Anda di halaman 1dari 13

ANALISI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN

SOAL-SOAL EKSPONEN

A. Pendahuluan

Kesulitan belajar siswa pada matematika pada dasarnya bukan karena


kebodohan siswa atau ketidakmampuannya dalam belajar, tetapi terdapat kondisi-
kondisi tertentu yang membuatnya tidak siap untuk belajar. Indikator kesulitan
belajar siswa pada matematika terlihat ketika siswa melakukan kesalahan saat
proses penyelesaian soal-soal matematika. (Soedjadi, dalam elisaoktaviana [1])
mengatakan bahwa kesulitan merupakan penyebab terjadinya kesalahan. Oleh
karena itu, untuk menciptakan dan mempersiapkan pembelajaran matematika
yang efektif dan efisien, para guru haruslah dapat mengidentifikasi dan
menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada saat melakukan
peneyelesaian masalah matematika kemudian berusaha memberikan solusi yang
tepat untuk mengatasinya.
Kesalahan siswa dalam menyelesaiakan soal-soal matematika perlu
dianalisis. Analisi dilakukan untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa
dan untuk mengetahui faktor penyebab siswa melakukan kesalahan tersebut,
sehingga dapat dicari alternatif solusi dan jenis bantuan kepada siswa. Kesalahan
yang dilakukan oleh siswa dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
pengajaran dalam usaha meningkatkan kegiatan belajar dan mengajar, sehingga
diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar atau prestasi belajar siswa.
Seorang siswa dalam proses pembelajaran, mungkin saja melakukan
beberapa kesalahan saat memahami dan menyelesaikan soal pada materi-materi
tertentu. Oleh karena itu, seorang guru harus mempersiapkan metode/pendekatan
pembelajaran yang tepat sehingga dapat membantu siswa dalam memahami
konsep-konsep dalam matematika, guna meminimalisir kesalahan yang dilakukan
siswa.

B. Kesalahan siswa yang ditemukan


Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
eksponen antara lain:

1. Siswa kurang teliti dalam melakukan perhitungan

2. Siswa melakukan kesalah dalam konsep

Dari ketiga kesalahan yang dilakukan oleh siswa di atas dapat kita
katakan bahwa kesalahan yang dilakukan siswa tidak hanya disebabkan oleh
kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep eksponen. Kesalahan yang
dilakukan oleh siswa pada saat menyelesaikan soal-soal matematika perlu
dianalisis lebih lanjut guna mengetahui penyebab siswa melakukan kesalahan,
sehingga dapat diminimalisir kesalahan yang sama dikemudian harinya.

