Anda di halaman 1dari 25

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. I
Umur : 48 tahun
Alamat : Cabatu
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Medrek : 7618xx
MRS : 14 April 2015
KRS : 29 April 2015

Nama Suami : Tn.S


Umur : 47tahun
Alamat : Cabatu
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta

ANAMNESIS
Dikirim oleh :Puskesmas
Sifat : Rujukan
Keterangan :

ANAMNESA KHUSUS
Keluhan utama : keluar benjolan dari jalan lahir
P4A0 datang ke RS dengan keluhan keluar benjolan seukuran tinju orang dewasa (kira kira
berdiameter 5 cm) dari jalan lahir sejak 3 jam SMRS, benjolan keluar tiba tiba saat ibu selesai
BAB. Benjolan berwana merah kehitaman dengan konsistensi lunak, keluhan disertai keluar
darah dari jalan lahir sesaat setelah benjolan keluar. Pasien belum pernah mengalami hal ini
sebelumnya, riwayat keputihan dan gatal sering dialami oleh ibu, riwayat konstipasi tidak ada.
RIWAYAT OBSTETRI

Cara Cara BB Jenis Hidup /


Kehamilan Tempat Penolong Usia
Kehamilan Persalinan lahir Kelamin Mati
1 Rumah Paraji Aterm Spontan 3000 L 27th H
2 Rumah Paraji Aterm Spontan 3100 L 24th H
3 Rumah Paraji Aterm Spontan 2500 P 20th H
4 Rumah Paraji Aterm Spontan 2500 L 15th H

KETERANGAN TAMBAHAN
Menikah pertama : 20 tahun, SD, Wiraswasta
19tahun, SMP, Wiraswasta
HPHT : - Siklus: teratur Lama: 5-7 hari Darah : biasa Nyeri :
Ya
Menarche : 15 tahun
Kontrasepsi terakhir : IUD
: Akseptor KB sejak tahun: 2006-2014
: AlasanberhentiKB :Sudah lama dipasang
PNC :-

Keluhan selama hamil : -


Riwayat penyakit :-

STATUS PRAESENS
Keadaan Umum : CM
Tensi: 90 / 80 mmHg N: 68 x/mnt R: 20 x/mnt S: 36,50C
Kepala : Conjuctiva: anemis +/+ Sklera: ikterik -/-
Leher : Tiroid tidak ada kelainan. KGB tidak ada pembesaran
Thorak : Jantung : BJ I & BJ II murni reguler, G(-), M(-)
Paru : VBS kanan=kiri, Rh(-), Wh(-)
Abdomen : Datar lembut,
Nyeri tekan : -, Defans Muscular : -, PS/PP: -/-
Bising usus : +
Hepar : dalam batas normal
Lien : dalam batas normal
Ekstremitas : Edema: - Varises: -

STATUS GINEKOLOGIK
Pemeriksaan Luar :
Inspeksi : datar lembut
Palpasi : Fundus uteri : tidak teraba
Masa tumor : tidak teraba
Ukuran :- Permukaan :-
Mobilitas :-
Posisi :-
Konsistensi : -
Perkusi / Auskultasi : Timpani di seluruh bagian abdomen, BU (+)
Inspekulo : Benjolan ukuran diameter : 5 cm,
Konsistensi: kistik
Warna : hitam kemerahan
NT : -
Bau: berbau busuk
Pemeriksaan Dalam :
Vulva : Tidak ada kelainan
Vagina : terdapat benjolan diameter 5 cm
Portio : Tertarik ke depan
Ostium uteri eksternum : Tidak teraba
Corpus uteri :-
Parametrium kiri :-
Parametrium kanan :-
Cavum Douglas : Tidak menonjol, teraba massa, dan ada nyeri tekan
DIAGNOSIS KERJA
Prolaps Uteri + Anemia

RENCANA PENGELOLAAN
- Pasang pesarium
- Cek lab darah lengkap
- Transfusi sampai HB 10 g/dL
- Infus RL 500 cc 20 gtt/menit
- Observasi KU, TTV, Perdarahan

Laporan Operasi
Operator : dr. Ayu
Asisten 1 :
Ahli Anastesi : dr. Dhadi SpAn
Asisten Anastesi : dr. andre
Jenis Anastesi : NU

Diagnosa Pra bedah : prolaps uteri + anemia dengan perbaikan dd/miom uteri ; inversio
prolaps ; keganasan uterus.
Indikasi Operasi : Prolaps uteri ; Inversio uteri
Jenis Operasi : Insisi miom dan histerektomi totalis
Diagnosa Pasca Bedah : Mioma geburt + inversio prolaps uteri+ post insisi miom +
histerektomi totalis

Laporan Operasi Lengkap :


Dilakukan tindakan a dan antiseptik didaerah vulva, abdomen dan sekitarnya
Dilakukan Palpasi :
Abdomen : datar lembut
Dm NT Ps/Pp -/-
Massa
PD : Vulva = tampak massa bertangkai uk 20x15x10 cm
Warna merah kehitaman, mudah berdarah, konsistensi padat,kenyal
Vagina = Teraba massa , bertangkai , kenyal , padat
Portio = Sulit dinilai
Cavum Uteri = sulit dinilai
Adneksa = DBN
Kesan : Mioma Geburt
Dilakukan insisi mediana inferior sepanjang 15 cm.
Setelah abdomen di buka, tidak tampak uterus, kesan inversio prolaps uteri
Diputuskan dilakukan insisi mioma dan melakukan reposisi uterus secara manual
sampai fundus uterus teraba di rongga abdomen.
Uterus kemudian dijepit
Dilakukan tindakan histerektomi total
Dipasang kassa perut untuk melindungi usus dengan refraktor abdomen
ligamentum rotundum kanan dan kiri di klem, di potong dan di ikat
Plika vesicouterina di identifikasi kemudian disayat konkaf ke arah ligamentum
propium kiri dan kanan, dibuat jendela pada daerah a faskular
Ligamentum infundibulo pelvikum kiri dan kanan di klem, di potong, di ikat
Arteri uterina di identifikasi kemudian di klem, di potong di ikat dengan double
ligasi kiri dan kanan
Di buat cuf depan setinggi batas ateri uterina dan cuf belakang setinggi 1 cm di
atas ligamentum sacrouterina.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM (Kimia Klinik)

Tanggal : 14/04/2015

HEMATOLOGI

Darah Rutin

Hemoglobin 7.2 g/dL 12.0 16.0


Hematokrit 24% 35 47

Leokosit 11.330 /mm3 3,800 10,600

Trombosit 310.000 /mm3 150,000 440,000

Eritrosit 3.34 juta/mm3 3.6 5.8

Tanggal : 24/04/2015

HEMATOLOGI

Kimia Klinik

Albumin 3.10 g/dL 3.5 -5

Tanggal : 13/04/2015
Tanggal / Catatan Instruksi
jam

15/04/2015 KU : CM Pasang pesarium

T : 90/60 mmHg Transfusi HB 10g/dl


Rencana Histerektomi
N : 84 x/menit
Perbaikan KU
R : 20x/menit

S : afebris

Abd : datar, lembut

Dm - , ps/pp -/- , nt

TFU: tidak teraba


Perdarahan +

D/ Prolaps uteri + anemia

Dd/ -mioma geburt + inversio prolaps

-Keganasan uterus

Pasang pesarium
16/04/2015 S/ mual dan pusing
Transfusi HB 10g/dl
O/ KU : CM
Rencana Histerektomi
T : 80/50 mmHg Perbaikan KU

N : 80x/menit

R : 20x/menit

S : afebris

Mata: ca -/- , Si -/-

Abd : Datar, lembut

DM -, PS/PP -/- , NT

TFU : tidak teraba

Perdarahan +

BAB/BAK -/+

D/ prolaps uteri + anemia

DD/ mioma uteri + inversio prolaps

- Keganasan uteri
17/04/2015 FU post op
- Puasa sampai BU +
S/ mual dan pusing
- Cefotaxime 2x1 gr
O/ KU : CM - Metronidazole 3x500
- Kaltrofen supp 2x100
T : 120/70 mmHg
- Asam mefenamat
N : 88x/menit 3x500
R : 20x/menit - Asam tranexamat
3x500
S : afebris
- Cek HB post op
Mata: ca -/- , Si -/- - Jika HB < 8 transfusi

