Anda di halaman 1dari 11

Perubahan Perilaku Seorang Anak

Cheesa Priscilla Ronald


102013557
Chesaronald@ymail.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telephone: (021) 5694-2061 (hunting)
Fax: (021) 563-1731

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan individu.
Sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Dalam hal ini, peranan
orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagi orang tua, anak-anak
merupakan tanggung jawab besar yang Tuhan berikan kepada mereka. Tanggung jawab tersebut
meliputi tugas mendidik, menjaga, dan merawat "titipan Tuhan" tersebut. Setiap orang tua punya
cara yang berbeda dalam mendidik anak-anak mereka. Dalam menjalankan tugasnya, orang tua
perlu berkomunikasi dengan anak demi terciptanya relasi yang intim. Namun, sering kali
kesulitan komunikasi antara anak dan orang tua justru terjadi, dan semakin meningkat ketika
anak menginjak usia remaja.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Komunikasi

Sejak awal perkembangan, para ahli dari berbagai disiplin ilmu telah turut memberikan sumbangan
yang besar terhadap ilmu komunikasi. Menurut Fisher (1986) ilmu komunikasi mencakup semua dan
bersifat efektif. Sifat efektif ilmu komunikasi digambarkan oleh Wilbur Schramm (1963) sebagai jalan
simpang yang ramai, semua disiplin ilmu melintasinya. Athena du Pre (2005) mengamati bahwa
komunikasi sangat penting, dalam proses penyembuhan pasien, dalam kemampuan untuk menahan
rasa sakit, dalam pengolaan stress, dan dalam memastikan bahwa para pasien benar-benar mengikuti
nasihat-nasihat medis yang di berikan.

1. Pengertian Komunikasi
1.1 Menurut Ruesch (1957) komunikasi adalah proses yang menghubungkan bagian-bagian
terasing di dunia ini.
1.2 Menurut Miller (1966) komunikasi adalah situasi dimana sumber memberikan pesan kepada
penerima dengan secara sadar, bertujuan mempengaruhi penerima
1.3 Menurut Gode (1959) komunikasi sebagai proses mewujudkan persamaan diantara dua
orang
2. Jenis Komunikasi
2.1 Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi menggunakan kata-kata maupun berupa tulisan.
Komunikasi verbal mencakup aspek-aspek berupa :

2.1.1 Vocabullary
Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang
tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi

2.1.2 Speed
Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur
dengan baik. Tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
2.1.3 Intonasi Suara
Akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi
lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang
tidak proporsional merupakan hambatan dalam berkomunikasi
2.1.4 Humor
Dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan
catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri.
Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor
merupakan satu-satunya salingan dalam komunikasi.
2.1.5 Singkat dan Jelas
Komunikasi akan efektif bila disampaikan dengan singkat dan jelas, langsung
pada pokok permasalahanya, sehingga lebih mudah di mengerti.
2.1.6 Timing
Berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi.
Artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang
disampaikan.

2.2 Komunikasi Non-verbal


Komunikasi non-verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata. Yang termasuk
komunikasi non verbal :
2.2.1 Ekspresi Wajah
Wajah merupakan sumber yang kaya akan komunikasi, karena ekspresi wajah
cerminan suasana emosi seseorang.
2.2.2 Kontak mata
Merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak
mata selama berinteraksi atau Tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan
menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar
mendengarkan.
2.2.3 Sentuhan
Bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan
daripada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-
sungguh, dukungan emosional, kasih saying atau simpati dapat dilakukan melalui
sentuhan
2.2.4 Postur Tubuh dan cara berjalan
Cara seseorang berjalan, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya.
Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi konsep diri, dan tingkat
kesehatanya.
2.2.5 Sound (Suara)
Rintihan menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan
dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan
semua bentuk komunikasi non-verbal lainya sampai desis atau suara dapat menjadi
pesan yang jelas
2.2.6 Gerak Isyarat
Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti menggetuk-
getukan kaki atau menggerakan tangan selama berbicara menunjukan seseorang
dalam keadaan stress, bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.

