Anda di halaman 1dari 23

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER

1. Pendahuluan

Lembaga atau organisasi yang baik adalah lembaga atau organisasi yang
dipimpin oleh seorang pemimpin yang visioner dengan pengetahuan yang luas
dan memiliki integritas kepribadian yang baik. Seorang pemimpin diharapkan
dapat memberikan arah dan motivasi kepada anggota yang dipimpinnya dan
sekaligus menjadi contoh dan teladan kepada bawahannya untuk berbuat yang
terbaik.

Kepemimpinan datang bukan jatuh dari langit ataupun datang bukan


karena faktor keturunan akan tetapi ia timbul dalam pribadi seseorang dengan
bentuk bakat tertentu yang dimilikinya. Kepemimpinan tidak hanya bersumber
dari bakat yang lahir dari seseorang akan tetapi dapat bersumber dari proses
pembinaan baik melalui pendidikan maupun melalui pengalaman hidup sehari-
hari. oleh karenanya mengetahui pokok-pokok kepemimpinan yang merupakan
tuntutan mutlak bagi seorang pemimpin adalah suatu keharusan bagi seorang
pemimpin dan calon pemimpin.

Materi kepemimpinan ini akan membahas pengertian kepemimpinan, teori


dan bentuk-bentuk kepemimpinan, perkembangan kepemimpinan, tupoksi
satker Polres dan kepemimpinan staf, kekuasaan dan konflik kepemimpinan
serta mencapai tujuan. Dengan demikian diharapkan adanya hanjar
kepemimpinan staf setingkat satker ini agar Pasis Sespimma Polri dapat
mengenal dan mamahami serta merasakan bagaimana proses atau langkah-
langkah dalam pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin sehingga hasil
yang dicapai dalam memimpin dapat optimal.

Semoga hanjar kepimpinan staf setingkat satker ini dapat membantu


Pasis Sespimma Polri dalam mempelajari proses sebuah kepemimpinan dan
pada saatnya dapat menjadi seorang pemimpin yang berhasil.

Mata pelajaran Kepemimpinan staf setingkat satker ada 16 JP terdiri dari


14 JP tatap muka dalam kelas, 2 JP evaluasi. Hal ini mengacu pada Perkal 06
tahun 2009 tanggal 29 Desember 2009 tentang pedoman penilaian peserta
didik Polri, yang menyatakan bahwa mata pelajaran 10 JP atau lebih harus
diadakan ujian tertulis.

2. Standar Kompetensi

Memahami dan terampil menerapkan kepemimpinan staf dan setingkat


Polres/satker.

KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER 1


HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL FILOSOFI KEPEMIMPINAN


01
2 JP (90 menit)

Pengantar
Dalam Modul ini, akan dibahas pengertian kepemimpinan, teori
kepemimpinan, peran kepemimpinan (the vision role), sifat-sifat
kepemimpinan, jenis-jenis kepemimpinan, gaya/tipe kepemimpinan,
prinsip-prinsip pemimpin, kunci keberhasilan pemimpin, perkembangan
mutakhir tentang kepemimpinan.

Tujuan dari Modul ini, agar peserta didik memahami filosofi


kepemimpinan.

Kompetensi Dasar

Memahami Filosofi Kepemimpinan.

Indikator Hasil Belajar :


1. Menjelaskan pengertian kepemimpinan.
2. Menjelaskan teori kepemimpinan.
3. Menjelaskan peran kepemimpinan (the vision role).
4. Menjelaskan sifat-sifat kepemimpinan.
5. Menjelaskan jenis-jenis kepemimpinan.
6. Menjelaskan gaya/tipe kepemimpinan.
7. Menjelaskan prinsip-prinsip pemimpin.
8. Menjelaskan kunci keberhasilan pemimpin.
9. Menjelaskan perkembangan mutakhir tentang kepemimpinan.

2 KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER


HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Materi Pokok

Filosofi Kepemimpinan

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah
Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang filosofi
kepemimpinan.
2. Metode Brainstorming (curah pendapat).
Metode ini digunakan saat Pendidik/Dosen menggali pendapat
peserta didik tentang materi yang telah dijelaskan.
3. Metode Tanya jawab.
Metode ini digunakan untuk mengecek pemahaman peserta didik
terhadap materi yang baru disampaikan.
4. Metode Diskusi
Metode ini digunakan untuk mendiskusikan materi tentang
“Filosofi kepemimpinan Polri”

Bahan dan Alat


1. Bahan:
a. Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
b. Peraturan Kapolri nomor 21 tahun 2010 tentang Struktur
Organisasi Tata Kerja Tingkat Mabes Polri.
c. Peraturan Kapolri Nomor 22 tahun 2010 tentang Struktur
Organisasi Tata Kerja Tingkat Polda.
d. Peraturan Kapolri Nomor 23 tahun 2010 tentang Struktur
Organisasi Tata Kerja Tingkat Polres dan Polsek.
e. Perkap Nomor 9 tahun 2011 tentang Manjemen Operasional
Kepolisian.
f. Leadership 3.0, Arief Wicaksono Sudiutomo.

KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER 3


HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2. Alat
a. Laptop.
b. Flashdisk.
c. Flip chart.
d. LCD.
e. Alat tulis sesuai dengan kebutuhan.

