Pelayanan Publik
Analisis Prinsip-Prinsip Good Governance dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Oleh
Andi Kasmawati
kasmawatiamri@yahoo.co.id
Abstrak
Pendahuluan
Idealnya suatu pemerintahan yang baik, adalah pemerintahan tersebut menjalankan
tugas dan fungsinya secara optimal yaitu melaksanakan prinsip-prinsip kepemerintahan yang
baik (good governance)
Lahirnya prinsip kepemerintahan yang baik (good governance) di landasi oleh makin
besarnya beban pemerintahan, sehingga pemerintahan secara sadar telah melakukan
serangkaian kebijakan untuk mengalihkan beban tersebut kepada swasta dan masyarakat.
Bahkan oleh berbagai personal mikro, terdapat kecendrungan pemerintahan tidak lagi
menangani berbagai permasalahan dan memilih masyarakat sendiri yang menanggulanginya.
Menghadapi hal tersebut paling tidak berbagai tantangan yang harus dihadapi dalam
hubungan antara pemerintah dengan masyarakat yaitu : bagaimana melakukan perubahan
dalam pengelola jalanya pemerintahan, pembangunan, dan pelaanan public (The way
of governance) dan bagaimana upaya untuk menangani apa yang harus diatur, dibangun, atau
dilayani (The wattens of goverbility)
Adanya perubahan pola hubungan antara pemerintahan dan masyarakat tersebut.
Inilah yang menimbulkan pola baru dalam penyelenggaraan pemerintahan yang melibatkan
pemerintahan, swasta, dan masyarakat yang dikenal dengan pergeseran pradigma dari
pemerintah (government) menjadi kepemerintahan (governence) sebagai wujud intimidasi
sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang demikian kompleks, dinamis, dan beraneka ragam, Kooiman,
1993 (LAN Membngunan Kepemerintahan yang Baik, modul PENLAT kepemimpinan
tingkat III 2008: 3)
Berdasarkan uraian tersebut tergambar bahwa kepemerintahan (governance)
mengandung makna filosofi terhadap pola pemerintahan yang merujuk pada prinsip-prinsip
kepemerintahan yang baik, oleh karena itu pada pemaparan makalah ini mengurai
bagaimanakah kandungan filosofis dari setiap prinsip kepemerintahan yang baik
sebagaimana digariskan dalam sebuah pemerintahan.
PEMBAHASAN
1. Konsepsi kepemerintahan yang baik
Secara mendasar karakristik kepemerintahan yang baik berdasarkan uraian paling
tidak memenuhi tiga komponen utama yaitu transparansi (transperancy),
supremasi/penegakan hukum (Rule of low) dan akuntabilitas (acuntability).
Secara konseptual pengertian kata baik (good) dalam istilah kepemerintahan yang
baik (good governance) mengandung dua pemahaman: Pertama, nilai-nilai yang menjunjung
tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan
rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan
keadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efesien
dalam pelaksanaaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Oleh karena itu,
berdasarkan pengertian ini kepemerintahan yang baik berorientasi pada dua hal yaitu
: Pertama Orientasi ideal Negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional, dan
kedua, Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efesien melakukan
upaya pencapaian tujuan nasional.
Oreantasi pertama mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan
elemen-elemen konstituten atau pemilihnya seperti: legitimacy atau legitimasi, apakah
pemerintah dipilih dan mendapat kepercayaan dari rakyatnya; accountability atau
akuntabilitas, yaitu seberapa jauh perlindungan hak-hak asasi manusia terjamin, adanya
otonomi dan devolusi kekuasaan kepada daerah, serta adanya jaminan berjalanya mekanisme
kontrol oleh masyarakat. Sedangkan orientasi kedua, tergantung pada sejauhmana pemerintah
mempunyai kompetensi, dan sejauhmana struktur serta mekanisme politik serta adminisitrasi
berfungsi secara efektif dan efesien.
Dokumen yang diterbitkan oleh UNDP dan pemerintah Vietnam memberikan
definisi good governancesebagai proses yang meningkatkan interaksi konstruktif diantara
domain-domainnya dengan tujuan untuk menciptakan dan memelihara kebebasan, keamanan,
dan kesempatan bagi adanya aktivitas swasta yang produktif. Oleh karena itu good
governance juga adalah mengutamakan partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan efektifitas
serta memperlakukan semua sama. Adapun UNDP sendiri memberikan definisi good
governance sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara Negara, sektor swasta
dan masyarakat (society).
Berdasarkan definisi itu, kemudian UNDP mengajukan karakteristik good
governance, seperti: partisipasi, supermasi hukum, transparansi, cepat tanggap, membangun
konsensus, kesetaraan, efektif dan efesien, bertanggung jawab dan visi yang strategis
kesembilan karakteristik tersebut saling memperkuat dan tidak dapat berdiri sendiri.
