Anda di halaman 1dari 209

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3
KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2012

Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :
Ade Sulistyawan
108104000015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2012 M
i
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

Nama : ADE SULISTYAWAN

Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 14 Maret 1990

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Persada Raya, Blok H.3 no.20, RT 06 RW 08

Kel. Gembor, Kec. Periuk, Kota Tangerang

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Telepon : 085692322305

E-mail : ade.sulistyawan@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Al - Hikmah Kota Tangerang

2. SD Negeri Gebang Raya I

3. SMP Negeri 12 Tangerang

4. SMA Negeri 8 Tangerang

5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi :

1. Staff Ahli Divisi Infokom BEMJ Ilmu Keperawatan tahun 2009-2010.

2. Ketua Departemen Kesenian dan Olahraga BEMF Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010-2011.

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillahi rabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, berkah serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Perilaku Merokok Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012.

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan besar

Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis

sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And, selaku

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. H.M. Djauhari W, AIF., PFK, selaku Pembantu Dekan Bidang

Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. Achmad Ghalib, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang

Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi
4. Dra. Farida Hamid, Mpd, selaku Pembantu Dekan Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan (PSIK).

6. Bapak Waras Budi Utomo, S. Kep, Ns., MKM, selaku pembimbing

akademik penulis yang selalu memotivasi penulis untuk selalu

bersemangat dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Nia Damiati, S. Kp, MSN, selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan

masukan, nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis

dalam menyusun skripsi ini, terutama dalam hal konsep, gagasan dasar

dan teori yang menunjang penelitian ini.

8. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM, selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan

masukan, nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis

dalam menyusun skripsi ini terutama dalam hal metode penelitian dan

konsep statistika.

9. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing

penulis, serta staff akademik (Bapak Azib Rosyidi S. Psi dan Ibu

Syamsiah) atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam

proses belajar di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

vii
10. Segenap jajaran staf dan karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN.

11. Kepala Sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang telah

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

12. Orang tua tercinta (Bapak Suyadi dan Ibu Turyati), serta Adik (Nurul

Istiqomah) yang telah memberikan perhatian, kasih sayang tulus dan

selalu mendoakan serta memberikan motivasi tiada hentinya kepada

penulis.

13. Sri Fitdiyah Ningsih yang telah banyak membantu dan menjadi teman

berdiskusi serta tukar pikiran yang baik selama proses perkuliahan dan

pembuatan skripsi ini.

14. Teman-teman di semua jurusan di FKIK yang telah banyak membantu

penulis selama proses perkuliahan di kampus.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk

itu, penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan yang membangun

demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, Oktober 2012

Ade Sulistyawan

viii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Oktober 2012

Ade Sulistyawan, NIM : 108104000015

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok Siswa Sekolah


Menengah Pertama Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
xxvii + 138 halaman, 21 tabel, 3 gambar, 4 lampiran

Abstrak

Data menunjukkan perilaku merokok remaja saat ini cenderung meningkat,


usia mulai merokokpun semakin bergeser ke usia yang lebih muda. Studi
pendahuluan yang dilakukan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan pada bulan
Maret 2012 menunjukkan 35% siswa SMPN 3 Tangerang Selatan usia 11-14
tahun sudah mulai menjadi perokok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melihat faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku merokok siswa SMPN
3 Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Sampel penelitian berjumlah 288 siswa.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian diolah
dengan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa yang
merokok sebanyak 64 siswa (22,2%). Berdasarkan hasil analisa uji statistik
didapatkan variabel yang berhubungan dengan perilaku merokok siswa adalah
jenis kelamin (p=0,000), pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,000), tindakan
(p=0,000), merasa kesulitan dalam pelajaran (p=0,000), ingin terlihat keren
(p=0,000), ingin diterima dalam pergaulan (p=0,015), ingin mencoba merokok
(p=0,000), orang tua yang merokok (p=0,000), saudara serumah yang merokok
(p=0,001), teman yang merokok (p=0,006), dan pengaruh iklan rokok (p=0,000).
Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah sarana dan prasarana
(p=0,428). Guna menurunkan angka remaja yang merokok perlu dilakukan
beberapa usaha oleh pihak terkait, seperti pembuatan regulasi yang mengatur
reklame iklan rokok di tempat umum, penjualan rokok kepada anak dibawah
umur, edukasi sejak dini dan berkelanjutan tentang rokok serta bahaya yang
ditimbulkannya dan membentuk grup diskusi untuk membicarakan masalah yang
dialami siswa sehingga berguna mengurangi angka merokok karena alasan
psikologis.

Kata kunci : Merokok, Remaja

Daftar bacaan : 39 (1988 2012)

ix
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF NURSING
Undergraduated Thesis, October 2012

Ade Sulistyawan, NIM : 108104000015

Factors Associated With Students Smoking Behavior At Public Junior High


School (SMPN) 3 South Tangerang City Year 2012
xxvii + 138 pages, 21 tables, 3 images, 4 attachments

Abstract

Nowadays adolescents smoking behavior tends to increase, and smokers


behavior shifted from older age of smoker to a younger one. Preliminary studies
conducted in SMPN 3 South Tangerang City on March 2012 showed that 35% of
students ages 11-14 years has started to become smokers. This researchs purpose
to see factors associated with students smoking behavior at SMPN 3 South
Tangerang City. The design is a quantitative study, with cross sectional approach.
The research was conducted on June 2012 at SMPN 3 South Tangerang City. The
number of samples in this study were 288 students. The data was collected using
self-questionnaires. The data obtained and processed with statistical chi square
test. The results of study showed that students who smoked as many as 64
students (22.2%). Based on the analysis of statistical tests known variables
associated with smoking behavior of students are gender (p=0.000), knowledge
(p=0.000), attitude (p=0.000), action to peoples smoking behavior around them
(p=0.000), feel difficulty in learning (p=0.000), wants to look cool (p=0.000),
wants to be accepted socially (p=0.015), wants to try smoking (p=0.000), parents
smoking behavior (p=0.000), siblings smoking behavior (p=0.001), friends
smoking behavior (p=0.006), and the influence of tobacco advertising (p=0,000).
Variable that not related is the availability of facilities (0.428). In order to reduce
the number of teens smoker, all relevant parties have to do some effort, such as
tighten the regulations of tobacco advertising billboards in public areas, cigarettes
selling, early and continuum education about cigarette and it dangers, in addition
developing groups discussion to talk about the problems experienced by students
will also useful to reduce smoking rates caused by psychological reasons.

Keywords : Smoking, Adolescent

Reference : 39 (1988 - 2012)

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS............................................... iv

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

ABSTRAK...................................................................................................... ix

ABSTRACT ................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xx

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xxiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9

C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 10

D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 10

1. Tujuan Umum ........................................................................... 10

2. Tujuan Khusus .......................................................................... 11

E. Manfaat Penelitian................................................................................ 11

F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 12

xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 13

A. Remaja ................................................................................................. 13

1. Definisi ..................................................................................... 13

2. Klasifikasi dan Pembagian Usia ................................................ 14

3. Tahap Perkembangan Remaja ................................................... 16

4. Karakteristik Masa Remaja ....................................................... 19

5. Perubahan Sosial pada Masa Remaja ........................................ 24

B. Merokok............................................................................................... 26

1. Perilaku Merokok ..................................................................... 26

2. Tahapan Perilaku Merokok ....................................................... 29

3. Klasifikasi Perilaku Merokok .................................................... 32

4. Jenis Rokok .............................................................................. 33

5. Motif Perilaku Merokok............................................................ 34

6. Dampak Perilaku Merokok ....................................................... 36

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada

Remaja ..................................................................................... 37

C. Penelitian Terkait ................................................................................. 47

D. Kerangka Teori .................................................................................... 49

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .......... 52

A. Kerangka Konsep ................................................................................. 52

B. Hipotesis .............................................................................................. 53

C. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran ...................................... 55

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 61

A. Jenis dan Desain Penelitian................................................................... 61

xii
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 61

C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 62

D. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling) .............................................. 64

E. Teknik Pengambilan Data..................................................................... 65

F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 65

G. Proses Pengambilan Data ..................................................................... 70

H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .......................................................... 71

I. Rancangan Analisa Data ....................................................................... 72

1. Analisis Univariat ..................................................................... 72

2. Analisis Bivariat ....................................................................... 72

J. Pengolahan Data................................................................................... 73

1. Editing ...................................................................................... 73

2. Coding ...................................................................................... 73

3. Data Entry ................................................................................ 74

4. Cleaning ................................................................................... 74

K. Etika Penelitian .................................................................................... 74

1. Prinsip Etik ............................................................................... 74

2. Informed Consent ..................................................................... 75

BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................... 77

A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................. 77

1. Gambaran Umum SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ................. 77

2. Gambaran Umum Individu........................................................ 78

B. Analisis Statistik................................................................................... 79

1. Analisis Univariat ........................................................................... 79

xiii
a) Gambaran Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 .................................................................. 79

b) Gambaran Karakteristik Siswa yang Merokok di SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 79

c) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Tahun 2012 ............................................................................... 83

1) Gambaran Jenis Kelamin Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 .......................................................... 84

2) Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 ........................................ 85

3) Gambaran Tingkat Sikap Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 .......................................................... 85

4) Gambaran Tingkat Tindakan Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 .......................................................... 86

5) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Merasa

Kesulitan dalam Pelajaran ................................................ 86

6) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Ingin

Mencoba Merokok ........................................................... 87

7) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Ingin

Terlihat Keren .................................................................. 87

xiv
8) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Ingin

Diterima dalam Semua Pergaulan ..................................... 87

9) Gambaran Karakteristik Sarana dan Prasarana Siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................ 88

10) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan

Sosial : Orang Tua yang Merokok .................................... 88

11) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan

Sosial : Saudara Serumah yang Merokok.......................... 89

12) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan

Sosial : Teman yang Merokok .......................................... 89

13) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan

Sosial : Pengaruh Iklan Rokok ......................................... 90

2. Analisis Bivariat ............................................................................. 90

a) Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN

3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ...................................... 90

b) Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan Tahun 2012......................................... 91

c) Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 93

xv
d) Hubungan Tindakan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan Tahun 2012......................................... 94

e) Hubungan Alasan Psikologis : Merasa Kesulitan dalam Pelajaran

dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Tahun 2012 ............................................................................... 96

f) Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Mencoba Merokok dengan

Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun

2012 ......................................................................................... 97

g) Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Terlihat Keren dengan

Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun

2012 ......................................................................................... 98

h) Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Diterima dalam Semua

Pergaulan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 100

i) Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok Siswa

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 .......................... 101

j) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Orang Tua yang

Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 102

k) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Saudara Serumah yang

Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 104

xvi
l) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Teman yang Merokok

dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Tahun 2012 ............................................................................... 105

m) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Pengaruh Iklan Rokok

dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Tahun 2012 ............................................................................... 107

BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................... 110

A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 110

B. Analisis Univariat ................................................................................. 110

1. Perilaku Merokok .................................................................... 110

C. Analisis Bivariat ................................................................................... 112

1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN

3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ...................................... 112

2. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan Tahun 2012......................................... 114

3. Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 115

4. Hubungan Tindakan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan Tahun 2012......................................... 117

5. Hubungan Alasan Psikologis : Merasa Kesulitan dalam Pelajaran

dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Tahun 2012 ............................................................................... 119

xvii
6. Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Mencoba Merokok dengan

Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun

2012 ......................................................................................... 121

7. Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Terlihat Keren dengan

Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun

2012 ......................................................................................... 123

8. Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Diterima dalam Semua

Pergaulan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 125

9. Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok Siswa

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 .......................... 127

10. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Orang Tua yang

Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 128

11. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Saudara Serumah yang

Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 130

12. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Teman yang Merokok

dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Tahun 2012 ............................................................................... 131

13. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Pengaruh Iklan Rokok

dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Tahun 2012 ............................................................................... 133

xviii
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 135

A. Kesimpulan .......................................................................................... 135

B. Saran .................................................................................................... 138

1. Bagi SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ..................................... 138

2. Bagi Instansi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan ................. 138

3. Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................... 138

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................xxiv

LAMPIRAN

xix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran .................................. 55

Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 .......................................................................... 79

Tabel 5.2 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Lama Merokok ....... 80

Tabel 5.3 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Jumlah Rokok yang

Dihisap Perhari ................................................................................ 80

Tabel 5.4 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Tempat untuk

Merokok .......................................................................................... 81

Tabel 5.5 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Jenis Rokok yang

Dihisap ............................................................................................ 81

Tabel 5.6 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Merek Rokok yang

Dihisap ............................................................................................ 82

Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Karakterisik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Tahun 2012 ...................................................................................... 83

Tabel 5.8 Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................ 90

Tabel 5.9 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 ........................................................ 92

Tabel 5.10 Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 ........................................................ 93

Tabel 5.11 Hubungan Tindakan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 ........................................................ 95

xx
Tabel 5.12 Hubungan Merasa Kesulitan dalam Pelajaran dengan Perilaku

Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ........ 96

Tabel 5.13 Hubungan Mencoba Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN

3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ............................................. 97

Tabel 5.14 Hubungan Ingin Terlihat Keren dengan Perilaku Merokok Siswa

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................. 99

Tabel 5.15 Hubungan Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan dengan Perilaku

Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ........ 100

Tabel 5.16 Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok Siswa

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................. 101

Tabel 5.17 Hubungan Orang Tua yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................. 103

Tabel 5.18 Hubungan Saudara Serumah yang Merokok dengan Perilaku Merokok

Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ....................... 104

Tabel 5.19 Hubungan Teman yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................. 106

Tabel 5.20 Hubungan Pengaruh Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................. 107

xxi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Precede-Proceed (Green, 1991) ........................................... 27

Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian............................................................. 51

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 52

xxii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Perizinan

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data

xxiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak dua dekade yang lalu WHO telah menetapkan tanggal 31 Mei

1988 sebagai Hari Bebas Tembakau Sedunia. Hal ini menunjukkan

semakin meningkatnya perhatian dunia, terutama kalangan kesehatan

terhadap akibat negatif rokok bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia.

Meningkatnya perhatian ini juga disebabkan oleh tren yang menunjukkan

perilaku merokok di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia

cukup tinggi, bahkan ada kecenderungan semakin meningkat (Aditama

dan Bernida, 1995).

Tren peningkatan perilaku merokok ini diperkuat oleh data yang

menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara berkembang yang

memiliki tingkat konsumsi dan produksi rokok yang tinggi. Menurut Bank

Dunia yang dikutip Depkes RI tahun 2002, konsumsi rokok di Indonesia

sekitar 6,6% dari konsumsi rokok di seluruh dunia (Alamsyah, 2009). Data

United States Department of Agriculture (USDA) tahun 2002 juga

menyebutkan Indonesia mengkonsumsi rokok sebanyak 182 miliar batang

rokok per tahunnya. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi kelima

dunia dalam jumlah konsumsi rokok per tahun, sesudah Cina (1.697,3

miliar batang), Amerika Serikat (463,5 miliar batang), Rusia (375,0 miliar

batang) dan Jepang (299,1 miliar batang). Jika dilihat secara aggregate,

konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat selama periode 1970-

1
2

2000, dari 33 milyar batang pada tahun 1970 menjadi 217 milyar batang

pada tahun 2000 (Depkes, 2004). Lebih dari separuh (52,3%) perokok

rata-rata menghisap 1-10 batang rokok per hari dan sekitar 20% sebanyak

11-20 batang per hari (Depkes 2010).

Tingginya angka konsumsi rokok diperkirakan dapat membunuh 500

juta orang setiap tahunnya di dunia, dan lebih dari setengahnya adalah

anak-anak dan remaja (Alamsyah, 2009). Fakta ini sebenarnya tidak

mengejutkan, karena sejumlah studi juga menyebutkan sebagian besar

perilaku merokok dimulai di usia remaja (Doe dan DeSanto, 2009).

Menurut data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) hampir sebanyak

24% remaja di mempunyai akses terhadap rokok sejak usia di bawah 10

tahun (GYTS, 2002). Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin

lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya

yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok,

sehingga mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin

(Leventhal dan Cleary, 1980 dalam Nasution, 2007).

Menurut hasil survey yang dilaksanakan oleh GYTS di Jakarta,

Bekasi, dan Medan, didapatkan bahwa di Jakarta sebanyak 34,2 % murid

sekolah usia SMP pernah merokok dan sebanyak 16,6 % saat ini masih

merokok. Terdapat 33,4 % murid sekolah usia SMP di Bekasi pernah

merokok dan sebanyak 17,1 % saat ini masih merokok. Demikian halnya

di Medan, sebanyak 39,7 % murid sekolah usia SMP pernah merokok dan

sebanyak 20,9 % saat ini masih merokok (Aditama, 2004).


3

Data Riskesdas tahun 2010 juga menunjukkan bagaimana pola

kebiasaan merokok yang ada di Indonesia, dimana usia pertama kali mulai

merokok yang paling banyak adalah usia 15-19 tahun (43,3%) disusul usia

10-14 tahun (17,5%), dan rata-rata umur mulai merokok secara nasional

adalah 17,6 tahun (Depkes, 2010). Data ini menunjukkan peningkatan

yang cukup tinggi jika dibandingkan data Riskesdas tahun 2007. Salah

satu peningkatan data yang signifikan adalah data usia pertama kali mulai

merokok, pada tahun 2007 rata-rata masyarakat Indonesia yang mulai

merokok sejak usia 10-14 tahun adalah 10,5%, sedangkan pada tahun 2010

meningkat menjadi 17,5%.

Kecenderungan peningkatan jumlah perokok remaja dan semakin

mudanya usia mulai merokok tersebut menjadi keprihatinan tersendiri

karena membawa konsekuensi jangka panjang yang nyata yakni dampak

negatif rokok itu sendiri terhadap kesehatan. Dampak negatif konsumsi

rokok bagi kesehatan telah diketahui sejak dahulu. Ada ribuan artikel yang

membuktikan adanya hubungan kausal antara penggunaan rokok dengan

terjadinya berbagai penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit sistem

saluran pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan. Hal ini

tidak mengherankan karena asap tembakau mengandung lebih dari 4000

bahan kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker (karsinogenik). Saat ini

semakin banyak generasi muda yang terpapar dengan asap rokok tanpa

disadari terus menumpuk zat toksik dan karsinogenik tersebut (Depkes,

2011).
4

Dibalik tinginya angka remaja yang terpapar asap rokok, kita juga

dihadapkan pada kenyataan yang lebih memprihatinkan lagi adalah

dimana banyak remaja berpikir bahwa merokok tidak akan menimbulkan

efek pada tubuh mereka sampai mereka mencapai usia middle age.

Padahal faktanya hampir 90 persen remaja yang merokok secara reguler

dilaporkan sudah mulai merasakan efek negatif jangka pendek dari rokok

(Doe dan DeSanto, 2009).

Beberapa penelitian mengatakan efek negatif yang ditimbulkan oleh

rokok tidak hanya efek jangka panjang berupa penyakit kronis, tapi juga

efek jangka pendek yang dapat berupa peningkatan stress, bronkospasme,

batuk, peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah

(hipertensi), penyakit periodontal (rongga mulut), hingga ulkus peptikum

(Doe dan DeSanto, 2009). Seseorang yang pertama kali mengkonsumsi

rokok mengalami gejala-gejala seperti batuk-batuk, lidah terasa getir dan

perut mual, namun demikian, sebagian dari pemula yang mengabaikan

gejala-gejala tersebut biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya

menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai

kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Gejala ini dapat

dijelaskan dari konsep tobacco depency (ketergantungan tembakau).

Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan

bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan oleh

sifat nikotin yang adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan

menimbulkan stres (Tandra, 2003 dalam Nasution, 2007).


5

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa satu dari dua perokok yang

merokok pada usia muda dan terus merokok seumur hidup, akhirnya akan

meninggal karena penyakit yang berkaitan dengan rokok. Rata-rata

perokok yang memulai merokok pada usia remaja akan meninggal pada

usia setengah baya, sebelum 70 tahun, atau kehilangan sekitar 22 tahun

harapan hidup normal. Para perokok yang terus merokok dalam jangka

waktu panjang akan menghadapi kemungkinan kematian tiga kali lebih

tinggi daripada mereka yang bukan perokok (Nasution, 2007).

Berbagai efek negatif yang diakibatkan oleh rokok ini secara langsung

dan tidak langsung sudah terbukti dapat mengganggu perkembangan &

pertumbuhan remaja. Hal ini disadari oleh pemerintah, sehingga semakin

meningkatkan usaha yang dilakukan pemerintah untuk mencegah

peredaran rokok pada remaja. Salah satu usaha terhadap pembatasan rokok

di kalangan remaja tercantum dalam sasaran Riskesdas 2010, yaitu

menurunnya prevalensi perokok serta meningkatnya lingkungan sehat

bebas rokok di sekolah, tempat kerja dan tempat umum (Depkes, 2010).

Selain tercantum dalam sasaran umum Riskesdas, saat ini sudah banyak

pemerintah daerah yang mulai merintis peraturan daerah mengenai

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di wilayahnya, salah satunya adalah

pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan.

Diberlakukannya kebijakan dan peraturan yang tegas terhadap rokok

ini seharusnya membuat perilaku merokok di kalangan remaja, dalam hal

ini adalah siswa SMP dan SMA semakin berkurang, namun kenyataannya

tidak demikian dan cenderung sebaliknya. Kenyataan di lapangan peneliti


6

melihat langsung masih banyak siswa SMP dan SMA di wilayah Kota

Tangerang Selatan, khususnya Kecamatan Ciputat yang merokok di

sekitar wilayah sekolah, bahkan saat masih menggunakan seragam

sekolahnya. Seperti pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada

tanggal 15 Maret 2012 terhadap 14 siswa laki-laki SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan yang dipilih secara acak, menunjukkan 5 dari 14 siswa

atau sekitar 35,71% mengaku sudah mulai merokok aktif. Baik sebagai

perokok regular maupun kadang-kadang, dengan rata-rata 3 batang per

hari.

Perilaku siswa yang sudah mulai aktif merokok ini dipengaruhi oleh

banyak faktor. Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok pertama.

Studi Mirnet (Tuakli dkk, 1990) menemukan bahwa perilaku merokok

diawali oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Remaja mulai

merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Modelling (meniru

perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai

perilaku merokok (Sarafino, 1994 dalam Nasution, 2007). Oskamp (1984)

dalam Nasution (2007) menyatakan bahwa setelah mencoba rokok

pertama, seorang individu menjadi ketagihan merokok, dengan alasan-

alasan seperti kebiasaan, menurunkan kecemasan, dan mendapatkan

penerimaan. Graham dalam Ogden (2000) menyatakan bahwa efek positif

dari merokok adalah menghasilkan efek mood yang positif dan membantu

individu dalam menghadapi masalah yang sulit (Nasution, 2007). Studi

Mirnet (Tuakli dkk, 1990) juga menambahkan bahwa dari survei terhadap

para perokok, dilaporkan bahwa orang tua dan saudara yang merokok, rasa
7

bosan, stres dan kecemasan, perilaku teman sebaya merupakan faktor yang

menyebabkan keterlanjutan perilaku merokok pada remaja. Sedangkan di

Indonesia, jenis kelamin juga merupakan faktor penting terhadap perilaku

merokok. Suhardi (1997) menyatakan bahwa perilaku merokok lebih

dominan pada laki-laki dan sedikit perempuan yang merokok terkait

dengan kultur yang kurang menerima perempuan yang berperilaku

merokok.

Alamsyah (2009) dalam penelitiannya menyebutkan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap perilaku merokok pada remaja diantaranya adalah

pengetahuan remaja terhadap rokok, pengaruh lingkungan sosial, sarana

dan prasarana yang tersedia dan alasan psikologis. Faktor-faktor ini

mampu mempengaruhi perilaku merokok pada remaja karena menurut

Alamsyah (2009) masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-

pengaruh negatif. Remaja lebih meniru kepada apa yang dia lihat atau dia

dengar dari orang lain. Pada masa ini remaja menghadapi konflik tentang

apa yang mereka lihat dan apa yang mereka pandang tentang struktur

tubuh yang ideal (Wong, dkk, 2009).

Melihat berbagai fenomena diatas, peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku merokok pada remaja dalam hal ini adalah siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan. Alasan dipilihnya SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

karena lokasinya berada di wilayah yang banyak terdapat kos-kosan

mahasiswa dan karyawan. Dimana perilaku merokok mahasiswa dan

karyawan diperkirakan juga dapat menjadi referensi siswa SMPN 3


8

Kota Tangerang Selatan untuk mulai mencoba rokok. Sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Wong, dkk (2009) bahwa remaja lebih meniru kepada

apa yang dia lihat atau dia dengar dari orang lain.

Selain itu, peneliti merasa tertarik melakukan penelitian terhadap siswa

SMP karena melihat beberapa penilitian sebelumnya yang terkait

mengenai perilaku merokok pada remaja rata-rata dilakukan terhadap

siswa SMA dan mahasiswa. Padahal menurut statistik dan fenomena di

lapangan, usia remaja yang mulai merokok cenderung semakin bergeser

menjadi lebih muda. Sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai apa

saja faktor-faktor yang berhubungan dengan fenomena ini.

Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah

penelitian tesis yang dilakukan oleh Rika Mayasari Alamsyah, yang

berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan

Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan

Tahun 2007. Subjek remaja pada penelitian ini adalah siswa SMA. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan pengetahuan remaja tentang bahaya rokok

terhadap kesehatan, serta zat berbahaya dalam rokok tidak menyebabkan

remaja memutuskan untuk tidak merokok, namun faktor lingkungan sosial

yaitu pengaruh teman merokok, orang tua merokok, saudara serumah

merokok dan iklan rokok mendorong remaja untuk merokok. Semua

faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok secara statistik

menunjukkan hubungan yang signifikan.

Hasil studi diatas selaras dengan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan peneliti terhadap 14 siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan,


9

diketahui faktor dominan yang membuat mereka ingin merokok adalah

faktor lingkungan sosial, terutama ajakan teman.

B. Rumusan Masalah

Data menunjukkan perilaku merokok remaja saat ini cenderung

meningkat, usia mulai merokokpun semakin bergeser ke usia yang lebih

muda. Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Maret 2012

menunjukkan 35% siswa SMPN 3 Tangerang usia 11-14 tahun sudah

mulai menjadi perokok. Perilaku merokok remaja ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Penelitian sebelumnya menunjukkan faktor utama yang

mempengaruhi adalah faktor lingkungan sosial, seperti pengaruh keluarga

yang merokok, teman yang merokok dan pengaruh iklan rokok. Hal ini

menjadi keprihatinan tersendiri karena banyak penilitian yang

membuktikkan bahwa rokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif

terhadap kesehatan.

Sebelumnya sudah banyak ditemukan penelitian yang membahas

perilaku merokok remaja dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya.

Namun rata-rata penelitian tersebut meneliti siswa SMA & mahasiswa,

sementara menurut statistik dan fenomena di lapangan, usia remaja yang

mulai merokok cenderung semakin bergeser menjadi lebih muda. Hal ini

menimbulkan pertanyaan dan ketertarikan peneliti untuk meneliti

mengenai apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

merokok pada remaja, dalam hal ini adalah siswa SMP.


10

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran perilaku merokok siswa di SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan ?

2. Bagaimana hubungan antara faktor predisposisi (predisposing factors)

yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja tentang

rokok dan alasan psikologis dengan perilaku merokok siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan ?

3. Bagaimana hubungan antara faktor penguat (reinforcing factors), yaitu

pengaruh lingkungan sosial seperti orang tua yang merokok, saudara

serumah yang merokok, teman yang merokok dan pengaruh iklan

rokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan ?

4. Bagaimana hubungan antara faktor pendukung/pemungkin (enabling

factors), yaitu adanya sarana & prasarana, seperti uang saku untuk

membeli rokok dan adanya tempat untuk membeli rokok dengan

perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada siswa SMPN

3 Kota Tangerang Selatan.


11

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran siswa yang merokok di SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan.

b. Mengetahui hubungan antara faktor predisposisi (predisposing

factors) yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap, dan tindakan

remaja tentang rokok dan alasan psikologis dengan perilaku

merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

c. Mengetahui hubungan antara faktor penguat (reinforcing factors),

yaitu pengaruh lingkungan sosial seperti orang tua yang merokok,

saudara serumah yang merokok, teman yang merokok dan

pengaruh iklan rokok terhadap perilaku merokok siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan.

d. Mengetahui hubungan antara faktor pendukung/pemungkin

(enabling factors), yaitu adanya sarana & prasarana, seperti uang

saku untuk membeli rokok dan adanya tempat untuk membeli

rokok terhadap perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun

cara yang lebih efektif untuk penyuluhan kesehatan tentang merokok

pada siswa SMP.


12

2. Bagi masyarakat, khususnya guru dan orang tua yang memiliki anak

remaja dapat dijadikan bahan masukan dan pengetahuan dalam

pencegahan dan atau pengawasan perilaku merokok remaja.

3. Bagi peneliti untuk mengembangkan kemampuan menulis serta

masukan untuk penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

hubungan antara beberapa faktor predisposisi, penguat dan pemungkin

dengan perilaku merokok remaja, dalam hal ini adalah siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan

metodologi penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang berusia 11-14 tahun.

Sampel yang menjadi responden dalam penelitian berjumlah 288 siswa,

yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Data primer dikumpulkan

dengan cara penyebaran kuesioner terkait perilaku merokok remaja dan

faktor-faktor yang berhubungan dengannya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Definisi

Kata remaja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu

adolescence dan berasal dari kata Latin, adolescere yang berarti

tumbuh menjadi dewasa atau perkembangan menuju kematangan

(Sebald, 1992 dalam Kintoko, 2004). Masa remaja merupakan salah

satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa

perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang

meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

sosial. Menurut sebagian besar masyakat dan budaya masa remaja

pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia

18-22 tahun (Notoatmodjo, 2007).

Piaget (1969) dalam Hurlock (1999), mengatakan bahwa secara

psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa di bawah

tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada di dalam

tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak

(Nasution, 2007). Hurlock (1999) dalam Nasution (2007) juga

menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa, di mulai saat anak secara seksual

matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.

13
14

Alamsyah (2009) juga menyebutkan bahwa masa remaja adalah masa

yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti merokok,

narkoba, kriminal dan kejahatan seks.

Menurut Soetjiningsih (2004) masa remaja merupakan masa

peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya

kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan

20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.

Menurut World Health Organization (WHO) remaja adalah suatu

masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan

tanda-tanda seksual sekunder sampai saat mencapai kematangan

seksual (Sarwono, 2006).

Disimpulkan dari beberapa definisi di atas bahwa masa remaja

merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa

dan dalam prosesnya terjadi perkembangan kematangan fisik, psikis

dan sosial serta bertambahnya tuntutan masyarakat.

2. Klasifikasi dan Pembagian Usia

Berbagai batasan usia dan pembagian masa remaja yang telah

dikemukakan para ahli. Stone dan Church (1973) dalam Alamsyah

(2009) membagi masa remaja menjadi remaja awal, remaja akhir dan

dewasa muda. Remaja awal adalah suatu periode dari mulainya masa

pubertas hingga kurang lebih satu tahun sesudah pubertas yaitu pada

saat pola fisiologis berfungsi dengan stabil. Remaja akhir adalah

periode sesudahnya dari remaja awal hingga usia yang dibolehkan


15

untuk ikut pemilu, menyetir kendaraan atau saat mulai masuk kuliah.

Dewasa muda adalah periode dari permulaan kuliah hingga usia awal

dua puluhan.

Menurut Hurlock (1999) dalam Nasution (2007) secara umum

masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu awal masa remaja dan

akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13

tahun hingga 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula

dari usia 16 tahun atau 17 tahun hingga usia 18 tahun, yaitu usia

matang secara hukum.

Masa remaja menurut WHO adalah antara 10-19 tahun (WHO,

2009). Sedangkan menurut Monks (1992) dalam Nurhayati (2009)

masa remaja berlangsung pada umur 12 sampai 21 tahun dengan

pembagian masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan

(15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

Sarwono (2006) menyatakan definisi remaja untuk masyarakat

Indonesia adalah menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum

menikah dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda

seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik).

b. Banyak masyarakat Indonesia menganggap usia 11 tahun sudah

dianggap akhil balik, baik menurut adat maupun agama,

sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai

anak-anak (kriteria seksual).


16

c. Usia 11 tahun dianggap remaja karena mulai ada tanda-tanda

penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya

identitas diri (ego identity) (Erikson, 1963 dalam Muscari,

2005), tercapainya fase genital dari perkembangan

psikoseksual (Freud, 1905 dalam Wong, 2009), dan tercapainya

puncak perkembangan kognitif (Piaget, 1969 dalam Atherton,

2011) maupun moral (Kohlberg, 1968 dalam Wong, 2009).

d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk

memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut

masih menggantungkan diri pada orang tua.

Merujuk definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan

karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara

menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapapun

dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara

hukum maupun kehidupan bermasyarakat dan keluarga. Oleh karena

itu defenisi remaja di sini dibatasi khusus untuk orang yang belum

menikah.

3. Tahap Perkembangan Remaja

Sesuai dengan pembagian usia remaja menurut Monks (1999)

dalam Nasution (2007) maka terdapat tiga tahap proses perkembangan

yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan

karakteristiknya, yaitu :
17

a. Remaja awal (12-15 tahun)

Tahap ini remaja masih merasa heran terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan

yang menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada

lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan

yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya

pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit

mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.

b. Remaja madya (15-18 tahun)

Tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada

kecenderungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri,

dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai

sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja

berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus

memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri,

optimis atau pesimis, dan sebagainya.

c. Remaja akhir (18-21 tahun)

Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang

ditandai dengan pencapaian :

1) Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi

intelek.
18

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-

pengalaman baru.

3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah

lagi.

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri) diganti dengan keseimbangan antara

kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

5) Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan

masyarakat umum.

Havighurst (1948) dalam Hurlock (1999) menyatakan tugas-tugas

perkembangan pada masa remaja adalah (Nasution, 2007):

a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman

sebaya baik laki-laki maupun perempuan.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-

orang dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karir ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.


19

4. Karakteristik Masa Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya

dengan periode sebelum dan sesudahnya. Hurlock (1999) dalam

Nasution (2007) menerangkan beberapa ciri masa remaja adalah

sebagai berikut :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Disebut periode yang penting karena akibat fisik dan karena

akibat psikologis. Sebagian besar anak muda, usia antara 12

tahun dan 16 tahun merupakan tahun yang penuh kejadian yang

menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan

fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya

perkembangan mental yang terjadi terutama pada awal masa

remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya

penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan

minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode transisi

Dalam setiap adanya transisi suatu perubahan, status

individu menjadi tidak jelas karena terdapat keraguan akan

peran yang harus dilakukan. Masa remaja individu bukan lagi

seorang anak-anak dan juga bukan orang dewasa. Di sisi lain,

status remaja yang tidak jelas ini memberikan keuntungan

karena status tersebut memberi ruang dan waktu kepada

seorang remaja untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan


20

menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai

bagi dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja akan seiring

dengan perubahan sikap dan perilaku. Hal ini berarti saat

perubahan sifat berlangsung dengan cepat maka akan terjadi

juga perubahan sikap dan perilaku dengan cepat dan

sebaliknya. Hurlock (1999) dalam Nasution (2007)

menjelaskan ada beberapa perubahan yang pada umumnya

terjadi pada masa remaja, yaitu:

1) Peningkatan emosional, intensitasnya tergantung pada

tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

Peningkatan emosi lebih menonjol pada masa awal

periode masa remaja.

2) Perubahan fisiologis tubuh, perubahan pada proses

pematangan seksual membuat individu remaja menjadi

tidak percaya diri terhadap kemampuan dan minat

mereka.

3) Perubahan minat dan peran, perubahan yang diharapkan

oleh lingkungan sosial dapat menimbulkan masalah

baru dan lebih banyak dibandingkan masa sebelumnya.

Hal ini akan terjadi terus hingga individu itu sendiri

yang menyelesaikan menurut keinginannya.


21

4) Perubahan terhadap nilai-nilai, beberapa nilai-nilai yang

dianggap penting pada masa sebelumnya menjadi tidak

penting lagi di masa remaja. Masa ini mulai dipahami

bahwa kualitas lebih penting dibandingkan kuantitas.

5) Ambivalen terhadap perubahan, pada masa remaja

individu menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi

sering takut bertanggung jawab akan akibat yang

terjadi.

d. Masa remaja sebagai masa bermasalah

Berbagai masalah yang terjadi di masa remaja sering

menjadi masalah yang sulit diatasi. Ada dua alasan yang

menyebabkan hal ini terjadi, yaitu: (i) pada masa kanak-kanak

segala masalah diselesaikan oleh orang tua ataupun para guru

sehingga remaja tidak mempunyai pengalaman terhadap

masalah yang terjadi; (ii) para remaja merasa telah mandiri

sehingga menolak bantuan orang tua ataupun para guru dengan

alasan ingin mengatasi masalahnya sendiri.

Ketidakmampuan ini banyak kegagalan yang seringkali

disertai dengan akibat yang tragis. Kegagalan ini bukan karena

ketidakmampuan individu tetapi karena tuntutan yang diajukan

pada remaja terjadi di kala tenaganya telah dihabiskan untuk

mengatasi masalah pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan

dan perkembangan seksual yang normal.


22

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja adalah usaha untuk

menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam

masyarakat. Tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri

dengan kelompok menjadi penting. Tiap penyimpangan dari

standar kelompok dapat mengancam keanggotaannya dalam

kelompok. Lambat laun individu remaja mulai mendambakan

identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan

teman-temannya dalam segala hal.

Salah satu cara memunculkan identitas diri adalah dengan

menggunakan simbol status yang mudah terlihat seperti model

pakaian, gaya, jenis kendaraan dan lain-lain. Cara ini

dimaksudkan agar menarik perhatian dan dipandang oleh orang

lain. Saat yang sama individu juga tetap mempertahankan

identitas dirinya sebagai anggota dari suatu kelompok sebaya.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Stereotip yang telah dibangun masyarakat dalam

menggambarkan citra diri remaja, lambat laun dianggap

sebagai gambaran asli dan membuat para remaja membentuk

perilakunya sesuai gambaran tersebut. Ada anggapan bahwa

masa remaja adalah masa yang sangat bernilai, tetapi sangat

disayangkan banyak yang menjadikannya menjadi sesuatu yang

bernilai negatif.
23

Stereotip yang mengatakan remaja adalah anak-anak yang

tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung

berperilaku merusak menyebabkan banyak kalangan dewasa

takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap

perilaku remaja walaupun dilakukan dengan normal.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja melihat dirinya dan orang lain seperti yang

diinginkannya dan bukan sebagaimana adanya, terlebih lagi

dalam hal cita-cita. Hal ini semakin menyebabkan meningginya

emosi terutama di awal masa remaja. Semakin cita-citanya

tidak realistis maka individu tersebut semakin menjadi

pemarah.

Remaja tersebut akan sakit hati dan kecewa apabila ada

orang lain yang mengecewakannya dan ia tidak berhasil

mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Cita-cita yang tidak

realistik ini bukan hanya kepada dirinya semata tetapi juga

terhadap teman-teman dan keluarganya.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Remaja akan menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip

belasan tahun dan untuk menciptakan kesan bahwa mereka

akan beranjak dewasa. Gaya berpakaian dan bertindak seperti

dewasa dirasakan belum memadai. Oleh sebab itu remaja mulai

memusatkan pada perilaku yang dihubungkan pada status

dewasa, seperti merokok, minum-minuman keras,


24

menggunakan obat-obatan terlarang dan terlibat dalam

perbuatan seks.

5. Perubahan Sosial Pada Masa Remaja

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah

yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus

menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang

sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan diri dengan

orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Remaja lebih

banyak menghabiskan waktunya bersama dengan teman-teman sebaya,

maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,

penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga.

Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka

memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang

popular, maka kesempatan untuk diterima menjadi anggota kelompok

lebih besar (Hurlock, 1999 dalam Nasution, 2007). Kelompok sosial

yang paling sering terjadi pada masa remaja adalah (Hurlock, 1999

dalam Nasution, 2007) :

a. Teman dekat

Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman

dekat, atau sahabat karib. Mereka terdiri dari jenis kelamin

yang sama, mempunyai minat dan kemampuan yang sama.

Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain.


25

b. Kelompok kecil

Kelompok ini terdiri dari kelompok teman-teman dekat.

Pada mulanya, terdiri dari jenis kelamin yang sama, tetapi

kemudian meliputi kedua jenis kelamin.

c. Kelompok besar

Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok kecil dan

kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya

minat pesta dan berkencan. Kelompok ini besar sehingga

penyesuaian minat berkurang di antara anggota-anggotanya.

Terdapat jarak sosial yang lebih besar di antara mereka.

d. Kelompok yang terorganisasi

Kelompok ini adalah kelompok yang dibina oleh orang

dewasa, dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai

klik atau kelompok besar.

e. Kelompok geng

Remaja yang tidak termasuk kelompok atau kelompok

besar dan merasa tidak puas dengan kelompok yang

terorganisasi akan mengikuti kelompok geng. Anggotanya

biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka

adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui

perilaku anti sosial.


26

B. Merokok

1. Perilaku Merokok

Walgito (1994) mendefinisikan perilaku atau aktivitas ke dalam

pengertian yang luas yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan

perilaku yang tidak tampak (innert behavior), demikian pula aktivitas-

aktivitas tersebut disamping aktivitas motoris juga termasuk aktivitas

emosional dan kognitif. Chaplin (1999) dalam Nasution (2007)

memberikan pengertian perilaku dalam dua arti. Pertama perilaku

dalam arti luas didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami

seseorang. Pengertian yang kedua, perilaku didefinisikan dalam arti

sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang dapat diamati.

Lawrence Green (1991) dalam Herawani (2001) mencoba

menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan

seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu

faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar lingkungan

(nonbehavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau

terbentuk dari 3 faktor.

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), merupakan

faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga,

kelompok, atau masyarakat yang mempermudah individu untuk

berperilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, tindakan,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya (Herawani,

2001).
27

b. Faktor-faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors),

yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan

(Herawani, 2001).

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) merupakan

faktor yang menguatkan perilaku, yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan, teman sebaya, orang tua, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat

(Herawani, 2001).

Lawrence Green (1991) mengemukakan teori yang

menggambarkan hubungan pendidikan kesehatan dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku kesehatan seperti pada gambar di bawah

Precede ini :
Fase 5 : Fase 4 : Fase 3 : Fase 2 : Fase 1 :
Adiministrasi & Diagnosis Edukasi & Diagnosis Perilaku & Diagnosis Diagnosis Epidemiologi Diagnosis Sosial
Peraturan Organisasi Lingkungan

Promosi
Kesehatan Faktor Predisposisi
(Predisposing Factors)

Pendidikan Perilaku & Kualitas


Faktor Pemungkin Kesehatan Hidup
Kesehatan Cara Hidup
(Enabling Factors)

Peraturan
Faktor Pendorong
Kebijakan Lingkungan
(Reinforcing Factors)
Organisasi

Fase 6 : Fase 7 : Fase 8 : Fase 9 :


Implementasi Evaluasi Proses Evaluasi Dampak Evaluasi Hasil

Proceed Gambar 2.1. Teori Precede-Proceed


(Green, Health Promotion Planning and Education and Environment Approach,
Institute of Health Promotion Research University of British Columbia, 1991)
28

Menurut bagan diatas, kualitas hidup seseorang dipengaruhi oleh

predisposing, reinforcing dan enabling factors, dimana ketiga faktor

ini dibentuk dari adanya pendidikan kesehatan.

Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam

menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku

manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah

banyak dilakukan pada zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat

itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap

dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan

mulut (Danusantoso, 1991 dalam Nasution, 2007).

Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah

umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status,

serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin dapat disebabkan

karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh

dimana pun juga. Poerwadarminta (1995) dalam Nasution (2007)

mendefinisikan merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok

sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau

kertas.

Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam

tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990

dalam Nasution, 2007). Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku

merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar

dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap

oleh orang-orang disekitarnya (Levy, 1984 dalam Nasution, 2007).


29

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku

merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan

kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat

menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya,

perilaku ini secara umum dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor

predisposisi, faktor pemungkin atau pendukung dan faktor pendorong.

2. Tahapan Perilaku Merokok

Perilaku merokok tidak terjadi secara kebetulan, karena ada

beberapa tahap yang dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi

perokok reguler yaitu seseorang yang telah menganggap rokok telah

menjadi bagian dari hidupnya. Menurut Leventhal dan Cleary (1980)

dalam Kintoko (2004), ada beberapa tahapan dalam perkembangan

perilaku merokok, yaitu :

a. Tahap Persiapan

Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah

merokok. Tahap ini terjadi pembentukan opini pada diri

individu terhadap perilaku merokok. Hal ini disebabkan adanya

pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok

serta citra yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi

rokok dan perilaku merokok diperoleh dari observasi terhadap

orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun lewat

berbagai media. Salah satu pengaruh lewat media adalah

melalui berbagai iklan yang berkaitan dengan rokok yang


30

menggunakan para artis terkenal sebagai model, sehingga

rokok dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran.

Ada juga anggapan merokok berkaitan dengan bentuk

kedewasaan di kalangan remaja sehingga diasumsikan sebagai

bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga

dianggap sebagai sesuatu yang prestis, simbol pemberontakan

dan salah satu upaya menenangkan diri dalam situasi yang

menegangkan. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok ini

merupakan awal dari suatu kebiasaan merokok.

b. Tahap Inisiasi

Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu

karena merupakan tahap coba-coba dimana ia beranggapan

bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga ia

akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok.

Apabila seorang remaja hanya mencoba merokok 1-2 batang

saja maka besar kemudian tidak akan menjadi perokok. Akan

tetapi apabila ia telah mencoba 10 batang atau lebih, maka ia

memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok sebesar

80%. Leventhal dan Cleary (1980 dalam Kintoko, 2004) juga

berpendapat seseorang yang telah merokok empat batang rokok

pada awalnya akan cenderung menjadi perokok reguler.

Perokok reguler seringkali terjadi secara perlahan dan

kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih.


31

c. Tahap Menjadi Seorang Perokok

Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label

pada dirinya sebagai seorang perokok dan ia mulai mengalami

ketergantungan kepada rokok. Beberapa studi menyebutkan

bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi

individu untuk menjadi perokok reguler. Pada tahap ketiga ini

merupakan tahap pembentukan konsep, belajar tentang kapan

dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran

perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya

bahwa rokok berbahaya bagi orang lain terutama bagi

kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya.

d. Tahap Tetap Menjadi Perokok

Tahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis

digabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok. Faktor-

faktor psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan

kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara

berteman dan memperoleh penghargaan sosial, dan stimulasi.

Ada dua faktor mekanisme biologis yang memperoleh

perhatian paling banyak dalam mempertahankan perilaku

merokok, yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin yang

dibutuhkan dalam aliran darah.


32

3. Klasifikasi Perilaku Merokok

Bustan (2007) mengelompokkan perokok menjadi 3 kategori

berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, yaitu :

a. Perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok

kurang dari 10 batang perhari.

b. Perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok

antara 10-20 batang perhari.

c. Perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok

lebih dari 20 batang perhari.

Menurut Tomkins (1962) dalam Mutadin (2002) ada empat tipe

perilaku merokok berdasarkan Management of Affect Theory, yaitu

(Nasution, 2007) :

a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.

1) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk

menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah

didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau

makan.

2) Simulation to pick them up, perilaku merokok hanya

dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

3) Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang

diperoleh dari memegang rokok.

b. Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif.

Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan

negatif dalam dirinya. Misalnya merokok bila marah, cemas,


33

gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka

menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga

terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

c. Perilaku merokok yang adiktif.

Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok

yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang

dihisapnya berkurang.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena

untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah

menjadi kebiasaan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku

merokok digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari

banyaknya rokok yang dihisap, dan fungsi merokok dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Jenis Rokok

Rokok umumnya terbagi menjadi 3 kelompok yaitu rokok putih,

rokok kretek dan cerutu. Rokok putih mempunyai kandungan 14-15

mg tar dan 5 mg nikotin dimana kandungan tar dan nikotin tersebut

lebih rendah dibanding rokok kretek dan hal ini dikontrol dengan

baik/dijamin oleh pabriknya, karena kerendahan kadar tar dan nikotin

ini justru menjadi nilai jual bagi mereka berkaitan dengan isu

kesehatan (Purnama, 1998 dalam Alamsyah, 2009).


34

Rokok kretek memiliki sekitar 20 mg tar dan 4-5 mg nikotin, lebih

besar kandungan tar dan nikotinnya dari rokok putih. Sedangkan

cerutu umumnya berbentuk seperti kapal selam dengan ukuran lebih

besar dan panjang dari dua jenis rokok pertama, terdiri atas daun

tembakau kering yang digulung-gulung menjadi silinder gemuk, lalu

dilem. Akibatnya kandungan tar dan nikotin cerutu paling besar

dibanding dengan jenis rokok lain (Purnama, 1998 dalam Alamsyah,

2009).

5. Motif Perilaku Merokok

Leventhal & Cleary (1980 dalam Oskamp, 1984) menyatakan

motif seseorang merokok terbagi menjadi dua motif utama, yaitu

(Nasution, 2007) :

a. Faktor Psikologis

Pada umumnya faktor-faktor tersebut tentang ke dalam

lima bagian, yaitu :

1) Kebiasaan

Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang

harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat

negatif ataupun positif. Seseorang merokok hanya

untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu.

2) Reaksi emosi yang positif

Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi

yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan


35

kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukkan

kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan

kedewasaan.

3) Reaksi untuk penurunan emosi

Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang,

kecemasan biasa, ataupun kecemasan yang timbul

karena adanya interaksi dengan orang lain.

4) Alasan sosial

Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan

kelompok (umumnya pada remaja dan anak-anak),

identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan

image diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga

dapat disebabkan adanya paksaan dari teman-temannya.

5) Kecanduan atau ketagihan

Seseorang merokok karena mengaku telah

mengalami kecanduan. Kecanduan terjadi karena

adanya nikotin yang terkandung di dalam rokok.

Semula hanya mencoba-coba rokok, tetapi akhirnya

tidak dapat menghentikan perilaku tersebut karena

kebutuhan tubuh akan nikotin.

b. Faktor biologis

Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di

dalam rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan

seseorang pada rokok secara biologis


36

Selain motif-motif diatas, individu juga dapat merokok dengan

alasan sebagai alat dalam mengatasi stres (koping) (Sarafino, 1994

dalam Nasution, 2007). Sebuah studi menemukan bahwa bagi

kalangan remaja, jumlah rokok yang mereka konsumsi berkaitan

dengan stres yang mereka alami, semakin besar stres yang dialami,

semakin banyak rokok yang mereka konsumsi (Nasution, 2007).

6. Dampak Perilaku Merokok

Ogden (2000) dalam Nasution (2007) membagi dampak perilaku

merokok menjadi dua, yaitu :

a. Dampak Positif

Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit

bagi kesehatan. Ogden (2000) dalam Nasution (2007)

menyatakan bahwa perokok meyebutkan dengan merokok

dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu

menghadapi keadaan-keadaan yang sulit (Nasution, 2007).

Smet (1994) dalam Nasution (2007) menyebutkan keuntungan

merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi

ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial dan

menyenangkan.

b. Dampak negatif

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif

yang sangat berpengaruh bagi kesehatan (Ogden, 2000 dalam


37

Nasution, 2007). Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit,

tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit sehingga boleh

dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat

mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat

mengakibatkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang dapat

dipicu karena merokok dimulai dari penyakit di kepala sampai

dengan penyakit di telapak kaki, antara lain (Sitepoe, 2000) :

penyakit kardiolovaskular, neoplasma (kanker), saluran

pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur,

penurunan vertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag,

gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran

air seni, ambliyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering,

pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga

terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan).

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada

Remaja

Sejumlah studi menyebutkan sebagian besar perilaku merokok

dimulai di usia remaja (Doe dan DeSanto, 2009). Data Global Youth

Tobacco Survey (GYTS) hampir sebanyak 25% remaja di GYTS

mempunyai akses terhadap rokok sejak usia di bawah 10 tahun

(GYTS, 2002). Data Riskesdas 2010 menunjukkan bagaimana pola

merokok yang ada di Indonesia, dimana rata-rata umur mulai merokok

secara nasional adalah 17,6 tahun dengan persentase penduduk yang


38

mulai merokok tiap hari terbanyak pada umur 15-19 tahun (Depkes,

2010).

Beberapa hasil penelitian terhadap perilaku merokok remaja

berikut ini didapatkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku

merokok remaja. Menurut Alamsyah (2009) ada beberapa faktor yang

menyebabkan seseorang mempunyai kebiasaan merokok. Secara

umum dapat dibagi dalam 3 bagian:

a. Faktor farmakologis, salah satu zat yang terdapat dalam rokok

adalah nikotin yang dapat mempengaruhi perasaan atau

kebiasaan

b. Faktor sosial, yaitu jumlah teman yang merokok. Faktor

psikososial dari merokok yang dirasakan antara lain lebih

diterima dalam lingkungan teman dan merasa lebih nyaman.

c. Faktor psikologis, yakni merokok dapat dianggap

meningkatkan konsentrasi atau hanya sekedar untuk menikmati

asap rokok (Alamsyah, 2009).

Disamping itu ada faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku

merokok, yaitu adalah pengetahuan tentang rokok, pengaruh iklan dan

sarana yang mendukung perilaku merokok (Alamsyah, 2009).

Pengetahuan sangat berpengaruh karena pengetahuan menentukan

sikap dan tindakan remaja terhadap perilaku merokok orang-orang

yang ada di sekitarnya serta upaya pencegahan rokok (Alamsyah,

2009). Berikut ini adalah definisi dari pengetahuan, sikap dan tindakan

menurut Notoatmodjo (2007) :


39

a. Pengetahuan (Knowledge)

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku dikembangkan

menjadi tiga tingkat yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.

Secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi enam tingkat,

yaitu :

1) Tahu (Know) yang diartikan seseorang itu hanya

menggunakan memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu.

2) Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu

kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui, dan dapat mengintrepretasi materi

tersebut yang benar.

3) Aplikasi (Application) yang diartikan sebagai

kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen - komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis) menunjukkan kepada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan


40

bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

6) Evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan kemapuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek.

b. Sikap (Attitude)

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon sesorang yang

masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut

Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari beberapa tingkatan

yaitu:

1) Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang (subjek)

mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan

(objek).

2) Merespon (Responding) adalah memberikan jawaban

apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab

atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resikop adalah merupakan sikap yang paling tinggi.


41

c. Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

nyata (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan, anatara lain adalah fasilitas.

Adapun tingkat praktek / tindakan yaitu :

1) Persepsi (Perception) yaitu mengenal dan memilih

berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil.

2) Respon terpimpin (Guided Respons) yaitu dapat

melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

sesuai dengan contoh.

3) Mekanisme (Mechanism) menunjukkan apabila

seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis ataupun sesuatu itu sudah menjadi

kebiasaan.

4) Adaptasi (Adaptation) yaitu merupakan suatu praktek

atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri

tanpa mengurangi tindakan tersebut (Notoatmodjo,

2007).

Selanjutnya adalah pengaruh iklan. Iklan yang dilakukan oleh

industri rokok mempunyai kekuatan finansial yang sangat besar untuk

membuat propaganda. Industri rokok dapat memasuki kehidupan


42

masyarakat dengan menjadi sponsor utama berbagai tayangan olahraga

di televisi, penyelenggaraan acara-acara musik di berbagai kampus dan

sekolah yang banyak menarik perhatian kalangan remaja yang menjadi

salah satu objek sasaran iklan industri rokok, menawarkan beasiswa

bagi pelajar berprestasi. Sungguh suatu ironi yang tidak disadari atau

tidak diacuhkan masyarakat Indonesia. Iklan rokok biasanya berisi

pemandangan yang menyajikan keindahan alam, kebugaran,

kesuksesan. padahal rokok itu sendiri dapat menyebabkan polusi yang

mencemarkan lingkungan dan merusak kesehatan (Alamsyah, 2009).

Faktor selanjutnya adalah sarana dan prasarana yang berupa uang

saku dan tersedianya tempat membeli rokok. Fasilitas ini pada

hakikatnya mendukung atau memungkinkan remaja dapat dengan

bebas memperoleh rokok dan menjadi perokok, maka faktor-faktor ini

disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin (Alamsyah, 2009).

Pendapat ini juga di dukung oleh Hussin dan Mariani (2004) yang

mengatakan salah satu faktor remaja merokok adalah karena rokok

mudah didapat.

Mutadin (2002) dalam Nasution (2007) juga menyebutkan

beberapa faktor penyebab yang dapat mempengaruhi perilaku merokok

pada remaja meliputi :

a. Pengaruh orang tua

Menurut Baer & Corado, remaja perokok adalah anak-anak

yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana

orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya


43

dibandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan

rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga

konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok

maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang

permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang

tua sendiri menjadi figur contoh yaitu perokok berat, maka

anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya.

b. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak

remaja merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-

temannya menjadi perokok juga. Hal ini dapat dilihat dari dua

kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut

terpengaruh oleh teman-temannya sedangkan yang kedua,

teman-temannya yang dipengaruhi oleh remaja tersebut

sehingga akhirnya semua menjadi perokok. Diantara remaja

perokok terdapat 87 % mempunyai sekurang-kurangnya satu

atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non

perokok.

c. Faktor kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu

atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu

sifat kepribadian yang bersifat pada pengguna obat-obatan

(termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Pendapat ini

didukung Atkinson (1999) dalam Nasution (2007) yang


44

menyatakan bahwa orang yang memiliki skor tinggi pada

berbagai tes konformitas sosial lebih menjadi perokok

dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah.

d. Pengaruh iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang

menampilkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau

glamor membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti

perilaku seperti iklan tersebut.

Pendapat selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku merokok remaja dikemukakan oleh Sarafino (1994) dalam

Nasution (2007) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

merokok, yaitu :

a. Faktor Biologis

Banyak Penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam

rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting

pada ketergantungan merokok. Pendapat ini didukung Aditama

(1995) yang mengatakan nikotin dalam darah perokok cukup

tinggi.

b. Faktor Psikologis

Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi

saat mendapatkan kesulitan dalam belajar, menghalau rasa

kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa

persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan


45

berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan

orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.

c. Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap,

kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorang

akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan

sosialnya.

d. Faktor Demografis

Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang

merokok pada usia dewasa semakin banyak (Smet, 1994 dalam

Nasution, 2007). Sedangkan di Indonesia, jenis kelamin

merupakan faktor penting terhadap perilaku merokok. Suhardi

(1997) dalam majalah dunia kedokteran menyatakan bahwa

perilaku merokok lebih dominan pada laki-laki dan sedikit

perempuan yang merokok terkait dengan kultur yang kurang

menerima perempuan yang berperilaku merokok.

e. Faktor Sosial-Kultural

Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan,

penghasilan, dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi

perilaku merokok pada individu (Smet, 1994 dalam Nasution,

2007).

f. Faktor Sosial Politik

Merokok menjadi masalah yang bertambah besar di negara-

negara berkembang seperti Indonesia, karena di negara maju


46

pemerintahnya menambahkan kesadaran umum berakibat pada

langkah-langkah politik yang bersifat melindungi bagi orang-

orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye-

kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku

merokok (Smet, 1994 dalam Nasution, 2007).

Menurut Hussin dan Mariani (2004), terdapat beberapa faktor lain

yang menjadi penyebab kenapa remaja ingin merokok. Pada mulanya

mereka merokok karena untuk senang-senang dan rasa ingin tahu yang

seterusnya berlanjut pada ketagihan merokok. Ada remaja yang

berpendapat bahwa yang mempengaruhi mereka untuk merokok

adalah karena menurut mereka, merokok dapat membuat mereka

menjadi keren dan unik. Faktor-faktor lain adalah karena mereka ingin

menjadi dewasa, merokok merupakan tren atau budaya pada masa kini,

supaya remaja diterima teman-teman, ibu dan bapak yang tidak peduli

jika remaja merokok, remaja berpendapat merokok sebagai suatu tanda

kebebasan dan perilaku merokok tidak salah dari segi moral.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku

merokok remaja, faktor-faktor tersebut yaitu faktor demografis, faktor

lingkungan sosial, faktor psikologis, faktor sosial-kultural dan faktor

sosial politik dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor utama yaitu

predisposing, reinforcing dan enabling factors.


47

C. Penelitian Terkait

1. Muhamad Fariz Iqbal (2008) dengan judul Perilaku Merokok Remaja

di Lingkungan RW 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis

Depok Tahun 2008. Penelitian ini menggunakan desain penelitian

cross sectional, dengan sampel 107 responden. Analisis data

menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil analisis bivariat

menyimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin (p =

0,000), pengetahuan (p = 0,020), dan faktor teman (p = 0,033) dengan

perilaku merokok responden. Selain itu, tidak ada hubungan yang

signifikan antara umur (p = 0,470), sikap (p = 0,185), dan faktor

keluarga (p = 0,715) dengan perilaku merokok responden.

2. Rika Mayasari Alamsyah (2009) dengan judul Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status

Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007. Penelitian

ini menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan jumlah

sampel 408 remaja setingkat SMA yang tersebar di Kota Medan.

Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling stratified random

sampling 2 tingkat (strata). Hasil penelitian menunjukkan rasio

prevalensi faktor pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan

sebesar 2,22; pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan

mulut sebesar 1,58 dan zat berbahaya dalam rokok sebesar 1,48. Rasio

prevalensi pengaruh orang tua merokok sebesar 1,38; saudara serumah

merokok 1,43; teman merokok 1,49 dan iklan rokok 1,42. Semua

faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja di


48

Kota Medan secara statistik memiliki hubungan yang signifikan

dengan kebiasaan merokok remaja. Status penyakit periodontal secara

statistik memiliki hubungan yang signifikan dengan kebiasaan

merokok pada perokok remaja di Kota Medan.

3. Andri (2009) dengan judul Hubungan Teman Sebaya Dengan

Perilaku Merokok Di Kalangan Pelajar SMP Muhammadiyah 8

Yogyakarta 2009. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

observasional analitik dengan menggunakan rancangan cross

sectional. Sampel penelitian adalah pelajar kelas dua SMP

Muhammadiyah 8 Yogyakarta baik itu yang merokok ataupun tidak

merokok yang berjumlah 64 pelajar, menggunakan data primer dan

data sekunder. Pengukuran perilaku merokok dan dukungan teman

sebaya dengan perilaku merokok dengan menggunakan kuesioner.

Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara faktor

teman sebaya dengan perilaku merokok dikalangan pelajar SMP

Muhammadiyah 8 Yogyakarta. hasil uji statistik didapatkan nilai p =

0,000 pada = 5 persen, Adapun besarnya hubungan dapat dilihat dari

nilai PR = 3,630 (95% CI : 1,748-7,535) artinya responden yang

memiliki perilaku merokok sangat mempengaruhi/mendukung teman

sebayanya untuk berperilaku merokok yaitu 3,630 kali dibandingkan

dengan responden yang tidak merokok dalam mempengaruhi teman

sebayanya untuk berperilaku merokok dan secara statistik dapat

dikatakan bermakna.
49

4. Tarianna Ginting (2011) dengan judul Pengaruh Iklan Rokok Di

Televisi Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMP Di SMP Swasta

Dharma Bakti Medan Tahun 2011. Penelitian bertujuan untuk

menganalisis Pengaruh Iklan Rokok di Televisi terhadap Perilaku

Merokok Siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan. Jenis

penelitian ini adalah survey analitik dengan jumlah sampel sebanyak

100 orang diambil secara acak sederhana (Simple Random Sampling).

Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara dan dokumentasi.

Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa iklan rokok berpengaruh terhadap

perilaku merokok siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan.

Secara umum yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

terkait diatas adalah tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, variabel

yang diteliti dan lokasi penelitian. Beberapa penelitian terkait diatas

digunakan sebagai data dasar dalam penelitian ini, terutama dalam

pemilihan variabel yang akan di teliti dan pembuatan instrumen penelitian

(kuesioner).

D. Kerangka Teori

Penelitian ini menggunakan kerangka teori dari Green yaitu Model

Teori Precede-Proceed, khususnya fase 3 dan fase 4. Menurut model teori

dari L. Green (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok


50

remaja dibagi menjadi tiga, yaitu predisposing, enabling, dan reinforcing

factors.

Adapun yang termasuk faktor predisposisi (predisposing factors)

alasan remaja merokok adalah jenis kelamin, pengetahuan remaja tentang

rokok, sikap remaja terhadap perilaku merokok di serkitarnya, dan

tindakan yang dilakukan remaja terhadap perilaku merokok disekitarnya

dan alasan psikologis.

Faktor pendukung/pemungkin (enabling factors) yang menjadi alasan

remaja merokok adalah tersedianya sarana dan prasarana untuk

mendukung perilaku merokok, seperti : adanya uang saku untuk membeli

rokok, adanya tempat untuk membeli rokok, tanpa membatasi usia

pembeli rokok, kemampuan atau biaya untuk membeli rokok dan lain-lain.

Terakhir, faktor pendorong (reinforcing factors) dalam alasan remaja

merokok adalah pengaruh lingkungan sosial seperti orang tua yang

merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang merokok dan

pengaruh iklan rokok.


51

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Perilaku Merokok Remaja :

1. Faktor Predisposisi :
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan
- Kepercayaan
- Nilai - Nilai

2. Faktor Pemungkin :
- Fasilitas
- Sarana & Prasarana

3. Faktor Pendorong :
- Perilaku Petugas
Kesehatan
- Orang Tua
- Teman Sebaya

Green (1991)

1. Faktor Biologis
2. Faktor Psikologis
3. Faktor Lingkungan
4. Faktor Demografis Perilaku Merokok
5. Faktor Sosio-Kultural
6. Faktor Sosial Politik
1. Merokok
(Sarafino, 1994 dalam
Nasution, 2007)
2. Tidak Merokok
1. Pengaruh Orang Tua
2. Pengaruh Teman
3. Faktor Kepribadian
4. Pengaruh Iklan
Mutadin (2002)
dalam
Nasution (2007)

1. Faktor Farmakologis
2. Faktor Sosial
3. Faktor Psikologis
4. Pengetahuan
5. Iklan Media
6. Sarana & Prasarana
Alamsyah
(2009)

Gambar 2.2. Kerangka Teori Penelitian


(Green (1991), (Sarafino, 1994), Mutadin (2002), Nasution (2007), Alamsyah (2009) )
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu faktor pengetahuan, sikap,

tindakan, faktor alasan psikologis, faktor sarana dan prasarana dan

pengaruh lingkungan sosial (Mutadin, 2002; Nasution, 2007; Alamsyah,

2009).
Variabel Independen (X)

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Perilaku Merokok Remaja :

-------------------------------------------------------------------------------------------

A. Predisposing Factors :

1. Jenis Kelamin (Sarafino, 1994) (X1)


1. Pengetahuan (Green, 1991) & (Alamsyah, 2009) (X2) Variabel Dependen (Y)
2. Sikap (Green, 1991) (X3)
3 Tindakan (Green, 1991) (X4)
4. Alasan Psikologis : (Alamsyah, 2009)
- Merasa kesulitan dalam pelajaran (Sarafino, 1994) (X5)
Perilaku Merokok (Y)
- Ingin terlihat keren (Hussin & Mariani, 2004) (X6)
-----------------------------------
- Ingin diterima dalam pergaulan (Sarafino, 1994) &
(Leventhal dan Cleary, 1980) (X7)
1. Merokok
- Ingin mencoba merokok (Mutadin, 2002) (X8)

B. Enabling Factors :
2. Tidak Merokok
1. Sarana dan Prasarana (Green, 1991) & (Alamsyah, 2009) (X9)

C. Reinforcing Factors :

3. Pengaruh Lingkungan Sosial :


- Orang Tua yang merokok (Mutadin, 2002) & (Alamsyah, 2009) (X10)
- Saudara serumah yang merokok (X11)
- Teman yang merokok (Mutadin, 2002) & (Alamsyah, 2009) (X12)
- Pengaruh Iklan rokok (Mutadin, 2002) & (Alamsyah, 2009) (X13)

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian


(Green,1991; Sarafino, 1994 ;Mutadin,2002;Nasution, 2007;
Alamsyah,2009)
52
53

B. Hipotesis

1. Ada hubungan jenis kelamin dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan.

2. Ada hubungan pengetahuan remaja tentang rokok dengan perilaku

merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

3. Ada hubungan sikap remaja terhadap rokok dengan perilaku merokok

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

4. Ada hubungan tindakan remaja terhadap perilakumerokok di

sekitarnya dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

5. Ada hubungan alasan psikologis : merasa kesulitan dalam pelajaran

dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

6. Ada hubungan alasan psikologis : ingin terlihat keren dengan perilaku

merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

7. Ada hubungan alasan psikologis : ingin diterima dalam pergaulan

dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

8. Ada hubungan alasan psikologis : ingin mencoba merokok dengan

perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

9. Ada hubungan sarana dan prasarana dengan perilaku merokok SMPN

3 Kota Tangerang Selatan.

10. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : orang tua yang merokok

dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

11. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : saudara serumah yang

merokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.


54

12. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : teman yang merokok

dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

13. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : iklan rokok dengan

perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.


55

B. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran

Teknik
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Kategori Skala
Pengukuran

1. Remaja : Anak yang berstatus pelajar Pengisian Kuesioner 11-14 tahun Rasio
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Kuesioner
dan berusia 11-14 tahun.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Perilaku Merokok Remaja :

A. Predisposing Factors :

1. Jenis Kelamin (X1) Aplikasi gender yang disandang Pengisian Kuesioner 0. Laki-Laki Nominal
oleh responden Kuesioner 1. Perempuan
56

2. Pengetahuan (X2) Tingkat pengetahuan responden Pengisian Kuesioner 0. Kurang Baik Ordinal
tentang rokok secara umum, Kuesioner 1. Baik
termasuk bahaya rokok dan
kandungan zat dalam rokok.

2. Sikap (X3) Tingkat tanggapan, perasaan Pengisian Kuesioner 0. Kurang Baik Ordinal
setuju dan tidak setuju responden Kuesioner 1. Baik
terhadap perilaku merokok.

3. Tindakan (X4) Praktek responden dalam Pengisian Kuesioner 0. Kurang Baik Ordinal
kehidupan sehari-hari terhadap Kuesioner 1. Baik
perilaku merokok orang-orang
yang ada di sekitarnya.