Proses Pembelajaran

1. Tahap Awal : 15 menit.


a. Pendidik/Dosen memperkenalkan diri.
b. Pendidik/Dosen menyampaikan secara selintas (overview)
muatan materi pada Modul I yang mencakup kompetensi
dasar dan indikator hasil belajar.
c. Pendidik/Dosen melakukan pencairan suasana kelas agar
tercipta hubungan timbal balik.

2. Tahap Inti : 135 menit.


a. Pendidik/Dosen menyampaikan materi tentang filosofi
kepemimpinan. (80 menit).
b. Pendidik/Dosen memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya/memberikan komentar terkait materi
yang disampaikan. (20 menit).
c. Peserta didik mendiskusikan materi tentang “filosofi
kepemimpinan polri“ (35 menit).

3. Tahap Akhir : 15 menit.


a. Penguatan Materi.
Pendidik/Dosen memberikan ulasan secara umum terkait
dengan materi yang disampaikan.
b. Umpan Balik Penguasaan Materi.
Pendidik/Dosen memancing umpan balik penguasaan materi
dari peserta didik dengan bertanya secara lisan dan acak
kepada peserta didik.
c. Learning Point.
Pendidik/Dosen dan peserta didik merumuskan Learning
Point dari materi yang telah dipelajari.

4 KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER


HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tagihan/tugas
1. Peserta didik mengumpulkan NKK berupa laporan hasil diskusi
kelompok dalam bentuk print out komputer. Dikumpulkan pada
pertemuan berikutnya.
2. Peserta didik mengumpulkan NKP Dalam bentuk tulisan tangan,
minimal 4(empat) halaman, dikumpulkan paling lambat 2(dua)
hari setelah materi pelajaran selesai diajarkan.

Lembar Kegiatan

--------------

KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER 5


HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

FILOSOFI KEPEMIMPINAN

A. Pengertian Kepemimpinan.

1. Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua


hal pokok yaitu : Pemimpin sebagai subjek, dan yang
dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung
pengertian mengarahkan, membina atau mengatur,
menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi.
Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik
maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari
yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah
dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di
dalam menjalankan kepemimpinannya.
Arti istilah Kepemimpinan :
a. Orang atau kelompok orang yang memimpin.
b. Seluruh usaha memimpin.
c. Kemauan/kemahiran seorang dalam memimpin.
d. Wibawa sang pemimpin.

2. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi


orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan
juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk
memperoleh konsensus anggota organisasi untuk
melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi
tercapai.

a. Menurut GEORGE TERRY, kepemimpinan adalah


kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau
bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan
kelompok.
b. Menurut CYRIEL O'DONNELL, kepemimpinan adalah
mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam
mencapai tujuan umum.
c. Menurut Prof. Dr. SONDANG P. SIAGIAN,
kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk
mempengaruhi perilaku orang-orang agar
bekerjasama menuju kepada suatu tujuan tertentu
yang mereka inginkan bersama.
d. Menurut ORDWAY TEAD, leadhershipis the activity
of influencing people to cooperate toward some goal
which come to find desirable, yang artinya bahwa
kepemimpinan adalah aktivitas.

6 KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER


HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e. mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama


untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka
inginkan.
f. Menurut FRANKLIN S. HAIMAN, leadhership is an
effort on his.
g. put direct behavior of others toward a particular end
yang artinya.
h. bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha untuk
mengarahkan perilaku orang lain guna mencapai
tujuan khusus.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas :
a. Kemampuan mempengaruhi kelompok/orang-orang
menuju pencapaian tujuan/sasaran.
b. Kekuatan dinamis yang memotifasi dan
mengkoordinasikan organisasi dalam menyelesaikan
tujuan/sasaran.
c. Suatu tindakan yang menyebabkan orang lain
bertindak atau menanggapi dengan arah bersama.
d. Seni mempengaruhi dengan ajakan.
e. Suatu proses pengaruh.
f. Memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan. g.
Untuk mencapai tujuan manajer.
Sehingga jika dilihat pada konteks kepemimpinan hal yang
saling terkait adalah adanya unsur kader penggerak,
adanya peserta yang digerakkan, adanya komunikasi,
adanya tujuan organisasi dan adanya manfaat yang tidak
hanya dinikmati oleh sebagian anggota.

3. Arti memimpin
Memimpin adalah mengantar seorang atau sekelompok
orang ketujuan dengan menggunakan sarana yang ada
dan berpegang pada tata susila bersama. Pemimpin dapat
dikatakan sebagai pemberi ilham Pendorong, Penggerak,
Perintis Jalan menuju Tujuan. Sedangkan Sarana adalah
Benda Non Benda dan Tata susila adalah Pedoman
Perilaku.

4. Arti Pemimpin
Pemimpin artinya orang yang memimpin, sifatnya lebih
umum dan bisa dalam institusi formal bisa juga dalam
kehidupan masyarakat sehari- hari. Jadi seorang pemimpin
belum tentu memiliki posisi sebagai pimpinan. Pemimpin
adalah Mengkaji masa lampau, menelaah masa kini serta
memperkirakan masa depan.

5. Arti Pimpinan
Pimpinan adalah orang yang diberi jabatan dalam suatu
institusi formal (pemerintahan, perusahaan, orpol, ormas)
KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER 7
HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

melalui semacam surat keputusan oleh eselon yang lebih


tinggi di atasnya. Seorang pimpinan belum tentu memiliki
watak sebagai seorang pemimpin.