Abd : Datar, lembut

DM -, PS/PP -/- , NT

TFU : tidak teraba

Perdarahan +

LO: tertutup verband

BAB/BAK -/+

D/mioma geburt + inversio prolaps uteri+ post insisi


miom + histerektomi totalis + hipoalbuminemia

18/04/2015 - Cefotaxime 2x1 gr

S/ mual dan pusing - Metronidazole 3x500


POD I
- Kaltrofen supp 2x100
O/ KU : CM
- Asam mefenamat
T : 100/60 mmHg 3x500

N : 84x/menit - Asam tranexamat


R : 22x/menit 3x500
- Aff DC
S : afebris

Mata: ca -/- , Si -/-

Abd : Datar, lembut

DM -, PS/PP -/- , NT

TFU : tidak teraba

LO: tertutup verban

Perdarahan +

BAB/BAK -/+

D/mioma geburt + inversio prolaps uteri+ post insisi


miom + histerektomi totalis + hipoalbuminemia

19/04/2015
S/ nyeri bks operasi
POD II
- Cefotaxime 2x1 gr
O/ KU : CM
- Metronidazole 3x500
T : 90/60 mmHg
- Kaltrofen supp 2x100
N : 80x/menit - Asam mefenamat
3x500
R : 20x/menit
- Asam tranexamat
S : afebris 3x500
Mata: ca -/- , Si -/-

Abd : Datar, lembut

DM -, PS/PP -/- , NT
TFU : tidak teraba

LO: tertutup verband

Perdarahan +

BAB/BAK -/+

D/mioma geburt + inversio prolaps uteri+ post insisi


miom + histerektomi totalis + hipoalbuminemia

20/4/2015
S/ tidak ada keluhan
POD III - Cefotaxime 2x1 gr
O/ KU : CM - Metronidazole 3x500
- Kaltrofen supp 2x100
T : 100/60 mmHg
- Asam mefenamat
N : 80x/menit
3x500
R : 20x/menit - Asam tranexamat
3x500
S : afebris
- Gentamisin 2 x 80 mg
Mata: ca -/- , Si -/-

Abd : Datar, lembut

DM -, PS/PP -/- , NT

TFU : tidak teraba

LO: luka basa +, pus +

Perdarahan -

BAB/BAK +/+

D/mioma geburt + inversio prolaps uteri+ post insisi


miom + histerektomi totalis + hipoalbuminemia
22/4/2015
S/ tidak ada keluhan
POD V - Ciprofloxacin2x400
O/ KU : CM
mg
T : 100/80 mmHg - Metronidazole 3x500
- Asam mefenamat
N : 88x/menit
3x500
R : 20x/menit - Gentamisin 2 x 80 mg
S : afebris - VIP albumin 3x2 tab
- GV 3x1 hari
Mata: ca -/- , Si -/-

Abd : Datar, lembut

DM -, PS/PP -/- , NT

TFU : tidak teraba

LO: basah

Perdarahan -

BAB/BAK -/+

D/mioma geburt + inversio prolaps uteri+ post insisi


miom + histerektomi totalis + hipoalbuminemia

28/4/15

POD XI S/ -
- Ciprofloxacin2x400
O/ KU : CM
mg
T : 110/80 mmHg - Metronidazole 3x500

