Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat

beberapa komponen, dimana komponen tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling

bekerja sama dalam upaya mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Dalam hal ini

guru merupakan komponen yang terlibat dalam pengembangan aktivitas belajar

siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat dicapai

apabila kegiatan proses belajar mengajar dilaksanakan dengan baik.

Pelaksanaannya bergantung pada masalah pengelolaan kelas di sekolah. Artinya

apabila pengelolaan kelas di sekolah telah ditata dengan baik, maka diharapkan

dapat menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan tercapainya kegiatan

belajar mengajar yang lebih baik. Dengan tercapainya kegiatan belajar mengajar

tersebut, berdasarkan pengelolaan kelas yang baik dapat memperoleh hasil belajar

yang baik dan begitu pula sebaliknya.

Menurut Usman (2009:97) Pengelolaan kelas merupakan keterampilan

guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar optimal dan

mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Oleh

karena itu, untuk mencapai tujuan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik kelas

hendaknya dikelola menjadi lingkungan belajar yang optimal dan bersifat

memotivasi siswa untuk belajar serta memberikan rasa aman. Dimana kondisi

kelas yang optimal merupakan suasana kegiatan belajar yang jauh dari hambatan

dan gangguan.
2

Guru yang berperan sebagai pengelola kelas, hendaknya dapat

menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar siswa,

dan lingkungan belajar yang menyenangkan siswa sehingga siswa dapat

mengikuti kegiatan belajar mengajar. Guru juga dituntut dapat mengelola kelas

dengan baik, karena kelas merupakan tempat berhimpun semua siswa dalam

rangka menerima pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan

membantu jalannya kegiatan belajar mengajar. Dan mampu memotivasi siswa

untuk giat dan tekun belajar. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik

akan menghambat kegiatan pembelajaran dan tidak mampu memotivasi siswa

untuk giat dan tekun dalam belajar.

Adapun hambatan dan gangguan yang biasa terdapat dalam kegiatan

belajar mengajar terletak pada alat-alat pelajaran, dan media lain yang mendukung

kegiatan belajar mengajar. Untuk mengatasi hal ini setiap wali kelas

mengkonsultasikannya dengan siswa dalam kelasnya beserta kepala sekolah,

bagaimana penanggulangan selanjutnya. Setiap guru kelas atau wali kelas

memegang peranan penting dalam pengelolaan kelas secara efektif, serta mampu

memajukan kelasnya masing-masing dengan tujuan untuk kemajuan sekolah

secara keseluruhan.

Berdasarkan pengamatan penulis saat melakukan observasi di MAN

KISARAN, penulis melihat pengelolaan kelas yang diterapkan oleh sebagian guru

masih kurang memadai. Hal ini dapat dilihat dari sikap guru yang monoton saat

mengajar, ketertiban kelas yang kurang kondusif, di dalam kelas masih sering

ditemukan siswa yang ribut saat proses belajar mengajar sedang berlangsung,
3

siswa suka mengganggu, mengantuk, dan tidak mencatat pelajaran pada saat

proses belajar mengajar berlangsung, dan siswa kurang antusias dalam belajar

sehingga tidak termotivasi untuk belajar dikarenakan guru kurang menguasai

kondisi kelas dan kurang mampu menciptakan interaksi belajar mengajar yang

optimal.

Tabel 1.1
Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian 1,2 dan 3
Kelas XI IPS MAN KISARAN
RENTANG XI IPS 1 XI IPS 2 XI IPS 3
NILAI UH UH UH UH UH UH UH UH UH
1 2 3 1 2 3 1 2 3
0-34 0 1 0 0 0 0 0 1 0
35-44 1 1 0 0 1 0 0 1 1
45-64 2 3 3 4 2 3 2 2 3
65-74 5 6 4 6 7 6 5 4 5
75-84 9 8 11 8 6 8 11 11 10
85-94 11 10 12 9 13 11 8 9 7
95-100 2 1 0 3 1 2 1 1 3
JUMLAH 30 30 30 30 30 30 29 29 29
SISWA
Sumber : MAN KISARAN

Daftar nilai siswa di atas menunjukan rata-rata siswa memiliki nilai

dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 85. Ringkasan daftar nilai

ulangan harian pertama hingga ulangan ulangan harian ketiga mata pelajaran

akuntansi di kelas XI IPS MAN KISARAN adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2
Ringkasan Nilai KKM Akuntansi Kelas XI IPS SMA Negeri 12 Medan
Jumlah Siswa Jumlah Siswa
Jumla yang Mencapai Rata yang Tidak Rata
KELAS h KKM Rata Mencapai KKM Rata
Siswa UH UH UH UH UH UH UH UH
1 2 3 1 2 3
XI IPS 1 30 13 11 12 40,4% 17 19 18 60,6%

XI IPS 2 30 12 14 13 43,8% 18 16 17 57,3%


4

XI IPS 3 29 9 10 10 32,5% 20 19 19 65,1%

Jumlah 89 34 34 35 38,9% 55 55 54 61%

Sumber : MAN KISARAN

Jumlah siswa kelas XI IPS MAN KISARAN yang tidak mencapai KKM

pada ulangan harian pertama sebanyak 55 orang, pada ulangan harian kedua

sebanyak 55 orang, dan pada ulangan harian ketiga sebanyak 54 orang. Jumlah

persentase rata-rata siswa yang tidak mencapai KKM sebesar 61%.

Dari keterangan yang telah diuraikan, nilai yang belum optimal tersebut

diakibatkan karena pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru masih kurang

berjalan dengan baik atau belum dilaksanakan dengan optimal. Seperti masih

kurangnya fasilitas berupa proyektor, kondisi kelas yang juga kurang nyaman dan

kurang tertib. Banyak siswa yang kurang termotivasi dalam mengikuti

pembelajaran karena guru hanya menerangkan dan tidak mengajak siswa untuk

ikut aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa menjadi kurang tertarik dan malas

untuk mengikuti dan memperhatikan pelajaran dan menyebabkan hasil belajar

siswa menjadi rendah dan motivasi siswa untuk belajar juga rendah.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Motivasi dan

Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Akuntansi di MAN

KISARAN Tahun Pembelajaran 2015/2016.


5

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis

mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah dengan meningkatkan pengelolaan kelas dapat membantu siswa

dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPS MAN KISARAN

Tahun Pembelajaran 2015/2016 ?

