LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS REFERAT
KERATITIS
Disusun oleh:
Anisa Nur Fitria
G1A013013
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
para pengikut setianya.
Terima kasih penulis sampaikan kepada para pengajar, fasilitator, dan
narasumber SMF Ilmu Penyakit Mata, terutama dr. Yulia Fitriani, Sp.M selaku
pembimbing penulis. Penulis menyadari referat ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga referat ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan dan dapat
dijadikan pelajaran bagi yang membacanya.
Penulis
4
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keratitis merupakan suatu proses peradangan kornea yang dapat
bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain bakteri, jamur, virus atau karena alergi-imunologi. Keratitis dapat
dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan kedalaman lesi pada kornea
(tempatnya), penyebab dan bentuk klinisnya. Variasi geografi yang luas
dari epidemiologi keratitis bakteri dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan
iklim. Keratitis jamur terhitung sebanyak 50% dari seluruh kasus dari kultur
keratitis di beberapa negara berkembang (Ilyas, 2009).
Berdasarkan tempatnya keratitis secara garis besar dapat dibagi
menjadi keratitis pungtata superfisialis, keratitis marginal dan keratitis
interstitial. Berdasarkan penyebabnya keratitis digolongkan menjadi
keratitis bakterialis, keratitis fungal, keratitis viral, keratitis akibat alergi.
Kemudian berdasarkan bentuk klinisnya dapat dibagi menjadi keratitis sika,
keratitis flikten, keratitis nurmularis dan keratitis neuroparalitik (Ilyas,
2009).
Gejala umum keratitis adalah visus turun perlahan, mata merah, rasa
silau, dan merasa ada benda asing di matanya. Gejala khususnya tergantung
dari jenis-jenis keratitis yang diderita oleh pasien. Gambaran klinik masing-
masing keratitis pun berbeda-beda tergantung dari jenis penyebab dan
tingkat kedalaman yang terjadi di kornea, jika keratitis tidak ditangani
dengan benar maka penyakit ini akan berkembang menjadi suatu ulkus yang
dapat merusak kornea secara permanen sehingga akan menyebabkan
gangguan penglihatan bahkan dapat sampai menyebabkan kebutaan
sehingga pengobatan keratitis haruslah cepat dan tepat agar tidak
menimbulkan komplikasi yang merugikan di masa yang akan datang
terutama pada pasien yang masih muda (Ilyas, 2009).
6
B. Definisi
Keratitis adalah peradangan kornea yang dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri, jamur, virus atau suatu proses alergi-imunologi. Keratitis
adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan menurun.
Infeksi pada kornea biasanya diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang
terkena, yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel atau
membran bowman dan keratitis profunda atau interstisialis apabila sudah
mengenai lapisan stroma (Ilyas, 2009).
C. Etiologi
Penyebab keratitis bermacam-macam. Bakteri, virus dan jamur
dapat menyebabkan keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes
simplex tipe 1. Selain itu penyebab lain adalah kekeringan pada mata,
pajanan terhadap cahaya yang sangat terang, benda asing yang masuk ke
mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata,
debu, polusi atau bahan iritatif lain, kekurangan vitamin A dan penggunaan
lensa kontak yang kurang baik (Mansjoer, 2001).
D. Epidemiologi
Variasi geografi yang luas dari epidemiologi keratitis bakteri
dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan iklim. Keratitis jamur terhitung
sebanyak 50% dari seluruh kasus dari kultur keratitis di beberapa negara
8
E. Patofisiologi
Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya
mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea mengalami cedera,
stroma yang avaskuler dan membrane bowman mudah terinfeksi oleh
9
F. Klasifikasi
Berdasarkan tempatnya keratitis secara garis besar dapat dibagi
menjadi keratitis pungtata superfisialis, keratitis marginal dan keratitis
interstitial. Berdasarkan penyebabnya keratitis digolongkan menjadi
keratitis bakterialis, keratitis fungal, keratitis viral, keratitis akibat alergi.
Kemudian berdasarkan bentuk klinisnya dapat dibagi menjadi keratitis sika,
keratitis flikten, keratitis nurmularis dan keratitis neuroparalitik (Ilyas,
2009).
1. Keratitis berdasarkan penyebabnya, diantaranya :
11
a. Keratitis Bakterialis
Bakteri penyebab keratitis diantaranya adalah Staphylococcus,
Streptococcus, Pseudomonas dan Enterobakteriacea. Adapun
faktor predisposisi yang dapat mengakibatkan keratitis adalah
pemakaian kontak lens, trauma, kontaminasi obat tetes.
c. Keratitis Viral
Keratitis Pungtata Superfisial dengan gambaran Infiltrat halus
bertitik-titik pada dataran depan kornea yang dapat terjadi pada
herpes simpleks, herpes zoster, infeksi virus, vaksinia dan trakoma.
Keratitis terkumpul di daerah membran Bowman, bilateral dan
kronis tanpa terlihat kelainan konjungtiva. Jenis Keratitis Virus:
Keratitis herpetik, Keratitis dendritik, Keratitis Disformis, Infeksi
Herpes Zoster, Keratokonjuntivitis Epidemi.
1) Keratitis Herpetik
Disebabkan herpes simpleks dan herpes zoster. Keratitis karena
herpes Simpleks dibagi 2 bentuk : Epitelial adalah Keratitis
dendritik. Pada epitelial terjadi pembelahan virus di dalam sel
epitel yang mengakibatkan kerusakan sel dan membentuk tukak
kornea superfisial.Pengobatan : pada pembelahan virus.
Stromal adalah Keratitis diskiformis. Pada Stromal diakibat
reaksi imunologik tubuh terhadap virus yang menyerang.
Antigen (virus) dan antibodi (tubuh pasien) bereaksi di dalam
stroma kornea dan menarik sel leukosit dan sel radang lainnya.
Sel ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak antigen
(virus) yang juga merusak jaringan stromal di sekitarnya.
Pengobatan : pada virus dan reaksi radangnya. Biasanya infeksi
Herpes Simpleks berupa campuran antara Epitelial dan Stromal.
silau, mata merah dan rasa kelilipan. Pasien diberi air mata buatan,
tobramisin tetes mata dan siklopegik.
Keratitis Pungtata Subepitel: keratitis yang terkumpul di
membran Bowman. Pada keratitis ini biasanya terdapat bilateral dan
berjalan kronis tanpa terlihatnya gejala kelainan konjungtiva
ataupun tanda akut yang biasanya terjadi pada dewasa muda.
c. Keratitis Interstitial
Keratitis yang ditemukan pada jaringan kornea yang lebih
dalam. Seluruh kornea keruh sehingga iris susah dilihat. Keratitis
Interstisial akibat lues kogenital didapatkan neovaskularisasi dalam.
Keratitis interstisial merupakan keratitis nonsuppuratif profunda
disertai neovaskularisasi disebut juga Keratitis Parenkimatosa.
Pasien mengeluh fotofobia, lakrimasi dan menurunnya visus.
Keluhan akan bertahan seumur hidup. Seluruh kornea keruh
sehingga iris sukar dilihat. Permukaan kornea seperti permukaan
kaca. Terdapat injeksi Siliar disertai serbukan pembuluh ke dalam
sehingga memberi gambaran merah kusam yang disebut Salmon
Patch dari Hutchinson. Seluruh kornea dapat berwarna merah
cerah. Keratitis disebabkan sifilis kogenital atau bisa juga oleh
tuberkulosis, trauma. Pengobatan tergantung penyebabnya.
Diberikan juga Sulfas Atropin tetes mata untuk mencegah sinekia
akibat uveitis dan kortikosteroid tetes mata.
G. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, gejala klinik dan hasil
pemeriksaan mata.
1. Anamnesis
Dari hasil anamnesis sering diungkapkan riwayat trauma, adanya
riwayat penyakit kornea, misalnya pada keratitis herpetik akibat infeksi
18
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan diantaranya (Vaughan, 2009) :
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk mengetahui fungsi
penglihatan setiap mata secara terpisah. Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen maupun secara
manual yaitu menggunakan jari tangan.
b. Uji dry eye
Pemeriksaan mata kering (dry eye) termasuk penilaian terhadap
lapis film air mata (tear film), danau air mata ( teak lake ), dilakukan
uji break up time tujuannya yaitu untuk melihat fungsi fisiologik
film air mata yang melindungi kornea. Penilaiannya dalam keadaan
normal film air mata mempunyai waktu pembasahan kornea lebih
dari 25 detik. Pembasahan kornea kurang dari 15 detik
menunjukkan film air mata tidak stabil.
c. Ofthalmoskop
Tujuan pemeriksaan untuk melihat kelainan serabut retina, serat
yang pucat atropi, tanda lain juga dapat dilihat seperti perdarahan
peripapilar.
d. Keratometri (pegukuran kornea)
Keratometri tujuannya untuk mengetahui kelengkungan kornea,
tear lake juga dapat dilihat dengan cara fokus kita alihkan kearah
lateral bawah, secara subjektif dapat dilihat tear lake yang kering
atau yang terisi air mata.
e. Tonometri digital palpasiCara ini sangat baik pada kelainan mata
bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai seperti pada
sikatrik kornea, kornea ireguler dan infeksi kornea. Pada cara ini
diperlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat factor subjektif,
tekanan dapat dibandingkan dengan tahahan lentur telapak tangan
dengan tahanan bola mata bagian superior.