N : 80x/menit - Asam mefenamat


3x500
R : 20x/menit
- Gentamisin 2 x 80 mg
S : 36,5 - GV 3x1 hari

Mata: ca -/- , Si -/-

Abd : Datar, lembut

DM -, PS/PP -/- , NT

TFU : tidak teraba

LO: basah, pus -

Perdarahan -

BAB/BAK +/+

D/mioma geburt + inversio prolaps uteri+ post insisi


miom + histerektomi totalis + hipoalbuminemia

29/4/15
S/ -
POD XII
O/ KU : CM

T : 100/80 mmHg - Ciprofloxacin2x400


mg
N : 80x/menit
- Metronidazole 3x500
R : 20x/menit
- Asam mefenamat
S : afebris 3x500
- Gentamisin 2 x 80 mg
Mata: ca -/- , Si -/-
- GV 3x1 hari
Abd : Datar, lembut

DM -, PS/PP -/- , NT

TFU : tidak teraba

LO: basah, pus -


Perdarahan -

BAB/BAK +/+

D/mioma geburt + inversio prolaps uteri+ post insisi


miom + histerektomi totalis + hipoalbuminemia

DIAGNOSA AKHIR
Mioma geburt + inversio prolaps uteri+ post insisi miom + histerektomi totalis

PEMBAHASAN KASUS
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosa pada kasus ini sudah benar ?
2. Bagaimana penanganan kasus ini?
3. Bagaimana prognosis untuk persalinan selanjutnya?

PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosa pada kasus ini sudah benar ?

INVERSIO UTERI
Definisi
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke
dalam kavum uteri. Dapat keluar melalui kanalis servikalis sehingga menonjol ke dalam vagina.
Pada inversio uteri, dimana uterus terputar balik dengan fundus uteri terdapat dalam vagina
dengan selaput lendirnya sebelah luar, keadaan ini disebut inversio uteri completa.
Kalau hanya fundus menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri, disebut inversio uteri
incompleta. Kalau uterus yang berputar balik itu keluar dari vulva, disebut inversio prolaps.
Keadaan ini dapat terjadi pada persalinan normal, persalinan abnormal, dan uterus non
gravid akibat mioma uteri submukosum. Kejadian inversio uteri sangat jarang dilaporkan. Shah
Hosseini dan Evrard (1989) melaporkan insiden inversio uteri sekitar 1 di antara 6.400 persalinan
di RS Women and Infant, Rhode Island. Platt dan Druzin (1981) melaporkan kejadian 28 kasus
di antara 60.000 persalinan dengan insiden sekitar 1 di antara 2100 persalinan.
Walaupun kejadian inversio uteri sangat jarang, tetapi merupakan komplikasi persalinan
yang serius. Hal ini terjadi karena inversio uteri dapat mengancam kehidupan dengan adanya
perdarahan sampai syok, sepsis, bahkan kematian. Dilaporkan 90% kematian terjadi dalam 2 jam
post partum akibat perdarahan atau syok.

Etiologi
Proses terjadinya inversio uteri diawali dengan adanya relaksasi uterus pada daerah dekat
implantasi plasenta hingga daerah segmen bawah rahim yang dikombinasikan dengan gerakan
fundus uteri ke bawah secara simultan. Pada berbagai kasus terlihat secara empiris bahwa
lahirnya plasenta dengan penarikan kuat terutama pada saat kontraksi uterus tidak memadai akan
menyebabkan inversio uteri, disamping itu terdapat pula beberapa faktor penyebab lain yang
mendukung untuk terjadinya suatu inversio uteri yaitu:
A. Faktor predisposisi
1. Abnormalitas uterus
a) Plasenta adhesiva
b) Tali pusat pendek
c) Anomali kongenital (uterus bikornus)
d) Kelemahan dinding uterus
e) Implantasi plasenta pada fundus uteri
f) Riwayat inversio uteri sebelumnya
2. Kondisi fungsional uterus
a) Gangguan mekanisme kontraksi uterus
b) Pemberian MgSO4
c) Atonia uteri
B. Faktor pencetus, antara lain:
1. Peningkatan tekanan intrabdominal
2. Kesalahan penanganan pada kala uri, yaitu:
a) Penekanan fundus uteri
b) Perasat Crede
c) Penarikan tali pusat yang kuat
3. Partus presipitatus
4. Gemelli

Pada kasus ini, dari anamnesis didapatkan keterangan adanya riwayat kesulitan dalam
melahirkan plasenta dan dilakukan penarikan pada tali pusat oleh paraji pada saat persalinan
tanpa mengikuti kaidah-kaidah yang telah disebutkan dalam manajemen aktif kala III yang
dicurigai sebagai faktor pencetus utama terjadinya inversio uteri. Selain itu dari
pemeriksaan genitalia eksterna pada saat datang diperoleh keterangan bahwa sebagian
plasenta masih melekat pada fundus uteri. Implantasi plasenta pada fundus uteri diketahui
sebagai penyebab 75% dari inversio uteri spontan dan merupakan faktor predisposisi terjadinya
inversio uteri pada pasien ini.
Inversio uteri karena tindakan atau prosedur yang salah pada saat kala III sangat dominan
disebabkan oleh faktor penolong (4/5 kasus). Pada kasus inversio uteri komplit hampir selalu
merupakan konsekuensi dari tarikan tali pusat yang kuat pada plasenta yang berimplantasi di
fundus uteri. Dibuktikan bahwa lebih banyak kasus didapatkan oleh tenaga tidak terlatih/paraji
dan hampir tidak pernah oleh ahli kebidanan selama prakteknya menyebabkan kasus inversio
uteri. Harer dan Sharkly mendapatkan 76% kasus disebabkan oleh teknik penanganan persalinan
yang salah.
Hingga saat ini pertolongan persalinan oleh paraji masih lebih dominan dibandingkan
dengan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Trihono (2006) mendapatkan 65,6 % ibu
bersalin ditolong oleh dukun bayi/paraji. Kemampuan paraji dalam menolong persalinan hanya
berdasarkan keahlian yang diwariskan secara turun-temurun tanpa dasar pengetahuan yang
diperoleh dari pendidikan formal. Pengetahuan mengenai manajemen aktif kala III pun selama
ini hanya terbatas untuk tenaga kesehatan yang telah menjalani pelatihan asuhan persalinan
normal. Oleh sebab itu penting adanya kemitraan antara paraji dan bidan terlatih dalam
menolong persalinan dengan tujuan tercapainya persalinan yang aman.
Inversio uteri dibedakan atas dua klasifikasi yaitu berdasarkan derajat kelainannya
dan berdasarkan waktu kejadiannya. Berdasarkan derajat kelainannya, inversio uteri
diklasifikasikan menjadi :
1. Inversio Uteri derajat I (Inversio Uteri Inkomplit)
Yaitu uterus terputar balik, dan korpus uteri keluar melalui serviks namun tidak melampaui
cincin serviks.
2. Inversio Uteri derajat II.
Yaitu korpus uteri telah melampaui cincin serviks namun tidak keluar melewati introitus
vagina.
3. Inversio Uteri derajat III (Inversio Uteri Komplit)
Yaitu korpus uteri seluruhnya menonjol keluar dari introitus vagina
4. Inversio Uteri derajat IV (Inversio Uteri Total)
Yaitu seluruh uterus yang terputar balik dan vagina terdapat di luar introitus vagina
Pada kasus ini didapatkan tampak massa di luar vagina sebesar kepalan tangan orang
dewasa, berwarna merah kebiruan dengan plasenta yang masih melekat pada dindingnya dan
masih mengeluarkan darah, maka diperkirakan inversio yang terjadi adalah inversio uteri komplit
(inversio uteri derajat III) karena korpus uteri seluruhnya menonjol keluar dari introitus vagina.
Berdasarkan waktu terjadinya, inversio uteri dibedakan menjadi:
1. Inversi Uteri Akut : yaitu inversio yang terjadi dalam 24 jam pasca persalinan, sebelum terjadi
konstriksi cincin serviks uteri
2. Inversio Uteri Sub Akut : yaitu inversio yang terjadi dengan interval antara persalinan dan
terdiagnosisnya inversio uteri antara 24 jam sampai 4 minggu pasca persalinan sehingga
sudah terjadi konstriksi cincin serviks uteri
3. Inversio Uteri Kronik : yaitu terjadinya inversio lebih dari 4 minggu setelah persalinan atau
sudah didapatkan gangren
Pada kasus ini diketahui terjadinya perdarahan kurang lebih 3 jam sebelum masuk rumah
sakit, sehingga dapat diklasifikasikan sebagai suatu inversio uteri akut. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kasus ini adalah suatu kasus inversio uteri komplit dan sifatnya akut.

