PENDAHULUAN
Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir di
seluruh dunia, terutama Negara-negara beriklim tropis dan subtropics. Setiap
tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus malaria yang mengakibatkan 1,5-2,7 juta
kematian terutama di negara-negara benua Afrika
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah
merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles. Malaria merupakan salah satu penyakit yang tersebar di beberapa wilayah
di dunia. Umumnya tempat-tempat yang rawan malaria terdapat pada Negara-negara
berkembang dimana tidak memiliki tempat penampungan atau pembuangan air yang
cukup, sehingga menyebabkan air menggenang dan dapat dijadikan sebagai tempat
ideal nyamuk untuk bertelur.
Malaria disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium. Ada empat jenis
plasmodium yang dapat menyebabkan malaria, yaitu plasmodium falciparum dengan
masa inkubasi 9-14 hari, plasmodium vivax dengan masa inkubasi 12-17 hari,
plasmodium oval dengan masa inkubasi 16-18 hari, dan plasmodium malaria dengan
masa inkubasi 18-40 hari. Parasit-parasit tersebut ditularkan pada manusia melalui
gigitan seekor nyamuk dari genus anopheles.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki endemisitas tinggi.1
Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua
peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab malaria
pada manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Pada tahun
1897 seorang Amerika bernama William H. Welch memberi nama parasit
penyebab malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922 John
William Watson Stephens menguraikan nama parasit malaria keempat, yaitu
Plasmodium ovale.1
Dikutip dari Pusat data dan Informasi Direktorat Pengendalian Penyakit bersumber binatang
.2011. Epidemiologi Malaaria di Indonesia. Buletin Jendela data dan Informasi keseharan ,
vol1 triwulan 1
Masa inkubasi ini dapat memanjang antara 8-10 bulan terutama pada beberapa
strain P. vivax di daerah tropis. Pada infeksi melalui transfusi darah, masa
inkubasi tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya singkat tetapi
mungkin sampai 2 bulan. Dosis pengobatan yang tidak adekuat seperti pemberian
profilaksis yang tidak tepat dapat menyebabkan memanjangnya masa inkubasi.
P. falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang
paling berbahaya dibandingkan dengan jenis plasmodium lain yang menginfeksi
manusia, yaitu P. vivax, P. malariae, dan P. ovale. Saat ini, P. falciparum
merupakan salah satu spesies penyebab malaria yang paling banyak diteliti. Hal
tersebut karena spesies ini banyak menyebabkan angka kesakitan dan kematian
pada manusia.
C. EPIDEMIOLOGI
Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan
dengan perbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan
dengan laki- laki, namun kehamilan dapat maningkatkan resiko malaria. Ada
beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah : 1
1. Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS)
cukup tinggi sehingga lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum
karena HbS dapat menghambat perkembangbiakan P. falciparum.
2. Kekurangan enzim tertentu
Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase
(G6PD) memberikan perlindungan terhadap infeksi P. falciparum yang
berat. Defisiensi terhadap enzim ini merupakan penyakit genetik dengan
manifestasi utama pada wanita.
3. Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu
mengancurkan Plasmodium yang masuk atau mampu menghalangi
perkembangannya.
D. PATOMEKANISME7
1. Siklus Hidup Plamodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu
manusia dan nyamuk anopheles betina.
2. Patogenesis Malaria7
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara
parasit, inang dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada
terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi
intravaskuler. Oeleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit
maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan
parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang
mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah
melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang
menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya
antibodi terhadap eritrosit. Limpa mengalami pembesaran dan
pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah. Dalam limpa
dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis
dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria
kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag.
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi
merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang
mengandung parasit mengalami perubahan struktur danmbiomolekular
sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut
meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel, sitoadherensi,
sekuestrasi dan resetting. Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan
eritrosit yang telah terinfeksi P. falciparum pada reseptor di bagian
endotelium venule dan kapiler. Resetting adalah suatu fenomena
perlekatan antara eritrosit yang mengandung merozoit matang yang
diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit, sehingga
berbentuk seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan
darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan eritrosit
yang tidak terinfeksi.
