Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam hayati terbesar setelah
Brazil dengan menyimpan banyak sumber daya alam yaitu sebagai sumber pangan dan
obat-obatan (Mamahani, 2016). Kekayan alam Indonesia merupakan bentuk ciptaan
Allah SWT yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, sebagaimana dalam Al-Quran surat
Asy-syuara ayat 7 berikut ini.



Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah kami tumbuhkan di bumi
itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?(QS. Asy-Syuara: 7).
Kata ila pada awal ayat Awalam yara ila al-ardh/apakah mereka tidak memperhatikan
bumi, mengandung makna batas akhir yang berarti mengajak manusia untuk
memikirkan ciptaan Allah SWT yang ada di bumi ini misalnya aneka tanah, tumbuhan,
dan aneka keajaiban yang terhampar pada tumbuh-tumbuhannya (Shihab, 2002).
Berdasarkan ayat tersebut, dapat diketahui serta dipahami bahwa ada perintah untuk
melakukan penelitian serta eksplorasi terutama tentang tumbuh-tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia dalam kebutuhan sehari-harinya. Ayat lain yang berbicara
mengenai tumbuhan adalah surat Thahaa ayat 53 berikut ini.





Artinya: Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan
bagimu itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air
hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam(QS. Thahaa: 53).
Menurut Quraish Shihab dalam bukunya tafsir Al-Misbah ayat tersebut menjelaskan
bahwa Allah SWT menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam dengan
perantara air hujan, kemudian air hujan tersebut mengurai aneka tumbuhan dengan
beberapa tingkatan dan jenis tumbuhan yaitu mulai dari tingkat rendah sampai ke tingkat
tinggi, jenis tumbuhan berkeping dua (dikotil) dan tumbuhan berkeping satu (monokotil)
(Shihab, 2002). Berdasarkan ayat tersebut, dapat dipahami bahwasanya Allah SWT
menciptakan tumbuhan yang berjenis-jenis yang memiliki manfaat besar terutama bagi
kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa manusia sebagai khalifah di bumi harus
mampu melestarikan dan memanfaatkannya, sebab semua apa yang ada di bumi
diperuntukkan untuk manusia dalam rangka mengabdi dan menghamba kepada Allah
SWT. Satu diantara tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah
tumbuhan obat.
Tumbuhan obat dapat diartikan sebagai tumbuhan atau tanaman yang secara alamiah
memiliki kemampuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Satu diantara kelompok
tumbuhan obat yaitu tumbuhan obat tradisional yang merupakan spesies tumbuhan yang
diketahui atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai
bahan baku obat tradisional (Widaryanto, 2008). Pemanfaatan tumbuhan obat secara
tradisional telah berjalan sejak zaman dahulu dari generasi ke generasi (turun-temurun)
berdasarkan kepercayaan dan pengalaman serta keterampilan yang dimiliki oleh manusia
atau masyarakat tertentu. Keterampilan ini merupakan bentuk interaksi antara manusia
dengan tumbuh-tumbuhan secara langsung. Hal ini dipelajari dalam suatu cabang ilmu
biologi yang disebut etnobotani.
Etnobotani merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia (etnik/kelompok masyarakat) dan interaksinya dengan tumbuhan (Mamahani,
2016). Etnobotani tumbuhan obat sebagai bidang paling banyak dikaji menunjukkan
perannya dalam memberikan informasi dari masyarakat tradisional terkait upaya-upaya
penyembuhan berbagai penyakit. Hal ini sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini
dimana aneka ragam penyakit mulai muncul dan gagal dipecahkan dengan pendekatan
modern (Hakim, 2014). Munculnya etnobotani menjadi penting untuk mencari serta
menggali informasi dan pengetahuan tradisional suatu suku/etnik/kelompok masyarakat
dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai obat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
setempat.
Suku Madura merupakan satu diantara etnik yang telah dikenal sejak zaman dahulu
memiliki kekayaan pengetahuan tradisional seperti ramuan jamu khas Madura. Satu
diantara suku Madura yang masih menerapkan dalam pengobatan tradisional adalah di
Kabupaten Sumenep. Kabupaten Sumenep merupakan satu diantara kabupaten di Pulau
Madura yang masyarakatnya sejak dahulu telah menggunakan tumbuhan sebagai
pengobatan tradisional. Adat istiadat perilaku kehidupan Keraton Sumenep merupakan
awal terbentuknya pengetahuan pembuatan obat tradisional yang hingga saat ini masih
banyak dipertahankan oleh masyarakat Sumenep. Fatmawati (2013) menyatakan bahwa
secara umum minum jamu sebagai pengobatan tradisional diracik dari tumbuh-tumbuhan
telah menjadi kebisaan keluarga dan masyarakat Madura, khususnya yang masih
keturunan dan kerabat raja (keraton).
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa sampai saat ini masyarakat Kabupaten
Sumenep Madura masih menggunakan pengobatan tradisional, bahkan masyarakat
Madura dari kepulauan terisolir pun masih memanfaatkan tumbuhan sebagai alternatif
pengobatan tradisional yaitu masyarakat Kepulauan Kangean. Kepulauan Kangean
merupakan satu diantara pulau terpencil yang masuk dalam Kabupaten Sumenep. Cara
pengobatan tradisional masih diaplikasikan oleh mayoritas masyarakat Kepulauan
Kangean. Namun, pengetahuan mengenai cara menggunakan tumbuhan obat tradisional
pada umumnya dikuasai oleh kaum yang sudah berpengalaman, generasi muda di
Kepulauan Kangean saat ini kurang termotivasi untuk menggali pengetahuan tersebut