2. Apakah dengan meningkatkan pengelolaan kelas dapat membantu siswa

dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS MAN KISARAN

Tahun Pembelajaran 2015/2016?

3. Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar Akuntansi siswa kelas XI

IPS MAN KISARAN Tahun Pembelajaran 2015/2016 ?

4. Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar Akuntansi siswa kelas XI IPS

MAN KISARAN Tahun Pembelajaran 2015/2016 ?

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti membatasi permasalah

pada:

1. Permasalahan yang diteliti adalah pengelolaan kelas dan pengaruhnya

terhadap motivasi belajar siswa kelas XI-IPS MAN KISARAN T.P

2015/2016

2. Pengelolaan kelas dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa kelas XI-IPS

MAN KISARAN T.P 2015/2016

3. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar akuntansi siswa kelas XI-IPS

MAN KISARAN T.P 2015/2016


6

1.4 Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh pengelolaan kelas terhadap motivasi belajar akuntansi

siswa kelas XI IPS MAN KISARAN Tahun Pembelajaran 2015/2016.

2. Apakah ada pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar akuntansi

siswa kelas XI IPS MAN KISARAN Tahun Pembelajaran 2015/2016.

3. Apakah ada pengaruh pengelolaan kelas terhadap motivasi dan hasil belajar

akuntansi siswa kelas XI IPS MAN KISARAN Tahun Pembelajaran

2015/2016.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pengelolaan kelas terhadap motivasi dan hasil belajar akuntansi siswa di

kelas XI-IPS MAN KISARAN Tahun Pembelajaran 2015/2016.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini

adalah:

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang pengelolaan

kelas dalam mendukung motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Sebagai bahan masukan bagi sekolah, terutama bagi guru agar dapat

mengelola kelas dengan baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Sebagai bahan masukan dan sumber referensi bagi pembaca yang melakukan

penelitian yang ada hubungannya dalam penelitian ini.


7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori


2.1.1 Pengelolaan Kelas
Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif maka guru

sebagai pendidik harus mampu dalam mengelola kelas dengan baik. Karena syarat

keberhasilan pengelolaan kelas adalah jika guru mampu mengatur siswa dan

mengendalikan suasana yang menyenangkan. Pengelolaan kelas adalah salah satu

tugas yang tidak pernah ditinggalkan, guru selalu mengelola kelas ketika

melakukan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa sehingga tujuan pengajaran dapat

tercapai.

Menurut Resmawan (2014:130-131) menyatakan :

Keterampilan mengelolan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk


mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan, mengulang,
atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan hubungan
hubungan inter personal dan iklim sosio emosional yang positif serta
mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif.

Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai Classroom

Management, itu berarti istilah pengelolaan identik dengan manajemen.

Pengertian pengelolaan atau manajemen pada umumnya yaitu kegiatan-kegiatan

meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengarahan,

pengkordinasian, pengawasan, dan penilain.

Wilford A. Weber :1973 (James M. Cooper, 1995 : 230) mengemukakan

bahwa Classroom management is a complex set of behaviors the teacher uses to


8

establish and maintain classroom conditions that will enable students to achieve

their instructional objectives efficiently that will enable them to learn.

Definisi di atas berarti bahwa pengelolaan kelas merupakan seperangkat

perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan untuk menata dan memelihara

kondisi kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran

secara efisien.

Menurut Mulyasa E (2011: 91) Pengelolaan kelas merupakan

keterampilan guru menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan

mengendalikan jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.

Menurut Sudarwan Danim (2013:98) dalam bukunya meyatakan :

Manajemen Kelas adalah proses perencanaan, pengorganisasian, aktuasi,


dan pengawasan yang dilakukan oleh guru, baik individual maupun
dengan atau melalui orang lain (semisal sejawat atau siswa sendiri) untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, dengan cara
memanfaatkan segala sumber daya yang ada.

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh proses perencanaan,

pengorganisasian, aktuasi, dan pengawasan yang dilakukan oleh guru yang

ditujukan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang kondusif dan

mengendalikan jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan kegiatan belajar mengajar yang

lebih baik kelas hendaknya dikelola menjadi lingkungan belajar yang optimal dan

bersifat memotivasi siswa untuk belajar serta memberikan rasa aman. Dimana

kondisi kelas yang optimal merupakan suasana kegiatan belajar yang jauh dari

hambatan dan gangguan.


9

2.1.2 Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan dari pengelolaan kelas adalah agar setiap siswa dikelas dapat

belajar dengan tertib sehingga tercapai tujuan belajar mengajar.

Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2013:178)

pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas

adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam

lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang

disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja. Terciptanya suasana

sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,

emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa. Sedangkan Arikunto (dalam

Djamarah 2013:178) berpendapat bahwa: Tujuan pengelolaan kelas adalah agar

setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan

pengajaran secara efektif dan efisian.

Menurut Arikunto (dalam Djamarah 2013:178) sebagai sebuah indikator dari

sebuah kelas yang tertib adalah apabila:

1. Setiap siswa terus bekerja, tidak macet artinya tidak ada anak yang
terhenti karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak
dapat melakukan tugas yang diberikan padanya.
2. Setiap siswa terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu
artinya setiap siswa akan bekerja secepatnya supaya lekas
menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.

Dari beberapa pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahawa tujuan

pengelolaan kelas adalah sebagai penyedia fasilitas bagi macam-macam kegiatan

belajar mengajar agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga

segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

2.1.3 Prinsip Pengelolaan Kelas


10

Masalah pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan.

Berbagai faktorlah yang menyebabkan kerumitan itu.

Djamarah (2013:184) mengemukakan: Secara umum faktor yang

mempengaruhi pengelolaan kelass dibagi menjadi dua golongan yaitu, factor

intern dan factor ekstern siswa.. Djamarah (2013:184) juga mengemukakan :

faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan


perilaku. Sedangkan faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana
lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah
siswa di kelas, dan sebagainya. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip
pengelolaan kelas di sini adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman
atau pegangan guru di dalam mengelola, agar menjadi terarah dan efisien.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas,

Djamarah (2013:185) mengemukakan prinsip-prinsip pengelolaan kelas

dapat dipergunakan, yaitu :

a. Hangat dan antusias


b. Tantangan
c. Bervariasi
d. Keluwesan
e. Penekanan pada hal-hal yang positif
f. Penanaman disiplin diri

Jadi prinsip pengelolaan kelas secara umum adalah : Hangat dan antusias,

Tantangan, Bervariasi, Keluwesan, Penekanan pada hal-hal yang positif, serta

Penanaman disiplin diri.

