Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agroforestri yang disusun dari dua kata dengan pengertian agro (pertanian) dan

forestry (kehutanan) yang berarti menggabungkan ilmu kehutanan dan pertanian serta

memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan untuk menciptakan

keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan. Agroforestri adalah

nama bagi sistem-sistem dan teknologi penggunaan lahan dimana tegakan pohon

berumur panjang (termasuk semak, palem, bambu, kayu, dll) dan tanaman pakan dan

atau pakan ternak berumur pendek diusahakan pada petak lahan yang sama dalam

suatu pengaturan ruang dan waktu (Kaswanto et al, 2009).

Definisi agroforestri dapat meliputi rentang yang luas dari sistem-sistem

pemanfaatan lahan primitife, tradisional maupun modern. Oleh sebab itu diperlukan

adanya batasan yang jelas kapan atau bilamana .suatu sistem dapat dikategorikan

sebagai agroforestri.

Kuenzel (1989) menyarankan untuk melihat adanya interaksi yang nyata dari

komponen-komponen penyusunannya. Sebagai contoh sederetan pohon cemara yang

ditanam pada pinggir sawah/ladang yang dimaksudkan untuk produk kayunya, maka
sistem tersebut bukan sistem agroforestri. Namun bila penanaman pohon tersebut

sekaligus juga dimaksudkan untuk melindungi tanaman pertanian dari terpaan angin

(windbreak), maka sistem itu dapat dikatakan sebagai agroforestri.

Sektor pertanian di indonesia memang bisa dikatakan cukup luas, oleh sebab itu

rata-rata penduduk indonesia berprofesi sebagai petani. Untuk menghasilkhan hasil

yang maksimal maka salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah pola tanam.

Pelaksanaan pola tanam juga harus mengkondisikan tempat/lokasi dimana tanaman

itu akan tumbuh nantinya. Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar

efisien dan memudahkan kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang

kalender penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur,

polikultur (tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketiga pola tanam tersebut memiliki

nilai plus dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem

produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan

berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit,

keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia,

biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada

daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas


yang ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah

hujan. Pola tanam yang paling banyak di gunakan adalah sistem monokultur, sedang

Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu

jenis tanaman pada satu areal. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien

karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin

pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam.

Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam

satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam merupakan

bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya

tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam. Pola tanam ni

diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk

menghindari resiko kegagalan. Namun yang penting persyaratan tumbuh antara kedua

tanman atau lebih terhadap lahan hendaklah mendekati kesamaan.

Pola tanam di daerah tropis, biasanya disusun selama satu tahun dengan

memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan yang sepernuhnya

tergantung dari hujan. Makan pemilihan jenis/varietas yang ditamanpun perlu

disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan.


Pola tanam terbagi dua yaitu pola tanam monokultur dan pola tanam polikultur.

Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis. Misalnya

sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja. Tujuan menanam secara

monokultur adalah meningkatkan hasil pertanian. Sedangkan pola tanam polikultur

ialah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu bidang lahan yang

terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik.

Pengetahuan mengenai pola tanam sangat perlu bagi petani. Sebab dari usaha

tani yang dilakukan, diharapkan dapat mendatangkan hasil yang maksimal. Tidak

hanya hasil yang menjadi objek, bahkan keuntungan maksimum dapat didapat dengan

tidak mengabaikan pengawetan tanah dan menjaga kestabilan kesuburan tanah.

1.2. Tujuan

- Agar mengetahui macam-macam pola tanam agroforestri.

- Agar dapat mempelajari serta mengaplikasikan sistem pola tanam


PEMBAHASAN

1. Pengertian pola tanam

Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada

sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan

tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa

tidak ditanami selama periode tertentu. Sedangkan tanam adalah menempatkan bahan

tanam berupa benih atau bibit pada media tanam baik media tanah maupun media

bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam. Dalam penerapannya pada bidang

pertanian pola tanam tentu harus dilaksanakan dengan sistem yang benar dan sesuai

dengan kondisi lahan yang akan di jadikan sebagai media tanam.

2. Sistem pola tanam

Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Tumpang sari (Intercropping), adalah menumbuhkan dua tanaman atau lebih

secara bersama-sama pada lahan yang sama, dimana setiap musim tanam,

petani mengelola lebih dari satu jenis tanamaa pada lahan yang sama(umur

sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan

kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
2. Tumpang gilir (Multiple Cropping), menanam lebih dari satu jenis tanaman

pada satu lahan yang sama selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari

satu hasil panen. Dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan

maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu.

3. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara menyisipkan

satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam

yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Tanaman kedua ditanam di antara

baris tanaman pertama, setelah tanaman pertama berbunga tetapi sebelum

dipanen. (menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-

sama/serentak selama sebagian dari daur hidup masing-masing tanaman

(tanam bersisipan). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung

menjelang panen disisipkan kacang panjang.

4. Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa

tanaman pada satu lahan dan dalam waktu yang sama dan umumnya

bertujuan mengurangi hama penyakit dari jenis tanaman yang satu atau

pendampingnya dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya,


semua tercampur jadi satu Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman

hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi

kayu.

5. Tanaman Pendamping yaitu penanaman dalam satu bedeng ditanam lebih dari

satu tanaman sebagai pendamping jenis tanaman lainnya yang bertujuan

untuk saling melengkapi dalam kebutuhan fisik dan unsur hara.

6. Penanaman Lorong yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu

lahan dengan penanaman tanaman berumur pendek diantara larikan atau

lorong tanaman berumur panjang atau tanaman tahunan.

7. Row intercropping, yaitu menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara

bersama-sama/serentak dengan jarak tanam tertentu (satu jenis tanaman atau

lebih ditanam dalam barisan).

8. Strip intercropping (pertanaman berjalur), yaitu menumbuhkan dua tanaman

atau lebih secara bersama-sama/serentak dengan satu macam tanaman

ditanam dalam jalur-jalur tersendiri yang disusun secara berselang-seling.

Bila dilakukan di lahan yang miring (lereng), mengikuti garis kontour,

yang disebut pertanaman sabukgunung (contour cropping).


9. Multi-storey cropping (pertanaman bertingkat), yaitu pertanaman berbentuk

kombinasi antara pohon dengan tanaman lain yang berhabitus lebih pendek.

Kombinasi antara pohon berupa tanaman kehutanan dengan tanamana

berhabitus pendek yang berupa tanaman pertanian, yang disebut agro-forestry.

10. Alternating Bed System (sistem surjan), Sistem pertanaman yang terdiri atas

dua jenis tanaman atau lebih, yang ditanam pada sebidang lahan yang

dibentuk menjadi dua ketinggian, bagian yang tinggi (tabukan) dan yang

rendah (ledokan) secara berselang-seling. Bagian yang tinggi biasanya

berfungsi sebagai tegalan, sedang bagian yang rendah sebagai sawah.

11. Pergiliran atau Rotasi Tanaman yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman

yang tidak sefamili secara bergilir pada satu lahan yang bertujuan untuk

memutuskan siklus hidup hama penyakit tanaman.

3. Faktor-faktor pola tanam

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan pola tanam(usaha

tani)adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan unsur hara ; adanya jenis tanaman yang membutuhkan sedikit

unsur N dan jenis tanaman yang membutuhkan banyak unsur N dan ada jenis
tanaman yang mampu mengikat unsur N dari udara yaitu tanaman kacang-

kacangan.

b. Sistem perkaran ; Adanya jenis tanaman yang memiliki perakaran di dalam

tanah yang dalam, dangkal, melebar dan lainnya.

c. Ketersediaan air yang menyangkup waktu dan lamanya ketersediaan yang

tergantung pada kinerja air irigasi serta pola distribusi dan jumlah hujan.

d. Keadaan tanah yang meliputi sifat fisik,kimia dan bentuk permukaan tanah.

e. Tinggi tempat dari permukaan laut,terutama sehubungan dengan suhu

udara,tanah dan ketersediaan air.

f. Eksistensi hama dan penyakit tanaman yang bersifat kronis dan potensial.

g. Ketersediaan dan aksesibilitas bahan tanaman yang meliputi jenis dan varietas

menurut agroekosistem dan toleransi terhadap jasad penggangu.

h. Aksesibilitas dan kelancaran pemasaran hasil produksi dengan dukungan

infrastruktur dan potensi pasar yang memadai.

i. Kebutuhan sinar matahari ; pemilihan jenis tanaman yang tinggi, rindang,

berdaun lebat dan membutuhkan sinar matahari lama dengan jenis tanaman

yang pendek dan tidak membutuhkan sinar matahari lama atau perlu naungan.
Berdasarkan pada sifat tanah dan tipe iklim, terdapat enam jenis agroekosistem

sebagai basis pola pertanaman dalam setahun (annual cropping pattern) (Setjanata,

1983; Karama et al., 1988; Karama, 1989). Keenam jenis agroekosistem dan pola

tanam yang potensial adalah sebagai berikut:

a. Lahan sawah irigasi dengan ketersediaan air irigasi 10-12 bulan: (a) Padi

sawah-padi sawah-padi sawah. Pola ini dianjur-kan pada kondisi kesulitan

drainase, de-ngan kewajiban menggunakan VUTW dan pengembalian bahan

organik tanaman atau pemakaian kompos(b) Padi sawah-padi sawah-

palawija/sayuran.

b. Lahan sawah irigasi dengan jaminan ketersediaan air irigasi 7-9 bulan: (a)

Padi sawah padi sawah walik jerami-palawija/sayuran(b)Padi sawah-

palawija/sayuran- palawija/sayuran.

c. Lahan sawah irigasi dengan ketersediaan air irigasi 5-6 bulan: (a) Gogo

rancah padi sawah walik jerami-palawija, (b) Palawija-padi sawah-

palawija/sayuran, (c) Padi sawah-palawija/sayuran.


d. Lahan sawah tadah hujan: (a) Gogo rancah-padi sawah-kacang tunggak, (b)

Padi sawah-palawija/sayuran, (c) Gogo rancah palawija-palawija/sayuran dan

(d) Budidaya sistem surjan.