E. MANIFESTASI KLINIS1,7
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh
Plasmodium mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi
diduga berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau
skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya
sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi
(misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia
tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodik,
anemia dan splenomegali. Manifestasi umum malaria adalah sebagai
berikut:
1. Masa Inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari
spesies parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk
P. malariae), beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau
pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang
mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya
transfuse darah yang mengandung stadium aseksual).
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya
demam, berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri
pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan
kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal
sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum
dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas.
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria
(malaria proxym) secara berurutan:
a) Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering
membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil,
sering seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang
kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1
jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b) Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi
cepat dan panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih,
penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala,
nyeri retroorbital, muntah- muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini
berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau
lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
c) Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,
penderita merasa capek dan sering tertidur. Bila penderita bangun
akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan
lebih sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan
terjadi setelah 3 hari dari serangan akut dimana limpa akan membengkak,
nyeri dan hiperemis.
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum.
pada infeksi P. falciparum dapat meimbulkan malaria berat dengan
komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut
WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual dengan
satu atau lebih komplikasi sebagai berikut:1,2,7
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung
parasit >10.000/ l.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau
<12 ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan
kreatinin >3mg%.
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin
F. DIAGNOSIS
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis pasti infeksi malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan
darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat.1,7,8
1. Anamnesis
a) Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan
dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-
pegal.
b) Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang
lalu ke daerah endemik malaria.
c) Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
d) Riwayat sakit malaria.
e) Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
f) Riwayat mendapat transfusi darah.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat,
dapat ditemukan keadaan di bawah ini Gangguan kesadaran dalam berbagai
derajat, keadaan umum yang lemah, kejang-kejang, panas sangat tinggi,
mata dan tubuh kuning, perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna, nafas
cepat (sesak napas), muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum,
warna air seni seperti teh pekat dan dapat sampai kehitaman, jumlah air seni
kurang bahkan sampai tidak ada, telapak tangan sangat pucat.
2. Pemeriksaan Fisis
a) Demam (37,5oC)
b) Kunjunctiva atau telapak tangan pucat
c) Pembesaran limpa
d) Pembesaran hati
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk
stadium gametosit. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat
kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan.9
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong
karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih
dahulu setiap akan minum obat anti malaria. Dosis pemberian obat sebaiknya
berdasarkan berat badan.
Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan Obat Anti Malaria (OAM)
kombinasi. Yang dimaksud dengan pengobatan kombinasi malaria adalah
penggunaan dua atau lebih obat anti malaria yang farmakodinamik dan
farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan berbeda cara terjadinya resistensi.
Pengobatan lini kedua malaria falsiparum diberikan, jika pengobatan lini pertama
tidak efektif di mana ditemukan: gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual
tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi). Pengobatan lini
kedua adalah kombinasi kina, doksisiklin/tetrasiklin dan primakuin. Kina diberikan
per oral, 3 kali sehari dengan dosis sekali minum 10 mg/kgbb selama 7 hari.
Doksisiklin diberikan 2 kali per hari selama 7 hari, dengan dosis dewasa adalah 4
mg/kg bb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kg bb/hari. Bila
tidak ada doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin yang diberikan 4 kali sehari selama
7 hari, dengan dosis 4-5 mg/kg bb. Doksisiklin maupun tetrasiklin tidak boleh
diberikan pada anak dengan umur di bawah 8 tahun dan ibu hamil. Primakuin
diberikan dengan dosis seperti pada pengobatan lini pertama.
Jika pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan,
pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur seperti pada tabel 3.