2.1.4 Komponen Komponen Pengelolaan Kelas

Telah disadari bahwa kondisi atau suasana berpengaruh terhadap

pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu factor penting dalam pembelajaran

adalah kondisi atau suasana belajar. Sistem pendidikan Spartan misalnya,

menyiapkan kehidupan anak-anak dengan mengirimnya ke hutan dengan tujuan

agar anak belajar mempertahankan dirinya, demikian juga yang dilakukan oleh
11

mended dan temme dari sierra leone menjalankan sekolahnya di udara terbuka di

hutan.

Djamarah (2013:204) mengemukakan pengelolaan kelas terdiri dari dua

yaitu : 1. Penataan Ruang Kelas, dan 2. Pengaturan Siswa.

1. Penataan Ruang Kelas

Menurut Djamarah (2013:204) Agar tercipta suasana belajar yang

menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas/belajar.

Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk

berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu

siswa dalam belajar.

Conny Semiawan (dalam Djamarah, 2013:204) menyatakan, dalam

pegaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan:

- Ukuran dan bentuk kelas.


- Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa.
- Jumlah siswa dalam kelas.
- Jumlah siswa dalam setiap kelompok.
- Jumlah kelompok dalam kelas.
- Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa pandai dengan siswa
kurang pandai, pria dan wanita).

Djamarah (2013:204) mengemukakan masalah penataan ruang kelas ini

uraian akan diarahkan pada pembahasan masalah pengaturan tempat duduk,

pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan

ventilasi serta tata cahaya.

a. Pengaturan Tempat Duduk

Djamarah (2013:204-205) menyatakan :

Dalam belajar siswa memerlukan tempat duduk. Tempat duduk


mempengaruhi siswa dalam belajar. Bila tempat duduknya bagus, tidak
12

terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai
dengan keadaan tubuh siswa, maka siswa akan dapat belajar dengan
tenang. Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan sekarang bermacam-
macam, ada yang satu tempat duduk dapat diduduki oleh beberapa orang,
ada pula yang hanya dapat diduduki oleh seorang siswa. Sebaiknya tempat
duduk siswa itu ukurannya jangan terlalu besar agar mudah diubah-ubah
formasinya. Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat
digunakan sesuai dengan kebutuhan. Apabila pengajaran itu akan
ditempuh dengan cara berdiskusi, maka formasi tempat duduknya
sebaiknya membentuk melingkar. Jika pengajaran ditempuh dengan
metode ceramah, maka tempat duduk sebaiknya berderet memanjang ke
belakang.

Sudirman N (1991:318) mengemukakan beberapa contoh formasi tempat

duduk, yaitu posisi berhadapan, posisi setengah lingkaran, dan posisi berbaris ke

belakang.

Djamarah (2013:205-206) menyatakan :

1. Penataan Alat-alat Pengajaran :


a) Perpustakaan Kelas
b) Alat-alat Peraga Media Pengajaran
c) Papan Tulis, Kapur Tulis, dan Lain-lain
d) Papan Presensi Siswa
2. Penataan Keindahaan dan Kebersihan Kelas :
a) Hiasan Dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk
kepentingan pengajaran, misalnya:
b) Penempatan lemari
c) Pemeliharaan kebersihan
3. Ventilasi dan Tata Cahaya

2. Pengaturan Siswa

Masalah pengaturan tempat duduk itu sebenarnya akan berhubungan

dengan permasalahan siswa sebagai individu dengan perbedaan pada aspek

biologis, intelektual, dan psikologis. Tetapi, didalam perbedaan ketiga aspek itu

ada juga terselip persamaannya.


13

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (dalam Djamarah 2013:207-208)

melihat siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannya. Pada

intinya berisi ketiga aspek di atas. Persamaan dan perbedaan dimaksud adalah:

1) Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan (intelegensi)


2) Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan
3) Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar
4) Persamaan dan perbedaan dalam bakat
5) Persamaan dan perbedaan dalam sikap
6) Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan
7) Persamaan dan perbedaan dalam pengerahuan/pengalaman
8) Persamaan dan perbedaan dalam cirri-ciri jasmaniah
9) Persamaan dan perbedaan dalam minat
10) Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita
11) Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan
12) Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian
13) Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan
14) Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan

Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa di atas, berguna

dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas. Terutama berhubungan dengan

masalah bagaimana pola pengelompokan siswa guna menciptakan lingkungan

belajar yang aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan

dan bergairah dapat bertahan dalam waktu yang relative lama.

a. Pembentukan Organisasi

Djamarah (2013:208) menyatakan dalam bukunya :

Untuk melatih siswa dalam berorganisasi dan dalam rangka menciptakan


ketertiban kelas, kiranya perlu dibentuk organisasi siswa di kelas.
Pembentukan organisasi kelas merupakan langkah awal untuk melatih dan
membina siswa dalam hal berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar
bertanggung jawab atas tugas yang dipercayakan. Organisasi siswa dapat
membantu guru dalam menyediakan sarana pengajaran, misalnya
menyediakan kapur tulis, alat peraga, buku paket, mengisi absen siswa
atau guru, dan sebagainya.

b. Pengelompokan Siswa
14

Dalam melayani kegiatan belajar siswa aktif, pengelompokan siswa

mempunyai arti tersendiri. Pengelompokan siswa mempunyai arti tersendiri.

Pengelompokan siswa bermacam-macam, dari yang sederhana sampai kepada

yang kompleks.

