AGUSTUS, 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILEUS OBSTRUKSI
Oleh :
Pembimbing :
Dalam)
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
i
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. F
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Usia : 16 tahun
4. Alamat : Jl.
5. Status : belum menikah
6. Pekerjaan : Pelajar
7. Suku : Makassar
8. Tanggal MRS : 6 Agustus 2017
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : Muntah
Anamnesis terpimpin :
Pasien masuk dengan keluhan mual dan muntah yang dirasakan sejak satu
hari lalu. Pasien juga mengeluh BAB 5x dengan konsistensi encer tidak ada
lender, disertai nyeri perut, sesak, nyeri kepala, dan nyeri saat buang air kecil.
RPS :
Riwayat penyakit dengan keluahn yang sama sebelumnya, tidak ada
Riwayat penyakit yang sam pada keluarga, tidak ada
C. KEADAAN UMUM
Sakit (Ringan/Sedang/Berat)
Kesadaran (Composmentis/Uncomposmentis)
Hygiene (Buruk/Sedang/Baik)
Status Gizi (Underweight/Normal/Overweight/Obesitas I/Obesitas
Tanda vital :
Tekanan Darah : 90/80 mmHg
1. Kepala
Bentuk kepala : Normocephali
Rambut : Hitam, tebal, tidak rontok
Simetris : Kiri - Kanan
Deformitas : -
2. Mata
Eksoptalmus/enoptalmus : -
Konjungtiva : Anemis (-/-),
Sklera : Ikterus (-/-), perdarahan (-)
Pupil : Bulat Isokor kiri-kanan
3. Telinga
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan : (-/-)
4. Hidung
Bentuk : Simetris
Perdarahan : -
5. Mulut
Bibir : Kering (+), pecah-pecah, sianosis (-),
Lidah kotor : (-)
Caries gigi : -
6. Leher
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)
DVS : R-4 cm
7. Kulit
Hiperpigmentasi :-
Ikterus :-
Petekhie :-
Sianosis :-
Pucat :-
8. Thorax
Inspeksi : Dada simetris kiri-kanan. Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Vocal fremitus kiri kanan simetris
Perkusi : Sonor pada paru kiri dan kanan
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, Ronkhi (-/-),
Wheezing (-/-)
9. Cor
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan : sulit di evaluasi
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis kiri,
Batas atas : ICS II linea parasternalis kanan
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), Gallop (-
)
10. Abdomen
Inspeksi : Membesar, simetris, mengikuti gerak napas, tidak ada
tanda- radang, benjolan (-), caput medusae (-)
Palpasi : hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Nyeri tekan seluruh region abdomen
Perkusi : Thympani, asites (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
11. Punggung
Tampak dalam batas normal
Tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang
12. Genitalia
Tidak dievaluasi
13. Ekstremitas atas dan bawah
Pitting edema kedua extremitas inferior (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. 06 Agustus 2017 (Laboratorium Klinik RSUD SYEKH YUSUF)
FOLLOW UP
O
Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Kompos mentis
Tekanan darah 90/80 mmHg
Nadi 110 x/menit
Pernapasan 31 x/menit
Temperature 37 C
Keadaan spesifik
Kepala Conjungtiva palpebral pucat (-) sclera ikterik (-)
Leher JVP (R-4)
Thoraks Inspeksi : DBN
Palpasi : DBN
Perkusi : Sonor pada paru kiri dan paru kanan, batas
paru-hepar pada ICS 6
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, Ronkhi (-/-),
Wheezing (-/-)
Jantung Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : DBN
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-
), Gallop (-)
Abdomen Inspeksi : DBN
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi : Thympani, asites (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat.
Genital Tidak dievaluasi
Ekstremitas DBN
A Susp Gastroenteritis
P Infus RL 28 tpm
Inj Scopamin/24 J/drips
Inj Antrain/iv
Cefadroxil 2x1
Asam Mefenamat 3x1
P Infus RL 20 tpm
Inj.Ranitidin/8 J/iv
Inj. Sotatic/12 J/ iv
Provital 2x1
Tanggal 08 Agustus 2017
S Nyeri perut, mual, muntah
O
Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Kompos mentis
Tekanan darah 110/70 mmHg
Nadi 84 x/menit
Pernapasan 22 x/menit
Temperature 36,9 C
Keadaan spesifik
Kepala Conjungtiva palpebral pucat (-) sclera ikterik (-)
Leher JVP (R-4)
Thoraks Inspeksi : DBN
Palpasi : DBN
Perkusi : Sonor pada paru kiri dan pada paru kanan
batas paru-hepar pada ICS 6
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, Ronkhi
(-/-), Wheezing (-/-)
Jantung Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : DBN
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-
), Gallop (-)
Abdomen Inspeksi : Pembesaran perut simetri
Palpasi : DBN
Perkusi : Thympani, asites (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
Genital Tidak dievaluasi
Ekstremitas DBN
A Suspek Ileus
P Infus RL 28 tpm
Inj Ranitidin/8J/iv
Inj Sotatic/12 J/ iv
Inj Alinamin F/8J/iv
Inj Metrodinazole 1 gr/8J/iv
P Infus RL 28 tpm
Inj Ranitidin/8J/iv
Inj Sotatic/12 J/ iv
Inj Alinamin F/8J/iv
Inj Metrodinazole 1 gr/8J/iv
P Infus RL 28 tpm
Inj Ranitidin/8J/iv
Inj Sotatic/12 J/ iv
Inj Alinamin F/8J/iv
Inj Metrodinazole 1 gr/8J/iv
Inj Paracetamol/ 8 J/ iv
P Infus RL 28 tpm
Inj Ranitidin 1 amp/8J/iv
Inj Sotatic 5 mg/12 J/ iv
Inj Alinamin F 10 ml/8J/iv
Inj Metrodinazole 1 gr/8J/iv
Inj Paracetamol 10 mg/ 8 J/ iv
Pada hasil pemeriksaan darah rutin 06 Agustus 2017 didapatkan hasil WBC
13.0 x 103/uL, dan pemeriksaan sedimen urin 06 Agustus didapatkan eritrosit ( 5-
12/LPM), leukosit (8-15/LPM), epithel cell (20-30/LPM). Pada tanggal 08 Agustus
2017 dilakukan pemeriksaan BNO dua posisi (erect/supine) hasil yang didapatkan
usus halus dilatasi dengan bayangan air fluid level kesan Ileus obstruksi letak
tinggi/SBO.
