NRP : C24070022
Departemen : MSP
Salah satu pabrik tekstil yang berlokasi di Propinsi Gorontalo akan mendirikan sebuah Instalasi Pengolahan Air Limbah. Pabrik yang bernama
PT. ALPA 20 tersebut memiliki lahan kosong yang direncanakan untuk pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah. Sebelum disain tentang
Instalasi Unit-unit pengolahan air limbah, maka terlebih dahulu dilakukan :
- Plant Survey Pabrik PT ALPA 20 adalah pabrik tekstil yang menghasilkan bahan buangan berupa limbah cair dengan kandungan bahan
organik yang sangat tinggi
- Wastewater characterization COD, BOD, TSS dan pH
- Treatibility study Kajian menunjukkan bahwa air limbah dapat diolah
- Global plant design Ada lahan kosong untuk pembangunan IPAL seluas 5000 Ha
- Establishment of the basis of design, Engineering bid package, Detailed engineering, Construction of wastewater treatment plant, Staffing,
training, commissioning and start up, Assistance in operations management.
Limbah cair yang dihasilkan pabrik tersebut berasal dari proses pewarnaan dan buangan kantin. Limbah tersebut diproses dalam tiga tahap besar,
yaitu:
1. Proses primer, yang meliputi penyaringan dengan saringan kasar dan halus, dan koagulasi yang berfungsi untuk mengikat partikel warna
dan koloid lainnya.
2. Proses sekunder, yang meliputi proses biologis menggunakan sistem lumpur aktif dengan aerasi dan sedimentasi.
3. Proses tersier, yang bertujuan untuk menjernihkan air.
MODEL PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEKSTIL PT ALPA 20
PT ALPA 20
(Pabrik) Screen Grit Removal Oil Trap Flow Control
Bak
Ekualisasi Koagulasi 1st Clarifier Neutralization
CARA PERHITUNGAN :
2. Menghitung jumlah bahan dan biaya yang dibutuhkan selama proses pengolahan
berlangsung
Dilakukan jar test dalam skala kecil (di laboratorium). Air sampel limbah
dimasukkan ke dalam gelas ukur (diameter = 10 cm) sebanyak 500 ml. Kemudian 10 ml
alum dicampurkan ke dalam larutan tersebut dan diaduk dengan kecepatan relatif tinggi
dengan menggunakan jar test apparatus. Selama kurang lebih 15 menit, jar test apparatus
dimatikan kemudian ditambahkan kuriflok 10 ml. Selanjutnya diaduk kembali selamma 3
menit dengan dengan kecepatan yang relatif lebih lambat. Setelah 3 menit, jar test
apparatus dimatikan dan ditunggu selama kurang lebih 1 jam hingga endapannya turun ke
dasar gelas ukur. Setelah 1 jam ternyata endapan yang terbentuk mencapai tinggi 2.5 cm.
(pH = 6 dianggap sebagai pH optimum)
Alum =10 ml
Kuriflok =10 ml
Kapur = 2 gram
d = 10 cm K
K
K
Sampel = 500 ml endapan
K 1 jam
h= 2.5 cm
= 2.5 cm x (3.14 x 25 2 )
= 196.25 3
Artinya untuk mengendapkan koloid 196.25 3 dalam air sebanyak 500 ml diperlukan alum
sebanyak 10 ml, kuriflok sebanyak 10 ml, kapur sebanyak 2 gram yang diendapkan selama 3 menit
pada pH 6.
Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, volume total air limbah yang dihasilkan oleh pabrik
ALPA 20 selama satu hari adalah 284420 m3. Karena pengamatan yang dilakukan selam 24 jam,
maka rata-rata volume air limbah yang dihasilkan dalam setiap jam adalah 11851 m3atau 11851 x
106 ml. Sehingga dapat diketahui volume koloid yang dapat diendapkan, yaitu :
1 2
=
1 2
2 = 4651517500 3
2 = 4651517,5 Liter
Instalasi Pengolahan Air Limbah PT ALPA 20 diawali dengan Pengolahan Secara Fisik/Mekanik,
yakni dilakukan penyaringan air limbah dari partikel-partikel atau benda-benda yang berukuran
makro. Kemudian air limbah yang banyak mengandung organik terlarut disalurkan ke bak
Ekualisasi. Berdasarkan percobaan pendahuluan, maka diperoleh pH optimumnya yaitu 6. Sehingga
di bak ekualisasi dilakukan mekanisme penyetaraan pH menjadi 6. Kemudian disalurkan ke bak
koagulasi. Untuk pengolahan air limbah secara kimia diperlukan kapur, alum ferro sulfat
[Fe2(SO4)3] dan kuriflok (flokulan). Dengan komposisi sebagai berikut :
1 2
=
1 2
10 2
=
196,25 3 4651517500 3
4651517500 3 10
2 =
196,25 3
2 = 237020000
Artinya alum optimum yang diperlukan untuk mengendapkan koloid 4651517500 3 dalam
volume air limbah 11851 x 106 ml adalah sebanyak 237020000 .
1 2
=
1 2
10 2
3
=
196,25 4651517500 3
4651517500 3 10
2 =
196,25 3
2 = 237020000
1 2
=
1 2
2 2
=
196,25 3 4651517500 3
4651517500 3 2
2 =
196,25 3
2 = 47404000
Artinya Kapur optimum yang diperlukan untuk mengendapkan koloid 4651517500 3 dalam
volume air limbah 11851 x 106 ml adalah sebanyak 47404000 .
Sehingga, diprediksikan biaya yang dikeluarkan untuk membeli flokulan dan koagulan adalah
sebagai berikut :
Setelah melewati bak Koagulasi kemudian dialirkan ke bak first Clarifier. Di bak first
Clarifier terjadi proses penjernihan yakni TSS akan mengendap. Sebelum disalurkan ke bak
selanjutnya maka dilakukan pengukuran beberapa parameter kualitas air. Data yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Pengukuran Beberapa Parameter Kualitas Air Limbah PT ALPA 20
Sehingga perlu dilakukan pengolahan air secara biologi di bak Aerasi. Pengolahan biologi
yakni dengan proses lumpur aktif (Activated Sludge). Proses lumpur aktif merupakan suatu teknik
pengolahan air limbah secara biologi, yaitu dimana campuran air limbah dan lumpur biologi
(mikroorganisme) diaduk dan diaerasi (Suryadiputra, INN).
Biang (mikroorganisme) yang digunakan dalam pengolahan biologi ini diperoleh PT ALPA
20 dari kerjasama dengan sebuah perusahaan yang melakukan kultur biang. Harga biang per kg
adalah Rp 10000. Berdasarkan uji pendahuluan diperoleh data bahwa lamanya aerasi optimum air
limbah adalah 8 m3 udara setiap 1 m3 air limbah. (Asumsi: jika aerasi dilakukan 8 jam secara
kontinyu oleh 5 aerator seperti pada gambar, ukuran aerator yang digunakan sama)
water
Jika diketahui bahwa debit air limbah yang masuk bak aerasi adalah 300 m3 maka dapat
ditentukan berapa volume udara yang dibutuhkan dalam aerasi.
1 2
=
1 2
1 3 /jam 300 3 /jam
=
8 3 2
300 3 / 8 3
2 =
1 3 /
2 = 2400 3
Artinya untuk mengaerasi 300 3 / air limbah di bak aerasi membutuhka udara 2400 3.
Jika diketahui sebelumnya bahwa untuk mengahasilkan udara 8 3 udara diperlukan aerator
sebanyak 5 buah. Maka untuk menghasilakan udara 2400 3 diperlukan aerator sebanyak 1500
buah. Dengan perhitungan sebagai berikut :
1 2
=
1 2
5 2
3
=
8 2400 3
2400 3 5
2 =
8 3
2 = 1500
Artinya untuk menghasilkan udara sebesar 2400 3 selama 8 jam dibutuhkan aerator sebanyak
1500 buah (Catt : Aerator hidup secara kontinyu selama 8 jam, Asumsi : ukuran aerator yang
digunakan sama)
Jika diketahui bahwa untuk menggerakkan 1 buah aerator membutuhkan energi 10 watt (1 watt= Rp
2500), maka untuk menggerakkan 1500 buah aerator dibutuhkan biaya sebesar
1 10 2500 = 25000 8 .
Artinya, dalam sehari dibutuhkan 3 25000 = 75000 untuk membayar biaya operasi
aerator. (Asumsi : aerator bekerja selama 24 jam non stop)
Jika diektahui debit air limbah yang memasuki bak aerasi adalah 300 3 / dan nilai BOD5
dalam air limbah yang hendak memasuki bak aerasi adalah 1000 mg/l (Volume bak aerasi = 5000
m3), maka untuk meperoleh F/M rasio yang optimum (diketahui F/M optimum = 0.3) maka
diperlukan MLVSS sebagai berikut:
5
=
5
=
300 3 / 1000mg/liter
=
0.3 5000 3
Artinya dalam setiap jam diperlukan konsentrasi mikroba sebanyak 200 mg/liter. Jika diketahui
dalam 1 jam volume air yang masuk 300 3 = 300000 liter, maka MLVSS yang dibutuhkan
adalah 200 mg x 300000 = 60000000 mg setiap jam. Seandainya harga 1 kg biang (mikroba)
adalah Rp 5000, maka biaya yang harus dikeluarkan pabrik tersebut untuk membeli biang (mikroba)
adalah :
= 60000000 mg = 60 kg
Setelah dari di bak aerasi kemudian dialirkan ke bak 2nd Clarifier. Jika kadar MLSS yang
berasal dari pengolahan limbah dengan lumpur aktif, dan aliran yang sebesar 3500mg/l dan aliran
yang masuk ke dalam bak 2nd Clarifier diketahui 0.5 m3 per detik (0.25 m3 /detik berasal dari aliran
lumpur balik & 0.25 m3/detik dari aliran limbah itu sendiri) maka dapat ditentukan ukuran tangki
2nd Clarifier adalah sebagai berikut :
Dengan menggunakan asumsi laju aliran yang tepat adalah sebesar 55m/hari.
Flow Rate
=
Flow Rate
=
m3
0.25 x 86400 detik/hari
= detik
55 /
= 392.7273 m3
= 2
392.7273 m3 = 3.14 x 2
392.7273 m3
2 =
3.14
2 = 125.0724
Maka menurut JCWPCF & ASCE, waste water treatment plant design, Manual of Practise 8
dalam Suryadiputra, INN kedalaman dinding tangki 2nd Clarifier yaitu minimal 3.7 meter. Dan
dianjurkan 4 meter.
(Note : Flow Rate yang dipakai adalah flow rate yang meninggalkan tangki lewat permukaan)
Kemudian dilakukan kembali pengukuran parameter kualitas air, dan diperoleh data
pengamatan sebagai berikut :
Baku
Parameter Satuan Nilai Status
Mutu
BOD mg/l 190 200 Memenuhi
pH - 7 6-9 Memenuhi
Karena telah memenuhi baku mutu maka dialirkan ke dalam bak Quality Control untuk mengontrol
pegaruhnya terhadap biota perairan seperti ikan dan tanaman air sebelum kemudian di buang ke a
lam.
Lumpur kimia yang dihasilkan pada 1st Clarifier tidak langsung di buang ke alam, karean
dikhawatirkan mengandung bahan kimia yang membahayakan organisme sekitar. Sehingga
disalurkan ke proses screen sludge dan seterusnya kemudian diolah dan dijadikan bahan bangunan.
Sedangkan lumpur yang dihasilkan dari bak 2nd Clarifier sebagian dibuang dan sebagian lagi
dikembalikan untuk mempertahankan konsentrasi lumpur aktif.
Volume lumpur yang dihasilkan dari proses tersebut belum lumpur murni, karena lumpur
masih mengandung air. Sehingga lumpr dipress terlebih dahulu. Jika diketahui % konsentrasi
lumpur adalah 0.05, Specific Grafity Lumpur Ssl=1.05 dan berat lumpur yang dihasilkan per hari
adalah 3270 kg, maka volume lumpur adalah dapat dicari dengan cara sebagai berikut :
kg
berat lumpur ( )
= hari
1000
Ssl x %
3
3270 kg /hari
=
1000
1.05 0.05
3
Artinya dalam 1 hari pabrik tersebut mampu menghasilkan lumpur 62.2857 m3. Jika harga lumpur
Rp 15.000 per 3 maka dalam satu hari mampu menghasilkan uang sebanyak Rp 934.000.
Note :
Perhitungan, penentuan harga dan asumsi-asumsi di atas hanya merupakan estimasi dan perhitungan
secara sederhana yang dilakukan oleh penulis.