Roestiyah N.K (dalam Djamarah 2013: 209) membagi pengelompokan

siswa dengan melihatnya dari segi waktu, kecepatan, dan sifatnya. Penjelasannya

adalah:

a) Waktu : Kelompok jangka panjang, Kelompok jangka


pendek
b) Kecepatan : Kelompok anak cepat, Kelompok anak lambat
c) Sifatnya : Kelompok untuk mengatasi alat pelajaran,
Kelompok atas dasar individual/inteligensi, Kelompok atas dasar
individual minat, Kelompok untuk memperbesar partisipasi,
Kelompok untuk pembagian pekerjaan, Kelompok untuk belajar
secara efisien menuju suatu tujuan

Rumusan tentang pengelompokkan siswa meurut Conny Semiawan (dalam

Djamarah 2013:209-211) mengemukakan konsep sebagai berikut:

a. Pengelompokan Menurut Kesenangan Berkawan


Pada pengelompokan ini kelas dibagi dalam beberapa kelompok
(jumlah kelompok tergantung pada besarnya kelas) atas dasar
perkawanan/kesenangan bergaul diantara mereka. Kelompok terdiri dari
4-6 orang atau lebih yang menurut mereka merupakan kawan-kawan
dekat. Mereka duduk mengelilingi meja yang telah disusun sedemikian
rupa dalam keadaan berhadapan. Dalam pengelompokan seperti ini,
setiap siswa mempelajari atau berbuat hal yang sama dengan sumber
yang sama.
b. Pengelompokan Menurut Kemampuan
Kenyataan menunjukkan bahwa ada siswa yang pandai, sedang,
dan lambat, dalam mempelajari sesuatu. Untuk memudahkan pelayanan
guru, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok cerdas,
sedang/menengah, dan lambat. Pengelompokkan seperti ini diubah
sesuai dengan kesanggupan individual dalam mempelajari mata
pelajaran. Seorang siswa mungkin cerdas dalam matematika, tetapi
lambat dalam ilmu-ilmu sosial, sedangkan siswa lain keadaannya tidak
demikian. Pengelompokkan demikian akan menuntut program-program
15

khusus (bantuan remedy) untuk membantu siswa-siswa tertentu yang


mengalami kesulitan khusus dalam mata pelajaran tertentu.
c. Pengelompokan Menurut Minat
Pada suatu ketika ada siswa yang senang menulis, sedang yang
lainnya senang pada matematika, ilmu-ilmu sosial atau ilmu
pengetahuan alam. Siswa-siswa yang melakukan kegiatan belajar yang
sama dikelompokan. Pada situasi seperti ini, guru perlu terus menerus
mengamati setiap siswa. Di samping itu, guru perlu member dorongan
kepada siswa untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.
Jadi, komponen-komponen dalam pengelolaan kelas teridiri dari : 1.

Penataan ruang kelas, 2. Pengaturan siswa. Penataan ruang kelas terdiri dari :

Pengaturan tempat duduk, Pengaturan alat-alat pengajaran, Penataan keindahan

dan kebersihan kelas, serta Ventilasi dan tata cahaya. Sedangkan pengaturan siswa

terdiri dari : Pembentukan organisasi, dan Pengelompokan anak didik.

2.1.5 Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait

dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang terkait

langsung dalam hal ini. Karena pengelolaan kelas yang dilakukan guru tidak lain

adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik baik secara

berkelompok maupun secara individual.

Kehormatan hubungan guru dengan anak didik, tingginya kerja sama di

antara anak didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Karena itu, there are many

forms of interaction between teacher and pupils, and between pupils. O.A. Oeser (

Dalam Djamarah, 2013:179) Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja

bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.

Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut.

Djamarah (2013: ) mengemukakan pendapat :

1. Pendekatan Kekuasaan
16

2. Pendekatan Ancaman
3. Pendekatan Kebebasan
4. Pendekatan Resep
5. Pendekatan Pengajaran
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial
8. Pendekatan Proses Kelompok
9. Pendekatan Elektis atau Pluralistik

2.1.6 Efektivitas Pengelolaan Kelas

Guru yang dibutuhkan oleh sekolah adalah guru yang benar-benar

professional. Menurut Sudarwan Danim (2013:112) menyatakan inisiatif guru

untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran minimal satu tingkat lebih baik

daripada sekarang meniscayakan kapasitasnya memotivasi dan mengelola siswa

(motivating and managing student) secara signifikan.

Sudarwan Danim (2013:112) juga mengemukakan :

Faktor-faktor mayor (major factor) atau area keterampilan yang terpaut


dengan manajemen kelas yang efektif. Kelima faktor tersebut sebagai
berikut.
1. Pengembangan soliditas pemahaman personal atau psikologis siswa dan
kebutuhan-kebutuhan belajar.
2. Pemapanan hubungan positif antara guru dan siswa
3. Pengimplementasian metodologi pengajaran yang memfasilitasi belajar
optimal dengan jalan memberikan respons terhadap kebutuhan-
kebutuhan akademik (academic needs)
4. Penggunaan metode organisasi dan manajemen kelompok yang dapat
memaksimalkan perilaku tugas (on-task behavior) siswa.
5. Penggunaan metode-metode konseling dan penataan perilaku yang
diperluas untuk membantu siswa yang tidak tepat dalam menjawab
soal-soal ujian atau mengalami misperilaku.

2.1.7 Motivasi Belajar

Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari

dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi


17

mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern

(kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan

sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-

saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

dirasakan/mendesak.

Menurut Mc Donald (dalam Sardiman 2003:198) Motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling

dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Menurut Sardiman (2003:38). Mengatakan bahwa :

Motivasi belajar merupakan faktor psikhis yang bersifat non intelektual.


Artinya bahwa motivasi belajar memiliki peranan yang khas dalam
menumbuhkan gairah, merasa senang dan bersemangat untuk belajar
dimana siswa yang meliputi motivasi yang kuat akan mempunyai banyak
energy untuk melakukan kegiatan belajar.

Menurut Dimyati (2010): Motivasi terkandung adanya keinginan yang

mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan prilaku

individu belajar.

Menurut Endalina (2013:76) Motivasi Belajar adalah dorongan dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang

dikehendaki siswa.

Menurut Retno Palupi (2014:158) motivasi belajar adalah keseluruhan

daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar

guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Uno (2007:23) mengklasifikasikan indikator yang mempengaruhi motivasi

belajar, yaitu :
18

1. Hasrat dan keinginan berhasil.


2. Dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3. Harapan dan cita-cita masa depan.
4. Penghargaan dalam belajar.
5. Kegiatan yang menarik dalam belajar.
6. Lingkungan belajar yang kondusif.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar

adalah perubahan energi dalam diri siswayang ditandai dengan munculnya

feeling yang menimbulkan kegiatan belajar dan member arah pada kegiatan

belajar, sehingga tujuan belajar dapat tercapai.

Dengan pernyataan diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu

sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu

perubahan energy yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan

persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak

atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan

keinginan.

2.1.8 Jenis-Jenis Motivasi Belajar

Motivasi sesorang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar atau orang-

orang-orang sekitarnya. Setiap dorongan atau motivasi yang ada dalam diri siswa

akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan kegiatan yang bermanfaat bagi

dirinya sendiri.

Sardiman (2011: 80) mengatakan bahwa Motivasi dapat dibagi atas dua

bagian yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.

1. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud motivasi intrinsic adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
dirri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya
19

(kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsic


adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan
belajar itu sendiri.
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena ada perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik juga dapat
dikatakan bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai
dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Jadi dari pernyataan diatas disimpulkan bahwa, bila seseorang telah

memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka dia secara sadar akan melakukan

suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas

belajar, motivasi intrinsic sangat diperlukan. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh

pemikiran positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajarinya sekarang akan

dibutuhkan di masa yang akan datang. Sedangkan dalam motivasi ekstrinsik,

individu membutuhkan dorongan dan rangsangan dari luar, khususnya dari apa

yang disekitarnya. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar. Guru

juga harus mampu membangkitkan motivasi ekstrinsik siswa dengan berbagai

macam cara.

2.1.9 Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah

Menurut Sardiman (2011:91) beberapa bentuk dan cara menumbuhkan

motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah adalah sebagai berikut :

a. Memberi angka
b. Hadiah
c. Saingan / Kompetensi
d. Ego-Involvement
e. Memberi ulangan
f. Pujian
g. Hukuman
h. Hasrat untuk belajar
i. Minat
j. Tujuan yang diakui
20

Menurut Sardiman (2009 : 83) motivasi yang ada pada diri setiap orang itu

memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu


yang lama dan tidak berhenti berusaha sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapainya).
3. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, untuk orang
dewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi,
pemberantasan korupsi, penentang terhadap setiap tindakan criminal,
amoral dan sebagainya).
4. Lebih senang bekerja mandiri
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (apabila yakin akan sesuatu)
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8. Senang mencari dan memecahkan masalah, soal-soal. Siswa yang
mempunyai motivasi belajar akan senang dan selalu mencari
persoalan-persoalan dalam bidang belajar dan memecahkan masalah
atau soal-soal dengan rutin dan baik.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, siswa yang memiliki

motivasi belajar cukup tinggi dapat berhasil dalam belajar. Kegiaatan belajar

mengajar akan berhasil apabila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam

memecahkan berbagai macam masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang

belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang menjadi rutinitas atau

bersifat mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya, apabila dia

merasa yakin akan sesuatu. Bahkan siswa juga harus peka dan responsive

terhadap masalah-masalah umum, dan memikirkan cara pemecahannya. Hal

tersebut harus dipahami oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswa, guru

dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.

2.1.10 Fungsi Motivasi dalam Belajar


21

Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar, karena

motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Dalam

Sardiman (2009:75) menyatakan bahwa Siswa yang memiliki motivasi yang

kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hal ini

dapat dipahami karena siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun

dalam belajar dan terus belajar secara kontiniu, tanpa mengenal putus asa serta

dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat menganggu kegiatan belajar yang

dilakukannya. Sardiman (2009:85) menyatakan bahwa serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh masing-masing pihak sebenarnya telah dilatar belakangi oleh

motivasi bertalian dengan tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut Sardiman

(2009:85) menjelaskan bahwa ada tiga fungsi motivasi antara lain :

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor


yang melepaskan energi.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
saja yang harus dikerjakan.

2.1.11 Hasil Belajar

Keberhasilan belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diperoleh

dalam kegiatan pembelajaran. (Dimyati dan Mudjiono, 2010: 3) mengemukakan:

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di

sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan

secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut

dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil

belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar

kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
22

belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Lain hal nya menurut Sudjana (2010: 22),bahwa: Hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan

bahwa: Hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke

arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.

Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010: 18)

menjelaskan bahwa Seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika

ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan

tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau

sikapnya terhadap suatu objek.

Lain halnya menurut Suprijono (2012:5) Hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan mengacu

pada klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar yaitu aspek

kognitif, afektif dan psikomotor (Widodo, 2013:32)

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Surjana (1990:56), melalui

proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.

a) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar


intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau
setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
23

b) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu


kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang
tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
c) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan
lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari
aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan
mengembangkan kreativitasnya.
d) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),
yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah
afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
e) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai
dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Dari pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang dicapai siswa sebagai tujuan akhir yang ditandai dengan adanya

perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang

belajar.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilangsungkan kegiatan

belajar mengajar, maka guru melakukan test hasil belajar atau ujian sesuai materi

yang telah diajarkan guru.

Adapun hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar akuntansi siswa

yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Kemampuan yang akan diukur dari siswa adalah kemampuan kognitif,

sebagai indikatornya adalah test hasil belajar akuntansi sesuai dengan materi

pelajaran ekonomi yang telah diajarkan oleh guru sesuai dengan kurikulum yang

digunakan oleh sekolah yang bersangkutan.

2.2. Kerangka Berpikir

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang terdiri dari beberapa

kelas, dalam penyelenggaraannya membutuhkan suatu unit kerja yang termasuk


24

didalamnya adalah pengelolaan kelas oleh guru. Peran guru sangat besar dalam

pengelolaan kelas karena guru sebagai penanggung jawab kegiatan belajar

mengajar di kelas. Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru

dalam menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal sehingga proses

belajar mengajar berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana.

Kelas yang dikelola dengan baik pasti dapat menunjang jalannya proses

belajar mengajar. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan

menghambat kegiatan pembelajaran. Pengelolaan kelas dibutuhkan karena dari

hari ke hari tingkah laku siswa selalu berbeda. Hari ini bisa saja siswa dapat

belajar dengan baik dan tenang, tetapi itu tidak berlangsung lama. Bisa saja

keesokan harinya terjadi persaingan yang tidak sehat antar kelompok. Karena itu

kelas harus selalu dinamis dalam bentuk perilaku dan sikap. Tidak mustahil siswa

akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di dalam kelas untuk mengikuti

pelajaran yang disebabkan oleh kondisi ruangan yang kurang menyenangkan

misalnya udara yang pengap, kelas berantakan dan bau yang tidak mengenakkan.

Maksud dari pengelolaan kelas itu sendiri adalah agar siswa betah tinggal

di kelas dengan kemauan belajar yang tinggi untuk mengikuti kegiatan belajar

mengajar, karena dalam belajar sangat dibutuhkan kemauan yang tinggi. Apabila

siswa belajar tanpa dorongan maka akan berpengaruh pada hasil belajarnya,

dengan keadaan kelas yang tidak menyenangkan akan membuat siswa bermalas-

malasan untuk lebih lama berada didalam kelas, bisa membuat siswa bolos pada

jam pelajaran. Jika hal ini terus berlanjut maka motivasi dan hasil belajar siswa

tersebut akan menurun karena sering tidak mengikuti pelajaran. Karena hasil
25

belajar itu sendiri adalah kemampuan yang dicapai oleh siswa setelah melakukan

proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Oleh

karena itu, guru dituntut untuk dapat memotivasi siswa, salah satunya dengan

pengelolaan kelas. Kelas yang dikelola dengan baik akan mendukung interaksi

belajar mengajar sehingga siswa menjadi lebih betah berada di kelas dengan minat

belajar yang tinggi serta terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar

sehingga menciptakan hasil belajar yang maksimal. Dengan demikian,

pengelolaan kelas memiliki pengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.

2.3. Penelitian yang Relevan

Resmawan, tahun 2014 telah melakukan penelitian dengan judul

Hubuungan Antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Keterampilan Dosen Dalam

Mengelola Kelas Dengan Hasil Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Matematika. Metode yang digunakan adalah seluruh mahasiswa reguler Jurusan

Pendidikan Matematika Tahun Pelajaran 2010-2011 mulai dari semester III

sampai semester VII sebanyak 331 orang yang tersebar pada 12 kelas.

Pengambilan sampel dilakukan secara proportionale random sampling sebanyak

10 persen dari banyaknya populasi sehingga diperoleh sampel sebanyak 33 orang.

Analisis data penelitian dilakukan secara analisis deskriptif dan analisis

inferensial. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi dan korelasi

sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara

persepsi mahasiswa terhadap keterampilan dosen dalam mengelola kelas dengan

hasil belajar mahasiswa jurusan pendidikan matematika.


26

Ruth Susana, tahun 2007 telah melakukan penelitian dengan judul

penelitian Pengelolaan Kelas Dengan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS

IPS SMA Swasta Diponegoro Kisaran Tahun Ajaran 2006/2007. Dari hasil

penelitian tersebut diperoleh nilai rxy sebesar 0,410. Selanjutnya untuk menguji

hipotesis digunakan uji-t sehingga diperoleh thitung = 3,123, sedangkan ttabel pada

taraf signifikan = 95% atau alpha 5% = 1,684, berarti thitung > ttabel (3,123 > 1,684).

Maka hipotesis yang mengatakan ada hubungan yang positif dan signifikan antara

pengelolaan kelas dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS IPS SMA

Swasta Diponegoro Kisaran tahun ajaran 2006/2007 diterima.

Soni M. Hutapea, tahun 2009 telah melakukan penelitian dengan judul

penelitian Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI

IPS IPS SMA Negeri 1 Tigalingga Tahun Ajaran 2008/2009. Dari hasil

penelitian tersebut diperoleh hasil rhitung sebesar 0,442 berarti hubungan antara

pengelolaan kelas (variable X) dengan motivasi belajar (variable Y) dikategorikan

korelasi sedang. Untuk menguji hipotesis digunakan uji t. dari perhitungan

diperoleh thitung sebesar 4,671 yang kemudian dibandingkan dengan ttabel pada

dk=n-2 dan taraf signifikan 95% dengan alpha 5% dengan nilai sebesar 1,670

maka thitung > ttabel yakni 4,671 > 1,670, berarti hipotesis dalam penelitian ini yang

menyatakan: ada hubungan yang positif dan signifikan antara hubungan

pengelolaan kelas dengan motivasi belajar siswa kelas XI IPS IPS SMA Negeri 1

Tigalingga tahun ajaran 2008/2009 dapat diterima.

2.4. Hipotesis
27

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pengelolaan kelas

terhadap motivasi dan hasil belajar Siswa Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran

Akuntsi di MAN KISARAN Tahun Pembelajaran 2015/2016.


28

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Berdasarkan judul penelitian maka peneliti mengambil lokasi penelitian di

MAN KISARAN yang terletak di Jalan Latsitarda Nusantara VIII Kecamatan

Kisaran Timur, Kisaran. Penelitian dilaksanakan pada semester genap Tahun

Pembelajaran 2015/2016 di kelas XI IPS MAN KISARAN.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek yang menjadi sumber data.

Arikunto (2006:130) menyatakan bahwa Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPS MAN

KISARAN yang terdiri dari 3 kelas yaitu 89 siswa.

3.2.2 Sampel

Dalam menentukan besarnya sampel, Arikunto (2006:134) berpendapat

bahwa Untuk sekedar ancar-ancar apabila subjek kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Tetapi jika

jumlah subjek lebih besar dari 100, dapat diambil antara 10-15% dan 20-25% atau

lebih.

Dari pendapat tersebut dapat ditentukan besarnya sampel pada penelitian

ini, karena jumlah populasi penelitian ini kurang dari 100 maka sampel yang

diambil adalah seluruh jumlah populasi (total sampling) yaitu sebanyak 94 siswa.
29

Tabel 3.1
Jumlah Populasi dan Sampel
No. Kelas Populasi Sampel

1 XI IPS 1 30 Seluruh Jumlah

2 XI IPS 2 30 Populasi (total

3 XI IPS 3 29 sampling)

Jumlah 89 89

Sumber: Daftar Absensi Siswa XI IPS MAN KISARAN

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.3.1 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 variabel, dengan satu

variable bebas dan dua variable terikat yaitu:

1. Variabel Bebas (X1) : Pengelolaan Kelas

2. Variabel Bebas (X2) : Motivasi Belajar Siswa

3. Variabel Terikat (Y2) : Hasil Belajar Siswa

3.3.2 Definisi Operasional

Adapun Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah :

a. Pengelolaan kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh guru Dalam

menciptakan kondisi belajar mengajar yang nyaman dan dapat berjalan secara

efektif dan efisien sehingga tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan

yang telah direncanakan. Yang menjadi indikator pengelolaan kelas adalah

(1) penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal; dan (2)

pengendalian kondisi belajar yang optimal.


30

b. Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang disadari untuk melakukan

aktivitas-aktivitas belajar guna mencapai sebuah tujuan tertentu. Maka

motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang dating dari luar. Yang diukur

dengan angket.

c. Hasil belajar adalah hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya

perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang

belajar yang diukur dengan evaluasi yang ditunjukkan dalam Daftar

Kumpulan Nilai (DKN)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini maka yang

menjadi teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Observasi

Mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian, untuk melihat

secara langsung mengenai situasi dan keadaan yang sebenarnya, sebagai

pelengkap dengan pembanding dan keterangan yang didapat dari teori-teori dalam

bahan pustaka.

2. Angket

Angket merupakan salah satu alat pengumpulan data yang membuat

sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden. Angket yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu angket

pengelolaan kelas dan angket motivasi belajar di kelas XI IPS MAN KISARAN

yang memiliki total 45 butir pertanyaan angket. Skala pengukuran yang digunakan
31

adalah skala Likert dalam bentuk tertutup yaitu sudah disediakan jawabannya

sehingga responden tinggal memilih.

Pada setiap item kuesioner terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu dengan skor

masing-masing sebagai berikut:

a. Selalu (S) diberikan bobot 4

b. Sering (SR) diberikan bobot 3

c. Kadang-Kadang (KD) diberikan bobot 2

d. Tidak Pernah (TP) diberikan bobot 1

Adapun indikator-indikator dari tiap variable tersebut dapat dilihat pada

lay out berikut ini:

Tabel 3.2
Lay Out Angket
No.
No. Variabel Indikator Keterangan
Item

1 a. Pengelolaan Kelasb. 1. Penataan ruang kelas 1-10

(Variabel X1) - Pengaturan tempat duduk

- Pengaturan alat-alat

pengajaran

- Penataan keindahan dan Pilihan

kebersihan kelas Berganda

- Ventilasi dan tata cahaya

2.Pengaturan anak didik 11-20

- Pembentukan Organisasi

- Pengelompokan anak
32

didik

2 Motivasi Belajar - Tekun menghadapi tugas 1-4

(Variabel X2) - Ulet menghadapi kesulitan 5-8

- Menunjukkan minat 9-10

terhadap masalah-masalah

- Lebih senang bekerja 11-12

mandiri

- Cepat bosa pada tugas-tugas 13-15 Pilihan

yang rutin Berganda

- Dapat mempertahankan 16-18

pendapatnya

- Tidak mudah melepaskan 19

hal yang diyakini

- Senang mencari dan 20

memecahkan soal

3 Hasil Belajar (Y) a. Diperoleh dari daftar nilai guru Daftar

Akuntansi kelas XI-IPS MAN Kumpulan

Kisaran T.P 2016/2017 Nilai


33

3.5 Pengujian Instrumen Penelitian

3.5.1 Uji Validatas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih

mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah (Arikunto, 2013:211).

Uji validitas disebut juga uji kesahihan butir. Sebuah item pertanyaan

dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika memiliki tingkat korelasi yang

tinggi terhadap skor total item. Dalam penelitian ini pengukuran validitas

dilakukan dengan teknik korelasi product moment. Teknik ini dikembangkan oleh

Karl Pearson dan sering kali disebut teknik korelasi pearson.

Rumus korelasi product moment

()()
=
[ 2 (X 2 )][ 2 ( 2 )]

(Handayani, 2014:42)

Keterangan:

rxy = angka korelasi product moment

N = banyaknya sampel

XY = jumlah total perkalian skor X dan Y

X = jumlah skor butir X

Y = jumlah skor butir Y

Kemudian hasil r hitung diinterpretasi dengan nilai r tabel dengan taraf

signifikasi 5%. Apabila r hitung > r tabel maka butir soal instrument valid dan
34

apabila r hitung < r tabel maka butir soal instrument tidak valid. Diolah dengan

program SPSS 21.0


35

3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Instrumen

yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-jawaban tertentu. Instrument yang sudah dapat dipercaya yang reliable

akan menghasilkan data yang dapat dipercaya (Arikunto, 2013 :221). Rumus

digunakan untuk menguji reabilitas instrument penelitian dengan rumus Cronbach

Alpha yaitu:

2

11 =( ) (1 ) (Handayani, 2014 43)
1 2

Keterangan :

r = koefisien reabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau soal


2
= total varians butir

2
= total varians

Rumus menghitung total varians butir

2 ()2
2 (Handayani, 2014 43)
=
N

Keterangan :
2
= varians butir

X = nilai angket

N = jumlah responden
36

Rumus menghitung total varians :

2 ()2
2 (Handayani, 2014 44)
=
N

Untuk melihat instrument penelitian dikatakan reliable yaitu dengan

membandingkan r hitung dengan r tabel. Apabila r hitung > r tabel dengan taraf

signifikasi 5% maka instrument penelitian reliable dan apabila r hitung < r tabel

dengan taraf signifikasi 5% maka instrument penelitian tidaj reliable. Diolah

dengan menggunakan program SPSS 21.0

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Uji Normalitas

Menurut Made (2013:141) Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui

apakah populasi terdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors

Kolmogorov Smirnov. Model regresi yang baik memiliki distribusi data, salah

satu cara termudah melihat normalitas adalah dengan melihat histogram yang

membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi

normal. Metode yang lebih handal adalah melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal

akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika distribusi normal, maka garis

yang menggambarkan dan sesungguhnya akan menjadi garis diagonalnya. Diolah

dengan menggunakan program SPSS 21.0

3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk membuat model

matematika yang dapat menunjukkan hubungan antar variabel bebas dengan


37

variabel terikat. Variabel bebas yaitu pengelolaan kelas (X1) yang berpengaruh

terhadap motivasi belajar (Y1) dan hasil belajar (Y2). Maka hubungan kedua

variabel ini merupakan garis lurus (linier) sehingga dalam penelitian ini

menggunakan metode analisis regresi linier sebagai berikut:

2 = +

1 = 0 + 1 + 2 2

Keterangan :

Y1 = Motivasi Belajar

Y2 = Hasil belajar akuntansi

a = Konstanta atau bilangan harga X=0

b = Koefisien regresi

X = Pengelolaan kelas

3.6.3 Uji Hipotesis

3.6.3.1 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Untuk menguji Hipotesis atau masing-masing variable bebas secara

parsial terhadap variable terikat digunakan uji-t. Rumus yang digunakan masing-

masing hipotesis ini adalah dengan uji-t yaitu :

2
= (Sari, 2014: 54)
1 2

Keterangan :

r = Nilai korelasi

n = Jumlah sampel

1 = Nilai konstan

r2 = Kuadrat angka indeks produk


38

Dengan ketentuan sebagai berikut :

Apabila thitung > ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak dengan demikian

terdapat pengaruh variabel pengelolaan kelas terhadap motivasi dan hasil belajar.

Sebaliknya, apabila thitung < ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima dengan

demikian tidak terdapat variabel pengelolaan kelas terhadap motivasi dan hasil

belajar.

3.6.3.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan

Uji simultan dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel Pengelolaan

kelas (X1) terhadap Motivasi belajar (Y1) dan hasil belajar (Y2) untuk menguji

hipotesis digunakan uji F dengan cara membandingkan antara nilai F_hitung

dengan F_tabel.

Ho : Fhitung < Ftabel, tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan pengelolaan

kelas terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPS MAN KISARAN T/P

2015/2016.

Ha : Fhitung > Ftabel, ada pengaruh yang positif dan signifikan pengelolaan kelas

terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPS MAN KISARAN T/P

2015/2016.

Untuk menghitung besarnya F korelasi yaitu:

2 /
= (Sugiono, 2011 266)
(1 2 )/( 1)

Keterangan :

R = Koefesien korelasi ganda

k = Jumlah variabel independen

N = Jumlah anggota sampel


39

Apabila F_hitung > F_tabel maka Ha dan Ho ditolak. Artinya bahwa

variabel pengelolaan kelas memiliki hubungan terhadap variabel terikat motivasi

dan hasil belajar. Sedangkan F_hitung < F_tabel maka Ha dan Ho diterima.

Artinya bahwa variabel pengelolaan kelas tidak memiliki hubungan terhadap

variabel terikat motivasi dan hasil belajar. Diolah dengan menggunakan program

SPSS 21.0.

3.6.4 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh atau sejauh mana sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat

dengan adanya regresi linear berganda. Jika R2 yang diperoleh mendekati 1 maka

dapat dikatan semakin kuat model tersebut menerangkan variabel bebas terhadap

variabel terikat, demikian pula sebaliknya (0 < R2 < 1). Diolah dengan

menggunakan program SPSS 21.0.

Besarnya koefisien Determinasi (R2) dapat dicari dengan rumus :


2 = 100%

Keterangan :

JKR = Jumlah Kuadrat Regresi

JKT = Jumlah Kuadrat Total


40

DAFTAR PUSTAKA

Ambara, Didit Pramunditya. (2010), Pengaruh Tingkat Stres Guru Terhadap


Manajemen Kelas di Sekolah Menengah Atas. Jurnal IKA 8 : 2 : 193-
204.

Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka


Cipta.

Aritonang, Keke T. (Juni 2008), Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur 7 : 10 : 11-21.

Budiawan, Made. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan


Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Fisiologi Olahraga.
Jurnal Pendidikan Indonesia. No. ISSN: 2303-288x Vol.2, No. 1,
April 2013 (22 februari 2015).

Cooper, James M. 1995. Classroom Teaching Skills. Lexington: D.C. Health and
Company.

Danim, Sudarwan dan Yunan Danim. 2013. Administrasi Sekolah dan Manajemen
Kelas. Bandung : Pustaka Setia.

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zaim. 2013. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rineka Cipta.

Handayani, Adelina. 2014. Pengaruh Pemberian Motivasi Orang Tua dan Minat
Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 2 Delitua 2013/2014 : Medan : Skripsi Unimed.

Husaini, Usman. 2009. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.

Karo Sekali, Endalina. Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Belajar


Terhadap Hasil Belajar Geografi. Jurnal Saintech. No. ISSN: 2086-
9681 Vol. 05, No.01, Maret 2013.

Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif


dan Menyenangkan. Cet:11. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Palupi, Retno, Sri Anitah dan Budiyono. Hubungan antara Motivasi Belajar dan
Persepsi Siswa Terhadap Kinerja Guru Dalam Mengelola Kegiatan
Belajar Dengan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII di SMPN 1
41

Pacitan. Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran. No. ISSN:


2354-6441 Vol.2, No.2, April 2014.

Pengertian Pengelolaan Kelas, http://www.Sekolahdasar.net (23 januari 2009)

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas, http://www.Sekolahdasar.net (31 januari


2009)

Resmawan. Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Keterampilan


Dosen Dalam Mengelola Kelas Dengan Hasil Belajar Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Matematika. Jurnal Euler. No.ISSN: 2087-9393
Vol.2, No.2, April 2014.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta. Rineka Cipta.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:


Rajagrafindo Persada.

Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:


Rajagrafindo Persada.

Sardiman, A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:


Rajagrafindo Persada.

Sari, Novita. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV).
Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kuantatif, Kualitatif, dan R & D.


Bandung : Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta : Pustaka Belajar

Surjana, Andyarto. (Maret 2004), Efektivitas Pengelolaan Kelas. Jurnal


Pendidikan Penabur 3 : 2 : 68-81.

Tujuan Pengelolaan Kelas, http://www.Sekolahdasar.net (23 januari 2009).

Wahidmurni, dkk. 2010. Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik.


Yogyakarta: Nuha Letera.

Warsito. 2006. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran ( SMA,


SMK, dan SLB). Jakarta: Depdiknas.
42

Weber, Willford A. 1973. A Guide to Competency Based Teacher Education.


California: Mc Cutchan Publishing Corporation.

Widodo, Lusi Widayanti. Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa
dengan Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VIIA MTs
Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal
Fisika Indonesia. No.ISSN: 1410-2994 Vol.XVII, No. 49, April 2013.

Anda mungkin juga menyukai