3. Faktor Yang mempengaruhi Komunikasi


Komunikasi sering mengalami gangguan sehingga proses komunikasi tidak seperti yang
diharapkan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi komunikasi diantaranya:

3.1 Latar Belakang Budaya


Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola piker seseorang melalui kebiasaanya
sehingga semakin sama. Latar belakang budaya antar komunikator dengan komunikan maka
komunikasi semakin efektif.
3.2 Nilai-Nilai
Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati
pesan
3.3 Harapan
Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai
dengan yang diharapkan.
3.4 Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi
pesan yang disampaikan.
3.5 Situasi
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan situasi.

4. Hambatan Komunikasi
4.1 Fisik (physical)
Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan,
kebutuhan diri dan juga media fisik.
4.2 Budaya (Cultural)
Hambatan ini berasal dari etnic yang berbeda, agama dan juga perbedaan social yang
ada antara budaya yang satu dengan yang lainya.
4.3 Presepsi (Perceptual )
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki presepsi yang berbeda-
beda, mengenai satu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu, setiap budaya akan
mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
4.4 Motivasi ( Motivational )
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya
adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau
apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak mempuyai motivasi, sehingga dapat
menjadi hambatan komunikasi.
4.5 Pengalaman (Experiantial)
Eksperiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap jenis individu tidak
memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai presepsi dan
juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.
4.6 Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi
pendengar sedang buruk maka hambatan komuikasi yang terjadi akan semakin besar dan
sulit untuk dilalui
4.7 Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender) dan
penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata
yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
4.8 Non-Verbal
Hambatan Non-verbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata
tetapi berupa perilaku atau sikap yang dilakukan saat berkomunikasi dapat menjadi
hambatan berkomunikasi.
4.9 Kompetisi ( Competition )
Hambatan semacam ini muncul apabila, penerima pesan sedang melakukan kegiatan
lain sambil mendengarkan.

B. Hubungan Orang Tua-Anak


1.Nilai-nilai yang di ajarkan :
1.1 Iman
1.2 Tanggung Jawab
1.3 Keberanian /Keteguhan Hati
1.4 Respek/Rasa Hormat
1.5 Kesetiaan
1.6 Kebaikan & Belas Kasihan
1.7 Kejujuran.

C.Strategi Perubahan Perilaku

1. Inforcement:
a. Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturan atau
perundangan.
b. Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak
langgeng)
2. Persuasi
Dapat dilakukan dengan persuasi melalui pesan, diskusi dan argumentasi. Melalui pesan
seperti jangan makan babi karna bisa menimbukkan penyakit H1N1. Melalui diskusi seperti
diskusi tentang abortus yang membahayakan jika digunakan untuk alasan yang tidak baik

3. Fasilitasi
Strategi ini dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung. Dengan penyediaan
sarana dan prasarana ini akan meningkatkan Knowledge (pengetahuan) Untuk melakukan strategi
ini mmeerlukan beberapa proses yakni kesediaan, identifikasi dan internalisasi.

4. Education:

a. Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi
atau penyuluhan-penyuluhan.
b. Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu lama.

Cara-Cara Perubahan Perilaku


Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bias ditempuh, yaitu :
1. Dengan Paksaaan.
Ini bisa dengan :
a. Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman huluman kalau tidak mentaati instruksi
atau peraturan tersebut. Misalnya : instruksi atau peraturan tidak membuang sampah disembarang
tempat, dan ancaman hukuman atau denda jika tidak mentaati.
b. menakut-nakuti tentang bahaya yang mungkin akan diderita kalau tidak mengerjakan apa
yang dianiurkan Misal: menyampaikan kepada ibu-ibu bahwa anaknya bisa mati kalau tidak diberi
oralit waktu mencret
2. Dengan memberi imbalan.
lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi blsa juga imbalan yang tidak
berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya.
Contoh:
- kalau ibu-ibu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang dan diimunisasi, maka anaknya
akan sehat, (ini juga imbalan non materi)
Dalam hal ini orang berbuat sesuatu karena terdorong atau tertarik oleh imbalan tersebut,
bukan karena kesadran atau keyakinan akan manfatnya.