e. Lahan pasang surut (khusus Kalimantan Selatan): (a) Padi unggul-padi

unggul (untuk daerah tipe A, B, dan C), (b) Padi unggul-padi lokal (untuk

daerah tipe A, B, dan C), (c) Padi-palawija (daerah tipe C dan D), (d)

Palawija-palawija-palawija (daerah tipe C dan D) (f) Budidaya sistem surjan.

f. Lahan kering: (a) Padi gogo tumpangsari dengan jagung yang ditanam pada

awal musim hujan, (b) Tanaman substitusi padi gogo seperti kacang tanah atau

kedelai, (c) Pola tanaman lorong (alley cropping)dengan tanaman pagar

(hedgerow) seperti tanaman legume, buah-buahan atau tanaman industri

(kelapa dan kopi), (d) Pola tanam dengan mengikutsertakan ta-naman

perkebunan dan ternak dalam sistem usahatani lahan kering.

4. Macam Jenis Pola Tanam

a. Monokultur
Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis.

Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja. Tujuan menanam

secara monokultur adalah meningkatkan hasil pertanian.

Penanaman monokultur menyebabkan terbentuknya lingkungan pertanian

yang tidakmantap. Buktinya tanah pertanian harus diolah, dipupuk dan disemprot

dengan insektisida. Jika tidak, tanaman pertanian mudah terserang hama dan

penyakit. Jika tanaman pertanian terserang hama, maka dalam waktu cepat hama itu

akan menyerang wilayah yang luas. Petani tidak dapat panen karena tanamannya

terserang hama.Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena

tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis. Di sisi lain,

kelemahan sistem ini adalah tanaman relative mudah terserang hama maupun

penyakit.

b. Polikultur

Polikultur berasal dari kata poli yang artinya banyak dan kultur artinya

budaya. Polikultur ialah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu

bidang lahan yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang

lebih baik.
Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa

keuntungan, antara lain sebagai berikut :

a. Mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman

yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang

daun dapat mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena

mengeluarkan bau allicin,

b. Menambah kesuburan tanah. Dengan menanam kacang-kacangan-

kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena adanya bakteri

Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam yang

mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal

ditanam berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya

akan lebih gembur.

c. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini

dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT.

Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis

tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila

harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya.
Kekurangan sistem polikultur adalah:

a. Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman,

b. OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya.

Tanaman Polikultur Terbagi Menjadi

a. Tumpang sari (Intercropping)

Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang

bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Beberapa

keuntungan dari sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela

tanaman pokok, peningkatan produksi total persatuan luas karena lebih efektif dalam

penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat mengurangi resiko

kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma

Keuntungan tumpang sari yaitu:

1. Mencegah dan mengurangi pengangguran musim

2. Memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petan

3. Adanya pengolahan tanah yang minimal

4. Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai tambah
Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat diperoleh

tanaman yang satu lagi (Thahir, 1999).

Salah satu jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman sela pada

tanaman jagung adalah tanaman kedelai. Tanaman jagung dan kedelai memungkinkan

untuk ditumpangsari karena tanaman jagung menghendaki nitrogen tinggi, sementara

kedelai dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas sehingga kekurangan nitrogen

pada jagung terpenuhi oleh kelebihan nitrogen pada kedelai.

Jagung dan kedelai yang ditanam secara tumpang sari akan terjadi kompetisi

dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar matahari. Sehingga pengaturan

sistem tanam dan pemberian pupuk sangat penting untuk mengurangi terjadinya

kompetisi tersebut.

b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),dilakukan secara beruntun sepanjang

tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat

keuntungan maksimum.Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja, biaya

pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai akibat terlalu

sering diolah dapat dihindari.


2. Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal dan

meningkatkan produktivitas lahan

3. Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas

4. Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah

terjadinya erosi

5. Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah

terjadinya erosi

6. Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk

hijau.

PENUTUP

Kesimpulan
Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman

pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan

tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa

bera. Dalam penerapannya pada bidang pertanian pola tanam tentu harus

dilaksanakan dengan sistem yang benar dan sesuai dengan kondisi lahan yang akan di

jadikan sebagai media tanam. Manusia sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya

dalam pelaksanaan tanam tersebut diantaranya adalah pembelajaran dari petani

tersebut, banyak petani yang melakukan pembelajaran secara otodidak. Selain itu

kemampuan juga sangat diperlukan untuk mencapai suatu keberhasilan.

Pola tanam terdiri dari beberapa macam pola tanam, antara lain pola tanam

monokultur, pola tanam polikultur ( tumpang sari ) dan crop rotation ( Rotasi tanam ).

Pada pola taman memiliki beberapa penunjang yang harus di perhatikan, antara lain :

ketrsedian air, keadaan tanah, kebutuhan unsur hara, ketinggi tempat, dll.
Tugas

AGROFORESTRY
Pola Tanam Agroforestri

Oleh:

SOFIANA SARI LAMALIGA


M1A2 13 047
JURUSAN ILMU LINGKUNGAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017

Anda mungkin juga menyukai