2. Alasan Psikologis : Motif yang mendorong responden


untuk mulai merokok, terdiri atas :

- Merasa kesulitan dalam pelajaran (X5) Situasi yang dianggap Pengisian Kuesioner 0. Ya Ordinal
menyulitkan oleh remaja dalam Kuesioner 1. Tidak
mengikuti pelajaran.
57

- Ingin mencoba merokok (X6) Perasaan penasaran untuk Pengisian Kuesioner 0. Ya Ordinal
mencoba mulai merokok. Kuesioner 1. Tidak

- Ingin terlihat keren (X7) Keinginan untuk dianggap lebih Pengisian Kuesioner 0. Ya Ordinal
unik dan berbeda dibanding teman Kuesioner 1. Tidak
lain.

- Ingin diterima dalam pergaulan (X8) Keinginan untuk dapat bergabung Pengisian Kuesioner 0. Ya Ordinal
untuk bersosialisasi dengan Kuesioner 1. Tidak
kelompok tertentu yang responden
suka.

C. Enabling Factors :

3. Sarana dan Prasarana (X9) : Hal-hal yang dapat mendukung Pengisian Kuesioner 0. Tersedia Ordinal
perilaku merokok responden, Kuesioner 1. Kurang tersedia

terdiri dari ketersediaan uang saku


58

dan tempat membeli rokok.

B. Reinforcing Factors :

4. Pengaruh Lingkungan Sosial : Situasi lingkungan sosial


responden yang memungkinkan
untuk mempengaruhi perilaku
merokok responden, terdiri atas :

- Orang tua yang merokok (X10) Orang tua atau yang dianggap Pengisian Kuesioner 0. Ada Nominal
orang tua responden yang Kuesioner 1. Tidak
memiliki kebiasaan merokok.

- Saudara serumah yang merokok (X11) Saudara kandung atau kerabat Pengisian Kuesioner 0. Ada Nominal
dekat yang tinggal dalam satu Kuesioner 1. Tidak
rumah yang memiliki kebiasaan
merokok.
59

- Teman yang merokok (X12) Teman sepermainan atau Pengisian Kuesioner 0. Ada Nominal
sekelompok yang memiliki Kuesioner 1. Tidak
kebiasaan merokok.

- Pengaruh Iklan rokok (X13) Iklan yang menarik perhatian dan Pengisian Kuesioner 0. Ada Nominal
mendorong untuk akhirnya bisa Kuesioner 1. Tidak
mempengaruhi keinginan
responden terhadap rokok.

3. Perilaku Merokok (Y) Sesuatu yang dilakukan seseorang Pengisian Kuesioner 0. Merokok Nominal
berupa membakar dan Kuesioner 1. Tidak Merokok
menghisapnya serta dapat
menimbulkan asap yang dapat
terhisap oleh orang disekitarnya

a. Merokok Remaja yang merokok minimal 1 Pengisian Kuesioner Nominal


batang per hari atau sedikitnya Kuesioner
pernah merokok selama 6 bulan
terakhir.
60

b. Tidak Merokok Remaja yang tidak pernah Pengisian Kuesioner Nominal


merokok atau diluar kriteria Kuesioner
perokok.

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei

analitik. Survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba

menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau

antara faktor resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross sectional, yaitu

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor

resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan

data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri

(SMPN) 3 Kota Tangerang Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012

61
62

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini, populasi penelitian adalah

seluruh siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel pada

penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebagai

berikut :

a) Siswa aktif SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang berusia 11-

14 tahun

b) Sehat jasmani dan rohani

c) Bersedia menjadi responden penelitian

Jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini dihitung

menggunakan rumus uji hipotesis beda 2 proporsi :

( )
n=

Keterangan :

n = Besar sampel

= Derajat kemaknaan dengan 5% = 1,96


63

= Kekuatan Uji 95% = 1,64

P1 = Proporsi hubungan antara pengetahuan remaja

tentang bahaya rokok bagi kesehatan baik dengan

kasus remaja merokok di kota Medan (34% =

0,34) (Alamsyah, 2009)

P2 = Proporsi hubungan antara pengetahuan remaja

tentang bahaya rokok bagi kesehatan tidak baik

dengan kasus remaja merokok di kota Medan

(15% = 0,15) (Alamsyah, 2009)

= = = 0,245

Berdasarkan perhitungan sebagai berikut :

( )
n=


n=


n=


n=

n=
64

n=

n=

n=

n = 130,8 131 responden

Jumlah sampel dikalikan 2, karena menggunakan uji hipotesis beda

2 proporsi. Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah : 131 x 2 = 262.

Untuk menghindari sampel yang drop out maka peneliti menambahkan

10% dari jumlah sampel di atas. Cadangan : 10% x 262 = 26 maka

total sampel adalah 262 + 26 = 288. Sehingga sampel yang dibutuhkan

pada penelitian ini adalah 288 responden.

D. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

proportionate stratified random sampling, yaitu suatu cara pengambilan

sampel yang digunakan bila populasinya tidak homogen yang terdiri atas

kelompok yang homogen atau berstrata secara proporsional (Hidayat,

2008).

Cara penentuan responden didapat dari daftar absensi siswa seluruh

kelas setiap tingkat lalu peneliti mengambil secara acak nomor absen

siswa di setiap kelas hingga terpenuhi kuota sampel yang diinginkan.


65

E. Teknik Pengambilan Data

.Data diambil dengan menggunakan kuesioner. Masing-masing

responden diminta untuk mengisi kuesioner yang berisi sejumlah

pertanyaan. Sebelum dilakukan pengisian kuesioner, terlebih dahulu

peneliti memberikan petunjuk pengisian kuesioner.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data pada penelitian ini

adalah lembar kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup

memuat sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada responden, dimana

jawaban dari pertanyaan tersebut sudah disediakan oleh peneliti.

Kuesioner yang digunakan dibagi menjadi menjadi 3 bagian, yaitu

kuesioner mengenai data demografi responden, kuesioner mengenai

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku merokok responden, dan

terakhir adalah kuesioner mengenai perilaku merokok itu sendiri.

Untuk menentukan kriteria dari variabel pengetahuan, sikap, tindakan,

dan sarana dan prasarana peneliti menggunakan rumus deskriptif

persentase. Rumus deskriptif persentase digunakan untuk menampilkan

data-data kualitatif (angka) ke dalam kalimat (Sudjana, 2001).

Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan

data/skor, setelah data terkumpul kemudian data dianalisis secara analisis

deskriptif persentase dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung persentase untuk tiap kategori jawaban yang ada pada

masing-masing variabel.
66

2. Menghitung persentase tiap jawaban responden untuk analisis

deskriptif dengan rumus :

DP = x 100%

Nilai persentase yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan

kriteria presentase untuk dideskriptifkan dan ditarik kesimpulan untuk

menentukan kriteria (Sudjana, 2001).

Berikut ini adalah kisi-kisi atau gambaran dari instrumen penelitian

atau kuesioner ini :

1. Data Demografi Responden

Bagian ini terdapat 3 pertanyaan yang harus diisi oleh

responden, meliputi umur, kelas, dan jenis kelamin responden.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Bagian ini dibagi lagi menjadi 6 sub bagian berdasarkan

variabel, yaitu pengetahuan, sikap, tindakan, alasan psikologis,

sarana dan prasarana dan faktor pendorong (reincforcing factors).

Pertanyaan yang terdapat dalam sub bagian pengetahuan, sikap,

tindakan, dan sarana dan prasarana menggunakan skala Guttman,

dimana skala ini menginginkan tipe jawaban tegas seperti jawaban

benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah, positif-negatif, tinggi-

rendah, baik-buruk, dan seterusnya (Djaali dan Muljono, 2007).

Pada sub-bagian pertanyaan tentang variabel pengetahuan

terdapat 6 pertanyaan, dimana dibagi menjadi pernyataan positif

dan pernyataan negatif. Pernyataan positif terdapat dalam

pertanyaan nomor 1,3,5, pertanyaan negatif terdapat pada


67

pernyataan 2,4,6. Jika jawaban responden tepat pada pernyataan

positif maupun negatif maka diberi skor 2, namun apabila jawaban

responden tidak tepat pada kedua pernyataan tersebut maka diberi

skor 1. Sehingga jumlah skor maksimum adalah 12, dan jumlah

skor minimum adalah 6. Pengetahuan responden dikategorikan

baik jika jumlah skor yang diperoleh berada dalam rentang 75%

- 100% dari total skor maksimum, atau 9 - 12 poin. Sementara

kategori kurang baik diberikan jika skor yang diperoleh < 9 poin.

Sub-bagian pertanyaan tentang variabel sikap terdapat 5

pertanyaan, semua pertanyaan adalah pernyataan positif. Pilihan

jawaban dibagi menjadi 5 pilihan berdasar pendapat responden,

yaitu Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju, dan Sangat

Tidak Setuju. Jika responden menjawab Sangat Setuju, poin yang

di dapat adalah 5, skor dari tiap pilihan berikutnya adalah 4, 3, 2, 1.

Jumlah skor maksimum adalah 25 dan minimum 5. Sikap

responden dikategorikan baik jika jumlah skor yang diperoleh

berada dalam rentang 60% - 100% dari total skor maksimum, atau

15 - 25 poin. Sementara kategori kurang baik diberikan jika skor

yang diperoleh < 15 poin.

Selanjutnya adalah sub-bagian pertanyaan tentang variabel

tindakan terdapat 6 pertanyaan, semua pertanyaan adalah

pernyataan positif terhadap tindakan yang dilakukan responden

untuk pencegahan rokok. Pilihan jawaban dibagi menjadi 3. Jika

responden menjawab pilihan yang paling tepat maka skornya


68

adalah 3, dan selanjutnya 2, dan 1. Tindakan responden

dikategorikan baik jika jumlah skor yang diperoleh berada dalam

rentang 66,67% - 100% dari total skor maksimum, atau 12 - 18

poin. Sementara kategori kurang baik diberikan jika skor yang

diperoleh <12 poin.

Bagian selanjutnya adalah pertanyaan tentang alasan

psikologis. Bagian ini terdapat sub-bagian dengan pertanyaannya

masing-masing. Pertama adalah pertanyaan tentang variabel

Merasa kesulitan dalam pelajaran pertanyaan tentang variabel ini

ada 3 pertanyaan, semua pertanyaan adalah pernyataan negatif.

Pilihan jawaban dibagi menjadi 5 pilihan berdasar pendapat

responden, yaitu Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju,

dan Sangat Tidak Setuju. Jika responden menjawab Sangat Setuju,

poin yang di dapat adalah 1, skor dari tiap pilihan berikutnya

adalah 2, 3, 4, 5. Jumlah skor maksimum adalah 15 dan minimum

3. Responden dikategorikan Tidak jika jumlah skor yang

diperoleh berada dalam rentang 60% - 100% dari total skor

maksimum, atau 9 - 15 poin. Sementara kategori Ya diberikan

jika skor yang diperoleh < 9 poin.

Selanjutnya adalah pertanyaan tentang variabel Ingin mencoba

merokok, Ingin terlihat keren, dan Ingin diterima dalam

pergaulan masing-masing variabel memiliki 2 pertanyaan, semua

pertanyaan adalah pernyataan negatif. Pilihan jawaban dibagi

menjadi 5 pilihan berdasar pendapat responden, yaitu Sangat


69

Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju.

Jika responden menjawab Sangat Setuju, poin yang di dapat adalah

1, skor dari tiap pilihan berikutnya adalah 2, 3, 4, 5. Jumlah skor

maksimum adalah 10 dan minimum 2. Responden dikategorikan

Tidak jika jumlah skor yang diperoleh berada dalam rentang

60% - 100% dari total skor maksimum, atau 6 - 10 poin. Sementara

kategori Ya diberikan jika skor yang diperoleh <6 poin.

Berikutnya adalah sub-bagian pertanyaan tentang variabel

sarana dan prasarana. Sub-bagian ini terdapat 3 pertanyaan,

pertanyaan pertama adalah mengenai uang saku responden, jika

uang sakunya > Rp. 10.000, maka skor yang didapat adalah 2, jika

ia menjawab < Rp. 10.000 maka skor yang didapat adalah 1.

Pertanyaan kedua adalah mengenai jarak rumah responden dari

tempat yang menjual rokok, jika jaraknya < 2 km, maka skor yang

didapat adalah 2, jika ia menjawab > 2 km maka skor yang didapat

adalah 1. Pertanyaan ketiga adalah pertanyaan dengan pilihan

jawaban, jika ia menjawab a maka skor yang ia dapat adalah 2

jawaban b maka skornya adalah 1. Jumlah skor maksimum adalah

6 dan minimum 3. Variabel ini dikategorikan tersedia sarana dan

prasarana jika jumlah skor yang diperoleh berada dalam rentang

75% - 100% dari total skor maksimum, atau 5 - 6 poin. Sementara

kategori kurang tersedia sarana dan prasarana diberikan jika skor

yang diperoleh <5 poin


70

Bagian selanjutnya adalah pertanyaan tentang variabel faktor

pendorong (reinforcing factors). Semua petanyaan pada bagian ini

tidak menggunakan sistem skoring yang menentukan tingkatan

benar-salah, karena skala yang digunakan adalah skala nominal.

Semua jawaban yang dijawab bertujuan mengetahui karakteristik

responden.

3. Perilaku Merokok

Bagian ini adalah pertanyaan tentang variabel perilaku

merokok responden. Semua petanyaan pada bagian ini tidak

menggunakan sistem skoring yang menentukan tingkatan benar-

salah, karena skala yang digunakan adalah skala nominal. Semua

jawaban yang dijawab bertujuan mengetahui karakteristik

responden.

G. Proses Pengambilan Data

Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui

beberapa tahap yaitu :

1. Mengajukan dan menyerahkan surat permohonan izin kepada

pihak Dinas Kesehatan setempat dan sekolah yang bersangkutan

untuk mengadakan penelitian.

2. Melakukan pendataan absen setiap kelas untuk pengambilan

sampel.

3. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada calon

responden.
71

4. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda

tangani oleh calon responden, jika calon responden setuju untuk

menjadi subjek penelitian.

5. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian

kuesioner.

6. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada

peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

7. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

8. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi

kepada peneliti untuk diperiksa.

9. Peneliti melakukan pengolahan data.

H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Instrumen penelitian penelitian yang dapat diterima sesuai standar

adalah instrumen yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas.

Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu

kuesioner dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson Product

Moment dan dicari reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha

Cronbach.

Kuesioner ini dalam yang digunakan pada penelitian ini sudah di

uji validitas dan reliabilitasnya di SMP 2 Mei. Uji validitas dan

reliabilitas menggunakan 30 responden untuk dijadikan sampel.


72

Hasil dari uji validitas menunjukkan semua pertanyaan yang diuji

valid karena masing-masing soal memiliki nilai r > dari r tabel (0,361).

Selanjutnya kuesioner ini juga reliabel, karena nilai alpha cronbach

tiap variabel lebih dari 0,600.

I. Rancangan Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang

dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara

ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Analisis ini

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Data univariat pada penelitian ini adalah data demografi, semua

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok responden, dan

perilaku merokok responden.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel yang bersangkutan (variabel

independen dan variabel dependen). Analisis bivariat ini digunakan

untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, tindakan, alasan

psikologis, sarana dan prasarana, pengaruh orang tua yang merokok,

saudara serumah yang merokok, teman yang merokok, dan iklan rokok

dengan perilaku merokok responden.


73

Teknik yang digunakan untuk analisis bivariat ini adalah uji Chi

Square (x2) pada 5% dengan derajat kepercayaan 95%, sehingga jika

nilai p < 0,05, berarti perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau

menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.

Uji Chi Square disebut juga uji beda proporsi. Uji beda proporsi

dilakukan untuk menguji hipotesis yang mana variabel yang

dihubungkan berjenis kategorik (Amran, 2012).

J. Pengolahan Data

Analisa data hasil penelitian dilakukan melalui dua tahapan utama

yaitu pengolahan data dan analisa data dengan menggunakan komputer.

Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariat,

analisa bivariat..

1. Editing, adalah upaya untuk memeriksa kembali lembar observasi

yang telah diisi, pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapan,

kejelasan, relevansi serta konsistensi jawaban responden. Data

yang belum lengkap akan dikembalikan kepada responden dan

untuk diisi kembali pada saat itu juga.

2. Coding, adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan. Misalnya 0 = laki-laki, 1 =

perempuan. Kegiatan ini dilakukan apabila semua kuesioner sudah

diedit atau disunting.


74

3. Data Entry, adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer.

4. Cleaning, yaitu proses pengecekan kembali data-data yang telah

dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama

kesesuaian pengkodean yang dilakukan. Apabila terjadinya

kesalahan, maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga

sesuai dengan hasil pengumpulan data yang dilakukan.

K. Etika Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu

mendapat perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian,

dengan memperhatikan aspek-aspek self determination, privacy,

anonymity, confidentiality dan protection from discomfort (Streubert dan

Carpenter, 1999). Peneliti juga membuat informed consent sebelum

penelitian dilakukan.

1. Prinsip Etik

a) Self Determination

Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah

bersedia atau tidak mengikuti kegiatan penelitian dengan

sukarela, setelah semua informasi yang berkaitan dengan

penelitian dijelaskan dengan menandatangani informed consent

yang telah disediakan.


75

b) Privacy

Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang

diberikan responden untuk kepentingan penelitian.

c) Anonymity

Selama kegiatan penelitian nama responden akan

dirahasiakan, sebagai ganti digunakan nomor responden.

d) Confidentially

Peneliti menjadi kerahasiaan identitas responden dan

informasi yang diberikan. Semua catatan dan data responden

disimpan sebagai dokumentasi penelitian.

e) Protection From Discomfort

Kenyamanan responden selama penelitian dijamin. Peneliti

menekankan apabila responden merasa tidak aman atau

nyaman selama mengikuti kegiatan penelitian sehingga

menimbulkan masalah baik fisik maupun psikologis, maka

peneliti mempersiapkan responden untuk menghentikan

partisipasinya.

2. Informed Consent

Sebelum siswa menyetujui berpartisipasi dalam penelitian ini,

peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang tujuan dan manfaat

penelitian. Peneliti menjelaskan hak-hak responden untuk berhenti

menjadi responden bila mendapatkan ketidaknyamanan selama

penelitian. Formulir atau lembar persetujuan memuat 5 elemen

penting yaitu:
76

a. Subjek penelitian diberi penjelasan yang dapat dimengerti

tentang tujuan dari penelitian yang akan dilakukan.

Prosedur, teknik yang akan dilakukan dan tujuan yang ingin

dicapai dijelaskan dalam penelitian.

b. Subjek diberitahu mengenai manfaat yang akan didapatkan

pada penelitian yang dilakukan.

c. Peneliti bersedia untuk menjawab semua pertanyaan

mengenai prosedur yang diajukan subjek penelitian dan

bersedia memberikan penjelasan dengan lengkap tentang

prosedur penelitian yang akan dilakukan.

d. Subjek penelitian dapat mengundurkan diri tanpa

konsekuensi apapun.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

SMP Negeri 3 Kota Tangerang didirikan dan memulai kegiatan

belajar mengajarnya sejak tahun 1977. Sekolah ini sudah beberapa kali

mengalami perubahan nama, awalnya sekolah ini berdiri dengan nama

Kelas Jauh SMPN 2 Tangerang dan dikukuhkan menjadi SMPN 2

Filial tahun 1979, bulan Februari 1983 menjadi sekolah mandiri

dengan nama SMP negeri 1 Ciputat. Perubahan nomenkelatur pada

tahun 1999 untuk kecamatan Ciputat menjadikan SMPN 1 Ciputat

berubah nama menjadi SMP negeri 2 Ciputat hingga saat ini menjadi

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

Beralamat di Jalan Ir. H. Juanda, Kota Tangerang Selatan, Provinsi

Banten. Sekolah ini berdiri diatas tanah seluas tanah 4.039 m. Sekolah

ini berada tepat di samping Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, di depannya juga terdapat sekolah SMK Triguna

Utama, dan dikelilingi oleh pemukiman warga.

Sejak dulu SMPN 3 Kota Tangerang Selatan merupakan sekolah

favorit di wilayah Ciputat dan sekitarnya. Selain karena lokasinya yang

strategis, SMPN 3 Kota Tangerang Selatan juga sudah mengadopsi

kurikulum berbasis kompetensi dan program pendidikan bersistem

akselerasi dan bilingual.

77
78

Fasilitas yang dimiliki sekolah ini terbilang sangat memadai untuk

menunjang proses belajar-mengajarnya, fasilitas yang ada di sekolah

ini antara lain ruang kelas, area olahraga, laboratorium praktikum,

perpustakaan, kantin, dan mushalla.

Mengenai regulasi yang ada di sekolah ini terbilang sudah cukup

baik dengan mengadopsi sistem poin, sehingga lebih objektif dalam

menerapkan system reward and punishment terhadap perilaku siswa.

Selain itu, dalam regulasi tentang rokok sekolah ini juga termasuk

sangat baik, dilihat dari banyaknya spanduk yang berisi pesan

mengenai larangan dan bahaya dari merokok.

2. Gambaran Umum Individu

Terdapat 1193 orang siswa di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan,

terdiri dari Kelas VII yang dibagi kedalam delapan kelas reguler dan

satu kelas bilingual , Kelas VIII yang dibagi kedalam sepuluh kelas

reguler, dan Kelas IX yang dibagi kedalam 10 kelas reguler.

Data demografi responden yang diperoleh dari penelitian terhadap

siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2011 2012,

didapatkan sebanyak 288 siswa yang menjadi responden. Terbagi

kedalam kelas VII berjumlah 99 orang (34,4 %), siswa kelas VIII

sejumlah 95 orang (33 %) dan siswa kelas IX sejumlah 94 orang (32,6

%). Usia dari responden minimum 12 tahun dan maksimum 14 tahun.


79

B. Analisis Statistik

1. Analisis Univariat

a) Gambaran Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012

Tabel 5.1
Distribusi Proporsi Perilaku Merokok Siswa
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Variabel n %

Perilaku Merokok :
a. Merokok 64 22,2
b. Tidak Merokok 224 77,8

Jumlah 288 100,0

Berdasarkan tabel diatas diketahui gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan perilaku merokok, dimana

menunjukkan sebanyak 224 responden (77,8 %) responden tidak

merokok. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan responden

yang merokok.

b) Gambaran Karakteristik Siswa yang Merokok di SMPN 3

Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis univariat mengenai

karakteristik siswa yang merokok di SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan berdasarkan lamanya merokok, jumlah rokok yang dihisap

perhari, tempat yang biasa digunakan untuk merokok, jenis dan

merek rokok yang biasa dihisap.


80

Tabel 5.2
Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan
Lama Merokok

Variabel n %

Lama Merokok :
a. Kurang dari 6 Bulan 35 54,7
b. Lebih dari 6 Bulan 29 45,3

Jumlah 288 100,0

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa lebih banyak siswa yang durasi

atau lama merokoknya kurang dari 6 bulan, yaitu sebanyak 35

responden (54,7 %). Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan

siswa yang sudah merokok lebih dari 6 bulan.

Tabel 5.3
Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan
Jumlah Rokok yang Dihisap Perhari

95 %
Variabel Mean SD Min-Maks CI

Jumlah Batang 2,19 1,959 1 - 12 1,70 2,68


Rokok yang Dihisap
Perhari

Selanjutnya pada tabel 5.3, dapat diketahui jumlah rokok yang

dihisap perhari oleh siswa yang merokok. Dimana tabel tersebut

menunjukkan siswa menghisap 1 12 batang perhari, dengan rata-

rata rokok yang dihisap adalah 2,19 2 batang perhari.


81

Tabel 5.4
Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan
Tempat untuk Merokok

Variabel n %

Tempat untuk Merokok :


a. Rumah 3 4,7
b. Tempat Main/Tongkrongan 58 90,6
c. Lainnya 3 4,7

Jumlah 288 100,0

Tabel 5.4 menunjukkan tempat yang biasa digunakan oleh

siswa untuk merokok. Sebanyak 58 responden (90,6 %) biasa

merokok di tempat main/tongkrongan, sedangkan sisanya memilih

rumah dan tempat lainnya (halte dan lapangan olahraga) untuk

merokok.

Tabel 5.5
Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan
Jenis Rokok yang Dihisap

Variabel n %

Jenis Rokok yang Dihisap :


a. Rokok Putih/Filter 61 95,3
b. Kretek 3 4,7
c. Cerutu 0 0

Jumlah 288 100,0

Tabel 5.5 menunjukkan jenis rokok yang biasa dihisap oleh

siswa yang merokok. Dapat dilihat bahwa sebanyak 61 responden


82

(95,3 %) biasa menghisap jenis rokok putih/filter, angka ini jauh

lebih banyak dari siswa yang biasa merokok kretek dan cerutu.

Tabel 5.6
Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan
Merek Rokok yang Dihisap

Variabel n %

Merk Merokok yang Dihisap :


a. Sampoerna Mild 28 43,8
b. Gudang Garam Filter 11 17,2
c. Djarum Super 7 10,9
d. Dji Sam Soe 3 4,7
e. Dunhill Mild 3 4,7
f. Neo Mild 3 4,7
g. Sampoerna Flava 3 4,7
h. Envio Mild 2 3,1
i. L.A Lights 2 3,1
j. Djarum Black 1 1,6
k. U Mild 1 1,6

Jumlah 64 100,0

Terakhir adalah tabel 5.6, dimana tabel ini menunjukkan

karakteristik siswa yang merokok berdasarkan merek rokok yang

banyak dihisap. Berdasarkan tabel diatas, merek rokok yang paling

banyak dihisap oleh siswa yang merokok adalah Sampoerna Mild

yaitu sebanyak 28 responden (43,8 %), jumlah ini lebih banyak

daripada merek yang lainnya.


83

c) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012

Berdasarkan analisis univariat terhadap 13 variabel independen

penelitian diperoleh karakteristik responden seperti pada tabel 5.7

dibawah ini :

Tabel 5.7
Distribusi Proporsi Karakterisik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang
Selatan Tahun 2012

No Variabel N = 288 %

1 Jenis Kelamin
a. Laki-Laki 153 53,1
b. Perempuan 135 46,9
2 Pengetahuan
a. Baik 277 96,2
b. Kurang Baik 11 3,8
3 Sikap
a. Baik 269 93,4
b. Kurang Baik 19 6,6
4 Tindakan
a. Baik 257 89,2
b. Kurang Baik 31 10,8
5 Merasa Kesulitan dalam Pelajaran
a. Ya 99 34,4
b. Tidak 189 65,6
6 Ingin Mencoba Merokok
a. Ya 49 17,0
b. Tidak 239 83,0
84

No Variabel N = 288 %

7 Ingin Terlihat Keren


a. Ya 90 31,3
b. Tidak 198 68,8
8 Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan
a. Ya 46 16,0
b. Tidak 242 84,0
9 Sarana dan Prasana
a. Tersedia 266 92.4
b. Kurang Tersedia 22 7,6
10 Orang Tua yang Merokok :
a. Ada 187 64,9
b. Tidak Ada 101 35,1
11 Saudara Serumah yang Merokok :
a. Ada 159 55,2
b. Tidak Ada 129 44,8
12 Teman yang Merokok :
a. Ada 240 83,3
b. Tidak Ada 48 16,7
13 Pengaruh Iklan Rokok :
a. Ada 60 20,8
b. Tidak Ada 228 79,8

1) Gambaran Jenis Kelamin Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.7 diatas diperoleh gambaran umum

jenis kelamin responden, jumlah responden laki-laki lebih

banyak daripada responden perempuan, yaitu sebanyak 153

responden (53,1 %).


85

2) Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012

Pengukuran tingkat pengetahuan responden dilakukan

dengan menggunakan kuesioner yang berisi 6 pertanyaan, skor

masing-masing pertanyaan yang diperoleh responden

dijumlahkan untuk kemudian di kategorikan ke dalam 2

kategori, yaitu Baik dan Kurang Baik. Berdasarkan tabel

5.7 tentang tingkat pengetahuan responden, didapatkan

responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 277

responden (96,2 %), jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan

dengan responden dengan pengetahuan kurang baik.

3) Gambaran Tingkat Sikap Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012

Pengukuran tingkat sikap responden dilakukan dengan

menggunakan kuesioner dengan 5 pertanyaan, skor masing-

masing pertanyaan yang diperoleh responden dijumlahkan

untuk kemudian di kategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu

Baik dan Kurang Baik. Berdasarkan tabel 5.7 tentang

tingkat sikap responden, didapatkan responden yang memiliki

sikap baik sebanyak 269 responden (93,4 %), jumlah ini lebih

banyak dibandingkan dengan responden dengan sikap kurang

baik.
86

4) Gambaran Tingkat Tindakan Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012

Pengukuran tingkat tindakan responden dilakukan dengan

menggunakan kuesioner dengan 6 pertanyaan, skor masing-

masing pertanyaan yang diperoleh responden dijumlahkan

untuk kemudian di kategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu

Baik dan Kurang Baik. Berdasarkan tabel 5.7 tentang

tingkat tindakan responden, didapatkan responden yang

memiliki tindakan baik sebanyak 257 responden (89,2 %),

jumlah ini lebih banyak dibanding responden dengan tindakan

kurang baik.

5) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis :

Merasa Kesulitan dalam Pelajaran

Merujuk tabel 5.7 diatas, didapatkan gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan alasan psikologis : merasa

kesulitan dalam pelajaran. Dimana menunjukkan bahwa 189

responden (65,6 %) tidak merasa kesulitan dalam pelajaran,

jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan responden yang

merasa kesulitan dalam pelajaran.


87

6) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Ingin

Mencoba Merokok

Merujuk tabel 5.7 diatas, didapatkan gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan alasan psikologis : ingin

mencoba merokok. Dimana menunjukkan bahwa 239

responden (83 %) tidak ingin mencoba merokok, jumlah ini

lebih banyak daripada responden yang ingin mencoba

merokok.

7) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Ingin

Terlihat Keren

Merujuk tabel 5.7 diatas, didapatkan gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan alasan psikologis : ingin

terlihat keren. Dimana menunjukkan bahwa 198 responden

(68,8 %) tidak ingin terlihat keren, jumlah ini lebih banyak

daripada responden yang merasa ingin terlihat keren.

8) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Ingin

Diterima dalam Semua Pergaulan

Merujuk tabel 5.7 diatas, didapatkan gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan alasan psikologis : ingin


88

diterima dalam semua pergaulan. Dimana menunjukkan bahwa

242 responden (84 %) merasa tidak ingin diterima dalam

semua pergaulan, jumlah ini lebih banyak daripada responden

yang merasa ingin diterima dalam semua pergaulan.

9) Gambaran Karakteristik Sarana dan Prasarana Siswa

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.7 diatas diperoleh gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan sarana dan prasarana.

Dimana menunjukkan bahwa 266 responden (92,4 %)

dikategorikan tersedia sarana dan prasarana, jumlah ini lebih

banyak daripada responden yang tidak tersedia sarana dan

prasarana.

10) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan

Sosial : Orang Tua yang Merokok

Berdasarkan tabel 5.7 diatas diperoleh gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan pengaruh lingkungan

sosial : orang tua yang merokok. Tabel diatas menunjukkan

bahwa 187 responden (64,9 %) memiliki orang tua yang

merokok, jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan

responden yang tidak memiliki orang tua yang merokok.


89

11) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan

Sosial : Saudara Serumah yang Merokok

Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan

pengaruh lingkungan sosial : saudara serumah yang merokok

dapat dilihat pada tabel 5.7 diatas, dimana menunjukkan bahwa

159 responden (55,2 %) memiliki saudara serumah yang

merokok, jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan

responden yang tidak memiliki saudara yang merokok.

12) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan

Sosial : Teman yang Merokok

Berdasarkan tabel 5.7 diatas diperoleh gambaran umum

karakteristik responden berdasarkan pengaruh lingkungan

sosial : teman yang merokok, menunjukkan bahwa 240

responden (83,3 %) memiliki teman yang merokok, lebih

banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak

memiliki teman yang merokok.


90

13) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan

Sosial : Pengaruh Iklan Rokok

Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan

pengaruh lingkungan sosial : iklan rokok dapat dilihat pada

tabel 5.7 diatas, dimana menunjukkan bahwa 228 responden

(79,2 %) mengatakan bahwa tidak ada pengaruh iklan rokok,

lebih banyak daripada responden yang mengatakan ada

pengaruh iklan rokok.

2. Analisis Bivariat

a) Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok Siswa

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden laki-

laki dan perempuan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012.

Tabel 5.8
Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok Siswa
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Perilaku Merokok

Jenis Kelamin Merokok Tidak Jumlah p OR


Merokok Value (95 % CI)
n % n N %

Laki-Laki 57 37,3 96 62,7 153 100,0


0,000 10,857
Perempuan 7 5,2 128 94,8 135 100,0
(4,742 24,858)
Jumlah 64 22,2 224 77,8 288 100,0
91

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 153 responden yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 57 responden (37,3 %)

diantaranya merokok. Sedangkan dari 135 responden yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 7 responden (5,2 %) diantaranya

merokok.

Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada

tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value

lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada

perbedaan perilaku merokok antara siswa yang berjenis kelamin

laki-laki dengan siswa yang berjenis kelamin perempuan, atau ada

hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku

merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 <

0,05).

Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 10,857 artinya siswa yang berjenis

kelamin laki-laki berpeluang 10,9 kali untuk merokok

dibandingkan siswa yang berjenis kelamin perempuan.

b) Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Siswa

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang

memiliki pengetahuan baik dan kurang baik dengan perilaku

merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012.


92

Tabel 5.9
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Siswa
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Perilaku Merokok

Pengetahuan Merokok Tidak Jumlah p OR


Merokok Value (95 % CI)
n % n N %

Kurang Baik 8 72,7 3 27,3 11 100,0


0,000 10,254
Baik 56 20,2 221 79,8 277 100,0
(2,704 40,958)
Jumlah 64 22,2 224 77,8 288 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 11 responden yang

memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 8 responden (72,7 %)

diantaranya merokok. Sedangkan dari 277 responden yang

memiliki pengetahuan baik, 56 responden (20,2 %) diantaranya

merokok.

Saat perhitungan hasil, didapatkan satu sel yang memiliki nilai

harapan atau expected count kurang dari 5, lebih dari 20 % dari

keseluruhan sel. Maka untuk penentuan p-value menggunakan

hasil uji Fisher Exact, pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai

p=0,000. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%),

sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku merokok

antara siswa yang berpengetahuan kurang baik dan baik, atau ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku

merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 <

0,05).
93

Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 10,524 artinya siswa yang

memiliki pengetahuan kurang baik berpeluang 10,5 kali untuk

merokok dibandingkan siswa yang memiliki pengetahuan baik.

c) Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang

memiliki sikap baik dan kurang baik dengan perilaku merokok

siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012.

Tabel 5.10
Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Perilaku Merokok

Sikap Merokok Tidak Jumlah p OR


Merokok Value (95 % CI)
n % n N %

Kurang Baik 14 73,7 5 26,3 19 100,0


0,000 12,264
Baik 50 18,6 219 81,4 269 100,0
(4,222 35,623)
Jumlah 64 22,2 224 77,8 288 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 19 responden yang

memiliki sikap kurang baik sebanyak 14 responden (73,7 %)

diantaranya merokok. Sedangkan dari 269 responden yang

memiliki sikap baik sebanyak 50 responden (18,6 %) diantaranya

merokok.
94

Saat perhitungan hasil, didapatkan satu sel yang memiliki nilai

harapan atau expected count kurang dari 5, lebih dari 20 % dari

keseluruhan sel. Maka untuk penentuan p-value menggunakan

hasil uji Fisher Exact, pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai

p=0,000. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%)

sehingga Ho ditolak, berarti ada perbedaan perilaku merokok

antara siswa yang memiliki sikap kurang baik dan baik, atau ada

hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku merokok

siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 < 0,05 ).

Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 12,264 artinya siswa yang

memiliki sikap kurang baik berpeluang 12,3 kali untuk merokok

dibandingkan siswa yang memiliki sikap baik.

d) Hubungan Tindakan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang

memiliki tindakan baik dan kurang baik dengan perilaku merokok

siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012.


95

Tabel 5.11
Hubungan Tindakan dengan Perilaku Merokok Siswa
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Perilaku Merokok

Tindakan Merokok Tidak Jumlah p OR


Merokok Value (95 % CI)
n % n N %

Kurang Baik 23 74,2 8 25,8 31 100,0


0,000 15,146
Baik 41 16,0 216 84,0 257 100,0
(6,339 36,190)
Jumlah 64 22,2 224 77,8 288 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 31 responden yang

memiliki tindakan kurang baik sebanyak 23 responden (74,2 %)

diantaranya merokok. Sedangkan dari 257 responden yang

memiliki tindakan baik sebanyak 41 responden (16 %) diantaranya

merokok.

Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada

tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value

lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada

perbedaan perilaku merokok antara siswa yang memiliki tindakan

kurang baik dan baik, atau ada hubungan yang bermakna antara

tindakan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan (p = 0,000 < 0,05 ).

Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 15,146 artinya siswa yang

memiliki tindakan kurang baik berpeluang 15,1 kali untuk

merokok dibandingkan siswa yang memiliki tindakan baik.


96

e) Hubungan Alasan Psikologis : Merasa Kesulitan dalam

Pelajaran dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang

merasa kesulitan dalam pelajaran dan tidak merasa kesulitan dalam

pelajaran dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012.

Tabel 5.12
Hubungan Merasa Kesulitan dalam Pelajaran dengan Perilaku
Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Merasa Perilaku Merokok


Kesulitan Jumlah p OR
Merokok Tidak
dalam Merokok Value (95 % CI)
Pelajaran n % n N %

Ya 38 38,4 61 61,6 99 100,0


0,000 3,905
Tidak 26 13,8 163 86,2 183 100,0
(2,189 6,969)
Jumlah 64 22,2 224 77,8 288 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 99 responden yang

merasa kesulitan dalam pelajaran sebanyak 38 responden (38,4 %)

diantaranya merokok. Sedangkan dari 189 responden yang tidak

merasa kesulitan dalam pelajaran sebanyak 26 responden (13,8 %)

diantaranya merokok.

Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada

tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value

lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada


97

perbedaan perilaku merokok antara siswa yang merasa kesulitan

dalam pelajaran dan tidak merasa kesulitan dalam pelajaran, atau

ada hubungan yang bermakna antara merasa kesulitan dalam

pelajaran dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan (p = 0,000 < 0,05 ).

Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 3,905 artinya siswa yang merasa

kesulitan dalam pelajaran berpeluang 3,9 kali untuk merokok

dibandingkan siswa yang tidak merasa kesulitan dalam pelajaran.

f) Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Mencoba Merokok

dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden

yang ingin mencoba merokok dan tidak ingin mencoba

merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012.

Tabel 5.13
Hubungan Mencoba Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Perilaku Merokok

Ingin Mencoba Merokok Tidak Jumlah p OR


Merokok Value (95 % CI)
Merokok
n % n N %

Ya 33 67,3 16 32,7 49 100,0


0,000 13,839
Tidak 31 13,0 208 87,0 239 100,0
(6,829 28,044)
Jumlah 64 22,2 224 77,8 288 100,0
98

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 49 responden yang

ingin mencoba merokok sebanyak 33 responden (67,3 %)

diantaranya merokok. Sedangkan dari 239 responden yang tidak

ingin mencoba merokok sebanyak 31 responden (13 %)

diantaranya merokok.

Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada

tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value

lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada

perbedaan perilaku merokok antara siswa yang ingin mencoba

merokok dan tidak ingin mencoba merokok, atau ada hubungan

yang bermakna antara ingin mencoba merokok dengan perilaku

merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 <

0,05).

Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 13,839 artinya siswa yang ingin

mencoba merokok berpeluang 13,8 kali untuk merokok

dibandingkan siswa yang tidak ingin ingin mencoba merokok.

g) Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Terlihat Keren dengan

Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang

ingin terlihat keren dan tidak ingin terlihat keren dengan perilaku

merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012.


99

Tabel 5.14
Hubungan Ingin Terlihat Keren dengan Perilaku Merokok Siswa
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Perilaku Merokok

Ingin Terlihat Merokok Tidak Jumlah p OR


Keren Merokok Value (95 % CI)
n % n N %

Ya 35 38,9 55 61,1 90 100,0


0,000 3,708
Tidak 29 14,6 169 85,4 198 100,0
(2,079 6,614)
Jumlah 64 22,2 224 77,8 288 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 90 responden yang

ingin terlihat keren sebanyak 35 responden (38,9 %) diantaranya

merokok. Sedangkan dari 198 responden yang tidak ingin terlihat

keren sebanyak 29 responden (14,6 %) diantaranya merokok.

Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada

tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value

lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada

perbedaan perilaku merokok antara siswa yang ingin terlihat keren

dan tidak ingin terlihat keren, atau ada hubungan yang bermakna

antara ingin terlihat keren dengan perilaku merokok siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 < 0,05 ).

Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 3,708 artinya siswa yang ingin

terlihat keren berpeluang 3,7 kali untuk merokok dibandingkan

siswa yang tidak ingin terlihat keren.


100

h) Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Diterima dalam Semua

Pergaulan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang

ingin diterima dalam semua pergaulan dan tidak ingin diterima

dalam semua pergaulan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan Tahun 2012.

Tabel 5.15
Hubungan Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan dengan
Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2012

Perilaku Merokok
Ingin Diterima
dalam Semua Merokok Tidak Jumlah p OR
Merokok Value (95 % CI)
Pergaulan
n % n N %

Ya 17 37,0 29 63,0 46 100,0


0,015 2,432
Tidak 47 19,4 195 80,6 242 100,0
(1,234 4,792)
Jumlah 64 22,2 224 77,8 288 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 46 responden yang

ingin diterima dalam semua pergaulan sebanyak 17 responden (37

%) diantaranya merokok. Sedangkan dari 242 responden yang

tidak ingin diterima dalam semua pergaulan sebanyak 47

responden (19,4 %) diantaranya merokok.

Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada

tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,015. Hal ini berarti p-value


101

lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada

perbedaan perilaku merokok antara siswa yang ingin diterima

dalam semua pergaulan dan tidak ingin diterima dalam semua

pergaulan, atau ada hubungan yang bermakna antara ingin diterima

dalam semua pergaulan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan (p = 0,015 < 0,05 ).

Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 2,432 artinya siswa yang ingin

diterima dalam semua pergaulan berpeluang 2,4 kali untuk

merokok dibandingkan siswa yang tidak ingin diterima dalam

semua pergaulan.

i) Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok

Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang

tersedia sarana dan prasarana dan kurang tersedia sarana dan

prasarana dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012.

Tabel 5.16
Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok
Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Perilaku Merokok
Sarana dan
Prasarana Merokok Tidak Jumlah p OR
Merokok Value (95 % CI)
n % n N %

Tersedia 61 22,9 205 77,1 266 100,0


0,428 1,885
Kurang Tersedia 3 13,6 19 86,4 22 100,0
(0,540 6,583)
Jumlah 64 22,2 224 77,8 288 100,0
102

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 266 responden yang

tersedia sarana dan prasarana sebanyak 61 responden (22,9 %)

diantaranya merokok. Sedangkan dari 22 responden yang kurang

tersedia sarana dan prasarana 3 responden (13,6 %) diantaranya

merokok.

Saat perhitungan hasil, didapatkan satu sel yang memiliki nilai

harapan atau expected count kurang dari 5, lebih dari 20 % dari

keseluruhan sel. Maka untuk penentuan p-value menggunakan

hasil uji Fisher Exact, pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai

p=0,428. Hal ini berarti p-value lebih besar dari alpha (5%),

sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan perilaku merokok

antara siswa yang tersedia sarana dan prasarana dan kurang

tersedia sarana dan prasarana, atau tidak ada hubungan yang

bermakna antara sarana dan prasarana dengan perilaku merokok

siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,428 > 0,05).

j) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Orang Tua yang

Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang

memiliki orang tua yang merokok dan tidak memiliki orang tua

yang merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012.


103

Tabel 5.17
Hubungan Orang Tua yang Merokok dengan Perilaku Merokok
Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Perilaku Merokok
Orang Tua
yang Merokok Merokok Tidak Jumlah p OR
Merokok Value (95 % CI)
n % n N %

Ada 56 29,9 131 70,1 187 100,0


0,000 4,969
Tidak 8 7,9 93 92,1 101 100,0
(2,262 10,917)
Jumlah 64 22,2 224 77,8 288 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 187 responden yang

memiliki orang tua yang merokok sebanyak 56 responden (29,9 %)

diantaranya merokok. Sedangkan dari 101 responden yang tidak

memiliki orang tua yang merokok sebanyak 8 responden (7,9 %)

diantaranya merokok.

Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada

tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value

lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada

perbedaan perilaku merokok antara siswa yang memiliki orang tua

yang merokok dan tidak memiliki orang tua yang merokok, atau

ada hubungan yang bermakna antara orang tua yang merokok

dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

(p = 0,000 < 0,05 ).


104

Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 4,969 artinya siswa yang memiliki

orang tua yang merokok berpeluang 5 kali untuk merokok

dibandingkan siswa yang tidak memiliki orang tua yang merokok.

k) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Saudara Serumah

yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang

memiliki saudara serumah yang merokok dan tidak memiliki

saudara serumah yang merokok dengan perilaku merokok siswa

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012.

Tabel 5.18
Hubungan Saudara Serumah yang Merokok dengan Perilaku
Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Perilaku Merokok
Saudara
Serumah yang Merokok Tidak Jumlah p OR
Merokok Value (95 % CI)
Merokok
n % n N %

Ada 48 30,2 111 69,8 159 100,0


0,001 3,054
Tidak 16 12,4 113 87,6 129 100,0
(1,637 5,697)
Jumlah 64 22,2 224 77,8 288 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 159 responden yang

memiliki saudara serumah yang merokok sebanyak 48 responden

(30,2 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 129 responden


105

yang tidak memiliki saudara serumah yang merokok sebanyak 16

responden (12,4 %) diantaranya merokok.

Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction tingkat

kepercayaan 95 %, nilai p=0,001. Hal ini berarti p-value lebih kecil

dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan

perilaku merokok antara siswa yang memiliki saudara serumah

yang merokok dan tidak memiliki saudara serumah yang merokok,

atau ada hubungan yang bermakna antara memiliki saudara

serumah yang merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 < 0,05 ).

Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 3,054 artinya siswa yang memiliki

saudara serumah yang merokok berpeluang 3,1 kali untuk merokok

dibandingkan siswa yang tidak memiliki saudara serumah yang

merokok.

l) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Teman yang

Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang

memiliki teman yang merokok dan tidak memiliki teman yang

merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan Tahun 2012.


106

Tabel 5.19
Hubungan Teman yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Perilaku Merokok
Teman yang
Merokok Merokok Tidak Jumlah p OR
Merokok Value (95 % CI)
n % n N %

Ada 61 25,4 179 74,6 240 100,0


0,006 5,112
Tidak 3 6,3 45 93,8 48 100,0
(1,533 17,044)
Jumlah 64 22,2 224 77,8 288 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 240 responden yang

memiliki teman yang merokok sebanyak 61 responden (25,4 %)

diantaranya merokok. Sedangkan dari 48 responden yang tidak

memiliki teman yang merokok sebanyak 3 responden (6,3 %)

diantaranya merokok.

Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada

tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,006. Hal ini berarti p-value

lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada

perbedaan perilaku merokok antara siswa yang memiliki teman

yang merokok dan tidak memiliki teman yang merokok, atau ada

hubungan yang bermakna antara teman yang merokok dengan

perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p =

0,006 < 0,05 ).


107

Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 5,112 artinya siswa yang memiliki

teman yang merokok berpeluang 5,1 kali untuk merokok

dibandingkan siswa yang tidak memiliki teman yang merokok.

m) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Pengaruh Iklan

Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang

mengatakan ada pengaruh iklan rokok dan tidak ada pengaruh

iklan rokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012.

Tabel 5.20
Hubungan Pengaruh Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Perilaku Merokok
Teman yang
Merokok Merokok Tidak Jumlah p OR
Merokok Value (95 % CI)
n % n N %

Ada 36 60,0 24 40,0 60 100,0


0,000 10,714
Tidak 28 12,3 200 87,7 228 100,0
(5,590 20,534)
Jumlah 64 22,2 224 77,8 288 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 60 responden yang

mengatakan ada pengaruh iklan rokok sebanyak 36 responden (60

%) diantaranya merokok. Sedangkan dari 228 responden yang


108

mengatakan tidak ada pengaruh iklan rokok sebanyak 28

responden (12,3 %) diantaranya merokok.

Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada

tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value

lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada

perbedaan perilaku merokok antara siswa yang mengatakan ada

pengaruh iklan rokok dan mengatakan tidak ada pengaruh iklan

rokok, atau ada hubungan yang bermakna antara pengaruh iklan

rokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan (p = 0,000 < 0,05 ).

Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 10,714 artinya siswa yang

mengatakan ada pengaruh iklan rokok berpeluang 10,7 kali untuk

merokok dibandingkan siswa yang mengatakan tidak ada pengaruh

iklan rokok.

Berdasarkan keseluruhan proses analisis yang telah dilakukan

dapat disimpulkan bahwa dari 13 variabel independen yang

diperkirakan berhubungan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan, ternyata ada 12 variabel memiliki hubungan

yang bermakna dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan. Variabel yang berhubungan yaitu jenis kelamin,

pengetahuan, sikap, tindakan, alasan psikologis : merasa kesulitan

dalam pelajaran, ingin mencoba merokok, ingin terlihat keren, ingin

diterima dalam semua pergaulan, pengaruh lingkungan sosial : orang


109

tua yang merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang

merokok, dan pengaruh iklan rokok.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

1. Pengisian lembar kuesioner dilakukan di dalam ruangan kelas.

Sehingga kemungkinan menimbulkan bias karena saat mengisi

kuesioner, responden mungkin dapat terpengaruh oleh pendapat teman

yang ada di dekatnya.

2. Suasana kelas yang kurang kondusif serta waktu pengisian yang terlalu

cepat diperkirakan juga dapat membuat responden kurang

berkonsentrasi ketika mengisi kuesioner.

B. Analisis Univariat

1. Perilaku Merokok

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan 64 siswa (22,2 %)

siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan adalah perokok, jumlah ini

lebih tinggi jika dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2010 yang

menyebutkan persentase perokok pada usia 10-14 tahun sekitar 17,5

%. Jumlah ini juga jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan

penelitian Irfan (2010) terhadap siswa SMP di Kota Medan, dimana

menunjukkan hanya 3,2 % siswa SMP yang merokok. Perbedaan ini

dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik lingkungan dan gaya

hidup siswa, dimana siswa di wilayah pinggiran kota besar seperti

Tangerang Selatan yang berbatasan langsung dengan Jakarta,

110
111

menganggap merokok merupakan hal yang wajar dilakukan di usianya.

Namun perilaku siswa SMP yang merokok jika dibandingkan dengan

perilaku siswa SMA yang merokok menunjukkan perbedaan yang

cukup signifikan, penelitian yang dilakukan di SMK Triguna Utama

Tangerang Selatan menunjukkan sekitar 60% siswa merokok. Hal ini

dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik remaja berdasarkan

perkembangan usianya. Remaja awal cenderung baru memulai

mengembangkan pikiran-pikiran baru, salah satunya seperti rasa ingin

tahu terhadap rokok.

Selanjutnya penelitian ini juga menunjukkan karakteristik siswa

yang merokok, dimana durasi siswa yang merokok paling banyak

adalah kurang dari 6 bulan (54,7 %). Jumlah rokok yang dihisap oleh

siswa yang merokok rata-rata 2 batang perhari, jenis rokok yang paling

banyak dihisap adalah rokok putih atau filter dengan merek Sampoerna

Mild. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Alamsyah (2009), yang menyebutkan paling banyak perokok

remaja adalah perokok ringan dan jenis rokok yang paling banyak

dihisap adalah rokok putih. Karakteristik ini menunjukkan bahwa

perokok remaja merupakan perokok ringan yang sedang dalam tahap

inisiasi. Tahap inisiasi adalah tahapan yang kritis pada seorang

individu karena merupakan tahap coba-coba dimana ia beranggapan

bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga ia akan

memulai dengan mencoba beberapa batang rokok (Leventhal dan

Cleary, 1980 dalam Kintoko, 2004).


112

Sekitar 91 % siswa yang merokok mengatakan tempat yang biasa

digunakan olehnya untuk merokok adalah tempat main, seperti mall,

restoran cepat saji, dan tongkrongan. Hal ini dapat disebabkan karena

remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan teman-

teman sebaya, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap,

pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada

pengaruh keluarga (Hurlock, 1999 dalam Nasution, 2007). Selain itu

perilaku merokok remaja di tempat umum juga cenderung bermaksud

untuk show-off (pamer) sebagai salah satu cara memunculkan identitas

diri. Cara ini dimaksudkan agar menarik perhatian dan dipandang oleh

orang lain. Saat yang sama individu juga tetap mempertahankan

identitas dirinya sebagai anggota dari suatu kelompok sebaya.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Alamsyah (2009) yang menunjukkan paling banyak remaja yang

merokok di rumah. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan

jumlah sarana umum yang bisa digunakan remaja untuk bermain atau

berkumpul.

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN

3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran umum jenis

kelamin responden, jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada

responden perempuan, yaitu sebanyak 153 responden (53,1 %). Jenis


113

kelamin merupakan faktor penting terhadap perilaku merokok di

Indonesia. Suhardi (1997) dalam majalah Dunia Kedokteran

menyatakan bahwa perilaku merokok lebih dominan pada laki-laki dan

sedikit perempuan yang merokok terkait dengan kultur yang kurang

menerima perempuan yang berperilaku merokok.

Analisa data pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku merokok siswa

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p=0,000). Sebanyak 153 responden

yang berjenis kelamin laki-laki, 57 responden (37,3 %) diantaranya

merokok. Sedangkan dari 135 responden yang berjenis kelamin

perempuan hanya 7 responden (5,2 %) yang merokok. Peluang siswa

yang berjenis kelamin laki-laki untuk merokok dibandingkan siswa

yang berjenis kelamin perempuan adalah 10,9 kali. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Iqbal (2008) yang menunjukkan ada

hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku merokok remaja.

Adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan perilaku

merokok sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Waldron (1988

dalam Hasibuan, 2005), yaitu antara pria dan wanita didapatkan

perbedaan yang berarti dalam perilaku yang beresiko terhadap

kesehatan. Salah satu contoh perilaku yang beresiko terhadap

kesehatan misalnya pria lebih cenderung untuk bekerja pada tempat-

tempat yang berbahaya, dan melakukan gaya hidup yang beresiko

seperti mengebut, mabuk, dan merokok.


114

2. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.7 tentang tingkat pengetahuan responden,

didapatkan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 277

responden (96,2 %), jumlah ini lebih banyak daripada responden

dengan pengetahuan kurang baik. Tingginya tingkat pengetahuan

siswa dapat disebabkan oleh lingkungan yang menyediakan banyak

informasi tentang rokok. Tingkat pengetahuan juga diduga

berhubungan erat dengan perilaku merokok. Terbukti pada analisa di

tabel 5.9 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan (p=0,000). Sebanyak 11 responden yang memiliki pengetahuan

kurang baik terdapat 8 responden (72,7 %) yang merokok. Sedangkan

dari 277 responden yang memiliki pengetahuan baik, 56 responden

(20,2 %) diantaranya merokok. Analisa data juga menunjukkan bahwa

siswa yang memiliki pengetahuan kurang baik berpeluang 10,5 kali

untuk merokok dibandingkan siswa yang memiliki pengetahuan baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior). Lawrence Green sebagaimana dikutip Notoatmodjo (2003)

juga menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan perilaku

seseorang yaitu faktor predisposisi, termasuk diantaranya adalah

pengetahuan. Sementara itu, WHO dalam Notoatmodjo (2003)


115

menganalisis bahwa pengetahuan merupakan salah satu alasan pokok

yang menyebabkan seseorang berperilaku.

Beberapa penelitian sebelumnya, seperti penelitian Aji (2003) dan

Iqbal (2008) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dengan perilaku merokok remaja, dalam hal ini adalah

siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

Namun terlepas dari hasil analisa data diatas yang menunjukkan

adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan

perilaku merokok. Fakta menunjukkan dari 64 siswa yang merokok

sebanyak 56 responden justru memiliki pengetahuan yang baik, jumlah

ini lebih banyak daripada yang memiliki pengetahuan kurang baik.

Kecenderungan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, pertama

yaitu karena karakteristik dari populasi itu sendiri yang memang

menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik,

kemudian juga faktor di lapangan yang terkait dengan proses pengisian

kuesioner, seperti adanya kemungkinan siswa yang melihat jawaban

temannya.

3. Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012

Berdasarkan hasil penelitian, proporsi responden yang memiliki

sikap baik sebanyak 269 responden (93,4 %), jumlah ini lebih banyak

daripada responden dengan sikap kurang baik. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh gencarnya promosi kesehatan khususnya promosi


116

kesehatan tentang bahaya dan larangan rokok di sekolah, sehingga

membuat tingkat sikap siswa terhadap rokok tergolong baik.

Hasil analisa data menunjukkan ada hubungan yang bermakna

antara sikap dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan (p=0,000). Dilihat dari 19 responden yang memiliki sikap

kurang baik sebanyak 14 responden (73,7 %) diantaranya merokok.

Sedangkan dari 269 responden yang memiliki sikap baik sebanyak 50

responden (18,6 %) diantaranya merokok.

Nilai OR (Odds Ratio) menunjukkan siswa yang memiliki sikap

kurang baik berpeluang 12,3 kali untuk merokok dibandingkan siswa

yang memiliki sikap baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori

Green yang menyatakan bahwa sikap dan keyakinan seseorang akan

mempengaruhi perilaku atau kelompok.

Thurstone, seperti yang dikutip Azwar (1988) mendefinisikan

sikap sebagai total kecenderungan dari perasaan, prasangka, ide,

perasaan takut, ancaman dan keyakinan seseorang terhadap topik

tertentu. Sedangkan menurut Allport (1954) sebagaimana yang dikutip

oleh Notoatmodjo (2003), sikap merupakan keadaan mental dan saraf

dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan

pengaruh dinamika atau terarah terhadap respon individu pada semua

objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap merupakan reaksi

atau respon yang masih tertutup dari individu terhadap sutu stimulus

atau objek. Respon tersebut bisa berwujud menjadi perasaan suka atau

tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Salah satu
117

faktor yang mempengaruhi sikap seseorang adalah kepercayaan pada

dirinya.

Namun sama seperti pada variabel pengetahuan, hasil analisa data

diatas mengenai hubungan tingkat sikap dengan perilaku merokok

remaja memang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.

Namun faktanya adalah dari 64 siswa yang merokok sebanyak 50

responden memiliki sikap yang baik, jumlah ini lebih banyak daripada

yang memiliki sikap kurang baik. Kecenderungan ini dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, pertama yaitu karena karakteristik dari populasi

itu sendiri yang memang menunjukkan bahwa mayoritas responden

bersikap baik, kemudian juga faktor di lapangan yang terkait dengan

proses pengisian kuesioner, seperti adanya kemungkinan siswa yang

melihat jawaban temannya.

4. Hubungan Tindakan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.7 tentang tingkat tindakan responden,

didapatkan responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 257

responden (89,2 %), jumlah ini lebih banyak daripada responden

dengan tindakan kurang baik. Tingginya responden yang memiliki

tingkat tindakan baik dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan

responden, misalnya siswa dengan tingkat pengetahuan yang baik

tentang bahaya rokok, kemungkinan besar akan memiliki tindakan

yang baik juga dalam hal pencegahan rokok. Hal ini sesuai dengan

teori yang dikemukanan oleh Notoatmodjo (2007), dimana ia


118

menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting bagi terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) apabila

suatu tindakan didasari oleh pengetahuan maka tindakan tersebut akan

bersifat langgeng (long lasting), sebaliknya jika perilaku tersebut tidak

didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka perilaku tersebut tidak

akan bertahan lama.

Fishbein dan Ajzen (dalam Hasibuan, 2005) mengemukakan skema

konseptual yang menjelaskan keterkaitan antara pengetahuan, sikap,

dan tindakan yang dikombinasikan dengan intensi. Intensi dimengerti

sebagai komponen konatif dari sikap, sehingga dapat dikatakan bahwa

komponen konatif berhubungan erat dengan komponen afektif dari

sikap. Dengan demikian intensi berkaitan erat juga dengan

pengetahuan (belief) seseorang terhadap sesuatu, sikapnya (attitude)

pada hal itu, serta tindakan itu sendiri sebagai perwujudan nyata dari

intensinya. Sehingga intensi adalah komponen mediator antara sikap

sampai kepada tahap tindakan, dalam hal ini adalah terhadap rokok.

Hasil analisa data menunjukkan ada hubungan yang bermakna

antara tingkat tindakan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan (p=0,000). Sebanyak 31 responden yang memiliki

tindakan kurang baik 23 responden (74,2 %) diantaranya merokok.

Sedangkan dari 257 responden yang memiliki tindakan baik 41

responden (16 %) diantaranya merokok. Nilai OR (Odds Ratio) yaitu

15,146 artinya siswa yang memiliki tindakan kurang baik berpeluang


119

15,1 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang memiliki tindakan

baik.

Namun lagi-lagi sama seperti pada variabel pengetahuan dan sikap,

hasil analisa data mengenai hubungan tingkat tindakan dengan perilaku

merokok remaja memang menunjukkan adanya hubungan yang

bermakna. Namun faktanya adalah dari 64 siswa yang merokok

sebanyak 41 responden justru memiliki tindakan yang baik, jumlah ini

lebih banyak daripada yang memiliki tindakan kurang baik.

Kecenderungan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, pertama

yaitu karena karakteristik dari populasi itu sendiri yang memang

menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tindakan yang

baik, kemudian juga faktor di lapangan yang terkait dengan proses

pengisian kuesioner, seperti adanya kemungkinan siswa yang melihat

jawaban temannya.

Kesamaan ini juga dimungkinan karena adanya skema konseptual

yang menjelaskan keterkaitan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan

yang dikombinasikan dengan intensi, seperti yang dikemukakan oleh

Fishbein dan Ajzen (dalam Hasibuan, 2005).

5. Hubungan Alasan Psikologis : Merasa Kesulitan dalam Pelajaran

dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Tahun 2012

Berdasarkan hasil penelitian, proporsi responden yang tidak merasa

kesulitan dalam pelajaran ada 189 responden (65,6 %), jumlah ini lebih
120

banyak daripada responden yang merasa kesulitan dalam pelajaran.

Banyaknya siswa yang tidak merasa kesulitan dalam pelajaran dapat

disebabkan oleh kualitas dari proses belajar-mengajar di sekolah

tersebut, karena diketahui bahwa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

merupakan salah satu sekolah unggulan yang ada di Kota Tangerang

Selatan, maka standar kualifikasi dalam penerimaan siswa tergolong

cukup tinggi, sehingga siswa yang belajar di sekolah tersebut memiliki

kualitas yang baik pula. Kualitas yang baik ini ditunjukkan dengan

kemampuan mereka mengatasi stress dalam pelajaran.

Hasil analisa data menunjukkan ada hubungan yang bermakna

antara merasa kesulitan dalam pelajaran dengan perilaku merokok

siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000). Sebanyak 99

responden yang merasa kesulitan dalam pelajaran, 38 responden (38,4

%) diantaranya merokok. Sedangkan dari 189 responden yang tidak

merasa kesulitan dalam pelajaran hanya 26 responden (13,8 %)

diantaranya yang merokok. Nilai OR (Odds Ratio) juga menunjukkan

siswa yang merasa kesulitan dalam pelajaran berpeluang 3,9 kali untuk

merokok dibandingkan siswa yang tidak merasa kesulitan dalam

pelajaran.

Adanya hubungan antara merasa kesulitan dalam pelajaran dengan

perilaku merokok remaja ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Sarafino (1994), dimana faktor psikologis seperti kesulitan belajar

merupakan faktor yang dapat membuat remaja untuk merokok. Hal ini

dikarenakan efek dari rokok itu sendiri, yaitu dapat menghasilkan


121

mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-

keadaan yang sulit (Nasution, 2007). Smet (1994) dalam Nasution

(2007) menyebutkan keuntungan merokok (terutama bagi perokok)

yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan

sosial dan menyenangkan.

6. Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Mencoba Merokok dengan

Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun

2012

Merujuk tabel 5.7, didapatkan gambaran umum karakteristik

responden berdasarkan alasan psikologis : ingin mencoba merokok.

Dimana menunjukkan bahwa 239 responden (83 %) tidak ingin

mencoba merokok, jumlah ini lebih banyak daripada responden yang

ingin mencoba merokok. Banyaknya siswa yang tidak ingin mencoba

merokok sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan tindakannya

terhadap bahaya rokok. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat

pengetahuan, sikap dan tindakan siswa yang tergolong baik cukup

tinggi sehingga berbanding terbalik dengan rasa ingin tahu atau ingin

mencoba merokok.

Hasil analisa data menunjukkan ada hubungan yang bermakna

antara rasa ingin mencoba merokok dengan perilaku merokok siswa

SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p=0,000). Berdasarkan tabel 5.13

dapat dilihat dari 49 responden yang ingin mencoba merokok sebanyak

33 responden (67,3 %) yang akhirnya merokok. Sedangkan dari 239


122

responden yang tidak ingin mencoba merokok hanya 31 responden (13

%) yang merokok. Hasil ini juga didukung oleh nilai OR (Odds Ratio)

yang cukup tinggi yaitu 13,839. Artinya siswa yang merasa ingin

mencoba merokok berpeluang 13,8 kali untuk merokok dibandingkan

siswa yang tidak ingin ingin mencoba merokok.

Rasa keingintahuan remaja terhadap rokok membuatnya ingin

mencoba untuk merokok, rasa ini muncul karena keadaan remaja yang

sedang dalam fase transisi, dimana dalam setiap adanya transisi suatu

perubahan, status individu menjadi tidak jelas karena terdapat

keraguan akan peran yang harus dilakukan. Masa remaja individu

bukan lagi seorang anak-anak dan juga bukan orang dewasa. Di sisi

lain, status remaja yang tidak jelas ini memberikan keuntungan karena

status tersebut memberi ruang dan waktu kepada seorang remaja untuk

mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai

dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya (Hurlock, 1999 dalam

Nasution, 2007).

Hubungan antara rasa ingin tahu tersebut dengan perilaku merokok

remaja sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1999) dalam

Nasution (2007), yaitu karakteristik masa remaja sebagai ambang masa

dewasa. Remaja mulai memusatkan pada perilaku yang dihubungkan

pada status dewasa, seperti merokok, minum-minuman keras,

menggunakan obat-obatan terlarang dan terlibat dalam perbuatan seks

(Hurlock, 1999 dalam Nasution, 2007).


123

7. Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Terlihat Keren dengan

Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun

2012

Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan alasan

psikologis : ingin terlihat keren menunjukkan bahwa 198 responden

(68,8 %) merasa tidak ingin terlihat keren, jumlah ini lebih banyak

daripada responden yang merasa ingin terlihat keren. Tingginya

jumlah siswa yang tidak ingin terlihat keren dapat disebabkan oleh

persepsi dari individu terhadap keren itu sendiri. Saat ini banyak

remaja yang menganggap bahwa bersikap ingin terlihat keren tidaklah

perlu karena merupakan tindakan yang berlebihan, mereka cenderung

untuk menjadi follower dari teman-teman mereka. Mungkin sebagian

remaja juga berpikir bahwa mereka akan terlihat keren jika bergaul dan

berperilaku mengikuti arus atau teman-teman mereka.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hurlock (1999)

dalam Nasution, (2007), yaitu salah satu tugas perkembangan masa

remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian

sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam

hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus

menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga

dan sekolah. Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama

dengan teman-teman sebaya, maka pengaruh teman-teman sebaya pada

sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar

daripada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja


124

mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama

dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan untuk

diterima menjadi anggota kelompok lebih besar.

Walaupun jumlah siswa yang ingin terlihat keren tidaklah banyak,

tapi hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antar

alasan psikologis : ingin terlihat keren dengan perilaku merokok

remaja (p=0,000). Berdasarkan tabel 5.14 dapat dilihat dari 90

responden yang ingin terlihat keren sebanyak 35 responden (38,9 %)

diantaranya merokok. Sedangkan dari 198 responden yang tidak ingin

terlihat keren sebanyak 29 responden (14,6 %) diantaranya merokok.

Nilai OR (Odds Ratio) penelitian ini adalah 3,708 artinya siswa yang

ingin terlihat keren berpeluang 3,7 kali untuk merokok dibandingkan

siswa yang tidak ingin terlihat keren.

Adanya hubungan antara perasaan ingin terlihat keren dengan

perilaku merokok didukung oleh teori yang dikemukakan oleh

Leventhal & Cleary (1980 dalam Oskamp, 1984), dimana motif

seseorang merokok dapat disebabkan faktor psikologis yaitu reaksi

emosi yang positif. Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi

yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa.

Merokok juga dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan

menunjukkan kedewasaan.

Hubungan yang bermakna antara perasaan ingin terlihat keren

dengan perilaku merokok remaja menurut Hurlock (1999) dalam

Nasution (2007) disebakan oleh karakteristik masa remaja yaitu masa


125

remaja sebagai masa mencari identitas. Salah satu cara memunculkan

identitas diri adalah dengan menggunakan simbol status yang mudah

terlihat seperti model pakaian, gaya, jenis kendaraan dan lain-lain.

Cara ini dimaksudkan agar menarik perhatian dan dipandang oleh

orang lain.

8. Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Diterima dalam Semua

Pergaulan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012

Merujuk tabel 5.7, didapatkan gambaran umum karakteristik

responden berdasarkan alasan psikologis : ingin diterima dalam semua

pergaulan. Dimana menunjukkan bahwa 242 responden (84 %) tidak

ingin diterima dalam semua pergaulan, jumlah ini lebih banyak

daripada responden yang merasa ingin diterima dalam semua

pergaulan. Banyaknya siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang

merasa tidak ingin diterima dalam semua pergaulan menunjukkan

karakteristik siswa berdasarkan hubungan sosial atau kelompok sosial.

Hasil penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa banyak siswa SMPN 3

Kota Tangerang Selatan yang lebih merasa nyaman hanya memiliki

hubungan sosial dengan teman dekat dan kelompok kecil. Hal ini

mungkin dapat disebabkan oleh cara pandang mereka terhadap

kelompok besar, karena menurut Hurlock (1999 dalam Nasution,

2007) semakin besar kelompok sosial remaja, maka terdapat jarak

sosial yang lebih besar juga di antara mereka.