6. Kekuatan Pemimpin
Kekuatan pemimpin ada pada wewenang dan wibawa
yang dimilikinya. Wewenang merupakan hak/kekuasaan
yang diperoleh baik formal maupun non formal. Sedangkan
wibawa adalah bobot kepribadian yang membuat orang
menghargainya (Kemampuan, keterampilan, kecerdasan
etika).

B. Teori Kepemimpinan

Pada dasarnya teori-teori kepemimpinan mencoba


menerangkan faktor-faktor yang terlibat dalam pemunculan
kepemimpinan dan sifat dasar dari kepemimpinan itu sendiri.
Ada tiga jenis teori yang mendasari pada teori-teori
kepemimpinan yaitu :

1. Teori Genetis (Keturunan).


Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor
made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat).
Para penganut aliran teori ini mengetengahkan
pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi
pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat
kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun
seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi
pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin.
Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini
tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.

2. Teori Sosial.
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada
satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi
lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “leader are
made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik
bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti
teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan
pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa
menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan
pengalaman yang cukup.

3. Teori Ekologis.
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya
mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap
kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori
yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa
seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang
8 KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER
HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat


tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang
teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk
dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-
segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat
dikatakan merupakan teori yang paling mendekati
kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih
mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan
secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya
sosok pemimpin yang baik.
Jenis, gaya, dan ciri yang menandai perkembangan
kepemimpinan masa lalu dapat dilihat dari pengetahuan
atau pun teori kepemimpinan yang berkembang dalam
kurun waktu tersebut. Abad 20 baru saja berlalu. Kita
dapat mencatat sejarah kemanusiaan yang penuh
dinamika perubahan di abad itu; termasuk perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, tak terkecuali
perkembangan pengetahuan tentang paradigma
kepemimpinan yang dapat meliputi gaya kepemimpinan,
tipologi kepemimpinan, model-model kepemimpinan, dan
teori-teori kepemimpinan. Sekalipun secara konseptual
pada ketiganya terdapat perbedaan, namun sebagai
telahaan mengenai substansi yang sama akan terdapat
korelasi bahkan interdependensi antar ketiganya.

C. Peran Kepemimpinan (The Vision Role)

1. Sebagai Visioner.
Peran ini merupakan peran di mana seorang pemimpin
harus bisa memberikan wawasan kedepan, meyakinkan
gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih
pada masa depan, dan melibatkan orang-orang dari “get-
go.” Hal ini bagi para ahli dalam studi dan praktek
kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan.
Sebagai visioner, seorang pemimpin menyampaikan visi,
mengkomunikasikan nya, memotivasi pekerja dan rekan,
serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan
merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi
pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha
menuju masa depan.

2. Sebagai commander dalam membagun organisasi.


Seorang yang dapat melakukan secara keseluruhan yang
berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan dan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Jadi
dalam peran commander dalam suatu organisasi dapat di
sebut juga sebagai pimpinan yang strategis yaitu bahwa
seserang yang merencanakan serangkaian maneuver
yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun
KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER 9
HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang tak kasat mata untuk menjamin keberhasilan


mencapai tujuan.

3. Sebagai Motifator
Seseorang yang memberikan motifasi/semangat baik
kepada individu, organisasi atau perusahaan dengan
tujuan dapat meningkatkan semangat dan kualitas hidup,
dan bagi perusahaan maupun organisasi mereka
dibutuhkan saat trauma, coching atau counseling, menjadi
seorang motifator tidaklah mudah ia harus tahu bagaimana
menarik simpati orang dengan kata-katanya.

4. Sebagai guru
Menurut pepatah jawa Guru adalah digugu dan ditiru yang
berarti bahwa guru merupakan sosok yang menjadi
panutan bagi siswanya dan masih ada banyak pepatah
yang berhubungan dengan guru lainnya walaupu intinya
sama. Saat ini sosok guru sudah ikut ” ter reformasi ” Guru
dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang selalu
berkembang dan mengikuti kemajuan jaman. Sudah tidak
waktunya lagi guru yang kaku, memiliki pengetahuan
terbatas, dan tidak mau terbuka dengan kemajuan
teknologi.

5. Sebagai Orang Tua (Ayah & ibu)


Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari
Ayah dan Ibu, dan merupakan hasil dari sebuah
perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah
keluarga. Orang memiliki tanggung jawab untuk mendidik,
mengasuh dan membimbing anak- anaknya untuk
mencapai tahapan tertentu yang menghaturkan anak untuk
siap dalam kehidupan bermasyarakat.
Orang tua adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu
ibu dan bapak, ibu dan bapak yang mengasuh dan telah
membiimbing anaknya dengan cara memberikan contoh
yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu
juga orang tua yang telah memperkenalkan anaknya
kedalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab
secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh
anak. Karena orang tua adalah pusat kehidupan Maka
pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah
kehidupan rohani si anak, dan sebagai penyebab
berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi
anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh
sikapnya terdapat orang tuanya di permulaan hidupnya
dahulu.
Jadi orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan
yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-
anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada
10 KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER
HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

disampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya


dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya,
apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik dan
penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula-
mula dikenal anak yang menjadi temannya dan yang
pertama untuk dipercayainya.