Dalam kaitanya dengan karakteristik dari good governance tersebut, dalam peraturan
pemerintah No. 101 Tahun 2000 ttg., dirumuskan pengertian kepemerintahan yang baik
(good governance) yaitu: Kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-
prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transpransi, pelayanan prima, demokrasi, efesiensi,
efektifitas, supermasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
Jika dilihat dari ketiga domain dalam governance, tampaknya domain Negara atau
pemerintah (state/ governance) menjadi domain yang paling memegang peranan penting
dalam mewujudkan good governance, karena fungsi pengaturan yang memfasilitasi domain
sektor swasta dan masyarakat (society), serta fungsi administratif penyelenggaraan
pemerintah melekat pada domain ini.
Pelayanan juga harus dilihat sebuah sistem yang halus (soft system) yaitu sebuah tatanan
yang mempertemukan manusia satu dengan yang lain. Pertemuan semacam ini tentu
melibatkan sentuhan-sentuhan emosi, perasaan, harapan, harga diri, penilaian, sikap, dan
perilaku. Agar kita berhasil merebut hati pelanggan, maka proses pelayanan sebagai soft
system ini harus berjalan efektif, artinya mengungkit munculnya kebanggan pada diri
petugas dan membentuk citra positif dimata pelanggan.
Sebaik apapun desain dan prosedur sebuah pelayanan, akhrinya tetap para petugas pelayanan
yang harus berhadapan maka secara langsungdengan para pelanggan. Saat-saat terjadinya
transaksi antar manusia seperti ini sangat berharga. Penilaian pelanggan terhadap mutu
sebuah layanan sebagian besar terjadi ketika mereka bertemu muka langsung dengan petugas
pelayan. Meskipun sarana dan prasarana pelayanan sering dijadikan tolak ukuran mutu oleh
para pelanggan, namun ukuran utama penilaian tetap sikap dan perilaku pelayanan yang
ditampilkan oleh para petugas. Sikap dan perilaku yang baik sering dapat menutupi
kekurangan dalam hal sarana dan prasarana. Dalam transakasi tatap muka dengan pelanggan,
yang utama adalah keaslian sikap dan perilaku sesuai dengan hati nurani kita. Perilaku yang
dibuat-buat, atau berlebihan sangat mudah dikenali oleh palanggan dan justru dapat
memperburuk penilaian mereka. Keaslian perilaku hanya bisa muncul pada pribadi yang
sudah matang, pribadi yang sudah menghayati bahwa kebahagiaan hidup hanya dapat
diperoleh melalui pengabdian dan pelayanan. Sebagaisoft system jika dirancang dengan
baik proses pelayanan dapat menjadi wahana belajar yang sangat efektif untuk mempercepat
kematangan pribadi.
Latihan:
Bagaiamana dengan pelayanan oleh unit anda sendiri? Dapat memacu kemtangan pribadi
para petigas pelaksana?
4. Perbaikan Berkelanjutan
Pelanggan pada dasarnya juga belajar mengenali kebutuhan dirinya dari proses pelayanan
kita. Semakin baik mutu pelayanan akan menghasilkan pelanggan yang semakin sulit untuk
dipuaskan, karena tuntutannya juga semakin tinggi dan kebutuhannya semakin meluas serta
beragam. Kita lihat dunia perbankan. Dahulu kita cukup dilayani oleh karyawati sebagai
teller. Kemudian bank memperkenalkan ATM. Segera tuntutan kita meningkat, mengapa
hanya bisa untuk menarik uang kontan? Mengapa tidak dapat digunakan untuk setor?
Bukankah lebih praktis lagi jika dapat digunakan sebagai kartu debet langsung ketika belanja,
dari pada harus menarik uang kontan dahulu? Bukankah akan lebih bermanfaat jika dapat
juga digunakan untuk membayar tagihan listrik?
Fenomena aksi-reaksi antara mutu layanan dan tuntutan pelanggan semcam ini akan terus
bergulir, semakin lama semakin cepat. Fenomena ini telah memacu kita untuk mampu terus
menerus meningkatkan mutu pelayanan. Jika ada pejabat Negara yang sudah tidak mau lagi
memperbaharuhi desain pelayanannya bererti sudah tidak mengenal lagi pertumbuhan
masyarakat yang dilayaninya.
Latihan:
Kapan terakhir kali pelayanan pada organisasi anda diperbaharuhi disainnya?
5. Memperdayakan Pelanggan
Memperdayakan pelanggan berarti menawarkan jenis-jenis layanan yang dapat digunakan
sebagai sumber daya atau perangkat tambahan oleh pelanggan untuk menyelesaikan
persoalan hidupnya sehari-hari. Sebagai contoh, kredit usaha tani menolong petani untuk
dapat terus dapat memperoleh penghidupan dari kegiatan bertani, pembangunan jalan untuk
membuka isolasi daerah terpencil, dll.
Disisi lain, cukup banyak layanan pemerintah yang sulit untuk dipahami apakah memang
untuk memperdayakan masyarakat hanya untuk member pekerjaan kepada para karyawan,
atau untuk hal-hal lain yang justru mengorbankan kepentingan orang banyak. Sebagai contoh
Kartu Keluarga, Hansip, SDSB, Ijin Mendirikan Bangunan, monopoli perniagaan, dll.
Latihan:
Apakah pelayanan oleh organisasi anda dapat sungguh-sungguh memperdayakan
pelanggan?