Jaka Purwanta
Jaka Purwanta
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Studi Strata Dua
Dan Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si.)
Disusun Oleh :
Jaka Purwanta
NIM. A130908003
Disusun Oleh :
Jaka Purwanta
NIM. A130908003
Surakarta,................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS
KAJIAN KUALITAS AIR KOLAM IKAN BAWAL
PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (KPI) MINA MULYA
TEMPELSARI, MAGUWOHARJO, DEPOK, SLEMAN,
D.I.YOGYAKARTA
Disusun Oleh :
Jaka Purwanta
NIM. A130908003
Sekretaris merangkap anggota Dr. Ir. Mth. Sri Budiastuti, M.P. ......................
NIP.19591205-198503-2-001
Surakarta,...................................
Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Dr. Prabang Setyono, S.Si., M.Si.
NIP.19570820-198503-1-004 NIP.19720524-199903-1-002
iii
PERNYATAAN
NIM : A130908003
menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang
pengetahuan saya, tesis ini tidak berisi materi yang ditulis orang lain, kecuali
bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata
Penulis
Jaka Purwanta
iv
HALAMAN MOTTO
Tidak ada yang dapat membuat seseorang menjadi kaya dan kuat
selain apa yang ada di dalam dirinya, kekayaan itu ada di dalam hati,
bukan di dalam genggaman.
(John Milton)
v
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
dengan judul KAJIAN KUALITAS AIR KOLAM IKAN BAWAL PADA
KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (KPI) MINA MULYA TEMPELSARI,
MAGUWOHARJO, DEPOK, SLEMAN, D.I.YOGYAKARTA ini dengan
lancar. Ujian kualifikasi sudah dilaksanakan pada hari Senin, 7 Juni 2010.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ashadi, selaku dosen pembimbing I
2. Bapak Dr. Prabang Setyono, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing II
3. Seluruh dosen dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Rekan-rekan mahasiswa angkatan September 2008 di Program Studi Ilmu
Lingkungan Program Pascasarjana. Unversitas Sebelas Maret Surakarta
5. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas semua
bimbingan dan bantuan kepada penulis.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis tesebut, dapat
menjadi amal baik bapak dan ibu semua, amin.
Tidak ada gading yang tidak retak, demikian juga dengan tesis ini, maka
kritik dan saran yang bersifat membangun demi lebih baiknya tesis ini, kami
terima dan kami ucapkan terima kasih. Harapan penulis, semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya, khususnya pada bidang
lingkungan.
Jaka Purwanta
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN...... ii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................... iii
PERNYATAAN........................................................................... iv
HALAMAN MOTTO................................................................... v
KATA PENGANTAR . vi
DAFTAR ISI................................................................................ vii
DAFTAR TABEL........................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR................................................................... ix
ABSTRAK.................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 4
C. Tujuan. Penulisan..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA................................................................... 91
vii
Lampiran 2. Data Penelitian......................................................... 96
Lampiran 3. Denah Lokasi Pengambilan Air Contoh Uji............ 107
Lampiran 4. Peta Lokasi Obyek Penelitian................................... 108
Lampiran 5. Foto-foto Pengambilan Data Penelitian................... 109
Lampiran 6. Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001........... 111
Lampiran 7. Peraturan Gubernur DIY No. 20 tahun 2008.......... 112
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Klasifikasi Mutu Air Berdasarkan PP N0.82 tahun 2001 pasal 8 12
2. Baku Mutu Air Berdasarkan PP No.82 tahun 2001 pasal 8..... 13
3. Klasifikasi Mutu Air Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY
No.20 tahun 2008 pasal 5 .......................................................... 14
4. Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta....... 14
5. Data Hasil Penelitian................................................... 52
6. Data Suhu (T) Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak.................. 54
7. Data Residu Terlarut (TDS) Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak 57
8. Data Residu Tersuspensi (TSS) Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak 59
9. Data pH Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak............................ 62
10. Data BOD Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak........................ 64
11. Data COD Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak........................ 67
12. Data DO Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak......................... . 69
13. Data Pospat Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak..................... 73
14.Klasifikasi tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan
unsur hara P (Pospor) ................................................................... 75
15.. Data Nitrat Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak...................... 80
16. Data Amonia Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak.................. 82
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kolam Ikan Bawal................................ .......... 16
2. Ikan Bawal Air Tawar...................................... 28
3. Kerangka Berpikir............................................................................... . 34
4. Hubungan antara Suhu terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji
pada Berbagai Letak................................... ......... 54
5. Hubungan antara TDS terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji
pada Berbagai Letak........................................................... 57
6. Hubungan antara TSS terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji
pada Berbagai Letak........................................................... 60
7. Hubungan antara pH terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji
pada Berbagai Letak.......................................... 62
8. Hubungan antara BOD terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji
pada Berbagai Letak.......................................................................... 65
9. Hubungan antara COD terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji
pada Berbagai Letak............................................................................. 67
10. Hubungan antara DO terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji
pada Berbagai Letak......................................... 70
11. Hubungan antara Pospat terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji
pada Berbagai Letak........................................... 74
12. Hubungan antara Nitrat terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji
pada Berbagai Letak......................................... 80
13. Hubungan antara Amonia terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji
pada Berbagai Letak........................................................... 82
14. Denah lokasi pengambilan air contoh uji.............................................. 107
15. Kolam ikan Bawal (obyek penelitian).................................................. 108
16. Laboran sedang mengambil air contoh uji pada inlet.......................... 108
17. Laboran sedang mengukur kualitas air contoh uji................................ 109
18. Laboran sedang mengambil air contoh uji pada kolam bawah........... 109
19. Air keluar dari kolam bawah dan mengalir ke Sungai Kuning (outlet) 109
x
ABSTRAK
KAJIAN KUALITAS AIR KOLAM IKAN BAWAL
PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (KPI) MINA MULYA
TEMPELSARI, MAGUWOHARJO, DEPOK, SLEMAN,
D.I.YOGYAKARTA
xi
ABSTRACT
THE STUDY OF BAWAL FISH WATER POND QUALITY
AT MINA MULYA FISH CULTIVATION GROUP,
TEMPELSARI, MAGUWOHARJO, DEPOK, SLEMAN,
D.I.YOGYAKARTA
xii
BAB I
PENDAHULUAN
wadah lainnya. Hal ini jika dapat diwujudkan maka akan tercipta kondisi
hidup masyarakat.
lingkungan sangat besar. Hal ini terlihat dari peran manusia yang mampu
ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan hidup, walaupun ini juga
membawa resiko yang tidak kecil. Dampak terhadap lingkungan fisik dan
biotik biasanya akan lebih cepat dirasakan oleh manusia, hal ini
ikan Bawal. Hal ini dilatarbelakangi bahwa dekat tempat tinggal peneliti,
kolam ikan, yang salah satu jenis ikannya adalah ikan Bawal. Munculnya
banyak kolam ikan ini dikarenakan para petani yang semula menggarap
daya yang dimiliki oleh wilayah tersebut, yaitu adanya sumber daya air
Sungai Kuning yang masih cukup banyak dan jernih, maka diputuskan
dikonversi lagi menjadi sawah. Hal yang menunjukkan kualitas air sungai
Kuning masih baik yang mudah dilihat yaitu air sungai yang masih
2
a. Nafsu makan tinggi serta termasuk pemakan segalanya (Omnivora)
artinya meskipun air sudah agak keruh tetapi ikan masih dapat hidup.
pertumbuhan ikan Bawal yang kurang cepat, dan daerah pertanian yang
teraliri air sungai Kuning yang sudah tercampur dengan air kolam ikan,
satunya adalah kualitas air kolam ikan. Air sungai yang sudah digunakan
untuk mengaliri kolam ikan Bawal ini, selanjutnya akan dipakai untuk
sungai Kuning sehingga air sungai akan turun kualitasnya dan seberapa
besar penurunan kualitas air sungai Kuning tersebut, akan dapat diketahui
3
volume airnya relatif sedikit. Sesudah dibendung, maka volume air sungai
sesudah digunakan pada kolam ikan, tentu air kolam tersebut akan
penelitian air kolam ikan Bawal tersebut untuk tesis dengan judul
D.I.YOGYAKARTA.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas air kolam ikan Bawal KPI Mina Mulya jika ditinjau
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kualitas air kolam ikan Bawal KPI Mina Mulya jika
4
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para peneliti lain
memberikan informasi tentang kualitas air kolam ikan Bawal KPI Mina
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Lingkungan
Lingkungan Hidup pasal 1 ayat (1) bahwa lingkungan hidup adalah segala
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
dan komponen tak hidup yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem.
(Odum, 1996). Hal ini berarti bahwa hubungan antara komponen hidup
dengan komponen tak hidup bersifat dinamis dan membentuk suatu sistem
suatu daerah yang saling berinteraksi dengan lingkungan fisiknya dan hal ini
Sumber daya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber
daya manusia (SDM), sumber daya alam hayati (SDH), sumber daya alam
Sumber energi utama adalah energi matahari, lalu oleh tumbuhan hijau, energi
autotrof atau produsen. Pada proses selanjutnya, energi yang tersimpan pada
materi di dalam ekosistem yaitu siklus karbon, air, hara, pospat, dan nitrogen.
Siklus materi ini dapat berlangsung dengan bantuan organisme pengurai, yang
mineral.
sistem yaitu :
1) Dinamis
waktu. Perubahan dan perkembangan ini dapat dilihat dari gejala dan
a) Fenomena fisik
7
Hubungan antara energi, air, dan iklim dalam suatu ekosistem terlihat
perubahan yang terjadi pada aliran energi dan siklus air yang terjadi di
bumi dan atmosfer (Handoko, 1995). Hal ini sesuai dengan Hukum
Teori ini berlaku untuk jangka waktu yang lama tetapi untuk jangka
Pada suatu sistem, yang menjadi input adalah faktor atau variabel yang
faktor atau variabel yang dihasilkan dalam suatu sistem disebut input.
b) Fenomena biologis
8
Komunitas hidup mulai dari bentuk yang terkecil sampai bentuk yang
2) Saling berinteraksi
diwujudkan ke dalam bentuk siklus materi yang meliputi siklus hara, air,
3) Interdepedensi
4) Integrasi
5) Tujuan Sistem
Bentuk tujuan dari suatu sistem adalah output. Untuk itu hasil pengukuran
9
di dalam pengambilan keputusan dalam sistem secara keseluruhan akan
6) Organisasi sistem
estuaria (air payau), dan air laut. Meskipun jumlah habitat air tawar adalah
fungsi yang cukup penting untuk manusia. Penggunaan air tahun 2000 oleh
manusia kira-kira 4350 km3 air dalam satu tahun. Dari jumlah tersebut 60%
digunakan untuk keperluan air irigasi pertanian, 30% untuk keperluan proses
Sumber daya air merupakan sumber daya alam non hayati dan dapat
diperbaharui, artinya air termasuk sumber daya alam yang jika habis dapat
diperbaharui lagi. Namun jika badan air terus menerus tercemar limbah maka
suatu saat air yang bersih akan langka. Untuk itu penggunaan air harus efisien
dan selalu dijaga agar tidak tercemar zat-zat berbahaya. Dalam ilmu hidrologi
modern, ketiga siklus di alam yaitu siklus hidrologi, siklus erosi, dan siklus
10
pembangunan dan urbanisasi serta dengan faktor sosial yaitu pertumbuhan
Susanto, 1993)
Siklus hidrologi yaitu suatu pola pendauran umum yang terdiri dari
presipitasi, infiltrasi, dan perkolasi. Siklus air atau daur air dimulai dari
peristiwa pemanasan terhadap air laut oleh sinar matahari, kemudian air laut
tempat, sesudah itu terjadi presipitasi atau hujan yang merupakan sumber air
bagi semua makhluk hidup. Air hujan yang jatuh di permukaan tanah akan
permukaan dan infiltrasi yaitu air masuk kembali ke dalam tanah lalu terjadi
perlokasi yaitu aliran air di lapisan-lapisan tanah serta batuan. Air permukaan
cadangan air bersih bagi manusia dan tumbuhan. Aktivitas manusia dalam
Pengertian Mutu Air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau
adalah pengelompokan air ke dalam kelas air berdasarkan mutu air. Baku
Mutu Air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
11
komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang
mutu lingkungan adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,
atau komponen yang ada atau harus ada dan/ atau unsur pencemar yang
(Anonim, 2001b)
12
Sedangkan baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah R.I. No.82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air adalah
sebagai berikut :
maka peraturan yang akan digunakan adalah merujuk pada Peraturan yang lebih
khusus yang mengatur tentang baku mutu air di Provinsi Daerah Istimewa
2008 tanggal 14 Agustus 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah
13
Tabel 3. Klasifikasi Mutu Air Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No.20
tahun 2008 pasal 5
Yogyakarta No.20 tahun 2008 tanggal 14 Agustus 2008 tentang baku mutu air di
Parameter Baku Mutu Air Satuan Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Keterangan
DIY Kandungan
A. Fisika
o
1. Suhu C 3oC 3oC 3oC 3oC Deviasi suhu dari keadaan alamiah
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap
suhu udara suhu udara suhu udara suhu udara
2. Residu Terlarut mg/l 1000 1000 1000 2000
(TDS)
3. Residu Tersuspensi mg/l 0 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara kon-
(TSS) vensional, TSS5000mg/l
B. Kimia
1. Ph 6-8,5 6-8,5 6-9 5-9
2. BOD mg/l 2 3 6 12
3. COD mg/l 10 25 50 100
4. DO mg/l 6 5 4 0 Angka batas minimum
5. Pospat mg/l 0,2 0,2 1 5
6. Nitrat mg/l 10 10 20 20
7. Amoniak (NH3) mg/l 0,5 (X) (X) (X) Bagi perikanan, kan-dungan ammonia bebas
untuk ikan yang peka<0,02 mg/l sebagai
NH3
Keterangan :
14
(X) : tidak dipersyaratkan
mg : milligram
l : liter (Anonim, 2008d)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Gubernur tersebut
dapat dilihat batas-batas kandungan bahan-bahan kimia atau sifat fisik air
yang disesuaikan dengan fungsi dan golongan air. Air yang digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar termasuk air kelas II. Sedangkan air yang
digunakan untuk irigasi pertanian adalah air kelas IV. Kualitas air klas IV
lebih rendah dibandingkan dengan air klas I, klas II, maupun klas III, hal ini
disebabkan oleh adanya toleransi yang lebih tinggi bagi tanaman terhadap
peluang bagi siapa saja yang mau dan mampu memanfaatkannya. Apalagi
Potensi akan kebutuhan ikan air tawar di wilayah Yogya cukup besar dimana
selama ini untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus dipenuhi dari luar kota.
Kondisi aliran irigasi yang cukup baik untuk pembesaran ikan, wilayah
di Kabupaten Sleman tersebut sangat prospek untuk budidaya ikan air tawar.
Selain itu, kelebihan budidaya ikan air tawar dibanding binatang ternak yaitu
tidak membutuhkan modal yang cukup besar tetapi hasilnya cukup maksimal
15
serta pemeliharaan yang relatif mudah. Melihat perkembangan usaha
pembesaran ikan air tawar cukup bagus. Hasilnya,ternyata hasil dari 1 kolam
setara dengan hasil panen padi 1 lahan penuh. Keberhasilan petani ikan ini
2010e). Gambar 1 di bawah merupakan kolam ikan Bawal yang menjadi obyek
penelitian.
Mina Mulya adalah bawal dan nila yang relatif mudah pemeliharaannya dan cepat
terpisah dimana 1 kolam bisa menghasilkan 50-80 kg sekali panen dimana setiap
kolam ditebar bibit 1000 ekor ikan yang berukuran 15-40 ekor/ kg. Bibit tersebut
diperoleh dari kelompok pembibit dan dinas perikanan. Harga bibit bawal Rp
20.000,- dan nila Rp 25.000,- per kg. Sedangkan untuk pakannya dilakukan
substitusi, terutama pakan alami dari daun-daunan dan sisa makanan rumah
16
tangga serta industri makanan. Sebagai nutrisi, digunakan ikan teri rancah. Pakan
alami tersebut mereka peroleh dari daerah sekitarnya. Sedangkan pakan pabrikan
pakan alami lebih efektif dan kualitas ikan lebih baik terutama untuk bobot ikan
dan rasanya lebih gurih. Biaya pakan yang dibutuhkan selama 1 siklus total 20%
memanen anggota lainnya sehingga untuk tenaga kerja tidak membutuhkan biaya
besar.
Proses budidaya pembesaran ikan bawal dan nila cukup sederhana. Setelah
ada dan meningkatkan kandungan oksigen dalam tanah. Agar hasil lebih
berfungsi sebagai pakan bagi bibit ikan. Kemudian kolam diairi air dan bibit siap
ditebarkan.
tidak sampai mengganggu irigasi pertanian karena air dialirkan kembali menuju
Disesuaikan dengan ransum dan sirkulasi air dimana sirkulasi air mempengaruhi
ikan. Bibit diberi pakan pabrikan dan kombinasi daun singkong. Pada proses
pembesarannya, kolam yang dipakai oleh setiap petani berbeda. Bila hanya
17
menggunakan 1 kolam, maka dilakukan penjarangan. Panen ikan dilakukan secara
bertahap supaya populasi ikan dalam 1 area bisa optimal. Sedangkan bila
dipindahkan ke kolam yang telah disiapkan. Untuk bibit ikan yang berukuran
besar, terkadang diberi pakan menggunakan gulma yang ada di tanaman padi.
Ikan dikatakan siap panen bila berukuran 2-3 ekor/kg supaya harga jual maksimal.
produksi lebih murah dan rasa ikan yang lebih gurih serta bobot ikan lebih baik.
Ransum tersebut tidak sengaja diciptakan secara khusus tetapi karena penyesuaian
alternatif. Pembeli hasil panen mereka mayoritas pedagang ikan yang kemudian
besar tersebut berkisar Rp 9500/kg untuk bawal dan untuk nila Rp10.000-
Setiap usaha tentu tidak lepas dari kendala. Sedangkan kendala yang
dihadapi dalam usaha budidaya pembesaran ikan Bawal ini yaitu pengembangan
daripada pertanian padi. Selain itu dalam proses pemasaran, sulit untuk memutus
rantai penjualan langsung ke pembeli akhir dan di satu sisi biasanya pembeli,
seperti pihak rumah makan atau pemancingan, meminta suplai rutin setiap
bulannya yang tidak bisa dipenuhi oleh petani sampai saat ini. Saat ini dirasa juga
18
perlu penyeragaman harga jual dalam kelompok tani supaya harga tidak
supaya harga jual bisa maksimal. Selain itu juga mencoba memberi peluang usaha
setelah dipotong biaya bibit, sisanya bagi hasil 40% untuk kelompok tani dan 60
untuk pengelola.
Pengeluaran :
Pakan :
19
Pembelian pakan = 20% x Rp5.125.000,00 = Rp 1.025.000,00
Total = Rp 1.281.250,00
= Rp1.800.000,00 + Rp1.281.250,00
= Rp 3.081.250,00
Pendapatan :
(Anonim, 2010h)
produktivitas ikan Bawal yang tinggi. Namun perlu dicermati tentang kemung-
kinan adanya eutrofikasi yang merupakan sisi negatif dari usaha ini.
C. Ekosistem Perairan
Air bersifat sebagai pelarut yang sangat baik sehingga semua makhluk
peranan yang penting dalam memelihara kelestarian sumber daya air. Namun
20
Unsur-unsur biotik dalam ekosistem, berdasarkan fungsinya dapat
Makhluk hidup autotrof yaitu makhluk hidup yang berperan utama sebagai
yang memiliki zat hijau daun dan akan menjadi produsen primer pada
yang hidupnya tergantung dari produsen atau makhluk hidup autotrof., dan
yaitu :
b. Nekton yaitu makhluk hidup yang hidup diperairan dengan gerakan bebas
21
Menurut Sigit (2001), faktor-faktor kimia suatu perairan yaitu :
a. pH (derajat keasaman)
pH air tawar berkisar 6,0-8,8. pH air dipengaruhi oleh CO2 terlarut, jika
DO adalah oksigen terlarut yang langsung terlarut dari udara dan oksigen
dari tumbuhan. Harga DO berkisar antara 6-9 ppm. Harga DO dalam suatu
Harga DO air tawar dingin lebih tinggi dari pada harga DO air asin.
yang terlarut di perairan habis maka air menjadi keruh. Hal ini disebabkan
22
karbondioksida dan air atau jumlah oksigen terlarut yang digunakan
Harga BOD berkisar 1-2 ppm. Tingkat pencemaran suatu perairan dapat
dilihat berdasarkan nilai BOD-nya, yaitu semakin tinggi nilai BOD maka
COD adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau miligram per liter yang
e. Materi Organik
Ekosistem air tawar ada yang telah terpolusi oleh sampah domestik,
maka akan terjadi kematian hewan-hewan air dan menimbulkan bau yang
tidak sedap.
f. Kadar Nitrogen
Nitrogen berasal dari atmosfer, tetapi ada beberapa organisme yang dapat
23
nitrogen juga dapat dari penguraian bahan organik. Bahan organik
amonia menjadi nitrit, lalu menjadi nitrat. Jika kadar nitrat dalam air cukup
g. Pospor
kadar pospat melebihi batas maka derajat eutrofikasi akan besar. Perikanan
terlibat langsung pada mata rantai makanan linier yang mengarah pada
hasil yang diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan mengatur
ukuran dan kedalaman badan air, dosis pemupukan, dan komposisi jenis
serta perbandingan ukuran populasi ikan. Hal lain yang tidak boleh
h. Amonia
24
Amonia (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air.
Amonia yang terdapat pada mineral masuk ke badan air melalui erosi
Amonia juga dapat berasal dari dekomposisi biota akuatik yang telah mati
yang dilakukan oleh mikroba dan jamur, proses ini disebut amonifikasi.
NH3 dalam air akan membentuk NH4OH dan NH4OH ini jika tidak
ikan maka akan menyebabkan penurunan kualitas air. Hal ini dapat terjadi
hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
25
2) Polutan anorganik berupa asam, alkali, logam berat, dan garam.
seperti alga. Jika jumlah alga banyak maka dapat mengakibatkan fluktuasi
artinya respirasi bakteri memerlukan oksigen. Jumlah unsur hara nitrogen dan
pengkayaan unsur hara yang terjadi pada suatu perairan sehingga kualitas air
tidak layak bagi kebutuhan sehari-hari atau rekreasi. Ciri-ciri biotik perairan
yaitu pH, DO, COD, BOD, NH3, NO3-, PO4-3. Sedangkan pengaruh terhadap
kualitas fisik perairan yaitu dapat dilihat dari suhu, TSS, TDS, dan tingkat
kekeruhan air. Hal ini disebabkan karena banyaknya materi organik yang
26
terlarut dan meningkatnya endapan di perairan. Sebagai akibatnya, toksisitas
E. Ikan Bawal
dipilih air kolam ikan bawal sebagai objek penelitian. Usaha pembesaran ikan
memperoleh ikan Bawal ukuran konsumsi atau ukuran yang disenangi oleh
Ikan Bawal air tawar saat ini banyak diminati sebagai ikan konsumsi dan
terdapat banyak kolam ikan sebagai tempat pembudidaya ikan Bawal yang
yang sedang kami jadikan obyek penelitian. Gambar 2 merupakan wujud ikan
27
Gambar 2. Ikan Bawal air tawar
pemeliharaan ikan bawal dipersiapkan seperti halnya ikan air tawar lainnya.
(penyaing makanan).
28
2) Mengurangi senyawa-senyawa asam sulfida (H2S) dan senyawa
ada.
proses pengeringan.
dan dibiarkan selama 2-3 hari, kemudian air kolam ditambah sedidit
29
air sudah hijau terang, baru benih ikan ditebar (biasanya 7~10 hari
Sedangkan proses pemilihan dan Penebaran Benih ikan Bawal terdiri dari:
a. Pemilihan benih.
baik ikan akan hidup dan tumbuh dengan baik. Adapun ciri-ciri benih
yang baik antara lain sehat, anggota tubuh lengkap, aktif bergerak,
unggul.
b. Penebaran benih
ikan tidak dalam kondisi stress saat berada dalam kolam. Cara
plastik mengembun. Ini tandanya air kolam dan air dalam plastik
sudah sama suhunya, setelah itu dibuka plastiknya dan air dalam
Hasil ikan yang baik juga ditentukan oleh kualitas pakan dan
30
penting dalam budidaya ikan karena hanya dengan pakan yang baik
jumlah total berat ikan yang dipelihara) dan pemberian pakan dapat
bawal dipelihara 4-6 bulan dan waktu tersebut, ikan bawal telah
sebagai landasan untuk menguraikan gejala (fenomena) dan situasi yang lebih
31
1. Asas 2. Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien. Hal ini
hilang di alam raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah ke dalam
termasuk kategori sumber alam. Air merupakan salah satu sumber daya
3. Asas 5. Ada dua jenis sumber alam dasar yaitu sumber alam yang
(Soeriaatmadja, 1989)
G. Penelitian Terdahulu
dimanfaatkan untuk budidaya jenis ikan air tawar dengan sistem kolam
air deras. Jenis ikannya yaitu nila merah, kakap, tombro, dan lele dumbo.
32
2. Sigit, 2001, Perubahan Kualitas Air dan Sosial Ekonomi akibat
sungai menjadi lebih buruk, namun jika ditinjau dari segi sosial ekonomi,
pemancingan ikan.
H. Kerangka Berpikir
ikan menjadi lebih buruk karena adanya pakan ikan yang merupakan bahan
namun ada yang tersisa dan berubah menjadi limbah organik. Limbah organik
33
tersebut akan mengakibatkan turunnya kualitas air kolam, selain juga
Pada penelitian ini memilih jenis ikan bawal karena ikan bawal air tawar atau
perikanan air tawar. Kelebihan ikan bawal ini, ukuran badannya cukup besar,
dagingnya gurih, dan tidak banyak duri. Dari sisi rasa, ikan bawal air tawar
tidak kalah lezat dibanding ikan bawal air laut (Azahari, 2008).
Pakan ikan :
(Pellet&makanan Kolam ikan Bawal
alternative ikan)
Limbah dari :
- Sisa makanan ikan
- Kotoran ikan
- Sisa pupuk
Eutrofikasi tinggi
34
I. Hipotesis
1. kualitas air kolam ikan bawal akan menurun jika ditinjau dari sifat fisika
35
36
37
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Tempat penelitian
Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Air contoh uji (sampel air)
2. Waktu penelitian
Januari 2010, yang meliputi tahap pengambilan air contoh uji dan analisis
1. Alat penelitian
Meter Hach model 16046, timbangan listrik, gelas ukur (ukuran 10 ml dan
50 ml), botol BOD, COD reaktor, pipet volumetrik (ukuran 5 ml, 10 ml, 20
ml, dan 25 ml), labu ukur (ukuran 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, dan 1000
ml)), pipet gondok (ukuran 5 ml dan 10 ml), tabung reaksi bertutup 20 ml,
labu erlenmeyer (ukuran 100 ml dan 250 ml), Buret 50 ml, pipet Pasteur,
2. Bahan penelitian
(air sampel), aquades, larutan buffer pH 4,01 dan 7,00, larutan MgSO4,
(H2SO4) (1N dan 5N), larutan induk amonia 1000 mg/l, larutan kalium
campuran (50 ml larutan H2SO4 5N, 5ml larutan kalium antimonil tartrat,
larutan SRM 1000 g P//L, larutan baku pospat 10 mg P/L, larutan kerja
pospat, larutan HCl (1N dan 6N), larutan induk Standart Referensi
Material (SRM) 1000 mg/l NO3- dan 1000 mg/L NO2-, butir cadmium (Cd)
ukuran 20-100 mesh, kertas saring bebas nitrat berpori yang berdiameter
C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini , akan dikaji kualitas air dari inlet (air pada saluran air
sebelum masuk kolam), air kolam atas, air kolam bawah, dan outlet (air
sungai Kuning yang telah tercampur dengan air buangan kolam ikan Bawal).
39
Pada setiap pengambilan sample, dilakukan pengambilan air contoh uji
pengambilan sample.
D. Cara Kerja
contoh uji/ cuplikan sampel air yang cukup (dalam jumlah kecil) tetapi
sudah memadai untuk mewakili populasi atau lokasi yang dikaji secara
akurat (Wetzel, 1983). Hal ini berarti bahwa pengambilan air contoh uji
untuk dianalisis tetapi air contoh uji dapat mewakili kondisi dan situasi
ekosistem.
Mengambil air contoh uji (sample) dari badan air yang akan diteliti
air contoh uji pada badan air yang mengalir. Hal ini disebabkan karena
adanya aliran air, saluran-saluran air yang masuk ke badan air, dan
40
dipilih agar sampel benar-benar dapat mewakili badan air tersebut, debit
Titik pengambilan sampel merupakan bagian dari badan air yang dapat
Juga ada penjelasan tentang jenis-jenis air contoh uji yaitu bahwa air
(Goldman&Horne, 1983)
Penelitian ini menggunakan jenis air contoh uji jenis grab sample
yaitu air contoh uji yang dikoleksi seketika pada suatu titik tunggal pada
pengambilan sampel pada lima titik sampel yaitu pada aliran air masuk
(inlet), tepi kiri, tepi kanan, tengah kolam, dan aliran keluar (outlet).
2. Pengambilan sampel
41
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode time series, yaitu
metode mengambil air contoh uji atau cuplikan dengan interval waktu
dan ukuran tertentu. Pada penelitian ini, air contoh uji air kolam ikan
air yang masuk ke kolam dan air kolam keluar dari kolam lalu
diidentifikasi dari kolam-kolam ikan sehingga air contoh uji diambil dari
saluran air masuk (inlet), 2 titik pada badan kolam (kolam atas dan
kolam bawah), dan air sungai Kuning yang tercampur dengan air kolam
waktu pengambilan air contoh uji dengan kualitas air kolam dan derajat
sumber data primer atau pun sumber data sekunder, juga analisis kualitas
kualitas air di lokasi penelitian. Air contoh uji kolam ikan Bawal diambil
42
yang tajam maka kami melakukan pembatasan parameter yang akan diuji
yaitu :
i. Suhu (T)
43
iii. Total Suspended Solid (TSS)
i. pH dan DO
buffer.
44
3. Mengatur alat sehingga skala pH menunjukkan angka 4,01 dan
yang tetap pada layar display. Begitu pula dengan kadar DO,
ml dengan aquades.
hari.
45
5. Membuat blanko dengan cara yang sama dengan menggunakan
BOD = C0 C5
BOD = {(CO-C5)-k(AP0-AP5)} x p
Keterangan :
p = faktor pengenceran
1. Mengencerkan air contoh uji dengan aquades bila taksiran COD air
46
menggojognya. Kemudian mengalirkan air pendingin pada
sulfat (FAS) 0,1 N sampai warna hijau biru berubah menjadi coklat
ml aquades.
47
iv. Pospat
lurusnya.
48
demi setetes larutan H2SO4 5N sampai warna merah muda
tersebut hilang.
Keterangan :
fp : faktor pengenceran
v. NO3-
49
dan menyimpannya pada temperature 4oC dan tidak lebih dari
48 jam.
2. Persiapan pengujian
kadar 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 mg/l NO3-. Sekarang larutan
50
absorbansi 220 nm dikurangi dua kali data absorbansi 275
contoh uji siap diuji N03- dan baca absorbansi pada panjang
uji.
Jika kadar NO3- yang terhitung adalah lebih besar dari 50 mg/l
NO3- dalam air contoh uji lebih kecil dari limit deteksi (<LD).
vi. Amonia
51
pada spektrofotometer dan membaca serapan pada panjang gelombang
410 nm.
52
53
BAB IV
Pengambilan air contoh uji dilakukan pada 4 lokasi dan masing-masing lokasi
diambil lima titik pengambilan sampel. Lima lokasi pengambilan sampel yaitu :
1. Lokasi 1 yaitu pada inlet/ air selokan/irigasi yang akan masuk ke kolam ikan
Bawal.
4. Lokasi 4 yaitu pada outlet/air Sungai Kuning yang telah tercampur dengan
Lima data pada setiap lokasi pengambilan sampel, diukur 10 parameter dan
b. Parameter fisik yaitu suhu (T), padatan terlarut/Total Dissolved Solid (TDS),
Sedangkan data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut :
54
55
56
i. Suhu
Untuk perubahan suhu air pada inlet sampai dengan outlet adalah :
WAKTU o BML
SUHU, C
(MINGGU KE-) INLET KOLAM ATAS KOLAM BAWAH OUTLET
1 28 29 29 27 3oC
3 27 28 28 27 Terhadap
suhu udara
5 29 29 29 29
7 29 31 28 28
9 27 27 27 27
Sumber : data primer
Keterangan : BML : Baku Mutu Lingkungan air klas II berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta No.20 tahun 2008 tentang baku mutu air di Provinsi
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat dibuat grafik suhu pada inlet sampai dengan
,,
Gambar 4. Hubungan antara suhu terhadap waktu pengambilan air contoh uji pada berbagai letak
57
Pembahasan hasil data penelitian tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek. Untuk
aspek abiotik, cuaca pada saat akan dilakukan pengambilan air contoh uji, sangat
berpengaruh. Cuaca yang mendung akan mempengaruhi pengukuran suhu air kolam
ikan Bawal menjadi lebih rendah dari yang seharusnya, demikian sebaliknya jika cuaca
yang panas akan membuat suhu kolam ikan menjadi lebih tinggi. Berdasarkan data tersebut
dapat dilihat bahwa suhu air kolam masih dalam kriteria baku mutu lingkungan, yaitu
suhu air kolam lebih tinggi atau lebih rendah dari suhu udara.
fitoplankton dan tumbuhan air serta organisme yang bergantung pada fitoplankton atau
tumbuhan tersebut. Pada umumnya, penetrasi intensitas cahaya pada danau-danau dangkal
dapat mencapai permukaan sedimen atau dasar perairan (Wetzel, 2001). Zone pada ekosis-
tem yaitu profundal, limnetik, dan litoral. Pada kolam ikan, penetrasi intensitas cahaya
dapat mencapai dasar perairan. Kondisi seperti ini yang menyebabkan kolam-kolam
ikan menjadi subur dan produktif. Pada konteks ini berlaku asas ilmu lingkungan
khususnya asas ke 2 yang berbunyi tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul
efisien, artinya energi panas dari sinar matahari akan mengenai dan diserap oleh air
kolam, namun demikian perpindahan panas tersebut tidak dapat berlangsung secara sem-
purna. Hal ini disebabkan penetrasi intensitas cahaya selain ditentukan oleh kedalaman-
nya, juga ditentukan oleh kandungan partikel terlarut dan jasat renik yang melayang
Peneliti mengambil air contoh uji pada bulan November 2009 sampai dengan bulan
Januari 2010. Pada waktu itu, terjadi musim hujan dan profil suhu yang menurun tajam
pada bagian tengah perairan dan meningkat kembali pada bagian dalam dan dasar perairan.
58
Profil suhu ini diduga karena masuknya air dari aliran permukaan yang membawa padatan
tersuspensi yang berasal dari lahan erosi yang mempunyai densitas yang lebih tinggi
dan meningkatkan kebutuhan oksigen kimiawi (COD) yang pada gilirannya akan menu-
Selain aspek abiotik, data juga dapat dianalisis dari aspek biotik. Selain cuaca yang
mendung atau cerah, aspek biotik juga turut berpengaruh pada suhu air kolam ikan.
Keberadaan vegetasi seperti pohon-pohon yang agak tinggi, berdaun lebar dan banyak,
akan sangat berpengaruh pada suasana di sekitar kolam ikan, yaitu membuat suasana
menjadi tidak panas dan lebih sejuk. Hal ini tentu akan mempengaruhi suhu air baik pada
inlet, kolam atas dan bawah serta outlet sehingga suhu air yang terukur akan lebih obyektif.
Analisis dari aspek kultur/budaya yaitu kebiasaan pemilik kolam ikan pada khususnya
yang berusaha mengintensifkan tanah yang mereka miliki sehingga selain kolam digunakan
untuk budidaya ikan Bawal, maka tanah-tanah pembatas kolam ikan/pematang biasanya
dibuat agak lebar sehingga selain dapat digunakan untuk berjalan kaki juga ada bagian
pematang yang ditanami dengan tanaman seperti ketela pohon, lombok, atau tanaman
lainnya sehingga pemilik ikan selain akan panen ikan juga dapat memanen ketela pohon,
lombok, dan sebagainya. Hal ini tentu akan dapat menambah pendapatan dari para pemilik
kolam ikan tersebut. Sedangkan kegunaan dari tanaman-tanaman di pematang batas kolam
ikan tersebut, selain untuk membuat suasana menjadi lebih sejuk dan meningkatkan
kekompakan/posisi tanah pematang batas kolam pematang tersebut sehingga tidak mudah
Tabel 7. Data residu terlarut (TDS) air contoh uji pada berbagai letak
Yogyakarta
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat dibuat grafik residu terlarut (TDS)
Gambar 5. Hubungan antara TDS terhadap waktu pengambilan air contoh uji pada
berbagai letak
60
Berdasarkan data hasil pengukuran air contoh uji pada keempat titik, semuanya
berada masih di bawah ambang batas yang ditoleransi, artinya air masih berkualitas
baik. TDS menunjukan jumlah bahan-bahan terlarut dengan diameter kurang dari 10-6
mm dan koloid dengan diameter antara 10-6 sampai 10-3 mm. TDS berupa senyawa-
senyawa kimia dan bahan-bahannya lainnya yang tidak tersaring pada kertas saring
berdiamter pori 0,45 mm. Sedangkan nilai TDS sangat dipengaruhi oleh pelapukan,
limpasan dari tanah, dan pengaruh antropogenik (yang berasal dari limbah domestik
dan industri). Hasil pengukuran menunjukan bahwa pelapukan dan limpasan dari
aliran Sungai Kuning tidak terdapat industri sehingga jika ada pengaruh antropo-
genik, lebih disebabkan oleh limbah domestik yang berupa limbah rumah tangga.
Analisis dari sudut pandang biotik yaitu para pemilik kolam ikan dianjurkan
menanam vegetasi di sekeliling kolam seperti tanaman ketela pohon, pepaya, atau
pada tanah yang cukup luas yang merupakan pertemuan pematang-pematang sawah,
ditanami dengan tanaman yang berakar kuat seperti pohon talok atau waru sehingga
daun-daunnya yang rimbun dan jumlahnya banyak, akan dapat membuat suasana
lingkungan kolam ikan akan menjadi sejuk dan akar-akar pohon akan memperkuat
tersebut sudah di alirkan ke peresapan dulu sehingga cairan menjadi tidak berbahaya.
61
Pembahasan TDS (Total Dissolved Solid) ini sesuai dengan asas ilmu lingkungan
khususnya asas ke 5 yang berbunyi bahwa ada dua jenis sumber alam dasar yaitu
yang tidak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut, artinya jika nilai
TDS air contoh uji relatif rendah maka air kolam Ikan Bawal masih berkualitas cukup
baik dan memungkinkan air yang sudah digunakan untuk mengisi kolam ikan Bawal
tersebut, dapat merangsang untuk dapat memanfaatkan air bekas kolam tersebut untuk
keperluan lain, misalkan untuk irigasi pertanian karena air untuk irigasi pertanian me-
rupakan air klas III yang kriteria airnya adalah lebih longgar/tidak baik dibandingkan
Tabel 8. Data residu tersuspensi (TSS) Air Contoh Uji pada berbagai letak
Keterangan : BML : Baku Mutu Lingkungan air klas II berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta No.20 tahun 2008 tentang baku mutu air di Provinsi
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat dibuat grafik residu tersuspensi (TSS) pada
62
Gambar 6. Hubungan antara TSS terhadap waktu pengambilan air contoh uji pada
berbagai letak
Berdasarkan data hasil pengukuran air contoh uji pada ke 4 titik, semuanya di
bawah ambang batas toleransi, artinya air masih berkualitas baik. Nilai TSS menun-
jukan jumlah bahan-bahan tersuspensi dengan diameter lebih dari 1 mm yang tertahan
pada kertas saring dengan diameter pori 0,45 mm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir
badan air yang memberikan dampak negative. Apabila nilai TSS lebih besar daripada
ambang batas yang diperbolehkan maka berakibat akan terjadinya kekeruhan pada
air kolam sehingga akan dapat menghambat penetrasi cahaya matahari masuk ke
lainnya yaitu akan mempercepat terjadi pendangkalan. Para pemilik kolam ikan
tanaman tersebut akan memperkuat ikatan antar tanah dan antara tanah dengan akar
63
erosi tanah dapat dicegah atau diminimalisir maka nilai TSS akan kecil/di bawah
ambang batas. Sedangkan untuk menangkap TSS beserta bahan-bahan pencemar lain
Sedangkan analisis dari sisi kultur/budaya, dapat dilakukan dengan cara yang sama
seperti pada TDS yaitu dengan cara memberikan motivasi masyarakat agar mau
dulu sehingga yang dibuang ke sungai adalah cairan yang tidak berbahaya.
Pembahasan TSS ini sesuai dengan asas ilmu lingkungan khususnya asas ke 5 yang
Berbunyi bahwa ada dua jenis sumber alam dasar yaitu sumber alam yang pengada-
annya dapat merangsang penggunaan seterusnya dan yang tidak mempunyai daya
rangsang penggunaan lebih lanjut, artinya jika nilai TSS air contoh uji relatif rendah
maka air masih berkualitas cukup baik dan memungkinkan air yang sudah digunakan
untuk mengisi kolam ikan Bawal tersebut, dapat merangsang untuk dapat memanfaat-
kan air bekas kolam tersebut untuk keperluan lain, misalkan untuk irigasi pertanian.
64
d. pH
WAKTU Ph BML
(MINGGU KE-) INLET KOLAM ATAS KOLAM BAWAH OUTLET
1 5,8 6,6 6,6 6,5
3 6,1 6,4 6,8 6,7
5 6,3 6,9 6,6 6,4 6-8,5
7 6,4 6,2 6,2 6,1
9 6,6 6,4 6,2 6,1
Keterangan : BML : Baku Mutu Lingkungan air klas II berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta No.20 tahun 2008 tentang baku mutu air di Provinsi
Berdasarkan data-data tersebut di atas maka dapat dibuat grafik pH pada inlet sampai
dengan outlet sebagai berikut :
Gambar 7. Hubungan antara pH terhadap waktu pengambilan air contoh uji pada
berbagai letak
65
Sebagian besar pH masih ada pada kisaran ambang batas Baku Mutu Lingkungan
(BML), artinya air pada kondisi layak digunakan untuk hidup ikan dan tidak tercemar
oleh zat-zat yang tercampur pada air baik pada inlet maupun pada kolam yang berasal
dari pakan ikan. Namun pada titik inlet minggu ke 1 nilai pH=5,8, hal ini mungkin disebab-
kan adanya sampah yang masuk ke sungai sehingga air sungai menjadi sedikit asam.
Ikan Bawal adalah termasuk jenis ikan yang tahan terhadap asam pada musim-musim
yang selalu silih berganti. Hal ini terbukti dengan adanya penelitian tentang toleransi/daya
tahan ikan Bawal terhadap perubahan pH. Prosedur penelitiannya yaitu ikan Bawal dima-
sukkan yang maing-masing berbeda nilai pH nya, yaitu diatur agar pH air kolam 4, 6, dan
8. Ikan Bawal ada dalam kolam selama 40 hari. Hasilnya ternyata ikan Bawal mampu
bertahan dalam air asam, juga mampu beradaptasi pada air yang bersifat basa. air asam
Analisis secara biotik yaitu bahwa kondisi air yang masih pada kisaran Baku Mutu
Lingkungan artinya ikan masih layak hidup, namun jika air kolam bersifat asam atau
basa maka ikan tidak dapat hidup. Demikian juga dengan tanaman-tanaman air di
sekitar kolam ikan, jika air kolam bersifat sangat asam atau sangat basa maka tanaman-
dapat dilihat bahwa pada pengambilan air contoh uji pada hampir semua letak baik
pada inlet, kolam atas, kolam bawah, dan outlet mempunyai nilai pH pada kisaran
Baku Mutu Lingkungan, hal ini berarti perilaku masyarakat di sepanjang Sungai
Kuning pada umumnya sudah baik. Dalam menjaga lingkungan maupun takaran ikan
66
pada kolam ikan yang sudah cukup, artinya tidak terlalu berlebih. Pembahasan pH
ini sesuai dengan asas ilmu lingkungan khususnya asas ke 5 yang berbunyi bahwa
ada dua jenis sumber alam dasar yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat
penggunaan lebih lanjut, artinya jika nilai pH air contoh uji relatif rendah maka air
masih berkualitas cukup baik dan memungkinkan air yang sudah digunakan untuk
mengisi kolam ikan Bawal tersebut, dapat merangsang untuk dapat memanfaatkan air
bekas kolam tersebut untuk keperluan lain, misalkan untuk irigasi pertanian.
e. BOD
Tabel 10. Data BOD air contoh uji pada berbagai letak
Keterangan : BML : Baku Mutu Lingkungan air klas II berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta No.20 tahun 2008 tentang baku mutu air di Provinsi
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat dibuat grafik BOD pada inlet sampai dengan
Gambar 8. Hubungan antara BOD terhadap waktu pengambilan air contoh uji pada
berbagai letak
Biological Oxygen Demand (BOD) adalah angka yang menunjukan jumlah oksigen
terlarut yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi
karbondioksida dan air. Dengan kata lain BOD menunjukan jumlah oksigen yang
dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob. Analisis secara abiotik yaitu bahwa ber-
dasarkan data hasil pengukuran air contoh uji pada ke 4 titik, menunjukan sebagian
besar data ada lebih besar dari Baku Mutu Lingkungan. Hal ini berarti bahwa diperlukan
oksigen dalam jumlah yang lebih banyak dari yang seharusnya yang digunakan oleh
mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Jika
ditinjau dari sudut pandang nilai BOD maka air kolam tersebut tidak memenuhi syarat
Sedangkan analisis secara biotik bahwa berdasarkan hasil pengukuran dan nilai
BOD lebih besar dari Baku Mutu Lingkungan maka nilai DO yang nilainya berkebalikan
68
dengan BOD, akan lebih kecil dari Baku Mutu Lingkungan. Hal ini berarti organism
akuatik seperti ikan tidak layak hidup di kolam ikan karena nanti akan kekurangan
oksigen.
data di atas dapat dilihat bahwa nilai BOD lebih tinggi dari Baku Mutu Lingkungan,
artinya terdapat banyak sisa-sisa bahan organik yang ada dalam air kolam sehingga
untuk mengubah bahan-bahan organik tersebut menjadi CO2 dan air, diperlukan oksigen
yang lebih banyak dari yang seharusnya. Untuk menanggulangi hal itu maka para
pemberi makan ikan harus dikurangi jumlah pakan yang diberikan ke kolam ikan
kolam ikan.
Pembahasan BOD ini sesuai dengan asas ilmu lingkungan khususnya asas ke 2 yang
berbunyi bahwa tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien, artinya
jika nilai BOD air contoh relatif rendah maka air masih berkualitas cukup baik dan
memungkinkan air yang sudah digunakan untuk mengisi kolam ikan Bawal tersebut,
dapat merangsang untuk dapat memanfaatkan air bekas kolam tersebut untuk keperluan
f. COD
Tabel 11. Data COD Air Contoh Uji pada berbagai letak
Keterangan : BML : Baku Mutu Lingkungan air klas II berdasarkan Peraturan Gubernur
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat dibuat grafik COD pada inlet sampai
Gambar 9. Hubungan antara COD terhadap waktu pengambilan air contoh uji pada
berbagai letak
70
CO2 dan H2O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara
lebih tinggi dari Baku Mutu Lingkungan, kondisi ini mungkin disebabkan
banyak makanan alternatif ikan Bawal yang berupa makanaan sisa yang
berminyak dari hotel yang sulit didegradasi secara kimia. Namun pada
pengambilan data minggu ke 3 sampai ke 7, nilai COD nya sudah lebih kecil
dibandingkan Baku Mutu Lingkungan. Hal ini berarti di perairan, tidak banyak
secara biologi.
Sedangkan analisis biotik yaitu jika dilihat dari sudut pandang nilai
COD pada Minggu ke 5, 7, dan 9 maka nilai COD nya di bawah Baku Mutu
Lingkungan. Hal ini berarti sudah tidak banyak sisa-sisa makanan yang
sungai karena selain akan dapat menyebabkan banjir di musim penghujan, juga
Pembahasan COD ini sesuai dengan asas ilmu lingkungan khususnya asas ke
2 yang berbunyi bahwa tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul
efisien, artinya jika nilai COD air contoh relatif rendah maka air masih berku-
alitas cukup baik dan memungkinkan air yang sudah digunakan untuk me-
ngisi kolam ikan Bawal tersebut, dapat merangsang untuk dapat memanfaat-
kan air bekas kolam tersebut untuk keperluan lain, misalkan untuk irigasi per-
tanian.
Yogyakarta
72
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat dibuat grafik DO pada inlet sampai
Gambar 10. Hubungan antara DO terhadap waktu pengambilan air contoh uji pada
berbagai letak
jenis tumbuhan air serta waktu siang, malam, atau kedudukan matahari. DO
Berdasarkan data dapat dilihat bahwa DO lebih kecil dari Baku Mutu
bahan anorganik sehingga diperlukan oksigen yang cukup besar untuk proses
sebaiknya memiliki kadar oksigen tidak kurang dari 5 mg/l. Jika kadar
73
oksigen kurang 4 mg/l maka air kurang baik untuk bagi semua organisme
Sedangkan analisis biotiknya yaitu bahwa jika dilihat dari nilai DO maka
air kolam sudah tidak layak untuk kehidupan ikan karena nilai DO lebih kecil
dari 4 mg/l, namun demikian ikan masih belum mati. Kemurnian air sungai
oksigen terlarut (DO) air sungai yang umumnya tinggi akan menurun drastis.
organisme air juga dapat pula menambah beben timbunan amonia (NH3) yang
timbul gas-gas methana (CH4) dan asam sulfida (H2S) yang bersifat racun.
kolam, akan dapat diminimalisir karena jika terlalu banyak pakan organik
maka nantinya nilai BOD akan lebih tinggi dari Baku Mutu Lingkungan dan
memacu tingginya nilai COD dan berdampak pada nilai DO yang semakin
kecil.
asas ke 5 yang berbunyi bahwa ada dua jenis sumber alam dasar yaitu
artinya jika nilai DO air contoh uji relatif tinggi maka air masih berkualitas
cukup baik dan memungkinkan air dapat digunakan lagi untuk mengisi
Ikan Bawal adalah jenis ikan asli dari perairan Amazone, yang pernah
dilakukan tes untuk mengevaluasi daya hidup dan ekonominya, yaitu dengan
memelihara ikan Bawal dalam karamba yang berukuran 6m3 dengan jumlah
ikan Bawal divariasi 20, 30, 40, dan 50 ikan per m3. Ikan diberi makan
ekstraksi protein kapur 34% selama 2 bulan, diberi makan protein kapur 28%
untuk 6 bulan, lalu 240 hari. Kecepatan pertumbuhan ikan cukup baik, hal ini
dapat dilihat dari kapasitas muat per karamba yang semakin tidak terjangkau.
karamba yng diisi dengan 20 dan 30 ikan kapasitas ikan. FCR adalah
h. P sebagai Pospat
Tabel 13. Data Pospat air contoh uji pada berbagai letak
Yogyakarta
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat dibuat grafik pospat pada inlet sampai
Gambar 11. Hubungan antara pospat terhadap waktu pengambilan air contoh uji pada
berbagai letak
produktivitas primer seperti fitoplankton antara lain yaitu nitrogen dan fosfor.
bahan organik yang berasal dari daratan sekitarnya dan nutrien serta sejumlah
material lainnya yag dibawa aliran ke perairan danau. Masukan nutrien ke dalam
perairan danau dangkal ini lebih tinggi dibandingkan dengan danau-danau dalam.
berlebihan atau eutrofikasi. Eutrofikasi ini muncul dengan ciri-ciri yang mudah
yaitu baik yang berupa fitoplankton seperti Microcystis spp atau tumbuhan
Dampak dari eutrofikasi ini adalah penurunan kualitas air, biodiversitas ikan,
pendangkalan estetika dan sebagainya yang pada akhirnya secara ekonomi akan
melalui besaran kandungan unsur-unsur hara yang salah satunya adalah pospat
(Payne, 1986).
asas ke 5 yang berbunyi bahwa ada dua jenis sumber alam dasar yaitu
artinya jika nilai pH air contoh uji relatif rendah maka air masih berkualitas
cukup baik dan memungkinkan air yang sudah digunakan untuk mengisi
kolam ikan Bawal tersebut, dapat merangsang untuk dapat memanfaatkan air
bekas kolam tersebut untuk keperluan lain, misalkan untuk irigasi pertanian.
hara P (Pospor)
(Wetzel, 2001)
elemen tetapi umumnya dalam bentuk anorganik yang terlarut (ortopospat dan
dengan ion besi dan kalsium pada kondisi aerobik bersifat tidak larut dan
mengendap pada sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh alga akuatik.