Pengobatan yang diberikan pada pasien ini yaitu infus RL 28 tpm, injeksi
Ranitidine 1 amp/8 jam/IV, injeksi Sotatic 5 mg/12 jam/IV, injeksi Alinamin F 10
ml/8 J/ IV, Metronidazole 1 gr/8 J/IV, Paracetamol 10 mg/8 J/ IV dan pemasangan
NGT serta menghetikan makanan oral. Namun pada pemasangan NGT pasien
kurang koperatif.
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki 16 tahun mengeluh demam, BAB terus menerus
dengan konsistensi encer >5 kali, lemas, dan nyeri perut yang dirasakan sejak satu
hari sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang
sama sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran abdomen yang
simetris, nyeri tekan perut seluruh region, dan peristaltik usus kesan menurun.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien ini didiagnosa dengan
Suspek Gastroenteritis. Namun, pada pemeriksaan BNO dua posisi didapatkan
dilatasi usus halus dengan air fluid level, maka pasien ini didiagnosa Ileus obstruksi.
Pada pasien ini didiagnosa sebagai ileus obstruksi dimana didefinisikan
adanya hambatan pada satu atau lebih area di usus yang disebabkan problem
mekanik.1 Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus.
Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruksi tanpa hernia yang
dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data
Departemen Kesehatan Indonesia.2
Ileus obstruksi dapat dibagi ketiga kategori etiologi yaitu, lesi ekstrinsik, lesi
intrinsik dan osbtruksi menutup. Lesi ekstrinsik mencakup bersifat kongingetal
pada anak, jarang ada usia tua. Obstruksi biasanya pada usus halus namun jarang
terjadi pada colon. Pita adhesi yang dapat memendek sejalan waktu menyebabkan
terjadinya loop entrapment pada usus sehingga dapat menyebabkan terjadinya
closed loop obstruction. Hal ini berkaitan dengan kejadian strangulasi. Contoh dari
lesi ekstrinsik adalah hernia (inguinalis, femoralis, umbilicalis, ventralis,
insisional), massa ekstraintestinalis, dan volvulus.1,3
Lesi Obstruksi menutup atau obsturasi salah satu contoh adalah impaksi feses
yang disebabkan konstipasi kronik berat, bermacam-macam obat (narkotik,
antipsikotik), karsinoma kolon atau divertikulitis.
Pada inspeksi dapat terlihat distensi abdomen dan peristaltik usus. Perkusi
abdomen akan menghasilkan suara timpani. Bila ditemukan pekak alih atau puddle
sign pada perkusi maka kemungkinan terdapat cairan bebas di abdomen yang
menyiratkan adanya asites inflamatorik atau asites akibat inflamasi. Pada palpasi,
harus dicari adanya massa oleh karena inflamasi, atau neoplasma. Bila teraba massa
solid maka kemungkinannya adalah abses dari Crohns disease atau diverticulitis.
Bila pasien merasakan rebound tenderness pada palpasi maka hal tersebut
mengindikasikan adanya komplikasi yang membutuhkan operasi segera.4
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisis tampak perut pasien mengalami pembesaran
yang simetris, dan perkusi abdomen didapatkan timpani. Tidak ditemukan puddle
sign, massa, tetapi ditemukan nyeri tekan pada saat palpasi abdomen.
Ileus obstruksi dimana didefinisikan adanya hambatan pada satu atau lebih
area di usus yang disebabkan problem mekanik.1 Setiap tahunnya 1 dari 1000
penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus
ileus paralitik dan obstruksi tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat
jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia.2
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang maka
pasien ini didiagnosa Ileus Obstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sabistom DC. Buku Ajar Bedah Bagian 1 . Jakarta. 1995. Hal 588
2. Faradilla N. Ileus Obstruksi. Fakultas Kedokteran Universitas
Riau.Pekanbaru. 2009. Hal 2
3. Basa Dairi L, Hakim Zain L, Sembring J, Sihombing M, Lubis M, Apriliasta
Purba H. Ileus. Divisi Gastroentorologi. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Sumatera Utara. 2010.
4. Patrick GJ, Jackson MD, Manish Raji MD. Evaluation and Management Of
intestinal Obstruction. Georgetown University Hospital. Washington. 2011.