bahkan dalam perkembangannya banyak teknik pengobatan kuno yang hilang atau
terlupakan. Oleh karena itu, jenis-jenis tumbuhan obat dan penggunaannya harus
dilestarikan oleh generasi penerusnya agar tidak mengalami kepunahan seiring
berkembangnya zaman.
Penelitian tentang pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Kecamatan Arjasa
Kepulauan Kangean pernah diteliti sebelumnya yang dilakukan di tiga Desa yaitu Desa
Arjasa, Laok Jang-Jang, dan Paseraman. Penelitian tersebut dilakukan oleh Sofiah (2014)
yang menyatakan bahwa masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean khususnya
tiga desa tersebut masih sangat dekat dengan kebiasaan memanfaatkan dan mengolah
tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan obat yang kebanyakan diolah menjadi jamu. Terdapat
52 jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa seperti
kencur, jahe, sirih, kelor, asam, temulawak, temu hitam dan lain-lain.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan informasi bahwa
tidak hanya di tiga desa yang telah dijelaskan tersbut yang masih menggunakan
tumbuhan sebagai obat. Desa lainnya pun masih menggunakan tumbuhan sebagai
pengobatan tradisional. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk dilakukan untuk
memberikan informasi tambahan serta upaya untuk menggiatkan kembali back to nature
dalam bidang kesehatan. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengungkapkan senyawa
bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat
Kangean khususnya, sehingga perlu di uji lanjut menggunakan metode skrining fitokimia.
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia
yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung
dalam tanaman yang sedang diteliti. Hal penting yang berperan dalam skrining fitokimia
adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristanti, 2008). Pemilihan pelarut dan
metode ekstraksi akan mempengaruhi hasil kandungan senyawa metabolit sekunder yang
dapat terdeteksi. Pemilihan pelarut ekstraksi umumnya menggunakan prinsip like
dissolves like, dimana senyawa yang nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar
sedangkan senyawa yang polar akan larut pada pelarut polar (Siedel, 2008). Melalui
penelitian ini, diharapkan terjadi sinkronisasi antara pengetahuan lokal masyarakat
Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean dengan metode ilmiah serta dapat dijadikan
referensi dalam bidang fitofarmakologi sehingga dapat dikembangkan dalam pengobatan
modern.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penelitian dengan judul Studi
Etnobotani dan Skrining Fitokimia Tumbuhan Obat Tradisional Yang
Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean
Kabupaten Sumenep Madura ini penting untuk dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Jenis tumbuhan obat tradisional apa sajakah yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep Madura?
2. Organ tumbuhan obat tradisional manakah yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep Madura?
3. Bagaimana cara pemanfaatan tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep Madura?
4. Bagaimana cara memperoleh tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan oleh
masyrakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep Madura?
5. Bagaimana hasil skrining fitokimia sampel tumbuhan obat tradisional yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Kabupaten
Sumenep Madura?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui jenis tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep Madura.
2. Untuk mengetahui organ tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep Madura.
3. Untuk mengetahui cara pemanfaatan tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan
oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep Madura.
4. Untuk mengetahui cara memperoleh tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan
oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep Madura.
5. Untuk mengetahui hasil skrining fitokimia sampel tumbuhan obat tradisional yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep
Madura.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
tentang tumbuhan obat tradisional berdasarkan studi etnobotani dan skrining fitokimia
pada spesies yang tumbuh di kawasan Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep
Madura yang harus dilestarikan sebagai warisan budaya, sehingga dapat dijadikan
sebagai dasar studi dalam pengembangan bidang biologi, kimia, farmasi dan farmakologi.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Daerah yang diteliti meliputi Desa Angon-Angon, Desa Angkatan dan Desa
Kalinganyar.
2. Tumbuhan obat tradisional diidentifikasi minimal pada tingkat famili dan maksimal
pada tingkat spesies.
3. Variabel penelitian etnobotani meliputi jenis tumbuhan, organ tumbuhan, cara
pemanfaatan dan cara memperoleh tumbuhan untuk dimanfaatkan sebagai
pengobatan tradisional.
4. Tumbuhan yang digunakan sebagai perlakuan skrining fitokimia adalah dua
tumbuhan yang menunjukkan satu data persentase paling tinggi dan satu data
persentasen paling rendah dalam penelitian etnobotani tumbuhan obat tradisional
yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean
Sumenep Madura.
5. Pelarut yang digunakan adalah etanol dan skrining fitokimia yang diujikan meliputi
uji alkaloid, uji flavonoid, uji saponin, uji tanin, uji triterpenoid dan uji minyak atsiri.

Anda mungkin juga menyukai