PENDAHULUAN
1
Melihat pentingnya kecerdasan emosional bagi peserta didik seperti
yang sudah dikemukakan dalam paparan di atas, maka penulis tertarik untuk
memilih tema Emotional Intelligence (EI) untuk dibahas dalam makalah ini.
BAB 2
PEMBAHASAN
2
kecewa, dan sebagainya yang semuanya berkonotasi negatif. Emosi lain
seperti senang, puas, gembira, dan lain-lain, semuanya berkonotasi positif.
Menurut Gardner, akar kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin
yang berarti menggerakkan, bergerak, ditambah awalan e- untuk memberi
arti bergerak menjauh menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi. Sehingga dikatakan bahwa emosi adalah
akar dorongan untuk bertindak.
Sedangkan pengertian kecerdasan emosional mencakup kemampuan-
kemampuan mengatur keadaan emosional diri sendiri dan memahami emosi
orang lain. Menurut para ahli, kecerdasan emosional didefinisikan sebagai
berikut:
Salovey dan Mayer (1990) mendefinisikan kecerdasan emosional
sebagai suatu jenis kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau
perasaan sosial pada diri sendiri dan orang lain, memilah-milah semuanya dan
menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.
Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our
emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui
keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan
keterampilan social.
Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan
sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam
mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan (Goleman, 2000: 180).
Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan
daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang
manusiawi.
Menurut Harmoko (2005), kecerdasan emosi dapat diartikan
kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat,
termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta
3
membina hubungan dengan orang lain.
Menurut Dwi Sunar P. (2010), kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol
emosi dirinya dan orang lain disekitarnya.
Berdasarkan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungannya dengan orang lain.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan inividu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,
sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.
c. Memotivasi diri sendiri
Dalam mengerjakan sesuatu, memotivasi diri sendiri adalah salah
satu kunci keberhasilan.Mampu menata emosi guna mencapai tujuan yang
diinginkan.Kendali diri secara emosi, menahan diri terhadap kepuasan dan
megendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan di segala
bidang.
4
d. Mengenali emosi orang lain
Kemampuan mengenali emosi orang lain sangat bergantung pada
kesadaran diri emosi. Empati merupakan salah salah satu kemampuan
mengenali emosi orang lain, dengan ikut merasakan apa yang dialami oleh
orang lain. Menurut Goleman (2005: 59) kemampuan seseorang untuk
mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan empati seseorang.
Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap
sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi dan mengisyaratkan apa-apa yang
dibutuhkan oleh orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut
pandang orang lain, peka terhadap perasan orang lain dan lebih mampu
untuk mendengarkan orang lain.
e. Membina hubungan dengan orang lain
Kemampuan membina hubungan sebagian besar merupakan
keterampilan mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini merupakan
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan
keberhasilan antar pribadi. Orang yang dapat membina hubungan dengan
orang lain akan sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan
pergaulan yang mulus dengan orang lain.
5
berdasarkan kemampuan untuk membaca perasaan orang lain yang tak
terucapkan dari ekspresi wajah,nada suara, dan isyarat-isyarat nonverbal
lainnya.
b. Usia
Dengan bertambahnya usia, umumnya kecerdasan emosi akan
lebih berkembang seiring dengan berbagai interaksi yang dijumpai sehari-
hari dalam lingkungan sosial seseorang.
c. Hidup berumah tangga
Banyak atau sebagian besar respon emosional yang gampang
terpicu dalam pernikahan terbentuk sejak masa kanak-kanak, pertama-
tama dipelajari dalam hubungan-hubungan seseorang yang paling dekat
atau dicontohkan oleh orangtua, dan kemudian dibawa ke perkawinan
dalam bentuk yang sudah sepenuhnya matang. Seperti itulah seseorang
terlatih melakukan kebiasaan-kebiasaan emosional tertentu.
d. Faktor lingkungan/ pengasuhan
Orangtua berperan sangat besar dalam pengenalan lingkungan
kepada seorang anak, karena orangtua adalah lingkungan sosial yang
pertama kali dikenal dan yang paling bersentuhan dengan anak
sepenuhnya.
e. Faktor pendidikan
Pendidikan baik di rumah maupun di sekolah memiliki manfaat
yang berguna untuk anak. Di sekolah anak akan mendapatkan pendidikan
secara terarah, sistematis, dan terencana. Di rumah seorang anak
mendapatkan pendidikan secara informal baik itu melalui orangtua
maupun melalui media lain, seperti televisi atau buku. Namun keduanya
membekali dan membentuk anak agar tumbuh secara seimbang, baik
dalam memahami aneka pengetahuan, mengolah pengetahuan, bahkan
mengungkapkan emosi atau perasaan.
6
sakit yang sering membuat pelanggan lari, antara lain (Sjahruddin, C, 2001,
Wibowo, 2001) :
1. Berbicara dengan rekan sekerja sementara sedang menghadapi pasien
2. Tidak memperhatikan ucapan pasien
3. Membiarkan pasien menunggu tanpa penjelasan sementara sedang
menyelesaikan pekerjaan
4. sebelumnya.
5. Senyum yang tidak tulus kepada pasien.
6. Tidak menyebut nama pasien
7. Tidak mengucapkan terima kasih ketika suatu transaksi telah selesai
Sikap masa bodoh dan contoh perilaku-perilaku di atas seyogyanya
akan dapat diminimalkan bila seluruh karyawan menyadari pentingnya
pemahaman kecerdasan emosional dan menerapkannya sehari-hari. Dengan
karyawan mengenali diri, bersikap optimis,mampu mengelola emosi sendiri
dan mengenal emosi orang lain, serta cakap berempati dalam membina.
7
- Lebih baik dalam mendengarkan orang lain.
e. Membina hubungan
- Meningkatkan kemampuan menganalisis dan memahami hubungan.
- Lebih baik dalam menyeleseikan pertikaian dan merundingkan
persengketaan.
- Lebih baik dalam menyeleseikan persoalan yang timbul dalam
hubungan.
- Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi.
- Lebih populer dan mudah bergaul; bersahabat dan terlibat dengan
teman sebaya.
- Lebih dibutuhkan oleh teman sebaya.
- Lebih menaruh perhatian dan bertenggang rasa.
- Lebih memikirkan kepentingan sosial dan selaras dalam kelompok.
- Lebih suka berbagi rasa, bekerja sama, dan suka menolong.
- Lebih demokratis dalam bergaul dengan orang lain.
Menurut Goleman, kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang
20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor-faktor
kekuatan lain di antaranya adalah kecerdasan emosional (EQ). Dalam proses
belajar, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi
dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran
yang disampaikan di sekolah. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan
kunci keberhasilan belajar seseorang.
8
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai kecerdasan emosional di atas,
maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengertian kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi
diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.
2. Peran kecerdasan emosional :
- Kesadaran diri emosional
- Mengelola emosi
- Memanfaatkan emosi secara produktif
- Empati: membaca emosi.
- Membina hubungan
Menurut Goleman, kecerdasan intelektual (IQ) hanya
menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan
faktor-faktor kekuatan lain di antaranya adalah kecerdasan emosional
(EQ). Dalam proses belajar, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ
tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional
terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Keseimbangan
antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar seseorang.
3.2 Saran
Dari makalah Peran Kecerdasan Emosional atau Emotional
aintellegence (EQ) semoga dapat diambil manfaat untuk penulis dan
pembaca. Semoga pembaca dapat mengambil beberapa hal-hal yang penting
dalam mengoptimalkan kecerdasan. Dari pembahasan ini pula penulis
mengalami banyak kendala. Maka banyak kesalahan oleh penulis. Oleh
karena itu penulis membutuhkan saran dari pembaca untuk menyempurnakan
makalah ini.
9
10