3. Dengan membina hubungan baik.


Kalau kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dengan masyarakat.
biasanya orang tersebut atau masyarakat akan mengikuti anjuran kita untuk berbuat sesuatu, karena
ingin memelihara hubungan baiknya dengan kita. Misal: Pak Lurah membuat jamban karena tidak
ingin mengecewakan petugas kesehatan yeng sudah dikenalnya dengan baik Jadi bukan karena
kesadarannya akan pentingnya jamban tersebut.
4. Dengan menunjukkan contoh-contoh.
Salah satu sifat manusia ialah ingin meniru Karena itu usahakanlah agar Puskesmas dengan
lingkungannya bersih, para petugas nampak bersih, rapi dan ramah. Selain itu, para petugas juga
berperilaku sehat. misalnya tidak merokok, tidak meludah disembarang tempat, tidak membuang
sampah sembarangan, dan sebagainya. Dibeberapa tempat disediakan tempat sampah agar orang
juga tidak membuang sampah sembarangan. Dengan contoh seperti ini biasanya orangakan ikut
berbuat yang serupa yaitu berperilaku sehat
5. Dengan memberikan kemudahan.
Misalnya kita ingin agar masyarakat memanfaatkan Puskesmas, maka Puskesmas
didekatkan kepada masyarakat, pembayarannya dibuat sedemikian hingga masyarakat. mampu
membayar pelayanannya yang baik dan ramah, tidak usah menunggu lama. dan sebagainya. Semua
ini merupakan kemudahan bagi masyarakat, maka diharapkan masyarakat akan tergerak untuk
memanfaatkan Puskesmas. ltulah sebabnya mengapa Puskesmas berlokasi dekat dengan
masyarakat, ditambah pula dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling.
6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi
Dalam hal ini individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi pengertian yang benar
tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara langsung ataupun tidak
langsung, yaitu misalnya melalui film, slide, photo, gambar, atau ceritera, bagaimana bahayanya
perilaku yang lidak sehat , dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini diharapkan akan
bisa membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat Selanjutnya berkali-kali
disampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin banyak orang yang
berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau disampaikan pula keuntungan-
keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk berperilaku sehat.
Cara ini memang memakan waktu lama untuk bisa dilihat hasilnya, tetapi sekali berhasil.
maka ia akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara cara lainnya.

Dari keenam cara diatas dapat disimpulkan bahwa sesorang atau kelompok akan terdorong
untuk berbuat sesuatu kalau di sadari bahwa dengan berbuat sesuatu kalau sisadari bahwa dengan
berbuat sesuatu itu, kebutuhan nya bisa terpenuhi. Atau kebutuhannya terancam kalau tidak
berbuat.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan
keadaan sebelumnya (Atkinson,1987). Dalam berubah terdapat beberapa teori perubahan yaitu
Teori Redin, Teori Lewin, Teori Lippitt, Teori Rogers, Teori Havelock dan Teori Spradley.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern yaitu keturunan dan motif. Sedangkan sebagian terletak
diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Sedangkan aspek perilaku
berupa aspek fisik, aspek psikis, dan aspek sosial.
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit.
Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan
(ketrampilan).
Dalam perubahan perilaku terdapat teori-teori yang membahas menegenai perubahan
perilaku yakni Teori S-O-R, Teori Dissonance : Festinger, Teori fungsi: Katz, Teori Driving
forces: Kurt Lewin dan Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan).

Sedangkan bentuk-bentuk perubahan perilaku berupa perubahan alamiah (natural change)


, Perubahan terencana (planned change) , dan Kesiapan berubah (Readiness to change). Untuk
melakukan perubahan maka harus memiliki strategi, maka strategi perubahan perilaku berupa
Inforcement, Persuasi, Fasilitasi dan Education.
Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bias ditempuh, yaitu :
1. Dengan Paksaaan.
2. Dengan memberi imbalan.
3. Dengan membina hubungan baik.
4. Dengan menunjukkan contoh-contoh.
5. Dengan memberikan kemudahan.
6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi
DAFTAR PUSAKA

Andri, Dan H, dkk. Komunikasi dan empati. Bahan Kuliah. Jakarta : FK UKRIDA : 2013
LIPI.2007 . Komunika. Jakarta : LIPI
Prigunanto, Ilham. 2004. Praktik Ilmu Komunikasi. Jakarta: Teraju
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balai
Pustaka.2002
Wade, C. Tavris. Psikologi. Ed. 2 . Jakarta: Erlangga. 2008. Hal. 194-204
West, Ricahrd., Lynn HT. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Ed.3. Jakarta :
Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai