Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam hayati terbesar setelah Brazil dengan menyimpan banyak sumber daya alam yaitu sebagai sumber pangan dan obat-obatan (Mamahani, 2016). Kekayan alam Indonesia merupakan bentuk ciptaan Allah SWT yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, sebagaimana dalam Al-Quran surat Asy-syuara ayat 7 berikut ini.
Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?(QS. Asy-Syuara: 7). Kata ila pada awal ayat Awalam yara ila al-ardh/apakah mereka tidak memperhatikan bumi, mengandung makna batas akhir yang berarti mengajak manusia untuk memikirkan ciptaan Allah SWT yang ada di bumi ini misalnya aneka tanah, tumbuhan, dan aneka keajaiban yang terhampar pada tumbuh-tumbuhannya (Shihab, 2002). Berdasarkan ayat tersebut, dapat diketahui serta dipahami bahwa ada perintah untuk melakukan penelitian serta eksplorasi terutama tentang tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam kebutuhan sehari-harinya. Ayat lain yang berbicara mengenai tumbuhan adalah surat Thahaa ayat 53 berikut ini.
Artinya: Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam(QS. Thahaa: 53). Menurut Quraish Shihab dalam bukunya tafsir Al-Misbah ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam dengan perantara air hujan, kemudian air hujan tersebut mengurai aneka tumbuhan dengan beberapa tingkatan dan jenis tumbuhan yaitu mulai dari tingkat rendah sampai ke tingkat tinggi, jenis tumbuhan berkeping dua (dikotil) dan tumbuhan berkeping satu (monokotil) (Shihab, 2002). Berdasarkan ayat tersebut, dapat dipahami bahwasanya Allah SWT menciptakan tumbuhan yang berjenis-jenis yang memiliki manfaat besar terutama bagi kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa manusia sebagai khalifah di bumi harus mampu melestarikan dan memanfaatkannya, sebab semua apa yang ada di bumi diperuntukkan untuk manusia dalam rangka mengabdi dan menghamba kepada Allah SWT. Satu diantara tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah tumbuhan obat. Tumbuhan obat dapat diartikan sebagai tumbuhan atau tanaman yang secara alamiah memiliki kemampuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Satu diantara kelompok tumbuhan obat yaitu tumbuhan obat tradisional yang merupakan spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (Widaryanto, 2008). Pemanfaatan tumbuhan obat secara tradisional telah berjalan sejak zaman dahulu dari generasi ke generasi (turun-temurun) berdasarkan kepercayaan dan pengalaman serta keterampilan yang dimiliki oleh manusia atau masyarakat tertentu. Keterampilan ini merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan tumbuh-tumbuhan secara langsung. Hal ini dipelajari dalam suatu cabang ilmu biologi yang disebut etnobotani. Etnobotani merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia (etnik/kelompok masyarakat) dan interaksinya dengan tumbuhan (Mamahani, 2016). Etnobotani tumbuhan obat sebagai bidang paling banyak dikaji menunjukkan perannya dalam memberikan informasi dari masyarakat tradisional terkait upaya-upaya penyembuhan berbagai penyakit. Hal ini sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini dimana aneka ragam penyakit mulai muncul dan gagal dipecahkan dengan pendekatan modern (Hakim, 2014). Munculnya etnobotani menjadi penting untuk mencari serta menggali informasi dan pengetahuan tradisional suatu suku/etnik/kelompok masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai obat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Suku Madura merupakan satu diantara etnik yang telah dikenal sejak zaman dahulu memiliki kekayaan pengetahuan tradisional seperti ramuan jamu khas Madura. Satu diantara suku Madura yang masih menerapkan dalam pengobatan tradisional adalah di Kabupaten Sumenep. Kabupaten Sumenep merupakan satu diantara kabupaten di Pulau Madura yang masyarakatnya sejak dahulu telah menggunakan tumbuhan sebagai pengobatan tradisional. Adat istiadat perilaku kehidupan Keraton Sumenep merupakan awal terbentuknya pengetahuan pembuatan obat tradisional yang hingga saat ini masih banyak dipertahankan oleh masyarakat Sumenep. Fatmawati (2013) menyatakan bahwa secara umum minum jamu sebagai pengobatan tradisional diracik dari tumbuh-tumbuhan telah menjadi kebisaan keluarga dan masyarakat Madura, khususnya yang masih keturunan dan kerabat raja (keraton). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa sampai saat ini masyarakat Kabupaten Sumenep Madura masih menggunakan pengobatan tradisional, bahkan masyarakat Madura dari kepulauan terisolir pun masih memanfaatkan tumbuhan sebagai alternatif pengobatan tradisional yaitu masyarakat Kepulauan Kangean. Kepulauan Kangean merupakan satu diantara pulau terpencil yang masuk dalam Kabupaten Sumenep. Cara pengobatan tradisional masih diaplikasikan oleh mayoritas masyarakat Kepulauan Kangean. Namun, pengetahuan mengenai cara menggunakan tumbuhan obat tradisional pada umumnya dikuasai oleh kaum yang sudah berpengalaman, generasi muda di Kepulauan Kangean saat ini kurang termotivasi untuk menggali pengetahuan tersebut bahkan dalam perkembangannya banyak teknik pengobatan kuno yang hilang atau terlupakan. Oleh karena itu, jenis-jenis tumbuhan obat dan penggunaannya harus dilestarikan oleh generasi penerusnya agar tidak mengalami kepunahan seiring berkembangnya zaman. Penelitian tentang pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean pernah diteliti sebelumnya yang dilakukan di tiga Desa yaitu Desa Arjasa, Laok Jang-Jang, dan Paseraman. Penelitian tersebut dilakukan oleh Sofiah (2014) yang menyatakan bahwa masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean khususnya tiga desa tersebut masih sangat dekat dengan kebiasaan memanfaatkan dan mengolah tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan obat yang kebanyakan diolah menjadi jamu. Terdapat 52 jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa seperti kencur, jahe, sirih, kelor, asam, temulawak, temu hitam dan lain-lain. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan informasi bahwa tidak hanya di tiga desa yang telah dijelaskan tersbut yang masih menggunakan tumbuhan sebagai obat. Desa lainnya pun masih menggunakan tumbuhan sebagai pengobatan tradisional. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk dilakukan untuk memberikan informasi tambahan serta upaya untuk menggiatkan kembali back to nature dalam bidang kesehatan. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengungkapkan senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Kangean khususnya, sehingga perlu di uji lanjut menggunakan metode skrining fitokimia. Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Hal penting yang berperan dalam skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristanti, 2008). Pemilihan pelarut dan metode ekstraksi akan mempengaruhi hasil kandungan senyawa metabolit sekunder yang dapat terdeteksi. Pemilihan pelarut ekstraksi umumnya menggunakan prinsip like dissolves like, dimana senyawa yang nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar sedangkan senyawa yang polar akan larut pada pelarut polar (Siedel, 2008). Melalui penelitian ini, diharapkan terjadi sinkronisasi antara pengetahuan lokal masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean dengan metode ilmiah serta dapat dijadikan referensi dalam bidang fitofarmakologi sehingga dapat dikembangkan dalam pengobatan modern. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penelitian dengan judul Studi Etnobotani dan Skrining Fitokimia Tumbuhan Obat Tradisional Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep Madura ini penting untuk dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Jenis tumbuhan obat tradisional apa sajakah yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep Madura? 2. Organ tumbuhan obat tradisional manakah yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep Madura? 3. Bagaimana cara pemanfaatan tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep Madura? 4. Bagaimana cara memperoleh tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan oleh masyrakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep Madura? 5. Bagaimana hasil skrining fitokimia sampel tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep Madura?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui jenis tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep Madura. 2. Untuk mengetahui organ tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep Madura. 3. Untuk mengetahui cara pemanfaatan tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep Madura. 4. Untuk mengetahui cara memperoleh tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep Madura. 5. Untuk mengetahui hasil skrining fitokimia sampel tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep Madura.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang tumbuhan obat tradisional berdasarkan studi etnobotani dan skrining fitokimia pada spesies yang tumbuh di kawasan Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep Madura yang harus dilestarikan sebagai warisan budaya, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar studi dalam pengembangan bidang biologi, kimia, farmasi dan farmakologi.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Daerah yang diteliti meliputi Desa Angon-Angon, Desa Angkatan dan Desa Kalinganyar. 2. Tumbuhan obat tradisional diidentifikasi minimal pada tingkat famili dan maksimal pada tingkat spesies. 3. Variabel penelitian etnobotani meliputi jenis tumbuhan, organ tumbuhan, cara pemanfaatan dan cara memperoleh tumbuhan untuk dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional. 4. Tumbuhan yang digunakan sebagai perlakuan skrining fitokimia adalah dua tumbuhan yang menunjukkan satu data persentase paling tinggi dan satu data persentasen paling rendah dalam penelitian etnobotani tumbuhan obat tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Arjasa Kepulauan Kangean Sumenep Madura. 5. Pelarut yang digunakan adalah etanol dan skrining fitokimia yang diujikan meliputi uji alkaloid, uji flavonoid, uji saponin, uji tanin, uji triterpenoid dan uji minyak atsiri.