Agroforestri yang disusun dari dua kata dengan pengertian agro (pertanian) dan
forestry (kehutanan) yang berarti menggabungkan ilmu kehutanan dan pertanian serta
nama bagi sistem-sistem dan teknologi penggunaan lahan dimana tegakan pohon
berumur panjang (termasuk semak, palem, bambu, kayu, dll) dan tanaman pakan dan
atau pakan ternak berumur pendek diusahakan pada petak lahan yang sama dalam
pemanfaatan lahan primitife, tradisional maupun modern. Oleh sebab itu diperlukan
adanya batasan yang jelas kapan atau bilamana .suatu sistem dapat dikategorikan
sebagai agroforestri.
Kuenzel (1989) menyarankan untuk melihat adanya interaksi yang nyata dari
ditanam pada pinggir sawah/ladang yang dimaksudkan untuk produk kayunya, maka
sistem tersebut bukan sistem agroforestri. Namun bila penanaman pohon tersebut
sekaligus juga dimaksudkan untuk melindungi tanaman pertanian dari terpaan angin
Sektor pertanian di indonesia memang bisa dikatakan cukup luas, oleh sebab itu
yang maksimal maka salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah pola tanam.
itu akan tumbuh nantinya. Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar
efisien dan memudahkan kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang
kalender penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur,
polikultur (tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketiga pola tanam tersebut memiliki
nilai plus dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem
produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan
berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit,
keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia,
biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada
hujan. Pola tanam yang paling banyak di gunakan adalah sistem monokultur, sedang
Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu
jenis tanaman pada satu areal. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien
karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin
pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam.
Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam
satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam merupakan
bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya
tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam. Pola tanam ni
diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk
menghindari resiko kegagalan. Namun yang penting persyaratan tumbuh antara kedua
Pola tanam di daerah tropis, biasanya disusun selama satu tahun dengan
memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan yang sepernuhnya
sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja. Tujuan menanam secara
ialah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu bidang lahan yang
terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik.
Pengetahuan mengenai pola tanam sangat perlu bagi petani. Sebab dari usaha
tani yang dilakukan, diharapkan dapat mendatangkan hasil yang maksimal. Tidak
hanya hasil yang menjadi objek, bahkan keuntungan maksimum dapat didapat dengan
1.2. Tujuan
Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada
sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan
tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa
tidak ditanami selama periode tertentu. Sedangkan tanam adalah menempatkan bahan
tanam berupa benih atau bibit pada media tanam baik media tanah maupun media
bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam. Dalam penerapannya pada bidang
pertanian pola tanam tentu harus dilaksanakan dengan sistem yang benar dan sesuai
secara bersama-sama pada lahan yang sama, dimana setiap musim tanam,
petani mengelola lebih dari satu jenis tanamaa pada lahan yang sama(umur
sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan
kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
2. Tumpang gilir (Multiple Cropping), menanam lebih dari satu jenis tanaman
pada satu lahan yang sama selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari
maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu.
satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam
yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Tanaman kedua ditanam di antara
tanaman pada satu lahan dan dalam waktu yang sama dan umumnya
bertujuan mengurangi hama penyakit dari jenis tanaman yang satu atau
hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi
kayu.
5. Tanaman Pendamping yaitu penanaman dalam satu bedeng ditanam lebih dari
6. Penanaman Lorong yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu
kombinasi antara pohon dengan tanaman lain yang berhabitus lebih pendek.
10. Alternating Bed System (sistem surjan), Sistem pertanaman yang terdiri atas
dua jenis tanaman atau lebih, yang ditanam pada sebidang lahan yang
dibentuk menjadi dua ketinggian, bagian yang tinggi (tabukan) dan yang
11. Pergiliran atau Rotasi Tanaman yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman
yang tidak sefamili secara bergilir pada satu lahan yang bertujuan untuk
unsur N dan jenis tanaman yang membutuhkan banyak unsur N dan ada jenis
tanaman yang mampu mengikat unsur N dari udara yaitu tanaman kacang-
kacangan.
tergantung pada kinerja air irigasi serta pola distribusi dan jumlah hujan.
d. Keadaan tanah yang meliputi sifat fisik,kimia dan bentuk permukaan tanah.
f. Eksistensi hama dan penyakit tanaman yang bersifat kronis dan potensial.
g. Ketersediaan dan aksesibilitas bahan tanaman yang meliputi jenis dan varietas
berdaun lebat dan membutuhkan sinar matahari lama dengan jenis tanaman
yang pendek dan tidak membutuhkan sinar matahari lama atau perlu naungan.