C. Faktor siswa melakukan kesalahn

Kesalahan yang lakukan siswa dalam menyelesaiakan sosl-soal


matematika tidak hanya disebabkan oleh kemampuan semata. Siswa melakukan
kesalah dalam menyelesaikan soal-soal matematika disebabkan oleh beberapa
faktor. (Djamarah [2]), menggolongkan faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar menjadi dua, yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor yang
berasal dari dalam diri siswa meliputi fisiologi (fisik) dan psikologi (bakat, minat,
kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif). Faktor yang berasal dari luar antara
lain lingkungan (alami dan sosial) dan instrumental meliputi kurikulum, program,
guru, sarana dan fasilitas.
C.1. Faktor Intern siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek yaitu aspek
fisiologis dan psikologis.
1). Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Misalkan kondisi tubuh yang lemah apalagi disertai kepala
pusing dapat menurunkan kualitas ranah kognitif sehingga materi yang
dipelajarinya kurang atau tidak berbekas.
2). Aspek psikologis
a) Inteligensi siswa
Inteligensi sebenarnya bukan merupakan persoalan kualitas otak saja,
melainkan juga merupakan kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan
tetapi memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya
dengan inteligensi manusia lebih menonjol dari pada organ-organ tubuh
lainnya, lantaran otak merupakan pengontrol hampir seluruh aktivitas
manusia. Ini bermakna semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang
siswa maka semakin besar peluangnya dalam meraih sukses.
b) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal berdimensi efektif yang berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respons tendency)
dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya
baik secara positif ataupun negatif. Sikap siswa yang positif, terutama
kepada guru dan bidang studi yang disajikan merupakan pertanda awal
yang baik bagi proses belajar siswa tersebut sedangkan sikap negatif
siswa kepada guru dan bidang studi yang diajarkan yang diiringi
kebencian maka akan dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa
tersebut.
c) Bakat siswa
Sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi
untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan
inteligensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berinteligensi sangat
cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga
sebagai talented child atau anak berbakat.
d) Minat siswa
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Umpamanya seorang
siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya.
e) Motivasi siswa
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik
dan ekstrinsik. Motivasi yang mempengaruhi faktor intern siswa adalah
motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang
berasal dari dalam diri siswa yang dapat mendorongnya melakukan
tindakan belajar.
C.2. Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern terdiri atas dua macam yakni faktor lingkungan sosial dan
faktor lingkungan non sosial.
1) Lingkungan sosial
(a). Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar
seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan perilaku yang
simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik khususnya
dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat
menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
(b). Lingkungan sosial masyarakat adalah masyarakat dan tetangga juga
teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.
Misalnya kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba
kekurangan dan anak-anak pengangguran mempengaruhi aktivitas
belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan
kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi.
(c). Lingkungan sosial keluarga. Yang lebih banyak mempengaruhi
kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat
menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja
anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berperilaku
menyimpang.
2). Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Contoh: kondisi rumah yang sempit dan
berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki
sarana umum untuk kegiatan remaja seperti lapangan volli akan
mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang tak pantas
dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti ini jelas
berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.

Selanjutnya Menurut Hudoyo (Ahmad, 2008: 9) faktor-faktor yang


mempengaruhi belajar matematika adalah peserta didik, pengajar, sarana dan
prasarana, penilaian.
a. Peserta didik
Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung pada siswa, misalnya
kemampuan dan kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar, sikap dan
minat terhadap matematika dan juga kondisi fisik maupun psikologi.
b. Pengajar
Kemampuan pengajar dalam menyampaikan materi sekaligus penguasaan
terhadap materi, kepribadian dan motivasi dalam mengerjakan matematika
berpengaruh terhadap efektifitas proses belajar matematika.
c. Sarana dan Prasarana
Sarana yang lengkap seperti buku, teks dan alat bantu, prasarana seperti
ruangan. Semua ini akan menunjang proses pembelajaran.

d. Penilaian
Selain untuk melihat hasil belajar siswa, juga untuk melihat instruksi antara
pengajar dan siswa, misalnya tentang keberhasilan siswa apakah proses belajar
mengajar didominasi oleh pengajar atau terjadi komunikasi dua arah.
Jadi ada banyak banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar yang juga berpengaruh terhadap bentuk kesalahan yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan soal matematika.

D. Alternatif Solusi
Alternatif solusi yang diberikan pada makalah ini merupakan
pengalaman penulis dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran di
bawah merupakan pengalaman penulis dalam meminimalisir kesalahan dalam
pembelajaran matematika, baik kesalahan yang dilakukan siswa maupun
kesalahan guru. Metode tersebut diantaranya adalah:
1. Tim Teachimg
Tim teaching terdiri dari 2 sampai 3 orang guru matematika. Anggota tim
bersama-sama masuk ke kelas pada saat proses belajar mengajar. Ketua tim
adalah guru pemangku kelas, yang bertanggung jawab kepada kurikulum.
Anggota tim ditentukan dalam MGMP mata pelajaran disekoah. Kegiatan yang
dilakukan tim adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Persiapan
Untuk pertemuan pertama untuk setiap bab/materi, satu hari sebelum masuk
ke kelas anggota tim mengadakan koordinasi berkaitan dengan rencana
pembelajara dan pembagian tugas.
b. Kegiatan di kelas
- Satu orang guru menjelaskan materi di depan kelas dan anggota tim
lainnya memperhatikan di belakang kelas. (seperti tampak pada foto 1)
- Saat siswa berdiskusi maka semua anggota tim teaching memperhatikan
jalannya diskusi, dan memberikan arah dan bimbingan kepada siswa
yang mengalami kesulitan. (seperti tampak pada foto 2, 3, 4)
- Setiap anggota tim teaching membuat catatan kejadian-kejadian pada saat
siswa berdiskusi menyelesaikan soal-soal matematika.
c. Kegiatan Penutup
Diakhir pembelajaran seluruh anggota tim teaching berdiskusi mengevaluasi
kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung sekali melakukan koordinasi
untuk pertemuan berikutnya (seperti tampak pada lampiran foto 5 dan 6)

Keunggulan metode tim teaching ini adalah


1. Jika ada kesalahan guru dalam menyampaikan konsep materi maka dapat
dengan segera di benarkan oleh anggota tim lainnya dengan cara yang
elegan.
2. Jika ada siswa yang mengalami kesulitan belajar maka dapat dilakukan
bimbingan yang intensif.
3. Dapat memetakan kemampuan siswa dalam pembelajaran
Sedangkan kelemahannya dari tim teaching adalah
1. Memerlukan sumber daya manusia terutama guru yang lebih banyak
2. Memerlukan waktu yang panjang dalam rangkaian kegiatan

b. Tutor Sebaya
Metode tutor sebaya bisa dilakukan jika kita telah memetakan kemampuan
siswa dalam matematika. Proses kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan
tutor sebaya, diman siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil. setiap kelompok minimal ada satu siswa yang memiliki kemampuan
lebih dalam matematika, siswa tersebut akan menjadi tutor dalam
kelompoknya. Tugas guru adalah mengawasi dan mengarahkan jalannya
diskusi kelompok dan memberikan bimbingan kepada kelompok yang
mengalami kesulitan dalam diskusi. (tampak pada foto 7 dan 8)

c. Pembelajaran Remidial
Pembelajaran remidial dilakukan untuk siswa yang mengalami kesulitan pada
saat belajar dikelas. Pembelajaran remidial akan efektif jika kita telah
memetakan siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pembelajaran remidial
siswa dikelompokakan berdasarkan kesamaan pada jenis kesulitan yang
dilakukan siswa. Pembelajaran remidial dapat dilakukan diluar kelas, sehingga
dapat memberikan situasi belajar yang berbeda pada siswa. (tampak pada foto
9 dan 10)

Demikianlah, metode pembelajaran yang merupakan pengalaman penulis,


dalam hal ini penulis sajikan sebagai alternatif solusi dalam meminimalisir
kesulitan siswa dalam matematika, semoga dapat bermanfaat.

E. Refrensi

[1] Elisaoktaviana. 2012. Hakekat Matematika Sekolah.


http://elisaoktaviana.wordpress.com/2012/12/05/hakekat-
matematika-sekolah/. Diakses pada 18 Januari 2014 jam 11.47 WIB

[2] Djamarah. S.B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, Rineka Cipta.

DOKUMENTASI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


Foto 1: Salah satu anggota tim menjelaskan di depan, dan anggota tim lain
memperhatikan di belakang dan membuat catatan-catatan kejadian.

Foto 2: pada saat siswa diskusi seluruh anggota tim memperhatikan jalannya
diskusi
Foto 3: seluruh anggota tim teaching terlibat diskusi dengan siswa saat
menyelesaiakan soal matematika

Foto 4 : salah satu anggota tim teaching melakukan bimbingan intensif pada siswa
yang mengalami kesulitan belajar

Foto 5: Diakhir pembelajaran seluruh tim berdiskusi dan melaporkan catatan


kejadian dalam KBM
Foto 6 : Diakhir pembelajarn Seluruh anggota tim berdiskusi mengevaluasi KBM
yang telah berlangsung, sekaligus persiapan untuk pertemuan berikutnya

Foto 7: Siswa berdiskusi dengan tutor sebaya


Foto 8: Kegiatan pembelajaran dengan tutor sebaya

Foto 9: Kegiatan pembelajaran remidial


Foto 10: siswa berdiskusi dalam kegiatan pembelajaran remidial dengan
pengawasan guru

Anda mungkin juga menyukai