20
H. Penatalaksanaan
1. Medika Mentosa
Tujuan penatalaksanaan keratitis adalah mengeradikasi
penyebab keratitis, menekan reaksi peradangan sehingga tidak
memperberat destruksi pada kornea, mempercepat penyembuhan defek
epitel, mengatasi komplikasi, serta memperbaiki ketajaman
penglihatan. Ada beberapa hal yang perlu dinilai dalam mengevaluasi
keadaan klinis keratitis meliputi: rasa sakit, fotofobia, lakrimasi, rasa
mengganjal, ukuran ulkus dan luasnya infiltrat. Sebagian besar para
pakar menganjurkan melakukan debridement sebelumnya.
Debridement epitel kornea selain berperan untuk pengambilan
spesimen diagnostik, juga untuk menghilangkan sawar epitelial
sehingga obat lebih mudah menembus. Dalam hal ini juga untuk
mengurangi subepithelial "ghost" opacity yang sering mengikuti
keratitis dendritik. Diharapkan debridement juga mampu mengurangi
kandungan virus epithelial jika penyebabnya virus, konsekuensinya
reaksi radang akan cepat berkurang.
Penatalaksanaan pada ketratitis pada prinsipnya adalah
diberikan sesuai dengan etiologi. Untuk virus dapat diberikan
idoxuridine, trifluridin atau acyclovir. Untuk bakteri gram positif
pilihan pertama adalah cafazolin, penisilin G atau vancomisin dan
bakteri gram negatif dapat diberikan tobramisin, gentamisin atau
polimixin B. Pemberian antibiotik juga diindikasikan jika terdapat
secret mukopurulen, menunjukkan adanya infeksi campuran dengan
bakteri. Untuk jamur pilihan terapi yaitu: natamisin, amfoterisin atau
fluconazol. Selain itu obat yang dapat membantu epitelisasi dapat
diberikan.
Namun selain terapi berdasarkan etiologi, pada keratitis ini
sebaiknya juga diberikan terapi simptomatisnya agar dapat memberikan
rasa nyaman dan mengatasi keluhan-keluhan pasien. Pasien dapat
diberi air mata buatan, sikloplegik dan kortikosteroid. Pemberian air
mata buatan yang mengandung metilselulosa dan gelatin yang dipakai
21
I. Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis adalah penipisan
kornea dan akhirnya perforasi kornea yang dapat mengakibatkan
endophtalmitis sampai hilangnya penglihatan atau kebutaan. Beberapa
komplikasi yang lain diantaranya (Roderick, 2009) :
1. Gangguan refraksi
2. Jaringan parut permanent
3. Ulkus kornea
4. Perforasi kornea
5. Glaukoma sekunder
J. Prognosis
Prognosis dari keratitis jamur tergantung dari cepat lambat nya
pasien mendapat pengobatan, jenis mikroorganisme penyebab dan adanya
penyulit maupun komplikasi. Keratitis jamur biasanya mendapat perbaikan
setiap harinya dan sembuh dengan terapi yang sesuai. Jika penyembuhan
tidak terjadi atau ulkus bertambah berat, diagnosis dan terapi alternatif harus
dipertimbangkan (Reed, 2007).
24
III. KESIMPULAN
1. Keratitis merupakan radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada
kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam
penglihatan menurun.
2. Klasifikasi keratitis berdasarkan penyebabnya adalah keratitis bakterialis,
keratitis fungal, keratitis viral, dan keratitis akibat alergi.
3. Klasifikasi keratitis berdasarkan tempatnya adalah keratits pungtata
superfisial, keratitis interstitial, dan keratitis marginal.
4. Gejala umum keratitis adalah visus turun mendadak, mata merah, rasa silau,
dan merasa ada benda asing di matanya.
5. Gejala khusus tergantung dari jenis yang diderita oleh pasien.
25
DAFTAR PUSTAKA