Berdasarkan pada sifat tanah dan tipe iklim, terdapat enam jenis agroekosistem
sebagai basis pola pertanaman dalam setahun (annual cropping pattern) (Setjanata,
1983; Karama et al., 1988; Karama, 1989). Keenam jenis agroekosistem dan pola
a. Lahan sawah irigasi dengan ketersediaan air irigasi 10-12 bulan: (a) Padi
palawija/sayuran.
b. Lahan sawah irigasi dengan jaminan ketersediaan air irigasi 7-9 bulan: (a)
palawija/sayuran- palawija/sayuran.
c. Lahan sawah irigasi dengan ketersediaan air irigasi 5-6 bulan: (a) Gogo
unggul (untuk daerah tipe A, B, dan C), (b) Padi unggul-padi lokal (untuk
daerah tipe A, B, dan C), (c) Padi-palawija (daerah tipe C dan D), (d)
f. Lahan kering: (a) Padi gogo tumpangsari dengan jagung yang ditanam pada
awal musim hujan, (b) Tanaman substitusi padi gogo seperti kacang tanah atau
a. Monokultur
Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis.
Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja. Tujuan menanam
yang tidakmantap. Buktinya tanah pertanian harus diolah, dipupuk dan disemprot
dengan insektisida. Jika tidak, tanaman pertanian mudah terserang hama dan
penyakit. Jika tanaman pertanian terserang hama, maka dalam waktu cepat hama itu
akan menyerang wilayah yang luas. Petani tidak dapat panen karena tanamannya
terserang hama.Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena
tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis. Di sisi lain,
kelemahan sistem ini adalah tanaman relative mudah terserang hama maupun
penyakit.
b. Polikultur
Polikultur berasal dari kata poli yang artinya banyak dan kultur artinya
budaya. Polikultur ialah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu
bidang lahan yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang
lebih baik.
Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa
daun dapat mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena
c. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini
Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis
tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila
harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya.
Kekurangan sistem polikultur adalah:
Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang
bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Beberapa
keuntungan dari sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela
tanaman pokok, peningkatan produksi total persatuan luas karena lebih efektif dalam
penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat mengurangi resiko
4. Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai tambah
Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat diperoleh
Salah satu jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman sela pada
tanaman jagung adalah tanaman kedelai. Tanaman jagung dan kedelai memungkinkan
kedelai dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas sehingga kekurangan nitrogen
Jagung dan kedelai yang ditanam secara tumpang sari akan terjadi kompetisi
dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar matahari. Sehingga pengaturan
sistem tanam dan pemberian pupuk sangat penting untuk mengurangi terjadinya
kompetisi tersebut.
pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai akibat terlalu
terjadinya erosi
terjadinya erosi
hijau.
PENUTUP
Kesimpulan
Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman
pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan
tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa
bera. Dalam penerapannya pada bidang pertanian pola tanam tentu harus
dilaksanakan dengan sistem yang benar dan sesuai dengan kondisi lahan yang akan di
jadikan sebagai media tanam. Manusia sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya
tersebut, banyak petani yang melakukan pembelajaran secara otodidak. Selain itu
Pola tanam terdiri dari beberapa macam pola tanam, antara lain pola tanam
monokultur, pola tanam polikultur ( tumpang sari ) dan crop rotation ( Rotasi tanam ).
Pada pola taman memiliki beberapa penunjang yang harus di perhatikan, antara lain :
ketrsedian air, keadaan tanah, kebutuhan unsur hara, ketinggi tempat, dll.
Tugas
AGROFORESTRY
Pola Tanam Agroforestri
Oleh: