prinsip tidak membahayakan bagi kelangsungan hidup Pet-Soede and
karang sebagai habitat utama Erdmann 1998
Alasan Karang merupakan habitat utama organisme
laut
2. Prinsip tidak merusak/menghancurkan karang sebagai Pet-Soede and
habitat utama Erdmann 1998
Alasan Karang merupakan habitat utama organisme
laut
3. Prinsip tidak membahayakan bagi kelangsungan hidup Pet-Soede and
lamun sebagai habitat utama Erdmann 1998.
Alasan Lamun merupakan habitat utama organisme
laut
4. Prinsip tidak merusak lamun sebagai habitat utama Pet-Soede and
Alasan Lamun merupakan habitat utama organisme Erdmann 1998.
laut
5. Prinsip tidak merusak dasar perairan sebagai habitat Pet-Soede and
utama Erdmann 1998.
Alasan Dasar perairan merupakan habitat utama
organisme laut
6. Prinsip tidak menimbulkan kekeruhan perairan Castro and
Alasan Kekeruhan yang ditimbulkan oleh aktivitas Huber 2007
penangkapan terjadi akibat pengadukan dasar
perairan seperti pada trawl. Kekeruhan
tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan
hewan karang.
7. Prinsip tidak mematikan ikan sebagai organisme utama Pet-Soede and
pada ekosistem terumbu karang Erdmann 1998.
Alasan Alat tangkap yang mematikan ikan akan
menimbulkan hasil tangkapan sampingan yang
tidak dapat dilepas kembali untuk terus
berkembang
8. Prinsip tidak mematikan penyu atau mamalia air Castro and
sebagai organisme yang dilindungi Huber 2007
Alasan Penyu adalah organsime yang terancam akan
punah
9. Prinsip tidak merusak struktur populasi ikan Hall 1999;
Alasan Rusaknya struktur populasi ikan diindikasi Huston 1995
akan membahayakan kelestarian ikan tersebut.
134

Tabel 15 (lanjutan)

Aspek Sosial/Budaya
Referensi
1. Prinsip Adanya aturan pengelolaan sumberdaya Pet-Soede and
perikanan berskala nasional Erdmann 1998
Alasan Dengan adanya aturan berarti ada upaya
pengelolaan sumberdaya
2. Prinsip Adanya peraturan daerah yang mengatur akses Hall 1999
ke wilayah perairan regional Kurien 2003
Alasan Dengan adanya aturan berarti ada upaya
pengelolaan sumberdaya
3. Prinsip Adanya perda yang mengatur pengelolaan Hall 1999
sumberdaya perikanan tradisional.
Alasan Dengan adanya aturan berarti ada upaya
pengelolaan sumberdaya
4. Prinsip Adanya kearifan masyarakat lokal yang Hall 1999
mengatur pengelolaan sumberdaya perikanan
berskala lokal atau regional
Alasan Dengan adanya aturan berarti ada upaya
pengelolaan sumberdaya
5. Prinsip adanya kebiasaan masyarakat yang tidak Pemantauan
melakukan operasi penangkapan pada hari lapangan
jumat
Alasan Walaupun nelayan tidak beroperasi pada hari
jumat, alat tangkap fyke net tetap dipasang,
waktu pemasangan mulai Kamis hingga Sabtu
(2 hari). Namun dari pemantauan didapatkan
banyak ikan yang mati akibat pemangsaan
sehingga ada sumberdaya yang terbuang sia-
sia.
6. Prinsip adanya anggapan masyarakat bahwa ikan yang Pemantauan
tidak diberi es bermutu lebih baik dan enak lapangan
dimakan dibandingkan ikan yang telah diberi es
Alasan Anggapan masyarakat yang menganggap ikan
yang tidak diberi es merupakan ikan yang lebih
baik membuat para nelayan lokal berusaha
memulai mengoperasikan alat penangkap ikan
pada malam hari agar ikan tangkapan masih
segar saat dipasarkan pada pagi hari. Operasi
penangkapan ikan pada malam hari berpeluang
untuk merusak karang
135

Tabel 15 (lanjutan)

7. Prinsip adanya kebiasaan masyarakat nelayan untuk Pemantauan


beralih menjadi petani pada saat musim lapangan
penghujan.
Alasan Oleh karena kondisi alam Selayar sebagian besar
nelayan beralih menjadi petani disaat musim
hujan. Hal ini akan memberi dampak posistif bagi
ekosistem terumbu karang karena terjadi
penurunan jumlah operasi penangkapan, Namun
demikia, di Selayar alat sero dan bubu masih dapat
dioperasikan. Pengoperasian Alat di saat perairan
berombak besar dapat mengakibatkan ontrol
berkurang sehingga dapat menimbulkan kerusakan
atau kehilangan alat
8. Prinsip Adanya pengaruh tingkat pendidikan Pitcher and
nelayan/stakeholders dalam hal tingkat ketaatan Preikshot
pada aturan dan peduli pada sistem perikanan 2001
yang bertanggung jawab
Alasan Tingkat pendidikan akan berpengaruh pada
keputusan yang diambil oleh nelayan
9. Prinsip Adanya budaya berkelompok dalam mengatur Pitcher and
kegiatan perikanan dalam masyarakat Selayar. Kalikoski
Alasan Dengan adanya kelompok masyarakat maka ada 2008
sistem yang ditaati oleh sekelompok masyarakat
yang mengarah pada sistem pengelolaan
10.Prinsip Adanya peran Lembaga Swadaya Masyarakat Pet-Soede
yang bergerak di bidang lingkungan dalam and Erdmann
mensosialisasi penggunaan alat tangkap yang 1998
ramah lingkungan pada masyarakat
Alasan LSM dapat menjadi mitra masyarakat dalam
pengelolaan sumberdaya perikanan

Aspek Ekonomi
Referensi
1. Prinsip Adanya pengaruh sumber permodalan pada tingkat Dirhamsyah
keramahan fyke net 2008
Alasan Sumber modal yang memberatkan nelayan dalam
pengembaliannya akan membuat nelayan berusaha
menangkap ikan sebanyak-banyaknya tanpa
memperhatikan kelestarian
2. Prinsip Adanya pengaruh tingkat penggunaan bahan bakar Hall 1999;
minyak terhadap tingkat keramahan fyke net
Alasan Pemborosan penggunaan energi merupakan
tindakan yang tidak ramah lingkungan
136

Tabel 15 (lanjutan)

3..Prinsip Adanya pengaruh jumlah tenaga kerja yang Hall 1999;


digunakan terhadap tingkat keramahan fyke net
Alasan Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan
maka akan semakin banyak energi yang digunakan
4. Prinsip Adanya pengaruh tingkat pemanfaatan ikan hasil Hall 1999;
tangkapan terhadap tingkat keramahan fyke net
Alasan Dengan memanfaatkan semua hasil tangkapan
berarti tidak ada ikan yang terbuang (discard).
5. Prinsip Adanya pengaruh nilai ekonomi ikan hasil Hall 1999;
tangkapan terhadap tingkat keramahan fyke net
Alasan Ikan hidup cenderung bernilai ekonomi yang lebih
tinggi dibandingkan ikan yang mati sehingga untuk
tetap mempertahankan ikan dalam kondisi hidup
dan bugar, maka proses penangkapannya harus
secara hati-hati
6.Prinsip Adanya pengaruh besarnya produktivitas alat Hall 1999;
terhadap tingkat keramahan fyke net
Alasan Suatu alat yang produktif akan menjadi tumpuan
bagi kehidupan nelayan. Olah sebab itu nelayan
akan berupaya agar alat trsebut tidak cepat rusak
dengan cara berhati-hati dalam pengoperasiannya.
7.Prinsip Adanya pengaruh pasar lokal untuk ikan hidup Pitcher and
(ikan konsumsi dan ikan hias terhadap tingkat Preikshot
keramahan fyke net 2001
Alasan Dengan adanya pasar lokal ikan hidup, maka
nelayan akan berhati-hati dalam operasi
penangkapan sehingga hasil tangkapan berada
dalam kondisi hidup
8.Prinsip Menjadi sumber mata pencaharian bagi keluarga Pitcher and
Alasan Alat tangkap yang menjadi sumber kehidupan Preikshot
nelayan akan dipelihara dan dijaga oleh nelayan 2001
agar tidak cepat rusak. Untuk itu nelayan akan
berhati hati dalam melakukan operasi penangkapan
9.Prinsip Adanya pengaruh keberadaan ponggawa dalam Dirhamsyah
rantai ekonomi perikaan terhadap tingkat 2008
keramahan fyke net
Alasan Ponggawa yang merupakan pemberi modal bagi
nelayan bisa mempengaruhi cara kerja nelayan.
Ponggawa yang bersifat tengkulak akan menekan
nelayan hingga nelayan terpaksa melakukan
operasi penangkapan yang intensif untuk dapar
membayar hutang-hutang mereka. Akibatnya
sering operasi penangkapan dilakukan dengan cara
yang tidak ramah lingkungan.
137

Tabel 15 (lanjutan)

10.Prinsip Adanya pengaruh harga bahan utama alat terhadap Hall 1999;
tingkat keramahan fyke net
Alasan Harga bahan yang tinggi dapat membuat nelayan
berhati-hati dalam mengoperasikan alat tangkap
agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lama

Aspek Teknologi
Referensi
1. Prinsip teknik penangkapan fyke net yang aman bagi jiwa Pet-Soede
nelayan and Erdmann
Alasan Ada teknik penangkapan yang tidak aman bagi 1998
jiwa nelayan, misalnya penggunaan bahan
peledak, bahan beracun dan penggunaan
kompresor ban pada penyelaman.
2. Prinsip ada pengaruh ukuran (dimensi) alat dan kaitannya Valdemarsen
dengan ketahanan terhadap arus terhadap tingkat and Suuronen
keramahan fyke net 2003
Alasan Semakin besar dimensi alat maka akan semakin
besar pengaruh arus padanya. Alat penangkap
ikan dapat terseret ke arah terumbu karang.
3. Prinsip ada pengaruh bentuk alat dan kaitannya dengan Valdemarsen
ketahanan terhadap arus terhadap tingkat and Suuronen
keramahan fyke net 2003
Alasan Untuk pengoperasian di terumbu karang
dibutuhkan alat dengan bantuk yang paling stabil
agar tidak tergeser/terguling oleh arus
4. Prinsip ada pengaruh bobot alat terhadap tingkat Valdemarsen
keramahan fyke net and Suuronen
Alasan Semakin besar bobot alat akan semakin sulit untuk 2003
dioperasikan dan semakin banyak tenaga kerja
yang dibutuhkan dalam pengoperasiannya
5. Prinsip teknik penangkapan yang tidak menimbulkan Nybakken
Ghost Fishing and Betness
Alasan Dengan adanya ghost fishing makan akan terjadi 2004
penggunaan sumberdaya yang sia-sia
6. Prinsip Selektivitas alat Mascia 2001
Alasan Alat yang selektif akan menghidarkan terjadinya
pemborosan penggunaan sumberdaya
7. Prinsip ada pengaruh jenis bahan alat penangkap ikan Mascia 2001
yang digunakan terhadap keramahan fyke net
Alasan Bahan pemberat dari timah hitam memiliki sifat
racun, penggunaan cangkang kerang sebagai
pemberat merupakan proses daur ulang
138

Tabel 15 (lanjutan)

8. Prinsip ada pengaruh pemilihan daerah penangkapan Pemantauan


terhadap tingkat keramahan fyke net lapangan
Alasan daerah penangkapan yang aman bagi
pengoperasian fyke net adalah ditempat yang
cukup jauh dari terumbu karang.
9. Prinsip adanya pengaruh pemilihan waktu operasi Kushima and
penangkapan terhadap keramahan fyke net Miyasaka
Alasan Alat penangkap ikan yang dioperasikan malam 2003
hari di perairan terumbu karang akan berpeluang
merusak karang lebih banya.
10Prinsip ada pengaruh penggunaan alat bantu GPS dan Fish Pitcher and
ffinder dalam operasi penangkapan terhadap Preikshot
tingkat keramahan fyke net 2001
Alasan GPS dan Fish finder dapat membantu dalam
mendeteksi letak daerah penangkapan yang aman
bagi pengoperasian alat tangkap di perairan
berkarang

Aspek Etika
Referensi
1.Prinsip Adanya pengaruh sikap nelayan terhadap tindakan Pet-Soede
menginjak karang yang biasa dilakukan oleh para and Erdmann
nelayan pada saat mengoperasikan alat penangkap 1998;
ikan terhadap tingkat keramahan fyke net Hall 1999
Alasan Tindakan menginjak karang oleh nelayan adalah
salah satu penyebab terjadinya kerusakan karang
2.Prinsip Adanya pengaruh sikap nelayan terhadap tindakan Pet-Soede
mengambil batu karang di laut untuk pemberat and Erdmann
alat tangkap yang biasa dilakukan oleh para 1998
nelayan pada saat mengoperasikan alat penangkap
ikan terhadap tingkat keramahan fyke net
Alasan Pengambilan batu karang merupakan salah satu
penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang
3.Prinsip Adanya pengaruh sikap terhadap tindakan Pet-Soede
membuang jangkar pada saat pengoperasian alat and Erdmann
penangkap ikan di perairan terumbu karang 1998;
terhadap tingkat keramahan fyke net Hall 1999
Alasan Penjangkaran kapal merupakan salah satu
tindakan yang dapat merusak terumbu karang
139

Tabel 15 (lanjutan)

4.Prinsip Adanya pengaruh sikap nelayan pada penggunaan Pet-Soede


cangkang kerang sebagai pemberat alat penangkap and Erdmann
ikan terhadap tingkat keramahan fyke net 1998;
Alasan tindakan menggunakan cangkang kerang untuk Hall 1999
pemberat alat tangkap adalah tindakan yang ramah
terhadap lingkungan karena cangkang yang
digunakan adalah cangkang kerang yang telah
mati. Di Selayar cangkang kerang adalah
komoditas yang hampir tidak termanfaatkan
5.Prinsip Adanya pengaruh sikap para nelayan apabila alat Castro and
tangkapnya menangkap penyu terhadap tingkat Huber 2007;
keramahan fyke net Hall 1999
Alasan Penyu yang tertangkap dan segera dilepaskan
biasanya masih dapat terus
6.Prinsip Adanya pengaruh sikap para nelayan terhadap Hall 1999
tindakan yang mengambil semua hasil tangkapan
walaupun berukuran dibawah standar terhadap
tingkat keramahan fyke net
Alasan Keputusan nelayan untuk mengambil semua hasil
yang tertangkap sangat mempengaruhi kelestarian
sumber daya
7.Prinsip Adanya pengaruh keberadaan lembaga swadaya Pet-Soede
masyarakat terhadap tingkat keramahan fyke net and Erdmann
Alasan Keberadaan LSM lingkungan sangat membantu 1998;
dalam penyadaran masyarakat akan pentingnya Hall 1999
pelestarian lingkungan
8.Prinsip Adanya pengaruh sikap para nelayan pada Nybakken
tindakan membuang sampah ke laut saat and Betness
melakukan kegiatan penangkapan ikan tindakan 2004:
terhadap tingkat keramahan fyke net
Alasan Keramahan pada lingkungan sangat ditentukan
oleh sikap manusia pada alam
9.Prinsip Adanya pengaruh peran petugas penyuluh Pet-Soede
perikanan terhadap tingkat keramahan fyke net and Erdmann
Alasan Dengan adanya penyuluh maka pesan pelestarian 1998;
lingkungan akan dapat terus dikumandangkan Hall 1999

Hasil penilaian para pakar (stakeholders) diurutkan untuk mendapat nilai


median seperti pada tabel 16 berikut ini.
140

Tabel 16 Nilai yang telah diurutkan untuk mencari nilai median untuk aspek
ekologi, sosial/budaya, ekonomi, teknologi dan etika.

No Atribut Aspek Skala Nilai


Ekologi Median
1. Mematikan 0: tidak mematikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Terumbu Karang 1: mematikan dalam radius sempit
2: mematikan dalam radius luas
3: mematikan dalam radius sangat
luas
2. Menghancurkan 0: tidak menghancurkan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Terumbu Karang 1: hanya menghancurkan terumbu
karang dalam radius sempit
2: menghancurkan karang dalam
radius luas
3: menghancurkan karang dalam
radius sangat luas
3. Mematikan 0: tidak mematikan lamun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lamun 1: mematikan lamun dalam radius
sempit
2: mematikan lamun dalam radius luas
3: mematikan lamun dalam radius
sangat
luas
4. Merusak lamun 0: tidak merusak lamun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1: merusak lamun tetapi dalam radius
sempit
2: merusak lamun dalam radius yang
luas
3: merusak lamun dalam radius sangat
luas
5. Merusak dasar 0: tidak merusak dasar perairan 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
perairan sebagai 1: merusak dasar perairan dalam
habitat radius sempit
organisme dasar 2: merusak dasar perairan dalam
radius luas
3: merusak dasar perairan dalam
radius yang sangat luas
6. Menimbulkan 0: pengoperasian fyke net tidak 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
Kekeruhan menimbulkan kekeruhan perairan
Perairan 1: pengoperasian fyke net dapat
menimbulkan kekeruhan perairan
dalam radius yang sempit
2: pengoperasian fyke net dapat
menimbulkan kekeruhan perairan
dalam radius yang luas
3: pengoperasian set net dapat
menimbulkan kekeruhan perairan
dalam radius yang sangat luas
7. Mematikan Ikan 0: Tidak ada ikan yang mati 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
target 1: Semua ikan hidup tetapi ikan
pelagis dalam kondisi yang buruk
2: Hanya Ikan pelagis yang tertangkap
yang mati
3: Semua ikan yang tertangkap mati
8. Mematikan 0: Tidak ada penyu/mamalia air yang 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2 3
penyu/mamalia tertangkap
air 1: Ada penyu/mamalia air yang
tertangkap tetapi mampu keluar
kembali
2: Ada penyu/mamalia air yang
tertangkap tetapi harus dengan
bantuan nelayan untuk dapat keluar
kembali
3: Ada penyu/mamalia air yang mati
karena tertangkap oleh bubu/fyke
net
141

Tabel 16 (lanjutan)

9. Merusak 0: Jumlah tangkapan rata-rata jauh 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1


struktur dibawah tangkapan bagan perahu
populasi ikan 1: Jumlah tangkapan rata-rata
karang Di bawah dari tangkapan bagan
perahu
2: Jumlah tangkapan rata-rata sama
dengan bagan perahu
3: Jumlah tangkapan rata-rata jauh
melebihi bagan perahu

No Atribut Aspek Skala Nilai


Sosial/ Median
Budaya
1. Peraturan yang 0: Ada aturan nasional tetapi tidak 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
berlaku secara dijalankan
nasional tentang 1: Ada aturan nasional yang berlaku
pengelolaan untuk alat tangkap yang meng-
sumberdaya gunakan kapal motor bersekala
perikanan > 5 gt
2: Ada aturan nasional yang berlaku
untuk alat tangkap tradisional.
3: Ada aturan nasional yang men-
cakup semua alat tangkap
2. Peraturan 0: Tidak ada Perda yang mengatur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
daerah yang akses alat penangkapan dari
mengatur akses wilayah lain
pada suatu 1: ada Perda yang mengatur akses alat
daerah penangkapan dari wilayah lain
penangkapan di tetapi hanya untuk alat tangkap
wilayah Selayar berskala besar (menggunakan kapal
motor > 5 gt)
2. Ada Perda yang mengatur akses alat
penangkapan dari wilayah lain yang
berlaku untuk semua alat tangkap
Peraturan daerah 0: Ada Perda di bidang perikanan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
yang mengatur Tetapi Tidak dijalankan
alat/metode 1: Ada Perda di bidang perikanan
penangkapan Tetapi masih banyak orang yang
yang boleh dan Melanggar
tidak boleh (tidak ada pengawasan dan sanksi
beroperasi. yang tegas)
2: Ada Perda di bidang perikanan
Yang telah diawasi pelaksanaan-
nya namun belum ada sanksi
yang tegas
3: Ada Perda di bidang perikanan
Yang telah diawasi pelaksanaan-
nya dan dengan sanksi yang
tegas
4. Kearifan lokal 0: Tidak ada kearifan lokal yang 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Selayar dibuat oleh masyarakat Selayar
dibidang pengelolaan sumberdaya
perikanan.
1: Ada kearifan lokal dibidang
Pengelolaan sumberdaya perikanan
tetapi tidak dijalankan
2: Ada kearifan lokal dibidang
Pengelolaan perikanan yang
mengatur daerah pengoperasian
alat tertentu misalnya sero di
Selayar
3: Ada kearifan lokal dibidang
pengelolaan perikanan yang
mengatur daerah pengoperasian
dan musim pengkapan berbagai
jenis alat tangkap di Selayar
142

Tabel 16 (lanjutan)

5. Kebiasaan untuk 0: Nelayan tidak memasang alat 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3


tidak melakukan sama sekali pada hari jumat
operasi penang- 1: Nalayan baru memasang alat pada
kapan pada hari jumat sore dan mengambil hasil
jumat pada sabtu pagi
2: Nelayan tetap melakukan pema-
sangan alat pada hari kamis dan
mengambil hasil pada hari sabtu
pagi.
3: Nelayan tetap mulakukan pemasa-
ngan alat pada hari kamis dan
mengambil hasil pada hari jumat
pagi, sabtu pagi dan seterusnya.
6. Kebiasaan untuk 0: ikan tangkapan tidak diberi es akan 0 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
tidak meng- lebih baik.
gunakan es pada 1: ikan tangkapan disiram air saja
ikan tangkapan sudah cukup baik
2: ikan tangkapan yang direndam
pada air dingin sudah baik
3: ikan tangkapan diberi es akan lebih
baik
7. Kebiasaan para 0: Pada musim angin muson barat, 0 0 1 1 1 2 2 2 2 2 2
nelayan untuk nelayan fyke net tidak dapat
mengerjakan melakukan operasi penangkapan
sawah/kebun tetapi dapat bekerja sebagai petani.
saat musim 1: Pada musim angin muson barat,
hujan (tidak nelayan fyke net seperti halnya
melakukan bubu dan sero tetap dapat
kegiatan beroperasi tetapi mereka tidak
penangkapan dapat bertani.
ikan) 2: Pada musim angin muson barat,
nelayan fyke net seperti halnya
bubu dan sero tetap dapat ber-
operasi sekaligus dapat bekerja
sebagai petani
8. Tingkat 0: tidak ada kepedulian nelayan/ 0 0 0 1 1 1 1 1 2 2 2
pendidikan stakeholders yang berpendidikan
nelayan tinggi terhadap penggunaan alat
tanggkap yang dapat merusak
1: tidak ada kepedulian nelayan/
stakeholders yang berpendidikan
rendah terhadap penggunaan alat
tanggkap yang dapat merusak
2: ada kepedulian nelayan
/takeholders yang berpendidikan
tinggi erhadap penggunaan alat
tanggkap yang dapat merusak
3: ada kepedulian nelayan
/stakeholders yang berpendidikan
rendah terhadap penggunaan alat
tanggkap yang dapat merusak
9, Budaya 0: Tidak ada kelompok masyarakat 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
berkelompok dibidang penangkapan ikan
1: Ada Kelompok Masyarakat di
bidang perikanan tetapi tidak
melakukan kegiatan
2: Ada Kelompok Masyarakat di
Bidang Perikanan yang mulai
Aktif mengarahkan anggotanya ke
sistem perikanan bertanggung
jawab
3: Ada Kelompok Masyarakat di
bidang perikanan yang telah lama
aktif mengarahkan kelompoknya
ke sistem perikanan
bertanggung jawab
143

Tabel 16 (lanjutan)

10. Keberadaan 0: Tidak ada LSM yang bekerja di 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3


Lembaga bidang
Swadaya hukum, lingkungan dan perikanan
Masyarakat 1: Ada LSM lingkungan tetapi tidak
melakukan penyuluhan dan
pembimbingan
2: Ada LSM lingkungan tetapi hanya
malakukan penyuluhan dan
pembimbingan apabila ada proyek
pemerintah
3: Ada LSM lingkungan dan aktif
serta terus menerus malakukan
penyuluhan dan pembimbingan
pada masyarakat

No Atribut Aspek Skala Nilai


Ekonomi Median
1. Modal awal alat 0: seluruh modal berasal dari hasil 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
fyke net (bubu pinjaman
sebagai 1: sebagian modal sendiri dan
pembanding) sebagian
Modal Ponggawa/perbankan
2: seluruh modal berasal dari modal
sendiri
2. Penggunaan 0: Menggunakan bahan bakar minyak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
bahan bakar 1 liter/trip atau lebih
minyak pada 1: Menggunakan bahan bakar minyak
pengoperasian kurang dari 1 liter/trip
fyke net (bubu 2: sama sekali tidak menggunakan
sebagai bahan bakar minyak dalam
pembanding) pengoperasian fyke net)
3. Penggunaan 0: Alat tangkap (bubu/fyke net) 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
tenaga kerja dioperasikan oleh 1orang
pada 1: Alat tangkap (bubu/fyke net)
pengoperasian dioperasikan oleh 2 orang
fyke net (bubu 2: Alat tangkap (bubu/fyke net)
sebagai dioperasikan oleh 3 orang atau
pembanding) lebih
4. Tingkat 0: Memanfaatkan semua ikan target 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
pemanfaatan untuk dikonsumsi dan ikan non
ikan karang target dibuang
1: Memanfaatkan semua ikan target
dan non target untuk dikonsumsi
kecualiikan yang beracun
2: Memanfaatkan ikan tangkapan
Sesuai fungsinya (ikan konsumsi
untuk dikonsumsi dan ikan hias
untuk ikan hias)
5. Nilai ekonomi 0: Semua ikan hasil tangkapan dijual 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
ikan hasil dalam kondisi mati
tangkapan untuk 1: Sebagian ikan hasil tangkapan
pasar lokal Dijual dalam kondisi mati dan
sebagian (ikan konsumsi/ ikan
hias) dijual dalam kondisi hidup
2: Semua ikan hasil tangkapan dijual
dalam kondisi hidup
6. Produktivitas 0: Produktivitas bubu/fyke net rendah 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
alat bubu, sero 1: produktivitas bubu/fyke net sedang
atau :samba 2: produktivitas bubu/fyke net tinggi
sebagai
pembanding
7. Pasar untuk 0: pasar lokal ikan hidup tidak ada 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
komoditas ikan 1: pasar lokal ikan hidup hanya untuk
hidup (konsumsi ikan konsumsi
dan ikan hias) 2: pasar lokal ikan hidup tersedia
untuk ikan konsumsi dan ikan hias
144

Tabel 16 (lanjutan)

8. Menjadi sumber 0: sekedar untuk lauk keluarga 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2


mata 1: sumber penghasilan tambahan
pencaharian bagi 2: sumber penghasilan utama
keluarga
9. Keterkaitan 0: nelayan fyke net terkait pada 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
dengan ponggawa
Ponggawa 1: nelayan fyke net tidak terkait pada
ponggawa
10. Harga bahan 0: lebih tinggi dari daerah lain 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
utama alat (Makassar)
penangkap ikan 1: sama dengan daerah lain
di Selayar 2: lebih rendah dari daerah lain

No Atribut Aspek Skala Nilai


Teknologi Median
1. Tingkat 0: dapat membahayakan jiwa nelayan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
keamanan 1: dapat mencederai nelayan
Teknologi 2: aman bagi nelayan
penangkapan
yang digunakan
oleh fyke net
(bubu,sebagai
pembanding)
2. Dimensi alat 0: berdiensi kecil, berbobot besar 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3
tangkap 1: berdimensi kecil, berbobot ringan
2: berdimensi besar, berbobot besar
3: berdimensi besar, berbobot ringan
3. Kondisi hasil 0: semua ikan tangkapan dalam 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
tangkapan kondisi mati
1: sebagian ikan tangkapan dalam
kondisi hidup
2: semua ikan tangkapan dalam
kondisi hidup
4. Ghost fishing 0: terjadi karena seluruh bagian alat 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Tangkap terbuat dari bahan
Sintetis yang tahan lama di
perairan
1: terjadi tetapi tidak lama karena ada
bagian alat tangkap yang terbuat
dari bahan alami yang cepat lapuk
di dalam air
2: tidak terjadi karena seluruh bagian
alat tangkap terbuat dari bahan
alami sehingga mudah rusak dalam
waktu yang singkat di dalam air
5. Selektivitas fyke 0: tidak selektif 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
net terhadap 1: selektif terhadap penyu/mamalia
penyu/mamalia air yang berukuran relative lebih
air (bubu sebagai besar
pembanding) 2: selektif terhadap penyu/mamalia
air yang berukuran kecil
6. Bahan utama 0: menggunakan jaring/tali dari bahan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
untuk fyke net Sintetis, pemberat dari bahan
dari bahan yang timah hitam.
dapat mencemari 1: menggunakan jaring sintetis,
lingkungan pemberat dari bahan cangkang
(bubu sebagai kerang
pembanding) 2: menggunakan bahan alami (jaring
dari serat alami, bamboo, dan
cangkang kerang/batu untuk
pemberat)
7. Daerah 0: di sela terumbu karang 0 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
penangkapan 1: di paparan pasir berkarang di luar
yang aman/tidak tubir karang
merusak karang 2: di paparan pasir/lumpur di laguna
karang
145

Tabel 16 (lanjutan)

8. Waktu Operasi 0: malam hari 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2


penangkapan 1: siang dan malam hari
yang aman/tidak 2: siang hari
merusak karang
9. Penggunaan alat 0: tidak menggunakan alat bantu GPS, 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
bantu GPS dan fishfinder atau pelampung tanda
Fishfinder dalam dalam menentukan daerah
operasi penangkapan.
penangkapan 1: menggunakan alat bantu pelampung
tanda
2: menggunakan alat bantu GPS,
Fishfinder atau pelampung tanda
dalam Menentukan posisi daerah
penangkaapan.

No Atribut Aspek Skala Nilai


Etika Median
1. Tindakan 0: tidak merusak/mematikan karang 0 0 1 1 1 1 1 1 2 2 2
menginjak 1: hanya mematahkan karang tetapi
karang tidak mematikan karang
2: dapat merusak/mematikan karang
2. Tindakan 0: tidak mematikan karang karena 0 0 0 1 2 2 2 2 2 2 2
mengambil batu setelah digunakan, karang
karang di laut dikembalikan ke dasar perairan
untuk pemberat 1: tidak mematikan karang, hanya
alat dapat mematahkannya
2: dapat mematikan karang
3. Tindakan 0 : tidak mematikan karang 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
membuang 1: hanya mematahkan karang tetapi
jangkar perahu di tidak mati
daera berkarang 2: mematikan sebagian kecil karang
4. Tindakan 0: tindakannya hanya ditujukan pada 0 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2
mengambil pengematan biaya.
cangkang kerang 1: tidak merusak populasi kerang
sebagai alat Karena yang digunakan adalah
pemberat cangkang kerang yang sudah mati
2: untuk memanfaatkan kulit
cangkang yang banyak terbuang
5. Tindakan 0: tidak apa-apa karena masih banyak 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2
terhadap ditemukan penyu
penangkapan 1: tidak apa-apa karena dagingnya
penyu dapat dimanfaatakan
2: dapat merusak populasi penyu
6. Tindakan 0: tidak apa-apa karena nanti akan 0 0 1 1 1 2 2 2 2 2 2
mengambil diambil oleh nelayan lain
semua hasil 1: tidak apa-apa karena semuanya
tangkapan walau dapat dimanfaatkan
berukuran kecil 2: sebaiknya jangan dilakukan agar
(dibawah dapat member kesempatan ikan
standar) kecil untuk berkembang
7. keberadaan 0: tidak ada lembaga swadaya 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
lembaga masyarakat lingkungan hidup.
swadaya 1: ada lembaga swadaya masyarakat
masyarakat tetapi tidak pernah member
penyuluhan kepada masyarakat
tentang pelarangan penggunaan alat
tangkap/metode penangkapan ikan
yang dapat merusak lingkungan
2: lembaga swadaya masyarakat
sangat aktif membimbing
masyarakat dalam mencegah
tindak perusakan lingkungan
melalui teknik penangkapan yang
tidak ramah lingkungan
146

Tabel 16 (lanjutan)

8. Tindakan 0: tidak apa-apa karena laut sangat 0 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3


membuang luas dibanding dengan jumlah
sampah ke laut sampah yang dibuang
saat melakukan 1: tidak apa-apa karena nantinya akan
kegiatan hancur
pengangkapan 2: tidak apa-apa karena nanti akan ada
ikan pemulung yang akan engambilnya
3: sebaiknya jangan dilakukan agar
tidak mencemari lingkungan
9. Peran petugas 0: tidak pernah ada penyuluhan 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
penyuluh tentang pelestarian alam dan
perikanan penggunaan alat tangkap yang
ramah lingkungan
1: ada penyuluhan tentang pelestarian
lingkungan serta penggunaan alat
tangkap yang ramah lingkungan
tetapi hal tersebut akan meng-
halangi kegiatan nelayan mencar
nafkah.
2: Para penyuluh aktif memberikan
penyuluhan tentang pelestarian
lingkungan serta penggunaan alat
tangkap yang ramah lingkungan
menuju kea rah perikanan yang
bertanggungjawab

Hasil evaluasi tingkat keramahan Fyke Net pada lingkungan terumbu


karang dari analisis Rapfish didapatkan diagram layang-layang (Gambar 63) yang
memberi gambaran tentang evaluasi secara multidimensi.

Tingkat Keramahan Fyke Net yang Dioperasikan


Di Perairan Terumbu Karang

79.75
Ekologi
100

80

78.83 60
62.37
40 Sosial/
Etika
20 Budaya
0

69.9 55.5
Teknologi Ekonomi

Gambar 63 Tingkat keramahan lingkungan pengoperasian fyke net di perairan


terumbu Karang
147

Pada diagram tersebut terlihat bahwa penilaian di bidang ekologi yang


paling tinggi dan disusul oleh bidang etika teknologi, sosial/budaya dan ekonomi
dalam menentukan keramahan lingkungan. Hal ini sesuai dengan kenyataan
dilapangan bahwa prilaku manusia cukup berperan dalam menentukan apakah
suatu alat bersifat ramah atau tidak ramah lingkungan. Hasil penilaian yang
diperoleh dari analisi Rapfish pada kelima bidang tersebut berkisar antara 55,5
hingga 79,75. Hal ini berarti semua titik pandang pada kelima bidang tersebut
mendukung fyke net sebagai alat yang ramah lingkungan (nilai > 50,0).
Hasil yang diperoleh dari analisis Leverage kelima bidang tersebut
(Gambar 64), pada bidang ekologi, atribut yang paling sensitif adalah mematikan
ikan target dan disusul oleh mematikan penyu dan mamalia air yang paling
berpengaruh dalam penilaian tingkat keramahan fyke net.

(a)

Leverage of Attributes for Ecological Fields


Merusak Struktur Populasi Ikan Karang
Mematikan Penyu atau Mamalia Air
Mematikan Ikan Target
Menimbulkan Kekeruhan Perairan
Attribute

Merusak Dasar Perairan


Merusak Lamun
Mematikan Lamun
Menghancurkan Terumbu Karang
Mematikan Terumbu Karang
0 2 4 6

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on
Sustainability scale 0 to 100)

(b)
Leverage of Attributes for Social Fields
Keberadaan LSM
Budaya Berkelompok/Gotong Royong
Pengaruh Tingkat Pendidikan Nelayan
Kebiasaan Nelayan Beralih untuk Bertani Disaat
Anggapan Masyarakat Terhadap Ikan Segar yang
Kebiasaan Nelayan Tidak Melaut pada Hari Jumat
Attribute

Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya


Perda Tentang Izin Pengoperasian Alat Tangkap
Perda Tentang Izin Masuk ke Wilayah Perairan
Peraturan Nasional Pengelolaan Sumberdaya

0 2 4 6
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on
Sustainability scale 0 to 100)
148

(c)

Leverage of Attributes for Economic Fields


Harga Bahan Utama Alat Tangkap
Keterkaitan dengan "Ponggawa"
Menjadi Sumber Mata Pencaharian
Pasar untuk Komoditas Ikan Hidup
Produktivitas Alat Tangkap
Nilai Ekonomi Hasil Tangkapan
Attribute

Tingkat Pemanfaatan Hasil Tangkapan


Penggunaan Tenaga Kerja
Penggunaan Bahan Bakar Minyak
Sumber Permodalan
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on
Sustainability scale 0 to 100)

(d)

Leverage of Attributes for Technological Fields


Penggunaan Alat Bantu GPS/Fish Finder
Waktu Operasi Penangkapan Ikan
Daerah Penangkapan Ikan
Penggunaan Bahan Utama Alat Tangkap
Selektivitas Terhadap Penyu/Mamalia Air
Attribute

"Ghost Fishing"
Kondisi Hasil Tangkapan
Dimensi Alat Tangkap
Tingkat Keamanan Bagi Nelayan
0 2 4 6 8
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on
Sustainability scale 0 to 100)

(e)
Leverage of Attributes for Ethical Fields
Peran Petugas Penyuluh
Tindakan Membuang Sampah ke Laut
Keberadaan LSM
Tindakan Mengambil Semua Hasil Tangkapan
Tindakan Penangkapan Penyu
Attribute

Tindakan Menggunakan Cangkang Kerang


Tindakan Membuang Jangkar Ke Karang
Tindakan Mengambil Batu Karang Hidup
Tindakan Menginjak Karang
0 2 4 6 8
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on
Sustainability scale 0 to 100)

Gambar 64 Hasil analisis Leverage pada semua atribut pada aspek (a) ekologi,
(b) sosial/ budaya, (c) ekonomi, (d) teknik dan (e) etika untuk tingkat
keramahan fyke net.
149

Pada aspek sosial.budaya, atribut anggapan masyarakat yang lebih

menyukai ikan segar yang tidak menggunakan es dan kebiasaan untuk tidak

melaut pada hari jumat merupakan dua atribut yang paling berpengaruh dalam

penilaian tingkat keramahan fyke net. Pada aspek ekonomi, atribut sumber mata

pencaharian dan keterkaitan dengan Poggawa yang secara berurutan paling

berpengaruh pada tingkat keramahan fyke net. Pada aspek teknologi, atribut

penggunaan bahan utama alat penangkapan ikan yang aman dan disusul oleh

daerah penangkapan ikan yang paling berpengaruh pada tingkat keramahan fyke

net dan pada aspek etika, atribut tindakan membuang jangkar ke terumbu karang

dan tanggapan masyarakat tentang keberadaan LSM yang paling berpengaruh

pada tingkat keramahan fyke net.

6.4 Kesimpulan dan Saran

6.4.1 Kesimpulan

Fyke net adalah alat penangkap ikan yang ramah terhadap lingkungan
terumbu karang dengan nilai hasil evaluasi untuk kesemua aspek (ekologi,
sosial/budaya, ekonomi, teknologi dan etika) lebih besar dari 50,0 pada skala 0
100.

6.4.2 Saran
Harus ada penelitian yang berskala laboratorium untuk menguji bukaan
mulut yang ideal untuk fyke net agar lebih selektif terhadap kemungkinan
masuknya penyu.
Agar kerusakan dasar perairan dapat diminimalkan maka perlu adanya
penelitian kemungkinan pengoperasian mid water fyke net yang melayang (tidak
menyentuh dasar perairan).
150

Daftar Pustaka

Anonimous. 2008. Draft Pangasius Aquaculture Dialogue Standards. Presented


at 3rd PAD meeting, 3 - 4 Dec 2008, Can Tho, Vietnam (www.
worldwildlife. org/.../ globalmarkets/ aquaculture/ WWFBinaryitem11144.
pdf, 26 Agustus 2010)

Bartram P, Nakamura K, Kaneko JJ and Krasnick G. 2008. 2008 Responsible


Fisheries Assessment of Hawaiis Pelagic Longline Fisheries. Hawaii
Seafood Project 2, NOAA, US Dept. of Commerse. (Hawaii-seafood.org/
uploads/2008 RESPONSIBLE FISHERIES ASSESSMENTS.pdf;
26 Agustus 2010)

Booth AJ and Potts WM. 2006. Estimating gillnet selectivity for Labeo umbratus
(Pisces: Cyprinidae) and an evaluation of using fyke-net as a non-
destructive sampling gear in small reservoirs. Fisheries Research 79: 202
209

Castro P And Huber ME. 2007. Marine Biology; original artwork by William
Obert and Claire Garrison-6th Ed. McGraw Hill, New York, 460 p.

Dirhamsyah. 2008. Traditional fisheries management of flyingfish on the west


coast of Sulawesi, Indonesia. Maritime Studies 2
(http://www.austlii.edu.au/au/journals/ MarStudies/2008/22.html.

[FAO] Food and Agricultural Organization. 2005. Ethical Issues in Fisheries.


FAO Ethics Series. Food and Agricultural Organization of the United
Nations, Rome. 31 p.

Hall SJ. 1999. The Effects of Fishing on Marine Ecosystems and Communities.
Blackwell Science Ltd. Oxford. 274 p.

Huston MA. 1995. Biological Diversity: the coexistence of species on changing


landscapes. Cambridge University Press. Cambridge. 681 p.

Kavanagh P and Pitcher TJ. 2004. Implementing Microsoft Excel Software for
Rapfish: A Technique for the Rapid Appraisal of Fisheries Status. The
Fisheries Center, University of British Columbia, Vancouver, B.C;
(www2.fisheries.com/publications/reports/12-2.pdf; 1 September 2010)

Knigson S. 2007. Seal behaviour around fishing gear and its impact on Swedish
Fisheries. Department of Ecology. Gteborg University. (www.
Aktuellt.fiskeriverhet.se/scottchsalt/file/Pdf/K+2007+seal+behaviour+arou
nd+ fishing+ gear.pdf; 20 April 2008)
151

Kurien J. 2003. The Blessing of the Commons: Smal-Scale Fisheries,


Community Property Right, and Coastal Natural Assets.
www.cds.edu/download_files/349.pdf; 24 Nop. 2011)

Kushima J-A and Miyasaka A. 2003. Report on the discussions to manage the
use of lay nets. State of Hawaii. Department of Land and Natural
Resources. Division of Aquatic Resources. 22 p.
(hawaii.gov/dlnt/dar/pubs/net_report02.pdf; 11 Maret 2008).

Mascia MB. 2001. Designing Effective Coral Reef Marine Protected Area.
Special Report to: IUCN World Commission on Protected Area-Marine.
(www.iucn.org/themes/wcpa/files/ICRSreport.pdf; 13 Maret 2008).

Nybakken JW. and Bertness MD. 2004. Marine Biology: an ecological


approach. 6th Ed. Pearson Benjamin Cummings, San Francisco. 579 p.

Pauly D and Pitcher TJ. 2000. Assessment and Mitigation of Fisheries Impacts
on Marine Ecosystems: A Multidisciplinary Approach for Basin-Scale
Inference, applied to the North Atlantic. P. 1 12. In: Pauly D and Pitcher
TJ (eds). Methods for evaluating the Impact of Fisheries on North Atlantic
Ecosystems. Fisheries Research Center Reports 8(2).

Pet-Soede L and Erdmann M. 1998. An overview and comparison of destructive


fishing practices in Indoensia. SPC Live Reef Fish Information Bulletin
(4): 28 36 (www.spc.int/coastfish/News/LRF/4/LRF4.pdf; 11 Maret
2008)

Pitcher TJ. and Preikshot D. 2001. RAPFISH: a rapid appraisal technique to


evaluate the sustainability status of fisheries. Fisheries Research (49): 255
270

Pitcher, T.J., Kalikoski, D., Pramond, G., and Short, K. 2008. Safe Conduct?:
Twelve Years Fishing Under the UN Code. WWF For a Living Planet.

Sainsbury K. 2008. Best Practice Reference Points for Australian Fisheries: A


Report to the .Australian Fisheries Management Authority and the
Department of the Environment, and Heritage. 159 p. (www. 26
Agustus 2010).

Valdemarsen JW and Suuronen P. 2003. Modifying Fishing Gear to Achieve


Ecosystem Objective. P. 321 341. In: Sinclair M and Valdimarsson G
[eds] Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem. Food and
Agriculture Organization of the United Nations and CABI Publishing,
Cambridge, MA

Welcomme RL 2001. Inland Fisheries: Ecology and Management. Fishing


News Books. Oxford. 358 p.

Anda mungkin juga menyukai