Anda di halaman 1dari 5

Pertanyaaan :

Di dalam batubara, sulfur bisa berupa bagian dari material carbonaceous atau
bisa berupa bagian mineral seperti sulfat dan sulfide?

Penjelasannya :

Seperti yang diketahui bahwa batubara dapat tersusun dari bahan bahan
organik dan juga non organik. Bahan organik ini disebut maseral (maceral) yang
berasal dari sisa tumbuhan dan telah mengalami berbagai tingkat dekomposisi serta
perubahan sifat fisik dan kimia baik sebelum ataupun sesudah tertutup oleh lapisan di
atasnya, sedangkan bahan anorganik disebut mineral atau mineral matter. Kehadiran
mineral dalam jumlah tertentu akan mempengaruhi kualitas batubara terutama
parameter abu, sulfur dan nilai panas sehingga dapat membatasi penggunaan
batubara. Kandungan sulfur itu senduri dianggap tinggi karena ada dari kontribusi
mineral pirit (FeS2). Harus diketahuii bahwa sulfur terdapat dalam bentuk anorganik
maupun organic. Dimana sulfur yang organic berupa unusr senyawa sulfur yang terikat
dalam gambut yang berasal dari pengaruh lapisan pengapit dan terendapkan dalam
lingkungan laut, pengaruh air laut selama proses pengendapan tumbuhan, proses
microbial dan pengaruh pH. Berikut adalah kesimpulannya :

1. Secara umum batubara sulfur rendah (<1%) mengandung lebih banyak sulfur
organik dibanding sulfur piritik.
2. Batubara sulfur tinggi berasosiasi dengan batuan tanah penutup yang berasal dari
endapan laut.
3. Kandungan sulfur pada batubara umumnya paling tinggi pada bagian atas (roof)
dan pada bagian dasar ( floor) lapisan batubara. Proses paling penting dalam
pembentukan unsur dan senyawa sulfur adalah reaksi reduksi sulfat oleh aktivitas
bakteri.
Berikut ini adalah tiga jenis sulfur yang ada ataupun terdapat dalam batubara :

1. Sulfur Piritik

Pirit (dan Markasit) merupakan mineral sulfida yang paling umum dijumpai pada
batubara. Kedua jenis mineral ini memiliki komposisi kimia yang sama (FeS2) tetapi
berbeda pada sistem kristalnya. Pirit (FeS 2) merupakan mineral yang memberikan
kontribusi besar terhadap kandungan sulfur dalam batubara, atau lebih dikenal dengan
sulfur piritik (Mackowsky, 1943 dalam Organic petrology, 1998).

1. Pirit Syngenetik, yaitu pirit yang terbentuk selama proses penggambutan


(peatification). Pirit jenis ini biasanya berbentuk framboidal dengan butiran sangat
halus dan tersebar dalam material pembentuk batubara .
2. Pirit Epigenetik, yaitu pirit yang terbentuk setelah proses pembatubaraan. Pirit jenis
ini biasanya terendapkan dalam kekar, rekahan dan cleat pada batubara serta
biasanya bersifat masif. Umumnya pirit jenis ini dapat diamati sebagai pirit pengisi
cleat pada batubara.

Pirit dapat terbentuk sebagai hasil reduksi sulfur primer oleh organisme dan air
tanah yang mengandung ion besi. Bentuk pirit hasil reduksi ini biasanya framboidal
dengan sumber sulfur yang tereduksi kemungkinan terdapat dalam material yang
terendapkan bersama batubara. Terbentuknya pirit epigenetik sangat berhubungan
dengan frekuensi cleat / rekahan karena kation-kation yang terlarut (dalam hal ini ion
Fe) akan terbawa ke dalam batubara oleh aliran air tanah melalui cleat tersebut dan
selanjutnya bereaksi dengan sulfur yang telah tereduksi untuk kemudian membentuk
pirit. Selain membentuk pirit, unsur sulfur tersebut dapat juga bereaksi dengan sulfida
membentuk polisulfida (SSn), yang selanjutnya mungkin akan diperlukan untuk proses
pembentukan pirit. Larutan polisulfida ini dapat bereaksi dengan FeS atau Fe 3S4 untuk
membentuk pirit. Proses terbentuknya sulfur piritik ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
pH, yaitu semakin tinggi harga pH maka akan mempercepat reaksi karena dalam
suasana basa akan banyak ion besi yang terlepaskan. Disamping itu unsur sulfur atau
polisulfida juga bisa bereaksi dengan komponen organik batubara membentuk senyawa
sulfur organik.

2. Sulfur Organik

Sulfur organik merupakan suatu elemen pada struktur makromolekul dalam


batubara yang kehadirannya secara parsial dikondisikan oleh kandungan dari elemen
yang berasal dari material tumbuhan asal. Dalam kondisi geokimia dan mikrobiologis
spesifik, sulfur inorganik dapat terubah menjadi sulfur organik. Material inilah yang
dikaitkan dengan carbonaceous yang mengandung material organik. Sulfur organik
dapat terakumulasi dari sejumlah material organik oleh proses penghancuran biokimia
dan oksidasi. Namun secara umum, penghancuran biokimia merupakan proses yang
paling penting dalam pembentukan sulfur organik, yang pembentukannya berjalan lebih
lambat pada lingkungan yang basah atau jenuh air. Sulfur yang bukan berasal dari
material pembentuk batubara diduga mendominasi dalam menentukan kandungan
sulfur total. Sulfur inorganik yang biasanya melimpah dalam lingkungan marin atau
payau kemungkinan besar akan terubah membentuk hidrogen sulfida dan senyawa
sulfat dalam kondisi dan proses geokimia. Reaksi yang terjadi adalah reduksi sulfat oleh
material organik menjadi hidrogen sulfida (H 2S). Unsur sulfur, hidrogen sulfida dan ion
sulfida dapat bereaksi dengan unsur atau molekul organik dari gambut menjadi sulfur
organik. Unsur sulfur (S0) kemungkinan muncul dari proses oksidasi hidrogen sulfida
yang terkena kontak dengan oksigen terlarut dalam kisi kisi air, di samping itu S0 juga
bisa muncul karena adanya aktivitas bakteri. Unsur sulfur (S0) dapat bereaksi dengan
asam humik yang terbentuk selama proses penggambutan.

3. Sulfur Sulfat.

Sulfat dalam batubara umumnya ditemui dalam bentuk sulfat besi, kalsium dan
barium. Kandungan sulfat tersebut biasanya rendah sekali atau tidak ada kecuali jika
batubara telah terlapukkan dan beberapa mineral pirit teroksidasi akan menjadi sulfat.
Sulfur sulfat juga dapat berasal dari reaksi garam laut atau air payau yang mengisi
lapisan dasar yang jaraknya tidak jauh dan berada di atas atau di bawah lapisan
batubara. Pada umumnya kandungan sulfur organik lebih tinggi pada bagian bawah
lapisan, sedangkan kandungan sulfur piritik dan sulfat akan tinggi pada bagian atas dan
bagian bawah lapisan batubara.
Referensi :

Annisa. 2016. Pengaruh Mineral Sekunder Sulfat Hasil Oksidasi Pirit Terhadap Nilai
Total Sulfur Pada Batubara Formasi Haloq dan Serpih Karbonan Formasi
Batuayau Cekungan Kutai Atas. Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Anonim. 2009. Genesa Sufur Pada Batubara. (Online) : http://infodunia-


4u.blogspot.co.id/2009/06/genesa-sulfur-pada-batubara.html. Diakes pada
tanggal 16 Agustus 2017.

Anda mungkin juga menyukai