6. Sebagai Panutan
Seorang pemimpin merupakan serang panutan (public
figure), manusia bermoral, manusia yang pemikiran dan
perbuatannya selalu sinkron, konsisten selama hayatnya
dan hasil nyata dari perilakunya sesuai dengan uraikan
tersebut diatas. Tidak selayaknya manusia disebut
manusia panutan apabila tidak ada konsistensinya dalam
sikap dan perbuatan, rasa tanggung jawab yang tinggi baik
terbuka maupun dalam kelakuan dan tindakan pribadi
(privasi) apabila nyatanya semua itu bahkan bertentangan
dengan kaidah etika (moral). Kalau kebohongan
tersembunyi ini sampai terjadi, walau dikamuflase dengan
tutur kata dan perilaku yang seolah-olah penuh
keteladanan dan mulia, maka tidak layak orang yang
demikian digelari ”Manusia Panutan ”

7. Sebagai Teman
Teman yaitu seseorang yang menyukaimu, seseorang
dengan siapa kamu dapat menjadi diri sendiri, yang
menghargai kebaikan-kebaikanmu, tidak keberatan
dengan kekuranganmu dan melihat kelebihan-kelebihan
dalam diriimu. Dengan teman bisa dapat berbagi tawa,
berbagi kesuksesan maupun kekecewaan dan macam-
macam persoalan besar maupun kecil.
Seorang Teman yang dapat memahami perasaanmu tanpa
diucapkan, seseorang yang dekat denganmu dan
memaafkanmu. Seseorang yang selalu membesarkan hati
dan tidak pernah membuatnya merasa kecil. Teman
adalah seorang yang membuatmu merasa bahwa dunia ini
indah.

8. Sebagai Hakim
Hakim adalah aparat penegak hukum/pejabat peradilan
negara yang memberi wewenang oleh undang-undang
untuk mengadili/memutus suatu perkara terhadap orang
yang dianggap bersalah. Hakim bisa diartikan juga sebagai
orang yang pandai, budiman dan ahli, orang yang bijak.

9. Menyampaikan Informasi
Seorang pemimpin berperan sebagai media komunikasi
untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan atau
menyebarkan dan menyampaikan informasi. Dalam
menyampaian informasi pada lingkungan sekitarnya dapat
KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER 11
HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

secara langsung berkomunikasi, melalui media cetak,


elektronika, teknologi telekomudikasi yang semakin
berkembang, semakin cepat, tepat, akurat, mudah efektif
dan efisien.

D. Sifat-sifat kepemimpinan

Para pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut :


1. Jujur (kenyataan, kebenaran, tulus, lurus hati, tidak
berbohong).
2. Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan
seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia
semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak
secara generalis.
3. Sikap yang inkuisitif atau rasa ingin tahu yang tinggi,
merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua hal:
pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan
yang dimiliki, kedua, kemauan dan keinginan untuk
mencari dan menemukan hal-hal yang baru.
4. Kemampuan analitik, Efektifitas Kepemimpinan seseorang
tidak lagi pada kemampuannya melaksanakan kegiatan
yang bersifat teknis operasional, melainkan pada
kemampuannya untuk berpikir. Cara kemampuan berpikir
yang diperlukan adalah yang integralistik, strategik dan
berorientasi pada pemecahan masalah.
5. Daya ingat yang kuat, pemimpin harus mempunyai
kemampuan intelektual yang berada diatas kemampuan
rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk
kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
6. Kapasitas Integratif, pemimpin harus menjadi seorang
integrator dan memiliki pandangan holistic mengenai
organisasi.
7. Keterampilan berkomunikasi secara efektif. Fungsi
komunikasi dalam organisasi antara lain : fungsi motifasi,
fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan
fungsi pengawasan.
8. Keterampilan mendidik, memiliki kemampuan
menggunakan kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya
dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
9. Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial
seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk
membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil
pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam
organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi
dengan pihak-pihak yang berkepentingan diluar organisasi
tersebut.

12 KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER


HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

10. Objektivitas, Pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut


berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para
bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan seorang
pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada
kemampuannya bertindak secara obyektif.
11. Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang
pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai
berikut: pertama, kemampuan menentukan tujuan dan
sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk
mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran
yang realistik tanpa melupakan idealisme. Kedua,
menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup tidak
selalu meraih hasil yang diharapkan.
12. Kemampuan menentukan priorias. Biasanya yang menjadi
titik tolak strategik organisasional adalah SWOT.
13. Kemampuan membedakan hal yang urgen dan yang
penting.
14. Naluri yang tepat, kemampuannya untuk memilih waktu
yang tepat untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.
15. Rasa kohesi yang tinggi, senasib sepenanggungan,
keterikatan satu sama lain.
16. Rasa relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu
berpikir dan bertindak sehingga hal-hal yang dikerjakannya
mempunyai relevansi tinggi dan langsung dengan usaha
pencapaian tujuan berbagai sasaran organisasi.
17. Keteladanan, seseorang yang dinilai pantas dijadikan
sebagai panutan dan teladan dalam sikap, tindak-tanduk
dan perilaku.
18. Menjadi pendengar yang baik.
19. Adaptabilitas. Kepemimpinan selalu bersifat situasional,
kondisional, temporal dan spatial.
20. Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara
berpikir, cara bertindak, sikap dan prilaku agar sesuai
dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi
tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut
seseorang.
21. Ketegasan.
22. Keberanian.
23. Orientasi masa depan.
24. Sikap yang antisipatif dan proaktif.