126

Walaupun jumlah siswa yang ingin diterima dalam semua

pergaulan tidaklah banyak, tapi hasil penelitian menunjukkan ada

hubungan yang bermakna antara alasan psikologis : ingin diterima

dalam semua pergaulan dengan perilaku merokok remaja (p=0,015).

Hal ini dapat dimungkinkan karena adanya pengaruh dari variabel lain

yang membuat remaja tetap merokok.

Berdasarkan tabel 5.15 dapat dilihat dari 46 responden yang ingin

diterima dalam semua pergaulan sebanyak 17 responden (37 %)

diantaranya merokok. Sedangkan dari 242 responden yang tidak ingin

diterima dalam semua pergaulan sebanyak 47 responden (19,4 %)

diantaranya merokok. Nilai OR (Odds Ratio) 2,432 artinya siswa yang

ingin diterima dalam semua pergaulan berpeluang 2,4 kali untuk

merokok dibandingkan siswa yang tidak ingin diterima dalam semua

pergaulan.

Hubungan yang bermakna tersebut didukung oleh teori yang

dikemukakan Leventhal & Cleary (1980 dalam Oskamp, 1984) tentang

motif seseorang merokok, yaitu alasan sosial. Merokok ditujukan

untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan

anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan

image diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan

adanya paksaan dari teman-temannya.


127

9. Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok

Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan sarana dan

prasarana menunjukkan sebanyak 266 responden (92,4 %)

dikategorikan tersedia sarana dan prasarana, jumlah ini lebih banyak

daripada responden yang tidak tersedia sarana dan prasarana.

Ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung perilaku merokok

remaja ini disebabkan oleh karakteristik gaya hidup di lingkungan

perkotaan yang cenderung konsumtif, sehingga dapat dengan mudah

ditemukan toko atau warung di setiap lingkungan. Selain itu,

kurangnya pengetahuan dan sikap kepedulian penjual terhadap bahaya

rokok bagi anak-anak juga membuat rokok dapat dengan mudah dibeli

oleh anak dibawah umur, dalam hal ini adalah siswa SMP. Para

pedagang umumnya enggan mempersoalkan umur dan tujuan anak-

anak yang membeli rokok di tempatnya, karena baginya mendapatkan

keuntungan lah yang paling utama. Bentuk ketersediaan sarana dan

prasarana ini juga dapat dilihat dari uang saku siswa SMP, hasil

penelitian ini menunjukkan sebagian besar siswa SMP diberi uang

saku lebih dari sepuluh ribu rupiah setiap harinya, ini juga

memungkinkan anak untuk menggunakan uang saku tersebut untuk

membeli rokok.

Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara ketersediaan sarana dan prasarana

dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan


128

(p=0,428). Dilihat dari 266 responden yang tersedia sarana dan

prasarananya sebanyak 61 responden (22,9 %) diantaranya merokok.

Sedangkan dari 22 responden yang kurang tersedia sarana dan

prasarana 3 responden (13,6 %) diantaranya tetap merokok.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Lawrence Green,

yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh

reinforcing factors. Sarana dan prasarana merupakan bagian dari

faktor pendorong atau reinforcing factors. Ketidaksesuaian ini dapat

disebabkan oleh adanya faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh

terhadap perilaku merokok remaja, seperti faktor lingkungan, dan

alasan psikologis. Selain itu, sarana dan prasarana hanya merupakan

faktor pendorong dan bersifat eksternal maka pengaruhnya terhadap

perilaku juga tidak terlalu banyak, karena perilaku adalah hasil

bersama antara berbagai faktor, yaitu faktor internal dan eksternal

(Notoatmodjo, 2007)

10. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Orang Tua yang

Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.7 diperoleh gambaran umum karakteristik

responden berdasarkan pengaruh lingkungan sosial : orang tua yang

merokok. Tabel tersebut menunjukkan bahwa 187 responden (64,9 %)

memiliki orang tua yang merokok, jumlah ini lebih banyak jika

dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki orang tua yang


129

merokok. Jumlah yang menunjukkan banyaknya orang tua murid yang

merokok dapat disebabkan karena rata-rata siswa berasal dari keluarga

pekerja (working class), dimana kelas pekerja umumnya memiliki

perilaku merokok yang lebih tinggi, pendapat ini didukung oleh

penelitian dari Asih (2010).

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna

antara orang tua yang merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN

3 Kota Tangerang Selatan (p=0,000), dengan nilai OR sebesar 4,969

yang artinya siswa yang memiliki orang tua yang merokok berpeluang

hampir 5 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak memiliki

orang tua yang merokok. Tabel 5.17 menunjukkan 187 responden yang

memiliki orang tua yang merokok sebanyak 56 responden (29,9 %)

diantaranya merokok. Sedangkan dari 101 responden yang tidak

memiliki orang tua yang merokok sebanyak 8 responden (7,9 %)

diantaranya merokok.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Alamsyah (2009) yang menyatakan bahwa responden yang orang

tuanya merokok mempunyai kebiasaan merokok 1,38 kali

dibandingkan yang orang tuanya tidak merokok. Hubungan ini juga

sesuai dengan Teori dari Baer & Corado, yang mengatakan orang tua

adalah figur contoh bagi anak-anaknya, misalnya orang tuanya adalah

perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk

mencontohnya. Sarafino (1994) juga mengatakan bahwa remaja

merokok dipengaruhi setidaknya oleh salah satu orang tuanya perokok


130

dan pengaruh saudara kandung yang merokok. Penelitian Soemartono

(1998 dalam Iqbal, 2008) juga menemukan adanya hubungan antara

ayah, saudara yang lebih tua, dan teman terhadap prevalensi merokok

remaja.

11. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Saudara Serumah yang

Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012

Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan pengaruh

lingkungan sosial : saudara serumah yang merokok dapat dilihat pada

tabel 5.7, dimana menunjukkan bahwa 159 responden (55,2 %)

memiliki saudara serumah yang merokok, jumlah ini lebih banyak jika

dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki saudara yang

merokok. Tingginya responden yang memiliki saudara serumah yang

merokok dapat disebabkan oleh banyaknya perilaku orang tua yang

merokok. Sehingga mempengaruhi anak-anaknya untuk merokok.

Berdasarkan tabel 5.18 dapat dilihat dari 159 responden yang

memiliki saudara serumah yang merokok sebanyak 48 responden (30,2

%) diantaranya merokok. Sedangkan dari 129 responden yang tidak

memiliki saudara serumah yang merokok sebanyak 16 responden (12,4

%) diantaranya merokok. Analisa data menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara saudara serumah yang merokok

dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

(p=0,001). Nilai OR (Odds Ratio) penelitian ini adalah 3,054 artinya


131

siswa yang memiliki saudara serumah yang merokok berpeluang 3,1

kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak memiliki saudara

serumah yang merokok.

Adanya hubungan yang bermakna ini didukung oleh penelitian dari

Alamsyah (2009) yang mengatakan bahwa responden yang saudara

serumahnya merokok mempunyai kebiasaan merokok 1,43 kali

dibandingkan yang saudara serumahnya tidak merokok. Hubungan ini

juga Remaja yang tinggal di dalam lingkungan yang mayoritas

perokok, biasanya akan terpengaruh untuk merokok (Aditama, 1997).

Sarafino (1994) juga mendukung hasil penelitian ini dengan teorinya

yang mengatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh terhadap

sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorang

akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan

sosialnya, dalam hal ini adalah keluarga.

12. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Teman yang Merokok

dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

Tahun 2012

Tabel 5.7 menunjukkan gambaran umum karakteristik responden

berdasarkan pengaruh lingkungan sosial : teman yang merokok,

menunjukkan bahwa 240 responden (83,3 %) memiliki teman yang

merokok, lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang

tidak memiliki teman yang merokok. Berdasarkan penelitian ini juga

didapatkan dari 240 responden yang memiliki teman yang merokok


132

sebanyak 61 responden (25,4 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari

48 responden yang tidak memiliki teman yang merokok sebanyak 3

responden (6,3 %) diantaranya merokok. Sehingga analisa data

menyimpulkan ada hubungan yang bermakna antara teman yang

merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan (p=0,006). Nilai OR (Odds Ratio) penelitian ini adalah 5,112

artinya siswa yang memiliki teman yang merokok berpeluang 5,1 kali

untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak memiliki teman yang

merokok.

Hal ini didukung pernyataan Aditama (1995) bahwa diantara

remaja perokok, 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih

sahabat yang perokok. Penelitian Iqbal (2008) menunjukkan bahwa

84% responden yang merokok memiliki teman yang berperilaku

merokok. Mutadin (2002) menyebutkan berbagai fakta yang

mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, maka

semakin besar kemungkinan teman-temannya menjadi perokok juga.

Hal ini dapat dilihat dari dua kemungkinan yang terjadi, pertama

remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya sedangkan yang

kedua, teman-temannya yang dipengaruhi oleh remaja tersebut

sehingga akhirnya semua menjadi perokok. Fenomena ini dapat

disebabkan karena lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap,

kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan

berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya

(Sarafino, 1994).
133

13. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Iklan Rokok dengan

Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun

2012

Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan pengaruh

lingkungan sosial : iklan rokok dapat dilihat pada tabel 5.7, dimana

menunjukkan bahwa 228 responden (79,2 %) mengatakan bahwa tidak

ada pengaruh iklan rokok, lebih banyak daripada responden yang

mengatakan ada pengaruh iklan rokok. Hasil analisa data menunjukkan

dari 60 responden yang mengatakan ada pengaruh iklan rokok 36

responden (60 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 228

responden yang mengatakan tidak ada pengaruh iklan rokok sebanyak

28 responden (12,3 %) diantaranya merokok. Sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengaruh iklan

rokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan. Nilai OR (Odds Ratio) adalah 10,714 artinya siswa yang

mengatakan ada pengaruh iklan rokok berpeluang 10,7 kali untuk

merokok dibandingkan siswa yang mengatakan tidak ada pengaruh

iklan rokok.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Alamsyah (2009)

yang menyebutkan 63 % remaja mengatakan ada pengaruh iklan

rokok. Responden yang mengaku iklan rokok mempengaruhi

kebiasaan merokok mempunyai kebiasaan merokok 1,42 kali

dibandingkan yang mengaku iklan rokok tidak mempengaruhinya.

Menurut Mutadin (2002), melihat iklan di media massa dan elektronik


134

yang menampilkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau

glamor membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku

seperti iklan tersebut. Remaja rawan untuk terpengaruh iklan rokok

karena iklan rokok dapat menjadi instrumen dalam masa inisiasi

remaja untuk merokok. Masa inisiasi merupakan tahapan yang kritis

pada seorang individu karena merupakan tahap coba-coba dimana ia

beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga

ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok (Leventhal

dan Cleary, 1980 dalam Kintoko, 2004).


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Gambaran karakteristik siswa yang merokok di SMPN 3 Kota

Tangerang Selatan :

a. Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang merokok berjumlah

64 (22,22 %) anak.

b. Lebih dari setengah siswa yang merokok yaitu sebanyak 35

responden (54,7 %) durasi merokoknya kurang dari 6 bulan.

c. Siswa menghisap 1 12 batang rokok perhari, dengan rata-rata

rokok yang dihisap adalah 2 batang perhari.

d. Sebanyak 58 responden (90,6 %) biasa merokok di tempat main,

sedangkan sisanya memilih rumah dan tempat lainnya untuk

merokok.

e. 61 responden (95,3 %) biasa menghisap jenis rokok putih/filter,

angka ini jauh lebih banyak dari siswa yang biasa merokok kretek

dan cerutu.

f. Merek rokok yang paling banyak dihisap oleh siswa yang merokok

adalah Sampoerna Mild yaitu sebanyak 28 responden (43,8 %).

2. Hubungan antara faktor predisposisi (predisposing factors) dengan

perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan :

a. Ada hubungan jenis kelamin dengan perilaku merokok SMPN 3

Kota Tangerang Selatan.

135
136

b. Ada hubungan pengetahuan remaja tentang rokok dengan perilaku

merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

c. Ada hubungan sikap remaja terhadap rokok dengan perilaku

merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

d. Ada hubungan tindakan remaja terhadap perilaku merokok di

sekitarnya dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan.

e. Ada hubungan alasan psikologis : merasa kesulitan dalam pelajaran

dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

f. Ada hubungan alasan psikologis : ingin terlihat keren dengan

perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

g. Ada hubungan alasan psikologis : ingin diterima dalam pergaulan

dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

h. Ada hubungan alasan psikologis : ingin mencoba merokok dengan

perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

3. Hubungan antara faktor penguat (reinforcing factors) dengan perilaku

merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan :

a. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : orang tua yang

merokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan.

b. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : saudara serumah yang

merokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang

Selatan.
137

c. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : teman yang merokok

dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

d. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : pengaruh iklan rokok

dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.

4. Hubungan antara pendukung/pemungkin (enabling factors) dengan

perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan :

a. Tidak ada hubungan sarana dan prasarana dengan perilaku

merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.


138

B. Saran

1. Bagi SMPN 3 Kota Tangerang Selatan

a) Perlu dibentuk grup-grup diskusi (peer group) di sekolah untuk

membicarakan masalah yang sedang terjadi di kalangan remaja,

khususnya merokok sehingga sesama siswa dapat bertukar pikiran

menggunakan metode pendidikan teman sebaya.

b) Perlu diadakannya edukasi berkala dan berkelanjutan kepad siswa

dan orangtuanya mengenai rokok dan bahaya yang

ditimbulkannya.

2. Bagi Instansi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan

a) Perketat regulasi yang mengatur penjualan rokok kepada warung

atau toko, dengan melarang anak dibawah umur untuk tidak bisa

membeli rokok.

b) Bersihkan area sekolah dari reklame atau pamflet yang berisi iklan

rokok, hal ini untuk mengurangi pengaruh iklan rokok terhadap

perilaku merokok remaja.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a) Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan cakupan

responden yang lebih luas, memperbanyak variabel dependen dan

independen, atau menggunakan analisa multivariat untuk melihat

faktor mana yang paling mempengaruhi perilaku merokok remaja.


DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y., dan Ida Bernida. Proses Berhenti Merokok. Jakarta : Grup PT
Kalbe Farma, 1995. Jurnal dalam Cermin Dunia Kedokteran. No. 102
diakses pada tanggal 3 Februari 2012 dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_102_kardiovaskular.pdf

Aji, Kandi S. Gambaran Perilaku Merokok dan Faktor-Faktor yang


Berhubungan pada Pelajar SLTP Negeri di Depok Tahun 2002. Skripsi
S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Depok, 2003.

Alamsyah, R.M. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan


Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Kota medan
2007. Tesis S2 Universitas Sumatera Utara Medan, 2009. Tesis diakses
pada tanggal 10 Desember 2011 dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6703/1/09E02236.pdf

Amran, Yuli. Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan.


Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Edisi


revisi, Cetakan ke 14. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.

Asih, Retno. Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Stres Kerja Terhadap


Kejadian Hipertensi pada Petugas Bandara Usia 40 Tahun Keatas di
Sentani Tahun 2010. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Cendrawasih Jayapura, 2010
.
Atherton, J.S. Learning and Teaching; Piaget's Developmental Theory. 2011.
Artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2012 dari :
http://www.learningandteaching.info/learning/piaget.htm

Azwar, S. Seri Psikologi : Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya.


Yogyakarta: Liberty, 1988.

Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka. Cipta,


2007.

Depkes. Fakta Tembakau Indonesia : Data Empiris untuk Strategi Nasional


Penanggulangan Masalah Tembakau. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,
2004.

_____. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,


2007.

xxiv
Depkes. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,
2010.

_____. Lindungi Generasi Muda Dari Bahaya Merokok. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI, 2011. Artikel diakses pada tanggal 3 Februari 2012 dari :
http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/43-
newsslider/1528-lindungi-generasi-muda-dari-bahaya-merokok.html

Djaali dan Pudji Muljono. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:


Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 2004.

Doe, Jen, dan Chris DeSanto. Smokings Immediate Effects On The Body ; a
Report from Campaign for Tobacco-Free Kids Program. Georgetown :
Georgetown Hospital's Community Pediatrics Program, 2009. (Artikel
diakses pada tanggal 3 Februari 2012 dari:
http://www.tobaccofreekids.org/research/factsheets/pdf/0264.pdf

Herawani. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC 2001.

Hidayat, A.A. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Cetakan Kedua. Jakarta : Salemba Medika, 2008.

Hussin, Sufean, dan Mariani Md Nor. Dasar Warga Sihat: Isu Psikologi
Faktor Remaja Sekolah Merokok. Jurnal Pendidikan. Malaysia : Universiti
Malaya, 2004. (Artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2012 dari :
http://myais.fsktm.um.edu.my/5217/1/12.pdf, 09:35 WIB).

Iqbal, Muhammad Fariz. Perilaku Merokok Remaja di Lingkungan RW 22


Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis Depok Tahun 2008. Skripsi S1
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Depok, 2008.

Irfan, Muhammad. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SLP Dharma Pancasila
Medan Tentang Rokok dan Iklan Rokok Tahun 2010. Skripsi S1 Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Medan, 2010.

Kintoko, Rochadi. Hubungan Konformitas dengan Perilaku Merokok pada


Remaja Sekolah SMU Negeri di 5 Wilayah DKI Jakarta. Depok :
Universitas Indonesia, 2004.

Muscari, Mary E. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta :


EGC, 2005.

Nasution, I.K. Perilaku Merokok pada Remaja. Medan : Universitas Sumatera


Utara, 2007. Artikel diakses pada tanggal 13 Februari 2012 dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3642/1/132316815.pdf

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.


Jakarta : Rineka Cipta, 2010.

xxv
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta, 2007.

Nurhayati, Ai. (2009). Status Gizi, Kebiasaan Makan dan Gangguan Makan
(Eating Disorder) Pada Remaja di Sekolah Favorit dan Non-Favorit.
Artikel Penelitian. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, 2009.
Artikel diakses pada tanggal 1 Maret 2012 dari
:http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_K
ELUARGA/196710051993022-
AI_NURHAYATI/ARTIKEL_PEN.Status_Gizi _remaja.pdf

Sarwono, S.W. Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers, 2006.

Setiadi. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu,


2007.

Sirait, M.A. dkk. Perilaku Merokok Di Indonesia. Jurnal Fakultas Kesehatan


Masyarakat. Medan : Universitas Sumatera Utara, 2001.

Sitepoe, Mangku. Kekhususan rokok Indonesia : Mempermasalahkan PP no.


81 tahun 1999 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Jakarta : P.T.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2000.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:


Sagung Seto, 2004.

Streubert, H.J, & Carpenter, D.R. Qualitative Research in Nursing :


Advancing the Humanistic Imperative. 2nd Edition. Philadelpia :
Lippincott Williams & Wilkins, 1999.

Sudjana, Nana. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru,


2001.

The Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Collaborative Group. Tobacco


Use among Youth: a Cross Country Comparison, 2002. Artikel diakses
pada tanggal 12 Februari 2012 dari :
http://tc.bmjjournals.com/cgi/reprint/11/3/252.pdf

Tuakli, N., Smith M.A., & Heaton C. Smoking in Adolescence: Methods for
Health Education and Smoking Cessation. a MIRNET study. Michigan :
University of Michigan, 1990. Artikel diakses pada tanggal 14 Februari
2012 dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2212967

Walgito, B. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Edisi Revisi. Yogyakarta:


Penerbit Andi Offset, 1994.

WHO. Adolescent Health and Development. New Delhi : World Health


Organization Regional Office for South-East Asia, 2009. Artikel diakses

xxvi
pada tanggal 12 Februari 2012 dari :
http://www.searo.who.int/en/Section13/Section1245_4980.htm

Wong, Donna L. dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Edisi 6.


Jakarta. EGC, 2009.

xxvii
LAMPIRAN
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa SMPN 3
Kota Tangerang Selatan
Tahun 2012

Kepada Yth,
Siswa/i responden
di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Assalamualaikum Wr. Wb.,
Saya Ade Sulistyawan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akan melakukan
penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun
2012. Serta sebagai sebagai data untuk penyusunan skripsi dan persyaratan tugas akhir
untuk menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Untuk keperluan tersebut saya harap dengan segala kerendahan hati agar
kiranya Anda bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner yang telah
disediakan, dan diharapkan Anda menjawab semua pernyataan yang ada. Kerahasiaan
jawaban Anda akan dijaga dan hanya diketahui oleh saya, selaku peneliti.
Atas perhatian dan bantuan Anda sebagai responden saya ucapakan terima
kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Apakah Anda bersedia menjadi responden?


YA / TIDAK
Tertanda

No.
( Responden )
Responden
KUESIONER

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa SMPN 3


Kota Tangerang Selatan
Tahun 2012

Tujuan : Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang
Selatan.

Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan
2. Pertanyaan di bawah ini harap diisi semua sesuai keadaan yang sebenarnya
3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Anda benar dengan memberikan
tanda silang ( X )

A. Identitas / Data Demografi Responden

1. Kode Responden : (dikosongkan)


2. Tanggal Wawancara :
3. Umur : tahun
4. Kelas :
5. Jenis Kelamin : (Laki-Laki / Perempuan)*

*) Coret salah satu


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok

B. Pengetahuan

Berikan tanda checklist ( ) pada satu kotak yang menurut Anda paling sesuai.

Diisi
No Pernyataan Benar Salah oleh
Peneliti
B. 1. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus
termasuk cerutu atau bentuk lainnya.
B. 2. Pada wanita hamil, merokok tidak akan menyebabkan
gangguan pada janin, seperti terjadinya keguguran dan
tidak menyebabkan anak yang dilahirkannya mengalami
gangguan.
B. 3. Perokok mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk
menderita kanker paru dibandingkan dengan orang yang
tidak merokok.
B. 4. Efek yang dialami oleh perokok tidak akan dialami oleh
orang yang berdekatan dengan perokok yang menghisap
asap rokok (perokok pasif).
B. 5. Rokok tidak bisa menyebabkan ketagihan atau
kecanduan.
B. 6. Rokok mengandungi 4000 bahan kimia yang berbahaya.
Bebeapa bahan kimia berbahaya yang terkandung pada
rokok diantarnya adalah : Tar, Nikotin, Karbon
monoksida, Fenol, Hidrogen Sianida.
C. Sikap

Berikan tanda checklist ( ) pada satu kotak yang menurut Anda paling sesuai.

Sangat Setuju Ragu Tidak Sangat Diisi


No Pernyataan Setuju Ragu Setuju Tidak oleh
Setuju Peneliti
(5) (4) (3) (2) (1)
C. 1. Merokok di tempat umum harus dilarang
C. 2. Iklan rokok di tempat media harus
dilarang
C. 3. Rokok tidak boleh dijual kepada anak
dibawah usia 18 tahun
C. 4. Penyuluhan tentang rokok perlu
dilakukan rutin di sekolah
C. 5. Orang yang merokok di tempat umum
harus mendapatkan sanksi

D. Tindakan

Lingkari (O) satu pilihan jawaban yang menurut Anda paling sesuai.

D. 1. Apa yang akan Anda lakukan jika di sekolah Anda ada penyuluhan
tentang bahaya merokok ?
3. Akan mengikuti penyuluhan tersebut
2. Tidak akan mengikuti penyuluhan itu
1. Hanya akan ikut jika teman-teman ikut
D. 2. Apa yang akan Anda lakukan jika berdekatan dengan orang yang
merokok di tempat umum ?
3. Memintanya untuk tidak merokok
2. Pergi menjauh
1. Diam saja

D. 3. Apa yang akan Anda lakukan jika ada teman Anda yang merokok di
tongkrongan (kantin, warung, 7-Eleven, Circle K, Mall, dsb) ?
3. Segera pergi dari tongkrongan itu
2. Tetap disitu tapi tidak merokok
1. Ikut merokok

D. 4. Apa yang akan Anda lakukan jika ada orang lain menyuruh Anda untuk
membelikan mereka rokok ?
3. Tegas menolak membeli rokok untuk orang itu
2. Sebisa mungkin mencoba menolak membelikan rokok
1. Membelikan rokok untuk orang itu

D. 5. Apa yang akan Anda lakukan jika ada orang lain memberikan Anda
rokok?
3. Tegas menolak rokok itu
2. Mengambil rokok itu tetapi tidak dihisap
1. Mengambil dan menghisap rokok itu

D. 6. Apakah kamu akan menasehati orang lain supaya tidak merokok ?


3. Ya
2. Ya, tapi hanya orang yang saya kenal
1. Tidak
E. Alasan Psikologis

Berikan tanda checklist ( ) pada satu kotak yang menurut Anda paling sesuai.

Sangat Setuju Ragu Tidak Sangat Diisi


No Pernyataan Setuju Ragu Setuju Tidak oleh
Setuju Peneliti
(5) (4) (3) (2) (1)

E. 1. Pelajaran di sekolah terasa menyulitkan


E. 2. Saya merasa terbebani dengan tugas yang
diberikan
E. 3. Ketika saya tidak bisa mengerjakan PR di
rumah saya akan mengerjakannya di
sekolah
E. 4. Saya ingin tahu bagaimana rasanya rokok
E. 5. Saya ingin mencoba merokok ketika
melihat orang lain merokok
E. 6. Jika saya terlihat keren akan mudah untuk
mendapatkan teman atau pacar.
E. 7. Saya ingin terlihat keren
E. 8. Saya merasa tidak memiliki teman dekat
E. 9. Saya ingin memiliki teman dari semua
kelompok yang ada di sekolah, agar bisa
diterima dalam kelompok tersebut
F. Sarana dan Prasarana

F. 1. Berapa uang saku Anda dalam sehari ? ..

F. 2. Berapa kira-kira jarak rumah Anda dari warung, toko, atau swalayan,
yang menjual rokok ? .. km

F. 3. Apakah warung, toko, atau swalayan itu menjual rokok secara bebas ?
2. Ya
1. Tidak

G. Reinforcing Factors

Lingkari (O) satu pilihan jawaban yang menurut Anda paling sesuai.

G. 1. Apakah ada orang tua Anda yang merokok ?


1. Ada
0. Tidak Ada

G. 2. Apakah ada saudara serumah Anda yang merokok ?


1. Ada
0. Tidak Ada

G. 3. Apakah ada teman Anda yang merokok ?


1. Ada
0. Tidak Ada

G. 4. Menurut Anda, apakah iklan rokok sangat menarik sehingga dapat


mempengaruhi Anda untuk mencoba merokok ?
1. Ya
0. Tidak
H. Perilaku Merokok

Lingkari (O) satu pilihan jawaban yang menurut Anda paling sesuai.

H. 1. Apakah Anda pernah merokok ?


1. Ya
0. Tidak

Jika Anda menjawab Ya, silahkan melanjutkan menjawab pertanyaan dibawah


ini:

H. 2. Berapa batang rokok yang Anda hisap sehari ? .

H. 3. Rokok apa yang biasa Anda hisap ? (sebutkan mereknya)

H. 4. Sudah berapa lama Anda merokok ? .......

H. 5. Dimana Anda biasa merokok ? (bisa pilih lebih dari satu jawaban)
a. Rumah
b. Lingkungan sekolah
c. Tempat main/ tongkrongan (Mall, Warnet, 7- Eleven, Circle K)

I. Pertanyaan Kejujuran

Lingkari (O) satu pilihan jawaban yang menurut Anda paling sesuai.

I. 1. Menurut Anda, berapa persen kejujuran Anda dalam menjawab


pertanyaan-pertanyaan kuesioner ini ?
1. 0 - 50%
0. 50 - 100 %

-=- Terima Kasih -=-


A. Pengetahuan (Pertanyaan B1-B6)

RELIABILITY
/VARIABLES=B1 B2 B3 B4 B5 B6
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.

[DataSet1] D:\Validitas Reliabilitas 2 Mei.sav

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.742 6

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
B1 1.97 .183 30
B2 1.87 .346 30
B3 1.90 .305 30
B4 1.83 .379 30
B5 1.93 .254 30
B6 1.93 .254 30
Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
B1 9.47 1.154 .434 .725
B2 9.57 .875 .562 .680
B3 9.53 .878 .675 .645
B4 9.60 .869 .488 .711
B5 9.50 1.086 .391 .728
B6 9.50 1.086 .391 .728

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
11.43 1.357 1.165 6

B. Sikap (Pertanyaan C1-C5)

RELIABILITY
/VARIABLES=C1 C2 C3 C4 C5
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.

[DataSet1] D:\Validitas Reliabilitas 2 Mei.sav

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.771 5

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
C1 4.53 .681 30
C2 3.53 .973 30
C3 4.50 .861 30
C4 4.33 .922 30
C5 4.20 .997 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
C1 16.57 7.840 .559 .733
C2 17.57 7.013 .481 .754
C3 16.60 6.938 .608 .708
C4 16.77 7.013 .527 .735
C5 16.90 6.507 .578 .718

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
21.10 10.438 3.231 5

C. Tindakan (Pertanyaaan D1-D6)

RELIABILITY
/VARIABLES=D1 D2 D3 D4 D5 D6
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.

[DataSet1] D:\Validitas Reliabilitas 2 Mei.sav


Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.760 6

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
D1 2.33 .922 30
D2 2.33 .606 30
D3 2.60 .563 30
D4 2.37 .615 30
D5 2.77 .568 30
D6 2.33 .606 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
D1 12.40 4.662 .398 .780
D2 12.40 5.559 .410 .747
D3 12.13 5.499 .486 .730
D4 12.37 5.275 .512 .722
D5 11.97 4.999 .699 .679
D6 12.40 5.007 .635 .692

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
14.73 7.099 2.664 6
D. Alasan Psikologis (Pertanyaaan E1-E9)

1. Kesulitan dalam Pelajaran (E1-E3)

RELIABILITY
/VARIABLES=E1 E2 E3
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.

[DataSet1] D:\Validitas Reliabilitas 2 Mei.sav

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.766 3

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
E1 3.23 .858 30
E2 3.37 .928 30
E3 2.50 .861 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
E1 5.87 2.464 .587 .700
E2 5.73 2.133 .660 .614
E3 6.60 2.524 .555 .734

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
9.10 4.783 2.187 3

2. Ingin Mencoba Merokok (E4-E5)

RELIABILITY
/VARIABLES=E4 E5
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.861 2
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
E4 4.30 .702 30
E5 4.50 .682 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
E4 4.50 .466 .756 .
E5 4.30 .493 .756 .

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
8.80 1.683 1.297 2

3. Ingin Terlihat Keren (E6-E7)

RELIABILITY
/VARIABLES=E6 E7
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.760 2
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
E6 3.63 .928 30
E7 3.07 .828 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
E6 3.07 .685 .617 .
E7 3.63 .861 .617 .

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
6.70 2.493 1.579 2

4. Ingin Diterima dalam Pergaulan (E8-E9)

RELIABILITY
/VARIABLES=E8 E9
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.

[DataSet1] D:\Validitas Reliabilitas 2 Mei.sav

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.640 2

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
E8 3.87 1.224 30
E9 2.37 1.098 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
E8 2.37 1.206 .474 .
E9 3.87 1.499 .474 .

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
6.23 3.978 1.995 2

5. Sarana dan Prasarana (F1-F3)

RELIABILITY
/VARIABLES=F1 F2 F3
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE
/SUMMARY=TOTAL.

[DataSet1] D:\Validitas Reliabilitas 2 Mei.sav


Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.656 3

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
F1 1.83 .379 30
F2 1.67 .479 30
F3 1.83 .379 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
F1 3.50 .534 .436 .602
F2 3.67 .368 .553 .437
F3 3.50 .534 .436 .602

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
5.33 .920 .959 3
Hasil Pengolahan Data

A. Analisis Univariat

[DataSet1] D:\Documents\Skripsi\Pengolahan Data\Data


Responden\Data Responden Fix.sav

Frequency Table

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 153 53.1 53.1 53.1
Perempuan 135 46.9 46.9 100.0
Total 288 100.0 100.0

Tingkat Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 11 3.8 3.8 3.8
Baik 277 96.2 96.2 100.0
Total 288 100.0 100.0

Tingkat Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 19 6.6 6.6 6.6
Baik 269 93.4 93.4 100.0
Total 288 100.0 100.0
Tingkat Tindakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 31 10.8 10.8 10.8
Baik 257 89.2 89.2 100.0
Total 288 100.0 100.0

Merasa Kesulitan dalam Pelajaran


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 99 34.4 34.4 34.4
Tidak 189 65.6 65.6 100.0
Total 288 100.0 100.0

Ingin Mencoba Merokok


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 49 17.0 17.0 17.0
Tidak 239 83.0 83.0 100.0
Total 288 100.0 100.0

Ingin Terlihat Keren


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 90 31.3 31.3 31.3
Tidak 198 68.8 68.8 100.0
Total 288 100.0 100.0
Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 46 16.0 16.0 16.0
Tidak 242 84.0 84.0 100.0
Total 288 100.0 100.0

Sarana dan Prasarana


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tersedia 266 92.4 92.4 92.4
Kurang Tersedia 22 7.6 7.6 100.0
Total 288 100.0 100.0

Perilaku Merokok Ortu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 187 64.9 64.9 64.9
Tidak 101 35.1 35.1 100.0
Total 288 100.0 100.0

Perilaku Merokok Saudara


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 159 55.2 55.2 55.2
Tidak 129 44.8 44.8 100.0
Total 288 100.0 100.0
Perilaku Merokok Teman
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 240 83.3 83.3 83.3
Tidak 48 16.7 16.7 100.0
Total 288 100.0 100.0

Pengaruh Iklan Rokok


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada Pengaruh 60 20.8 20.8 20.8
Tidak 228 79.2 79.2 100.0
Total 288 100.0 100.0

Perilaku Merokok Siswa


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Merokok 64 22.2 22.2 22.2
Tidak Merokok 224 77.8 77.8 100.0
Total 288 100.0 100.0

[DataSet2] D:\Pengolahan Data\Data Responden\Data Karakteristik


Siswa Perokok.sav

Statistics
Tempat Biasa
Digunakan Untuk
Jenis Rokok Merk Rokok Lama Merokok Merokok
N Valid 64 64 64 64
Missing 0 0 0 0
Lama Merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 6 Bulan 35 54.7 54.7 54.7
> 6 Bulan 29 45.3 45.3 100.0
Total 64 100.0 100.0

Statistics
Jumlah Batang Rokok yang Dihisap Sehari
N Valid 64
Missing 0
Mean 2.19
Std. Deviation 1.959
Minimum 1
Maximum 12

Jumlah Batang Rokok yang Dihisap Sehari


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 34 53.1 53.1 53.1
2 12 18.8 18.8 71.9
3 8 12.5 12.5 84.4
4 4 6.3 6.3 90.6
5 2 3.1 3.1 93.8
6 2 3.1 3.1 96.9
8 1 1.6 1.6 98.4
12 1 1.6 1.6 100.0
Total 64 100.0 100.0
Tempat Biasa Digunakan Untuk Merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rumah 3 4.7 4.7 4.7
Tempat Main 58 90.6 90.6 95.3
Lainnya 3 4.7 4.7 100.0
Total 64 100.0 100.0

Jenis Rokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rokok Putih/Filter 61 95.3 95.3 95.3
Rokok Kretek 3 4.7 4.7 100.0
Total 64 100.0 100.0

Merk Rokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Djarum Black 1 1.6 1.6 1.6
Djarum Super 7 10.9 10.9 12.5
Dji Sam Soe 3 4.7 4.7 17.2
Dunhill Mild 3 4.7 4.7 21.9
Envio Mild 2 3.1 3.1 25.0
Gudang Garam Filter 11 17.2 17.2 42.2
L.A Lights 2 3.1 3.1 45.3
Neo Mild 3 4.7 4.7 50.0
Sampoerna Flava 3 4.7 4.7 54.7
Sampoerna Mild 28 43.8 43.8 98.4
U Mild 1 1.6 1.6 100.0
Total 64 100.0 100.0
B. Analisis Bivariat

Crosstabs

[DataSet1] D:\Documents\Skripsi\Pengolahan Data\Data


Responden\Data Responden Fix.sav

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis Kelamin * Perilaku 288 100.0% 0 .0% 288 100.0%
Merokok Siswa
Tingkat Pengetahuan * Perilaku 288 100.0% 0 .0% 288 100.0%
Merokok Siswa
Tingkat Sikap * Perilaku 288 100.0% 0 .0% 288 100.0%
Merokok Siswa
Tingkat Tindakan * Perilaku 288 100.0% 0 .0% 288 100.0%
Merokok Siswa
Merasa Kesulitan dalam 288 100.0% 0 .0% 288 100.0%
Pelajaran * Perilaku Merokok
Siswa
Ingin Mencoba Merokok * 288 100.0% 0 .0% 288 100.0%
Perilaku Merokok Siswa
Ingin Terlihat Keren * Perilaku 288 100.0% 0 .0% 288 100.0%
Merokok Siswa
Ingin Diterima dalam Semua 288 100.0% 0 .0% 288 100.0%
Pergaulan * Perilaku Merokok
Siswa
Sarana dan Prasarana * 288 100.0% 0 .0% 288 100.0%
Perilaku Merokok Siswa
Perilaku Merokok Ortu * 288 100.0% 0 .0% 288 100.0%
Perilaku Merokok Siswa
Perilaku Merokok Saudara * 288 100.0% 0 .0% 288 100.0%
Perilaku Merokok Siswa
Perilaku Merokok Teman * 288 100.0% 0 .0% 288 100.0%
Perilaku Merokok Siswa
Pengaruh Iklan Rokok * 288 100.0% 0 .0% 288 100.0%
Perilaku Merokok Siswa
Jenis Kelamin * Perilaku Merokok Siswa

Crosstab
Count
Perilaku Merokok Siswa
Merokok Tidak Merokok Total
Jenis Kelamin Laki-Laki 57 96 153
Perempuan 7 128 135
Total 64 224 288

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 42.676 1 .000
b
Continuity Correction 40.840 1 .000
Likelihood Ratio 47.998 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 42.527 1 .000
N of Valid Cases 288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 30.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Jenis Kelamin 10.857 4.742 24.858
(Laki-Laki / Perempuan)
For cohort Perilaku Merokok 7.185 3.394 15.212
Siswa = Merokok
For cohort Perilaku Merokok .662 .582 .752
Siswa = Tidak Merokok
N of Valid Cases 288
Tingkat Pengetahuan * Perilaku Merokok Siswa

Crosstab
Count
Perilaku Merokok Siswa
Merokok Tidak Merokok Total
Tingkat Pengetahuan Kurang Baik 8 3 11
Baik 56 221 277
Total 64 224 288

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 16.878 1 .000
b
Continuity Correction 13.977 1 .000
Likelihood Ratio 13.341 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 16.820 1 .000
N of Valid Cases 288
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.44.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Tingkat 10.524 2.704 40.958
Pengetahuan (Kurang Baik /
Baik)
For cohort Perilaku Merokok 3.597 2.338 5.535
Siswa = Merokok
For cohort Perilaku Merokok .342 .130 .899
Siswa = Tidak Merokok
N of Valid Cases 288
Tingkat Sikap * Perilaku Merokok Siswa

Crosstab
Count
Perilaku Merokok Siswa
Merokok Tidak Merokok Total
Tingkat Sikap Kurang Baik 14 5 19
Baik 50 219 269
Total 64 224 288

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 31.169 1 .000
b
Continuity Correction 28.063 1 .000
Likelihood Ratio 24.871 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 31.061 1 .000
N of Valid Cases 288
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.22.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Tingkat Sikap 12.264 4.222 35.623
(Kurang Baik / Baik)
For cohort Perilaku Merokok 3.964 2.746 5.722
Siswa = Merokok
For cohort Perilaku Merokok .323 .152 .687
Siswa = Tidak Merokok
N of Valid Cases 288
Tingkat Tindakan * Perilaku Merokok Siswa

Crosstab
Count
Perilaku Merokok Siswa
Merokok Tidak Merokok Total
Tingkat Tindakan Kurang Baik 23 8 31
Baik 41 216 257
Total 64 224 288

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 54.288 1 .000
b
Continuity Correction 50.971 1 .000
Likelihood Ratio 44.115 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 54.100 1 .000
N of Valid Cases 288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.89.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Tingkat 15.146 6.339 36.190
Tindakan (Kurang Baik / Baik)
For cohort Perilaku Merokok 4.651 3.280 6.593
Siswa = Merokok
For cohort Perilaku Merokok .307 .169 .559
Siswa = Tidak Merokok
N of Valid Cases 288
Merasa Kesulitan dalam Pelajaran * Perilaku Merokok Siswa

Crosstab
Count
Perilaku Merokok Siswa
Merokok Tidak Merokok Total
Merasa Kesulitan dalam Ya 38 61 99
Pelajaran Tidak 26 163 189
Total 64 224 288

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 22.798 1 .000
b
Continuity Correction 21.395 1 .000
Likelihood Ratio 21.863 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 22.719 1 .000
N of Valid Cases 288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Merasa 3.905 2.189 6.969
Kesulitan dalam Pelajaran (Ya /
Tidak)
For cohort Perilaku Merokok 2.790 1.805 4.313
Siswa = Merokok
For cohort Perilaku Merokok .714 .605 .843
Siswa = Tidak Merokok
N of Valid Cases 288
Ingin Mencoba Merokok * Perilaku Merokok Siswa

Crosstab
Count
Perilaku Merokok Siswa
Merokok Tidak Merokok Total
Ingin Mencoba Merokok Ya 33 16 49
Tidak 31 208 239
Total 64 224 288

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 69.563 1 .000
b
Continuity Correction 66.452 1 .000
Likelihood Ratio 58.778 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 69.321 1 .000
N of Valid Cases 288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.89.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Ingin Mencoba 13.839 6.829 28.044
Merokok (Ya / Tidak)
For cohort Perilaku Merokok 5.192 3.544 7.607
Siswa = Merokok
For cohort Perilaku Merokok .375 .250 .563
Siswa = Tidak Merokok
N of Valid Cases 288
Ingin Terlihat Keren * Perilaku Merokok Siswa

Crosstab
Count
Perilaku Merokok Siswa
Merokok Tidak Merokok Total
Ingin Terlihat Keren Ya 35 55 90
Tidak 29 169 198
Total 64 224 288

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 21.039 1 .000
b
Continuity Correction 19.660 1 .000
Likelihood Ratio 19.881 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 20.966 1 .000
N of Valid Cases 288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Ingin Terlihat 3.708 2.079 6.614
Keren (Ya / Tidak)
For cohort Perilaku Merokok 2.655 1.737 4.059
Siswa = Merokok
For cohort Perilaku Merokok .716 .601 .853
Siswa = Tidak Merokok
N of Valid Cases 288
Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan * Perilaku Merokok
Siswa

Crosstab
Count
Perilaku Merokok Siswa
Merokok Tidak Merokok Total
Ingin Diterima dalam Semua Ya 17 29 46
Pergaulan Tidak 47 195 242
Total 64 224 288

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.876a 1 .009
b
Continuity Correction 5.899 1 .015
Likelihood Ratio 6.246 1 .012
Fisher's Exact Test .012 .010
Linear-by-Linear Association 6.852 1 .009
N of Valid Cases 288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.22.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Ingin Diterima 2.432 1.234 4.792
dalam Semua Pergaulan (Ya /
Tidak)
For cohort Perilaku Merokok 1.903 1.206 3.004
Siswa = Merokok
For cohort Perilaku Merokok .782 .622 .984
Siswa = Tidak Merokok
N of Valid Cases 288
Sarana dan Prasarana * Perilaku Merokok Siswa

Crosstab
Count
Perilaku Merokok Siswa
Merokok Tidak Merokok Total
Sarana dan Prasarana Tersedia 61 205 266
Kurang Tersedia 3 19 22
Total 64 224 288

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.016 1 .313
b
Continuity Correction .549 1 .459
Likelihood Ratio 1.126 1 .289
Fisher's Exact Test .428 .236
Linear-by-Linear Association 1.012 1 .314
N of Valid Cases 288
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.89.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Sarana dan 1.885 .540 6.583
Prasarana (Tersedia / Kurang
Tersedia)
For cohort Perilaku Merokok 1.682 .574 4.925
Siswa = Merokok
For cohort Perilaku Merokok .892 .746 1.067
Siswa = Tidak Merokok
N of Valid Cases 288
Perilaku Merokok Ortu * Perilaku Merokok Siswa

Crosstab
Count
Perilaku Merokok Siswa
Merokok Tidak Merokok Total
Perilaku Merokok Ortu Ada 56 131 187
Tidak 8 93 101
Total 64 224 288

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 18.407 1 .000
b
Continuity Correction 17.155 1 .000
Likelihood Ratio 20.897 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 18.343 1 .000
N of Valid Cases 288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.44.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Perilaku 4.969 2.262 10.917
Merokok Ortu (Ada / Tidak)
For cohort Perilaku Merokok 3.781 1.877 7.615
Siswa = Merokok
For cohort Perilaku Merokok .761 .682 .849
Siswa = Tidak Merokok
N of Valid Cases 288
Perilaku Merokok Saudara * Perilaku Merokok Siswa

Crosstab
Count
Perilaku Merokok Siswa
Merokok Tidak Merokok Total
Perilaku Merokok Saudara Ada 48 111 159
Tidak 16 113 129
Total 64 224 288

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 13.034 1 .000
b
Continuity Correction 12.026 1 .001
Likelihood Ratio 13.631 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 12.989 1 .000
N of Valid Cases 288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.67.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Perilaku 3.054 1.637 5.697
Merokok Saudara (Ada / Tidak)
For cohort Perilaku Merokok 2.434 1.453 4.077
Siswa = Merokok
For cohort Perilaku Merokok .797 .706 .900
Siswa = Tidak Merokok
N of Valid Cases 288
Perilaku Merokok Teman * Perilaku Merokok Siswa

Crosstab
Count
Perilaku Merokok Siswa
Merokok Tidak Merokok Total
Perilaku Merokok Teman Ada 61 179 240
Tidak 3 45 48
Total 64 224 288

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 8.502 1 .004
b
Continuity Correction 7.429 1 .006
Likelihood Ratio 10.571 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 8.472 1 .004
N of Valid Cases 288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.67.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Perilaku 5.112 1.533 17.044
Merokok Teman (Ada / Tidak)
For cohort Perilaku Merokok 4.067 1.331 12.425
Siswa = Merokok
For cohort Perilaku Merokok .796 .717 .883
Siswa = Tidak Merokok
N of Valid Cases 288
Pengaruh Iklan Rokok * Perilaku Merokok Siswa

Crosstab
Count
Perilaku Merokok Siswa
Merokok Tidak Merokok Total
Pengaruh Iklan Rokok Ada Pengaruh 36 24 60
Tidak 28 200 228
Total 64 224 288

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 62.580 1 .000
b
Continuity Correction 59.850 1 .000
Likelihood Ratio 54.498 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 62.363 1 .000
N of Valid Cases 288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.33.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pengaruh Iklan 10.714 5.590 20.534
Rokok (Ada Pengaruh / Tidak)
For cohort Perilaku Merokok 4.886 3.263 7.316
Siswa = Merokok
For cohort Perilaku Merokok .456 .333 .624
Siswa = Tidak Merokok
N of Valid Cases 288

Anda mungkin juga menyukai