MIOMA GEBURT
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari otot
polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine
fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita. Ukurannya bervariasi mulai dari sebesar kepala jarum hingga sebesar melon,
sedangkan beratnya pernah dilaporkan mencapai 20 pon. Walaupun tidak sering, disfungsi
reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan
prematur, dan malpresentasi.1,2,10
Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum
pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua
penderita ginekologik yang dirawat. Selain itu dilaporkan juga ditemukan pada kurang lebih 20-
25% wanita usia reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih dari 35 tahun.1,3,4
Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor dengan
peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor
predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormone pertumbuhan dan Human Placental
Lactogen. Pada ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen yang
diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli mengatakan bahwa fibroid
uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan
mengecil setelah menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon
reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu, sangat jarang ditemukan sebelum
menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan kadang mengecil setelah
menopause.1,3,4,9,10
Patofisiologi
Meskipun mioma cukup umum ditemukan, tidak begitu banyak yang bergejala.
Timbulnya gejala tergantung terutama pada kombinasi ukuran, jumlah dan letak mioma. Secara
umum, pertumbuhan mioma merupakan akibat stimulasi estrogen, yang ada hingga menopause.
Seiring berjalannya waktu, mioma yang awalnya asimtomatik dapat tumbuh dan menjadi
bergejala. Sebaliknya, banyak mioma yang menyusut seiring menopause dimana stimulasi
estrogen menghilang dan banyak gejala yang berkaitan dengan mioma hilang segera setelah
menopause.5
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan
Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa
ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-
kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada
miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang
matur. Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu
sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau
arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa
yang persisten. 3,7
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka tumbuh.
Mioma memiliki pseudokapsul yang berasal dari sel otot polos uterus yang terkompresi dan
hanya memiliki beberapa permbuluh darah dan pembuluh limfe. Mioma intramural merupakan
mioma yang paling banyak ditemukan. Jenis mioma ini seluruhnya atau sebagian besar tumbuh
di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah yaitu miometrium. Mioma subserosa
tumbuh keluar dari lapisan tipis uterus yang paling luar yaitu serosa. Jenis mioma ini dapat
bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Jenis mioma ini perupakan kedua terbanyak
ditemukan. Jenis mioma ketiga yaitu mioma submukosa yang tumbuh dari dinding uterus paling
dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasar
lebar. 2,3,5,7,8,9

Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika
telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah
yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks. Peningkatan jumlah
perdarahan menstrual pada penderita mioma dihubungkan dengan:
- Peningkatan luas permukaan endometrium
- Produksi prostaglandin5,6
Gejala dan Tanda
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada
tempat sarang mioma ini berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala
yang mungkin timbul yaitu:
- Perdarahan abnormal yaitu dapat berupa hipermenore, menoragia dan dapat juga
terjadi metroragia merupakan yang paling banyak terjadi. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab perdarahan ini, antara lain adalah:
o Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium
o Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa
o Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
o Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di
antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik
- Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma,
yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada mioma submukosum yang akan
dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore. Namun gejala-gejala tersebut bukanlah gejala khas pada
mioma uteri.
- Gejala dan tanda penekanan yang tergantung pada besar dan tempat mioma uteri.
Gejala yang timbul dapat berupa poliuri, retention urine, obstipasi serta edema tungkai
dan nyeri panggul.2,3,4,5,6,7
Pada Mioma Geburt gejala yang menonjol berupa perdarahan per vaginam di antara
siklus haid yang bervariasi mulai dari perdarahan bercak hingga perdarahan masif. Darah yang
keluar berupa darah segar dan kadang disertai nyeri sehingga dapat diduga sebagai haid yang
memanjang. Selain itu, mioma submukosa juga dapat menyebabkan perdarahan intermenstrual,
perdarahan post coital, perdarahan vaginal terus-menerus atau dismenore.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian mioma yaitu:
- Faktor yang meningkatkan angka kejadian: wanita afrika-karibia, peningkatan usia,
nuligravida, obesitas.
- Faktor yang menurunkan angka kejadian: merokok, penggunaan pil kombinasi
kontrasepsi oral, kehamilan aterm.6,7
Diagnosis
Diagnosis Mioma Geburt ditegakkan atas beberapa hal, yaitu:
1. Anamnesis, teraba massa menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah
panjang serta adanya riwayat perdarahan per vaginam terutama pada perempuan di usia
40an, kadang dikeluhkan juga perdarahan kontak.9
2. Pemeriksaan Fisis
a. Pada pemeriksaan abdomen luar kemungkinan tidak didapatkan kelainan, namun
dapat juga ditemukan pada palpasi bimanual uterus yang bentuknya tidak regular,
tidak lunak atau penonjolan yang berbenjol-benjol yang keras pada palpasi.7,8
b. Pada pemeriksaan Ginekologik (PDV) teraba massa yang keluar dari OUE
(kanalis servikalis), lunak, mudah digerakkan, bertangkai serta mudah berdarah.
Melalui pemeriksaan inspekulo terlihat massa keluar OUE (kanalis servikalis)
berwarna pucat
3. Pemeriksaan Penunjang
a. USG Ginekologik untuk menentukan jenis tumor dalam rongga pelvis
b. Histerografi untuk menilai pasien mioma submukosa dengan infertilitas
c. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, tes kehamilan
Diagnosis Banding
Mioma Geburt dapat didiagnosis banding dengan polip serviks. Polip serviks
merupakan suatu adenoma ataupun adenofibroma yang berasal dari mukosa endoserviks.
Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari OUE. Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel
endoserviks yang dapat juga mengalami metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung
polip dapat mengalami nekrosis sehingga membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang
membedakannya dari Mioma Geburt dimana bagian yang mudah berdarah bukan merupakan
ujung mioma tapi merupakan endometrium yang mengalami hyperplasia akibat pengaruh
ovarium, selain itu juga terjadi atropi endometrium di atas mioma submukosa.3
Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan
ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan
bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma
uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.6
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause
tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut:
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
- Bila anemi (Hb < 8gr/dl) transfusi PRC
- Pemberian zat besi
- Pemberian agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRHa) yaitu Leuprolid asetat 3,75
mg intramuscular pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali
Manajemen simtomatik mioma uteri biasanya diberikan demi kenyamanan pasien dan
menunda pengobatan bisa dimengerti pada pasien yang tidak bergejala atau dengan gejala ringan
yang dapat ditoleransi. Meskipun pengobatan non-operatif biasanya tidak memberikan
kesembuhan permanen, namun terapi dengan obat-obatan seperti NSAID, pil kontrasepsi oral,
progestin, androgen dan analog GnRH biasanya diberikan.5
Analog GnRH menyebabkan keadaan hipogonadotropik-hipogonadal; jadi obat-obatan
ini menghasilkan menopause kimiawi yang temporer dan reversibel yang dapat mengecilkan
volume mioma hingga 50% dengan cara menurunkan konsentrasi estrogen yang beredar dalam
darah dengan hasil maksimal setelah tiga bulan terapi. Analog GnRH juga memiliki beberapa
kegunaan sebelum tindakan operatif dilakukan:
- Mengurangi jumlah darah yang terbuang pada saat operasi dan perlunya transfusi
darah
- Meningkatkan kemungkinan operasi dengan cara insisi suprapubik transversal
dibandingkan insisi midline
- Mengurangi resiko histerektomi ketika miomektomi direncanakan6,7
Penanganan operatif bila:
- Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada kehamilan 12-14 minggu
- Pertumbuhan tumor cepat
- Mioma subserosa bertangkai dan torsi
- Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
- Hipermenorea pada mioma submukosa
- Penekanan pada organ sekitarnya
Jenis operasi yang dilakukan berupa:6,7,8,9
1. Miomektomi, dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak.
Pendekatan pada tumor dilakukan melalui dinding uterus dimana mioma dibuka dengan
diseksi tajam dan tumpul, pseudokapsul dapat mengakibatkan diseksi sulit untuk
dilakukan. Mioma diangkat dengan bantuan obeng mioma, rongga yang terbentuk akibat
mioma kemudian dijahit dan dinding uterus dilipat untuk membawa garis jahitan
serendah mungkin sehingga mengurangi resiko perlekatan dengan vesika urinaria.
2. Histerektomi, dilakukan pada pasien yang tidak menginginkan anak lagi, terbagi atas 2
macam, yaitu:
a. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
b. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau
enterokel
Embolisasi arteri uterus kini emakin banyak digunakan untuk menangani mioma
dengan pendekatan yang kurang invasif. Tujuannya adalah untuk mengurangi suplai darah ke
mioma sehingga menyebabkan degenerasi dan nekrosis.8
Komplikasi3
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh
mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarcoma uterus. Keganasan umumnya baru
ditemukan pada pemeriksaan histopatologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran
sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut. Jika torsi
terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan
suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang
mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan
sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan
berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang
disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
Prognosis
Terapi bedah bersifat kuratif. Kehamilan di masa yang akan datang tidak akan
dibahayakan oleh miomektomi, walaupun seksio sesarea akan diperlukan setelah diseksi lebar
untuk masuk ke dalam rongga uterus.6

1. Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat?


Pengelolaan pada kasus ini sudah tepat.
2. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad malam
Quo ad sanationam : Ad bonam
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Houth JC, Wenstrom KD. Williams
Obstetrics. 22nd ed. London : McGrawHill, 2005: pp 833-34
2. Uterine inversion. In: Managing Complications in Pregnancy and Childbirth, A guide for
midwives and doctors . WHO publication. Diunduh dari htpp://www.WHO.org. tanggal :
9 Agustus 2008
3. Van Vugt. Uterine inversion. In: OGrady. Malposition of the uterus. Department of
Obstetrics and Gynaecology, University of Mississippi School of Medicine. Mississippi.
2008 : 16-26
4. The Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada. Hemorrhage in pregnancy :
antepartum and postpartum. In: ALARM INTERNATIONAL. A Program to Reduce
Maternal Mortality and Morbidity. 2nd ed.Canada, 2001
5. Trihono. Buku Laporan Penelitian Pengembangan Pertolongan Persalinan. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2006
6. Karim A, IMS Murah Manoe, SpOG, Mioma Uteri, dalam : Pedoman Diagnosis dan
Terapi Obstetri dan Ginekologi, Ujung Pandang, Bagian/SMF OBstetri dan Ginekologi
FK Unhas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, 1999.
7. Anonymous, Uterine Fibroids and Hysterectomy, available from www.wallgreens.com.
Accessed on February 15 2007.
8. Sutoto, MS Joedosepoetro, Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, dalam: Ilmu Kandungan
Edisi Kedua Cetakan Ketiga, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
1999.
9. Anonymous, Uterine Fibroids and Hysterectomy, available
from www.mercy.org. Accessed on February 15 2007.
10. Chelmow MD, David, Gynecologic Myomectomy, available from www.emedicine.com.
Accessed on February 15 2007.
11. Anonymous, Leiomyoma of the Uteri, available from www.health.am. Accessed on
February 15 2007.
12. Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al, Fibroids in Obstetrics and Gynaecology, London,
Mosby, 2004.
13. Callahan MD MPP, Tamara L, Benign Disorders of the Upper Genital
Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology, Boston, Blackwell Publishing, 2005.
14. Hart MD FRCS FRCOG, David McKay, Fibroids in Gynaecology Illustrated, London,
Churchill Livingstone, 2000.
15. Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD, Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology, Boston, Elsevier
Saunders, 2003.

Anda mungkin juga menyukai