Analisis dari sisi abiotik yaitu bahwa berdasarkan data hasil penelitian bahwa
nilai pospat lebih tinggi dari Baku Mutu Lingkungan, hal ini berarti air
mempunyai nutrien yang cukup banyak dan cukup baik untuk pertanian tetapi
gulma, misal enceng gondok. Pencemaran pospat tersebut dapat disebabkan oleh
usaha pertanian yang mengalirkan air buangan ke sungai ataupun berasal dari
diperkirakan memberi kontribusi sekitar 50% pospat di perairan dan pospat ini
Jika eutrofikasi ini terjadi dan dibiarkan maka gulma akan menutupi
permukaan air kolam sehingga gulma akan menghalangi penetrasi sinar matahari
ke dalam air kolam ikan dan hal ini akan menggangu proses fotosintesis tumbuhan
air. Akibat eutrofikasi yang lain yaitu jumlah DO dalam air akan lebih kecil dari
Baku Mutu Lingkungan karena permukaan air kolam tertutup gulma. Akibatnya,
ikan dan tanaman air tidak bisa hidup pada kolam ikan tersebut.
menghimbau para peternak ikan agar jika muncul gulma seperti enceng gondok
pada permukaan air kolam agar segera mengambil dan membuangnya dari air
kolam sehingga dapat mencegah jumlah gulma yang semakin banyak. Selain
pada kolam secara terus menerus juga bertujuan untuk mengurangi kesuburan air
kolam, yaitu secara bertahap unsure N dan P yang telah menjadi jaringan
tumbuhan akan dapat diangkat dari kolam. Alternatif cara yang lain yaitu
yang terlalu tinggi maka pospat yang terkandung dalam air tersebut dapat diserap
bagian dari sistem filter biologi yang telah terbukti efektif menjaga kejernihan
kualitas air. Teknologi sederhana ini selain ekonomis, juga mudah merawatnya
dan ramah lingkungan. Di alam, sistem biofilter dapat terjadi dengan sendirinya.
Tanaman air ini terbukti dapat menyerap zat racun yang dikeluarkan oleh kotoran
dan urine ikan. Zat racun juga bisa berasal dari limbah seperti logam berat dan
bahan polutan lainnya. Dalam hal ini tanaman air dapat sangat efektif untuk
maksimal. Tanaman air juga efektif meningkatkan kadar oksigen dalam air
melalui proses fotosintesis. Dalam hal ini karbondioksida dalam air diserap dan
Proses fotosintesis dari tanaman air seperti inilah yang diterapkan pada
dan ramah lingkungan dari sistem filter seperti ini telah diterapkan pada sebuah
kolam ikan koi di The Cibodas, sebuah vila di Puncak Jawa Barat. Kolam utama
untuk memelihara ikan ini berbentuk persegi panjang dan sangat luas dengan
untuk filter selebar 150 cm ini mengelilingi kolam utama yang dibagi lagi menjadi
petak-petak selebar 200 cm. Di dalam petak-petak kecil itulah proses filterisasi
air. Air dari kolam masuk ke dalam pipa melalui saluran pralon yang diberi
lubang di seluruh permukaannya. Selanjutnya, air akan tersaring secara alami oleh
tanaman eceng gondok sehingga air menjadi lebih jernih. Kemudian air yang
jernih ini dialirkan kembali ke dalam kolam secara alami melalui proses gravitasi
menjernihkan air kolam, tanaman eceng gondok yang berbunga juga dapat
TIPS : Luasan untuk area filter minimal 10 % dari total luas kolam. Semakin
tanaman air yang dapat membantu filterisasi adalah yang mengapung seperti
eceng gondok, jenis tanaman terendam seperti Hydrilla dan jenis tanaman yang
harus dikontrol jumlahnya. Jumlah yang terlalu berlebihan dalam setiap petak
filter dapat mengganggu aliran air baik dari kolam maupun ke dalam kolam.
Kejernihan air dengan sistem biofilter melalui tanaman memang tidak sejernih
sistem buatan lainnya. Namun, teknologi sederhana ini merupakan salah satu
i. Nitrat
Tabel 15. Data Nitrat air contoh uji pada berbagai letak
Yogyakarta
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat dibuat grafik nitrat pada inlet sampai
Gambar 12. Hubungan antara nitrat terhadap waktu pengambilan air contoh uji pada
berbagai letak
Analisis secara abiotik yaitu berdasarkan data hasil penelitian menun-
jukan bahwa nilai nitrat lebih kecil dari Baku Mutu Lingkungan. Hal ini berarti air
kolam kurang begitu mengandung unsur hara karena unsur hara didukung oleh
kadar nitrat dan pospat yang lebih tinggi dari Baku Mutu Lingkungan.
Sedangkan analisis secara biotik dapat dilihat dari sudut pandang nilai
nitrat maka air mengandung nutrien yang tidak begitu banyak sehingga tidak perlu
dikhawatirkan terjadi eutriofikasi yang berupa ledakan populasi gulma. Ikan pun
juga dapat hidup tenang. Untuk analisis secara culture/budaya yaitu dengan cara
menghimbau para peternak ikan agar jika muncul gulma pada permukaan air
kolam agar segera mengambil dan membuangnya dari air kolam sehingga dapat
asas ke 5 yang berbunyi bahwa ada dua jenis sumber alam dasar yaitu
artinya jika nilai nitrat air contoh uji relatif tinggi maka air masih berkualitas
kurang baik karena memungkinkan tumbuhnya gulma dan hal ini dapat mengaki-
j. Amonia
Tabel 16. Data Amonia air contoh uji pada berbagai letak
Istimewa Yogyakarta No.20 tahun 2008 tentang baku mutu air di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Keterangan : BML : Baku Mutu Lingkungan air klas II berdasarkan Peraturan Gubernur
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat dibuat grafik amonia pada inlet sampai
Gambar 13.. Hubungan antara Amonia terhadap waktu pengambilan air contoh uji pada
berbagai letak
Analisis secara abiotik yaitu amonia dan garam-garamnya bersifat mudah larut
dalam air. Amonia yang terdapat pada mineral yang masuk ke badan air melalui erosi
tanah. Sumber amonia dalam perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organik
(protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah. Amonia juga dapat
berasal dari dekomposisi biota akuatik yang telah mati yang dilakukan oleh mikroba
dan jamur proses ini disebut amonifikasi. Tinja dan biota akuatik yang merupakan limbah
aktivitas metabolisme juga banyak mengeluarkan amonia. Amonia bersifat toksik terhadap
organisme akuatik, artinya jika kadar amonia pada suatu perariran tinggi maka akan dapat
mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat mengakibatkan
86
kesulitan bernafas seolah tercekik dan akhirnya mati. Berdasarkan hasil penelitian, didapat
data bahwa nilai amonia cukup kecil sehingga tidak mengganggu kualitas air.
Sedangkan analisis secara biotik yaitu jika dilihat dari sudut pandang nilai amonia
maka air hanya tidak perlu dikhawatirkan kadar amonia pada perairan kolam sehingga
ikan dapat hidup pada kolam. Untuk analisis yang ditinjau dari kultur/budaya yaitu
menghimbau para peternak ikan agar meminimalkan membuang bangkai pada kolam ikan
sehingga dapat meminimalkan munculnya amonia pada air kolam. Untuk menghindari
perlu dihindari pemasukan sampah ke dalam perairan Pengambilan sampah yang sudah
terlanjur masuk ke dalam perairan secara terus menerus merupakan cara yang paling
tepat saat ini untuk meminimalkan terjadinya ammonia yang ditimbulkan sampah.
Pembahasan amonia ini sesuai dengan asas ilmu lingkungan khususnya asas
ke 2 yang berbunyi tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul optimal,
artinya jika nilai amonia air contoh uji relatif rendah maka air masih berkualitas
cukup baik dan memungkinkan air yang sudah digunakan untuk mengisi kolam
ikan Bawal tersebut, dapat merangsang untuk dapat memanfaatkan air bekas
asas ke 5 yang berbunyi bahwa ada dua jenis sumber alam dasar yaitu
artinyajika nilai NH3 air contoh uji relatif rendah maka air masih berkualitas
hara yaitu kadar NO3- (nitrat) dan PO4-3 (pospat) yang terkandung dalam air
kolam, jumlahnya melebihi dari batas yang ditoleransi. Pospat yang terkandung
dalam air kolam tersebut dapat berasal dari air limbah pertanian maupun dari air
pospat, yang dialirkan ke sungai dan air sungai digunakan untuk mengisi air
kolam ikan. Sedangkan keberadaan nitrat dalam air kolam berasal dari makanan
ikan Bawal, yaitu sebagian kecil pellet dan sebagian besar makanan alternative
yang berupa sisa-sisa makanan dari hotel dan restoran. Semua makanan tersebut
senyawa ammonia (NH3), gas H2S (asam sulfide), dan NO2- (nitrit). Senyawa
Sedangkan gas H2S akan menguap. Sedangkan NO2- (nitrit) akan teroksidasi
menjadi NO3- (nitrat). Proses Oksidasi nitrit menjadi nitrat berlangsung pada pH
Kolam ikan Bawal yang diteliti luasnya kurang lebih 500 m2 dan memberi
makan ikan Bawal 3 kali setiap hari dengan jumlah rata-rata makanan ikan Bawal
yang diberikan adalah 50 kg/hari. Kemudian makan alternative ini dimakan ikan
Bawal dan setelah makan, ikan Bawal akan mengeluarkan kotoran dan kotoran
ikan Bawal ini merupakan sumber dari senyawa nitrit yang selanjutnya akan
teroksidasi menjadi senyawa nitrat. Jumlah nitrat yang terukur adalah berkisar
0,35 sampai dengan 4,43 mg/l sehingga dapat ditarik suatu korelasi antara jumlah
ikan-ikan Bawal pada kolam dengan jumlah nitrat yang ditimbulkan (0,35-4,43
mg/l). Kadar nitrat tersebut masih di bawah standar pada Baku Mutu Lingkungan
yaitu 10 mg/l artinya kualitas air kolam ditinjau dari kadar nitrat adalah masih
baik.
kontribusi sekitar 50% pospat di perairan dan pospat ini memacu terjadinya
eutrofikasi/pengayaan air kolam (Haslam, 1995). Nilai pospat yang lebih tinggi
dari Baku Mutu Lingkungan berarti terjadi pengkayaan unsur hara pada air kolam
ikan Bawal sehingga air mempunyai nutrien yang cukup banyak. Adanya nutrien
yang cukup banyak tersebut dimanfaatkan komponen biotik seperti gulma untuk
tumbuh dan berkembang dengan pesat sehingga terjadi ledakan (blooming) gulma
dan kondisi ini disebut eutrofikasi. Jumlah gulma yang bertambah dengan cepat
baku mutu lingkungan berakibat pada kelangsungan hidup ikan Bawal di kolam
Sedangkan kualitas air kolam Bawal yang ditinjau berdasarkan kadar pospat
yang terkandung dalam air kolam adalah 0,6701 0,9126 mg/l dan ini lebih
tinggi dari Baku Mutu Lingkungan untuk pospat adalah 0,2 mg/l, artinya kualitas
89
air kolam ditinjau dari kadar pospat, sudah tidak baik. Untuk mengetahui sejauh
mana tingkat eutrofikasi yang terjadi pada air kolam maka dilihat pada tabel :
hara P (Pospor)
Berdasarkan tabel data pospor di atas maka air kolam ikan Bawal tersebut pada
Pada suatu eksperimen penelitian yang meneliti air kolam ikan Bawal maka
ikan-ikan Bawal dipelihara selama 2 bulan dalam 3 kolam yang berbeda, yaitu :
a. Kolam alami
b. Kolam berkapur
alkanitas pada air kolam yang berkapur serta kolam yang berkapur dan berpupuk
adalah lebih tinggi dari kolam yang alami. (Gomes & Silva, 2009)
90
Pada eksperimen yang lain yaitu analisis bunga Bakung Air yang digunakan
Bakung air dapat menghasilkan pupuk anorganik pada rasio 100 gr/m2 dalam
kolam-kolam ikan Bawal. Pada tahap awal, masing-masing 5000 larva ikan Bawal
dimasukkan ke dalam 2 kolam ikan dengan dan tanpa pupuk bunga Bakung air
dan dibiarkan selam 43 hari. Hasil eksperimen ini adalah bahwa kolam yang
berpupuk bunga Bakung air adalah lebih banyak menghasilkan jumlah plankton
dan plankton ini merupakan makanan untuk larva-larva ikan Bawal sehingga
disarankan agar pada kolam ikan Bawal ditanami bunga Bakung air. Bunga
Bakung air adalah tanaman yang murah harganya dan mudah mendapatkannya di
Pemberian makan pada ikan Bawal dilakukan 3 kali dalam 1 hari. Pada
pemeliharaan ikan Bawal di kolam secara alami, biaya untuk pemberian makanan
ikan berkontribusi 60% dari beaya variable. (Silva et al., 2007). Namun pada
selalu pellet tetapi juga makanan alternatif yang berupa sisa-sisa makanan yang
pemeliharaan ikan dan jaraknya cukup jauh maka perlu dilakukan suatu prosedur
agar dapat meminimalkam ikan Bawal yang mati saat dipindahkan. Selain tempat
membawa bibit ikan harus diberi oksigen , maka densitas air harus dijaga agar
tetap sesuai dengan kondisi ikan sehingga ke dalam air diberi zat additive seperti
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara umum, kualitas air yang
masuk dan keluar kolam ikan Bawal secara fisik yang ditinjau dari
suhu, TDS, dan TSS maka kualitas air masih cukup baik. Namun
secara kimia yang di tinjau dari nilai pH, DO, COD, BOD, NH3, NO3-,
2. Derajat eutrofikasinya, dapat dilihat dari kadar nitrat dan pospat, yaitu
Lingkungan untuk nitrat adalah 10 mg/l artinya kualitas air kolam jika
ditinjau dari kadar nitrat adalah masih baik dan dapat digunakan untuk
ikan adalah 0,6701 0,9126 mg/l dan ini lebih tinggi dari Baku Mutu
Lingkungan untuk pospat yaitu 0,2 mg/l, artinya kualitas air kolam
B. Saran
92
1. Suasana di sekitar kolam ikan yang panas , dapat ditanggulangi dengan
lebih sejuk
jual produk ikan Bawal sebesar 10%. Dana ini digunakan untuk
93
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts dan Santika, S. S., 1984, Metode Penelitian Perairan, Usaha Nasional,
Surabaya.
Anonim, 2010f, Filter Vegetasi Untuk Menjaga Kualitas Air : Biofilter Melalui
Tanaman Air, Http://Zonaikan.wordpress.com/2010/01/07/filter-vegetasi-
untuk-menjaga-kualitas-air/, 07 Januari 2010
Aride, P.H.R., Roubach, R., & Val, A.L., 2007, Tolerance Response of
Tambaqui Colossoma Macropomum (Cuvier) to Water pH, Journal
Compilation @ 2010 Blackwell Publishing Ltd., Volume 38 Issue 6, Pages
588-594.
95
Boyd, C.E., 1988, Water Quality in Warmwater Fish Ponds, Fourth Printing,
Auburn Univ.Agricultural Experiment Station, Alabama, USA, page 359.
Cummin, 1977, From Head Water to Rivers, The American Biology Teacher.
Goldman and Horne, 1983, Lymnology, McGraw Hill Inc, New York.
Gomes, L.C., Chagas, E.C., & Martins, H., 2006, Cage Culture of Tambaqui
(Colossoma Macropomum) in a Central Amazon floodplain Lake,
Journal @ 2006 Elsevier B.V., Volume 253 Issues 1-4, Pages 374-384.
Gomes, L.C. & Silva, C.R., 2009 , Impact of Pond Management on Tambaqui,
Colossoma Macropomum (Cuvier), Production during Growth-Out
Phase, Journal Compilation @ 2010 Blackwell Publishing Ltd., Volume 40
Issue 7, Pages 825-832.
Haslam, S.M., 1995, River Pollution and Ecological Perspective, John Willey
& Sons Chichester, UK, Page 253.
Lee, C.D., Wong, S.B., & Kuo, C.L., 1978, Benthic Macroinvertebrates and
Fish as Biological Indicator of Water Quality, Countries Asian Institute,
Bangkok.
96
Martopo, S., 1990, Kumpulan Mata Kuliah Amdal, Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup dan Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Payne, A.I., 1986, The Ecology of Tropical Lakes & Rivers, John Wiley &
Sons, Chichester, Great Britain.
Sigit, D.R., 2001, Perubahan Kualitas Air dan Sosial Ekonomi akibat Kegiatan
Usaha Pemancingan di Janti Kabupaten Klaten, Program Pasca Sarjana
Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret, Surakarta,
hal.9 dan 30.
Silva, C.R., Gomes, L.C., & Brandao, F.R., 2007, Effect of Feeding Rate and
Frequency on Tambaqui (Colossoma Macropomum) Growth, Production,
and Feeding Costs during The First Growth Phase in Cages, Journal @
2007 Elsevier B.V., Volume 264 Issues 1-4, Pages 135-139.