REPUBLIK INDONESIA
1
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
Memasuki dekade ke-2 pasca reformasi, praktek demokrasi di Indonesia
mulai memasuki babak baru, dewasa kini banyak pihak yang mulai meragukan
efektifitas sistem ini. Praktek demokrasi dianggap telah membangkitkan semangat
kedaerahan, memperlemah persatuan nasional serta tidak mampu mewujudkan
pembangunan ekonomi yang mensejahterakan. Ada pihak yang menyatakan bahwa
sistem nondemokrasi lebih berhasil dalam mencapai kesejahteraan. Kepercayaan
tersebut beragkat dari hipotesis Lee Kuan Yew A (the Lee hypothesis) yang
menyatakan bahwa negara yang membatasi kebebasan memiliki pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi dibanding negara-negara yang lebih otoriter. Hipotesis
tersebut didasarkan pada fakta bahwa negara seperti Singapura, Korea Selatan, dan
China pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dibandingkan negara-negara
demokratis.
Kendala pembangunan politik yang kita hadapi saat ini adalah bagaimana
menciptakan partisipasi warga yang dibangun berdasarkan atas kesadaran dan
rasionalitas yang mantap, sehingga penerapan sistem pembangunan politik dapat
berjalan dengan baik. Solusi dari hal tersebut adalah, lembaga-lembaga politik,
media massa, LSM yang berkembang dan tumbuh subur di alam demokrasi ini
harus memberikan pendidikan politik dan memberikan advokasi warga untuk sadar
akan hak-hak politik yang dimilikinya. Karena benang merah dari pembangunan
politik Indonesia yang kita ambil adalah memantapkan kedaulatan di tangan rakyat
sesuai dengan amanat konstitusi. Hal ini merupakan pengejawantahan dari jalan
ideologis Trisakti yang pertama, yaitu berdaulat dalam politik, kedaulatan dalam
bidang politik ini diwujudkan dalam pembangunan demokrasi politik yang
berdasarkan hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang
menempatkan kedaulatan rakyat sebagai karakter, nilai dan semangat yang
dibangun melalui semangat gotong royong dan persatuan bangsa.
Kendala selanjutnya ialah, ketika pemerintah harus membuat kebijakan publik
yang sesuai dengan aspirasi rakyat, maka harus ada mekanisme sistematis yang
mampu menyerap aspirasi rakyat yang begitu beragam dan mentransformasikannya
menjadi sebuah kebijakan yang ideal. Pertanyaannya bagaimana cara menyatukan
atau mengelola aspirasi rakyat yang acap kali bertentangan tersebut? Maka solusi
selanjutnya dari pembangunan politik kita ialah pemerintah perlu mendorong
pembangunan partai politik yang mantap dan modern. Karena Parpol berperan
penting dalam menata aspirasi rakyat yang begitu beragam dan abstrak menjadi
satu pendapat umum, dan selanjutnya dijadikan dasar program politiknya yang
akan diperjuangkan menjadi produk legislasi dan kebijakan publik, parpol adalah
jembatan antara rakyat yang berdaulat dengan negara dan pemerintahan.
Agar menjadi jembatan yang kokoh setidaknya ada 2 hal yang harus
dilakukan oleh Parpol, pertama ialah mendorong birokrasi menjadi lebih baik dan
yang kedua ialah mendidik rakyat menjadi lebih cerdas, karena ditengah rakyat
yang cerdaslah akan lahir pemimpin-pemimpin yang baik, kedua misi tersebut
adalah sebuah keniscayaan yang perlu dilakukan oleh parpol jika ingin melihat
Indonesia menjadi negara demokrasi besar yang berkesejateraan serta semakin
disegani dan menjadi tauladan masyarakat dunia.