E. Jenis-jenis Kepemimpinan

Ada beberapa Jenis yang paling umum didalam Kepemimpinan


antara lain :

1. Kepemimpinan Formal
Orang yang oleh organisasi/lembaga tertentu ditunjuk
KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER 13
HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sebagai pemimpin Berdasarkan keputusan dan


pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan
dalam struktur organisasi.
ciri-ciri Kepemimpinan Formal :
a. Masa jabatan tertentu, atas dasar legalitas formal
oleh pihak berwenang.
b. Sebelum pengangkatan dia harus terlebih dahulu
memenuhi beberapa persyaratan formal.
c. Didukung oleh organisasi formal untuk menjalankan
kewajibannya, karena itu dia selalu memiliki atasan.
d. Mendapat balas jasa materiil dan immateriil.
e. Bisa mencapai promosi, dan dapat dimutasi.
f. Dapat dikenai sanksi atau hukuman apabila
melakukan kesalahan.

2. Kepemimpinan Informal
Orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal
sebagai pemimpin, namun karena dia memiliki sejumlah
kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang
yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku
kelompok.
Ciri-ciri kepemimpinan informal :
a. Tidak ditunjuk secara formal.
b. Diakui sebagai pemimpin oleh kelompok rakyat atau
masyarakat.
c. Tidak mendapatkan dukungan dari suatu organisasi
formal.
d. Biasanya tidak mendapat imbalan balas jasa, atau
imbalan jasa diberikan secara sukarela.
e. Tidak dapat di promosi, dimutasi, dan tidak memiliki
atasan.
f. Tidak perlu memenuhi persyaratan formal tertentu.
g. Apabila dia melakukan kesalahan dia tidak dapat
dihukum.
Hanya saja respek orang terhadap dirinya jauh
berkurang, tidak diakui, atau ditinggalkan oleh
massanya.

F. Gaya/Tipe Kepemimpinan

Keberhasilan seorang pemimpin dalam suatu organisasi tidak


lepas dari bagaimana gaya/tipe kepemimpinan yang
digunakannya. Ada beberapa gaya/tipe kepemimpinan, yaitu :

1. Otoriter/Otokratis.
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang
memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut, menganggap

14 KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER


HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

organisasi sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan


pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan
sebagai alat semata-mata, tidak mau menerima kritik,
saran dan pendapat, terlalu tergantung kepada kekuasaan
formalnya, dalam tindakan penggerakkannya sering
mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur
paksaan dan bersifat menghukum.

2. Militeristis.
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud
dari seorang pemimpin gaya militerisme berbeda dengan
seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin
yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang
memiliki sifat-sifat berikut yaitu dalam menggerakan
bawahan/anak buah sistem perintah yang lebih sering
dipergunakan,dalam menggerakkan bawahan senang
bergantung kepada pangkat dan jabatannya,senang pada
formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang
tinggi dan kaku dari bawahan, sukar menerima kritikan dari
bawahannya, menggemari upacara-upacara untuk
berbagai keadaan.

3. Paternalistis.
Tipe pemimpin ini umumnya terdapat pada masyarakat
tradisional dimana popularitas pemimpin yang paternalistik
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
karena kuatnya ikatan “primordial” atau adat istiadat
maupun hubungan pribadi yang intim. Persepsi seorang
pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam
kehidupan organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh
harapan bawahan kepadanya. Harapan bawahan berwujud
keinginan agar pemimpin mampu berperan sebagai bapak
yang bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai
tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk,
memberikan perhatian terhadap kepentingan dan
kesejahteraan bawahannya.
Pemimpin yang paternalistik mengharapkan agar legitimasi
kepemimpinannya merupakan penerimaan atas
peranannya yang dominan dalam kehidupan
organisasional. Seorang pemimpin paternalistis ialah
menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak
dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective),
jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya
untuk mengambil keputusan, jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.

KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER 15


HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4. Demokratis.
Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia
sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap
kelompok/organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis
diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung
dan penyelamat dan perilaku yang cenderung memajukan
dan mengembangkan organisasi/kelompok. Di samping itu
diwujudkan juga melalui perilaku kepemimpinan sebagai
pelaksana (eksekutif).
Dengan didominasi oleh ketiga perilaku kepemimpinan
tersebut, berarti gaya ini diwarnai dengan usaha
mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusiawi
(human relationship) yang efektif, berdasarkan prinsip
saling menghormati dan menghargai antara yang satu
dengan yang lain. Pemimpin memandang dan
menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai
subjek, yang memiliki kepribadian dengan berbagai
aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak,
kemampuan, buah pikiran, pendapat, minat/perhatian,
kreativitas, inisiatif, dan lain-lain yang berbeda-beda antara
yang satu dengan yang lain selalu dihargai dan disalurkan
secara wajar.
Berdasarkan prinsip tersebut di atas, dalam gaya
kepemimpinan ini selalu terlihat usaha untuk
memanfaatkan setiap orang yang dipimpin. Proses
kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan
kesempatan yang luas bagi anggota kelompok/organisasi
untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Partisipasi itu
disesuaikan dengan posisi/jabatan masing- masing, di
samping memperhatikan pula tingkat dan jenis
kemampuan setiap anggota kelompok/organisasi. Para
pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk pimpinan,
memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab,
yang sama atau seimbang pentingnya bagi pencapaian
tujuan bersama. Sedang bagi para anggota kesempatan
berpartisipasi dilaksanakan dan dikembangkan dalam
berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing,
dengan mendorong terwujudnya kerja sama, baik antara
anggota dalam satu maupun unit yang berbeda. Dengan
demikian berarti setiap anggota tidak saja diberi
kesempatan untuk aktif, tetapi juga dibantu dalam
mengembangkan sikap dan kemampuannya memimpin.
Kondisi itu memungkinkan setiap orang siap untuk
dipromosikan menduduki posisi/jabatan pemimpin secara
berjenjang, bilamana terjadi kekosongan karena pensiun,
pindah, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain.
Kepemimpinan dengan gaya demokratis dalam mengambil
keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang
diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-
16 KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER
HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap


keputusan tidak dirasakan sebagai kegiatan yang
dipaksakan, justru sebaliknya semua merasa terdorong
mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama.
Setiap anggota kelompok/organisasi merasa perlu aktif
bukan untuk kepentingan sendiri atau beberapa orang
tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama.
Aktivitas dirasakan sebagai kebutuhan dalam mewujudkan
partisipasi, yang berdampak pada perkembangan dan
kemajuan kelompok/organisasi secara keseluruhan.Tidak
ada perasaan tertekan dan takut, namun pemimpin selalu
dihormati dan disegani secara wajar.Pengetahuan tentang
kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin
yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi
modern.
Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki
karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan
bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia
itu adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha
mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi
dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada
bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan
bahkan kritik dari bawahannya, selalu berusaha
mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha
mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang
seluas- luasnya kepada bawahannya untuk berbuat
kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu
tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani
untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk
menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan
berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya
sebagai pemimpin.

5. Laissez Fair.
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang
kecil di mana para bawahannya yang secara aktif
menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang
dihadapi. (bersifat terserah pada anak buah, (safety
Player). Seorang pemimpin yang laissez faire
beranggapan bahwa anggota atau bawahan sudah
mengetahui dan cukup dewasa untuk taat pada peraturan
yang berlaku.
Seorang pemimpin yang laissez faire cenderung memilih
peran yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan
menurut temponya sendiri. Nilai yang dianutnya biasanya
bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia pada dasarnya
memiliki rasa solidaritas, mempunyai kesetiaan, taat pada
norma, bertanggung jawab.

KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER 17


HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Nilai yang tepat dalam hubungan atasan bawahan adalah


nilai yang didasarkan pada saling mempercayai yang
besar. Bertitik tolak dari nilai tersebut, sikap pemimpin
laissez faire biasanya permisif, dalam arti bahwa para
anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan
keyakinan dan bisikan hati nuraninya demi kepentingan
bersama serta memberlakukan bawahan sebagai rekan
sekerja, hanya saja kehadirannya sebagai pemimpin
diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki
organisasi.

6. Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik
yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat
sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar
dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan
secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi.
Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang dianut, sikap,
dan perilaku serta gaya yang digunakan pemimpin itu.

G. Prinsip-prinsip Pemimpin

Ada prinsip-prinsip dasar pemimpin yaitu STMJ yang dimaksud


STMJ disini bukan berarti suatu minuman yang berbahan susu,
telor, madu dan jahe melainkan 4 prinsip dasar yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin. Yang dimaksud dari STMJ
tersebut adalah :
1. “S” adalah sadar.
Sadar kalo pemimpin itu amanat Tuhan yang dititipkan
melalui rakyat. Karena itu semua yang dilakukan harus
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bukan
segelintir elete.
2. “T” adalah Tau
Artinya tahu masalah sekaligus tahu masalah dan
sekaligus tahu solusinya. Kalau tidak tahu masalah dan
solusi sekaligus, itu bukan pemimpin namanya.
3. “M” adalah berarti Mau
Mau mengeksekusi solusi dengan berbagai resiko yang
harus dihadapi. Seorang pemimpin jangan sampai
berprinsip no enemy hanya karena takut keputusan yang
dibuatnya mengecewakan pihak tertentu.
4. “J” adalah Jaminan
Jaminan bahwa kepemimpinannya adalah utuh
pengabdiannya kepada rakyat. Tidak ada kepentingan
yang melebihi kepentingan rakyat.

18 KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER


HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Keempat hal yang prinsip diatas sangat tepat dimiliki oleh


seorang pemimpin. Ini bias dijadikan renungan kita bersama
yang lingkungannya diamanahi tanggung jawab sebagai
pemimpin, khususnya pemimpin rakyat.

H. Kunci keberhasilan pemimpin.

1. Visi yang jelas


Visi merupakan pertualangan mental dari dikenal menjadi
misteri, dari realitas kekinian ke pengharapan, mimpi-
mimpi, aspirasi- aspirasi, dan reriko-resiko yang
direferensikan ke depan.
Visi pada intinya adalah pandangan jauh ke depan,
mendalam dan luas yang merupakan daya pikir abstrak
yang memiliki kekuatan amat dahsyat dan dapat
menerobos segala batas-batas fisik, waktu, dan tempat.
(Gaffar, 1995) dalam Danim (2003:81).