Artesunat 1 2 3 4
1 Amodiaquin 1 2 3 4
primakuin - - 1 2 2-3
Artesunat 1 2 3 4
2
Amodiaquin 1 2 3 4
Artesunat 1 2 3 4
3
amodiaquin 1 2 3 4
2 X 50 2 X 100
Dosisiklin, - - -
mg mg
atau
H-1
4 X 125 4 X 250
Tetrasiklin - - -
mg mg
Primakuin - 1 2 2-3
2-7
2 X 50 2 X 100
dosisiklin - - -
mg mg
Parenteral: Jika pasien sakit berat, kina harus diberikan secara infus
intravena Regimen dosis pada dewasa untuk infus kina:dosis muatan 20 mg/kg bb
(sebagai garam kina) (maks. 1,4 g) diberikan selama 4 jam. Setelah 8 jam dilanjutkan
dengan dosis pemeliharaan 10 mg/kg bb (maksimal 700 mg) sebagai garam kina,
infus selama 4 jam dan diulangi tiap 8 jam (sampai pasien dapat menelan tablet untuk
melengkapi pengobatan selama 7 hari), diikuti dengan sulfadoksin + pirimetamin atau
doksisiklin seperti keterangan diatas. Dosis kina secara infus intravena untuk anak
dihitung berdasarkan berat badan dewasa. KEHAMILAN. Malaria falsiparum
malignan sangat berbahaya untuk wanita hamil, terutama pada trimester terakhir.
Pada keadaan ini kina oral atau intravena dengan dosis dewasa dapat diberikan
(termasuk dosis muatan). Doksisiklin sebaiknya dihindari pada wanita hamil
(mempengaruhi perkembangan gigi dan skelet). Sulfadoksin + pirimetamin sebaiknya
juga dihindari sampai adanya data yang lebih lengkap
c) Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari ke 15
sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).
Klorokuin 1 2 3 3-4
H1
Primakuin - - 1
Klorokuin 1 2 3 3-4
H2
Primakuin - - 1
Klorokuin 1/8 1 1 2
H3
Primakuin - - 1
H4-14 Primakuin - - 1
H 1-14 Primakuin - - 1
Klorokuin 1 2 3 3-4
H1
Primakuin - - 1 1 2
Klorokuin 1 2 3 3-4
H2
Primakuin - - 1 1 2
Klorokuin 1/8 1 1 2
H3
Primakuin - - 1 1 2
H4-14 Primakuin - - 1 1 2
Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum
obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain), pengobatan
diberikan secara mingguan.
8 12 Primakuin - - 1 2 3
H. PROGNOSIS
1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan
diagnosis serta pengobatan
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang
dilaporkan pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan
meningkat sampai 50%.
3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih
baik daripada gangguan 2 atau lebih fungsi organ.
a) Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%.
b) Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah
75%.
c) Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
Kepadatan parasit <100.000/ L, maka mortalitas <1%.
Kepadatan parasit >100.000/ L, maka mortalitas >1%
Kepadatan parasit >500.000/ L, maka mortalitas >5%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi V.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; Hal: 2183.
2. Munthe CE. Malaria serebral. Cermin dunia kedokteran 2001; 131: 5-6
3. WHO. Guidelines fot the treatment of malaria. 2008.
4. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 UNICEF Indonesia, 2000,
Multiple Indicator Cluster Survey Report on the Education and Health of
Mothers and Children
5. Gandahusada, Srisasi dkk. Parasitologi Kedokteran, Edisi 3. FKUI Jakarta,
1998; 171-209
6. Nafsiah. KEPMENKES Tentang Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria.
2012. Jakarta :Menkes
7. Gunawan S. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC,
2000; Hal: 1-15.
8. Taylor TE, Strickland GT. Malaria. In : Strickland GT (Ed). Hunters.
Tropical Medicine and Emerging Infectious Diseases, 8th ed. W.B
9. Rani AA, Soegondo S, Wijaya IP. Panduan Pelayanan Medik PAPDI. Editors.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:Jakarta ; 2006 : 148-51
10. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551-antimalaria