2. Misi yang luhur


Misi mempunyai posisi yang sangat penting dalam kajian
kepemimpinan. misi merupakan gambaran umum atau
cetak biru masa depan organisasi yang akan dipimpim
oleh seorang pemimpin dan Misi akan menggerakkan
organisasi menjadi lebih baik. Keunggulan misi yaitu :

a. Organisasi yang digerakkan oleh misi akan lebih


efisien
b. Organisasi yang digerakkan oleh misi akan lebih
efektif dan baik
c. Organisasi yang digerakkan oleh misi akan lebih
fleksibel
d. Organisasi yang digerakkan oleh misi akan
mempunyai semangat lebih tinggi.

3. Keyakinan yang kuat melahirkan arakter yang tangguh


Keyakinan dalam pemimpin adalah prasyarat untuk
mempengaruhi, memotivasi dan memberi inspirasi orang -
untuk melibatkan mereka dalam ingin untuk melakukan
apa yang perlu dilakukan. Misalnya, percaya pada visi atau
misi anda adalah penting untuk melibatkan orang dalam
mengejar itu. Namun dalam kepemimpinan ada resiko
terkait dengan keyakinan yang kuat, untuk kesombongan
dan pembinaan "disensus".
MAX WEBER, bapak sosial modern ilmu pengetahuan,
menunjukkan hubungan antara dua set kebajikan etis-
keyakinan (Gesinnungsethik) dan tanggung jawab
(Verantwortungsethik). mengatakan bahwa keutamaan

KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER 19


HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tanggung jawab adalah di memahami dampak kausal


mungkin

4. Keberanian.
a. Keberanian adalah memiliki kekuatan keyakinan
untuk melakukan hal yang benar ketika itu hanya
akan menjadi lebih mudah untuk melakukan hal yang
benar.
b. Keberanian adalah menemukan kekuatan untuk
bergerak maju dengan adanya rasa takut.
Singkatnya, keterampilan keberanian bukan, itu
adalah keputusan.
c. Pemimpin yang konsisten menunjukkan keberanian
akan berdiri terpisah dari massa, dan mendapatkan
kepercayaan dan loyalitas dari orang-orang yang
dipimpinnya.

I. Perkembangan mutakhir tentang kepemimpinan

1. Kepemimpinan perempuan
Perubahan lingkungan dan pergeseran budaya telah
mempengaruhi dinamika kepemimpinan perempuan. Pada
umumnya pemimpin perempuan cenderung diberikan porsi
pada organisasi perempuan dan sosial. Namun dengan
adanya globalisasi telah merubah paradigma
kepemimpinan ke arah pertimbangan core competence
yang dapat berdaya saing di pasar global. Oleh sebab itu
banyak organisasi berkaliber dunia yang memberikan
kesempatan bagi perempuan yang mampu dan memenuhi
persyaratan kepemimpinan sesuai situasi dan kondisi
sekarang ini.
Hambatan bagi kepemimpinan perempuan lebih banyak
akibat adanya stereotipe negatif tentang kepemimpinan
perempuan serta dari mental (perempuan) yang
bersangkutan. Stereotipe- stereotipe tersebut muncul
sebagai akibat dari pemikiran individu dan kolektif yang
berasal dari latar belakang sosial budaya dan karakteristik
pemahaman masyarakat terhadap gender serta tingkat
pembangunan suatu negara atau wilayah.
Dari hasil temuan, ternyata tidak ditemukan adanya
perbedaan antara gaya kepemimpinan perempuan dengan
laki-laki, walaupun ada sedikit perbedaan potensi
kepemimpinan perempuan dan laki-laki, di mana
keunggulan dan kelemahan potensi kepemimpinan
perempuan dan laki-laki merupakan hal yang saling
mengisi. Begitu juga dengan karakteristik kepemimpinan
perempuan dan laki-laki dapat disinergikan menjadi
kekuatan yang harmonis bagi organisasi yang
20 KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER
HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bersangkutan.
Untuk menduduki posisi kepemimpinan dalan organisasi di
era global, perempuan perlu meningkatkan ESQ dan
memperkaya karakteristik kepemimpinannya dengan
komponen-komponen, antara lain pembangunan mental,
ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial serta
menutupi agresivitasnya menjadi ketegasan sikap, inisiatif,
dan percaya diri akan kompetensinya.

2. Kepemimpinan Dalam Beragam Budaya Dan Negara


Pada kegiatan belajar ini telah anda lihat bahwa terdapat
perbedaan mendasar dari sikap dan perilaku pemimpin
pada berbagai Negara atau budaya. Namun demikian,
terdapat dimensi kepemimpinan yang secara universal
relatif sama yaitu setiap pemimpin diharapkan mampu
proaktif dan tidak otoriter. Di samping itu, terdapat pula
beberapa variasi sikap dan perilaku pemimpin di dalam
kelompok budaya dan di dalam Negara pada berbagai
budaya atau Negara. Demikian pula terdapat perbedaan
sikap dan perilaku pemimpin pada Negara-Negara yang
menganut system nilai berbeda.

3. Kepemimpinan Visioner (Visi jauh kedepan/mimpi/angan-


angan/inspirasi)
Kepemimpinan Visioner adalah kepemimpinan yang
berorientasi pada visi, karena keinginan adanya
perubahan, menggugat kemapanan dan berusaha
menggoyahkan keseimbangan sistem guna merangsang
perubahan. mengembangkan dan melestarikan visi
organisasi adalah menjadi faktor yang mendasar karena
dapat memperbesar kemungkinan berhasil bagi seorang
pemimpin dan organisasi yang dipimpinnya. Visi yang telah
ditetapkan harus diterjemahkan dalam tindakan nyata,
karena visi tanpa tindakan adalah seperti puisi yang
meratapi kemiskinan dan tindakan tanpa visi sama artinya
dengan terjebak dalam kegelapan. oleh sebab itu
kepemimpinan Visioner juga disebut kepemimpinan
Strategis.

4. Kepemimpinan Ahli
Pada era globalisasi, banyak terjadi perubahan dalam
segala sendi kehidupan masyarakat, terutama yang
berhubungan dengan bidang ekonomi perdagangan,
industri, telekomunikasi dan informasi. Dalam masa post
modernism yang sekarang sedang kita jalani, perubahan
paradigma manajemen turut bergerak secara dinamis, dari
paradigma manajemen klasik hingga paradigma post
modernism yang salah satunya diwakili oleh learning
organization dengan pengukuran kinerja balanced score
card yang memperhitungkan pula keterkaitan dengan
KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER 21
HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

lingkungan luar organisasi.


Secara historis, paradigma kepemimpinan tersebut terbagi
dalam beberapa lokus dan fokus keilmuan, yang diwakili
dalam kelompok paradigma aliran wilayah utara, barat,
timur dan global baru. Hal tersebut, dipaparkan dalam
beberapa kategori, antara lain dalam kategori manajer
individual, yang terbagi menjadi manajemen efektif
(Drucker), manajemen perusahaan (Peters), manajemen
kualitas total (Toyota), keahlian diri pada bidang tertentu
(self- mastery), kategori kelompok sosial terbagi menjadi
kerjasama tim yang efektif (Likert), pembagian nilai
(Deal/Kennedy), siklus atau lingkaran kualitas (Sony),
sinergi sosial; kategori organisasi secara keseluruhan yang
terbagi menjadi organisasi yang hirarkis (Chandler),
organisasi jaringan (Handy) organisasi ramping (Honda),
organisasi yang belajar (learning organization), kategori
ekonomi dan masyarakat yang terbagi menjadi
tanggungjawab badan hukum (Chandler), perusahaan
swasta yang mandiri atau bebas (Gilder), modal atau
investasi sumber daya manusia (Ozaka) dan
pembangunan yang berkelanjutan.
Globalisasi juga telah mempengaruhi terjadinya perubahan
paradigma dalam praktik manajemen khususnya
kepemimpinan. Secara garis besar, perbedaaan antara
paradigma lama dan baru dilihat dari aspek-aspek antara
lain berikut ini :

a. Dari aspek tanggung jawab organisasi


Paradigma lama menitikberatkan pada pertanggung
jawaban organisasi tentang lingkungan akibat dari
proses input-proses-output organisasi sedangkan
pada paradigma baru menekankan tanggung jawab
pada pembangunan yang berkelanjutan.

b. Dari aspek tim manajemen


Paradigma lama menekankan struktur dan fungsi
interaksi kelompok untuk mencapai sinergi sosial
dalam mengelola organisasi masing-masing,
sedangkan paradigma baru menitikberatkan pada
struktur dan proses dengan pendekatan learning
organization.

c. Dari aspek kepemimpinan manajemen


Paradigma lama menitikberatkan pada kapasitas
individual manajer dalam memimpin, sedangkan
paradigma baru menekankan keunggulan diri
manajer (self-mastery) dalam memimpin.

22 KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER


HSP - SESPIMMA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman
1. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain
agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal
sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus anggota
organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan
organisasi tercapai.
2. Pada dasarnya teori-teori kepemimpinan mencoba
menerangkanfaktor-faktor yang terlibat dalam pemunculan
kepemimpinan dan sifat dasar dari kepemimpinan itu sendiri
3. Keberhasilan seorang pemimpin dalam suatu organisasi tidak
lepas dari bagaimana gaya/tipe kepemimpinan yang
digunakannya.
4. Ada prinsip-prinsip dasar pemimpin yaitu STMJ yang dimaksud
STMJ disini bukan berarti suatu minuman yang berbahan susu,
telor, madu dan jahe melainkan 4 prinsip dasar yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin. Yang dimaksud dari STMJ
tersebut adalah :“S” adalah sadar “T” adalah Tau “M” adalah
berarti Mau “J” adalah Jaminan

Latihan
1. Jelaskan Pengertian kepemimpinan !
2. Jelaskan Teori kepemimpinan !
3. Jelaskan Peran kepemimpinan (the vision role) !
4. Jelaskan Sifat-sifat kepemimpinan!
5. Jelaskan Jenis-jenis kepemimpinan !
6. Jelaskan Gaya/tipe kepemimpinan !
7. Jelaskan Prinsip-prinsip pemimpin !
8. Jelaskan Kunci keberhasilan pemimpin !
9. Jelaskan Perkembangan mutakhir tentang kepemimpinan !

KEPEMIMPINAN STAF SETINGKAT SATKER 23


HSP - SESPIMMA

Anda mungkin juga menyukai