Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi

Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun,
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah
dari orang lain (Wahyudi, 2000).

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian
(Hutapea, 2005).

Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang
terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf jelas menua normal ditandai oleh
perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan
Hendra Utama,1995). Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut)
secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho
Wahyudi, 2000).

Kelainan mental yang cukup serius karena seluruh kepribadian orang tersebut mengalami
gangguan. Gangguan kepribadian yang walaupun hanya mengenai aspek dalam pikirannya,
namun secara jelas akan menyebabkan kemunduran fungsi intelektual yang progresif dan
ireversibel (Nugroho, 2009).

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi
kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi
yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (Mickey Stanley, 2006)

Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat


diakibatkan oleh penyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif, emosional, dan
psikomotor. (Lumbantobing, 2006)

Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama pada sel
yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral dan
hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan
asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada
tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel atau menggantikannya.
(Kushariyadi, 2010)

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan,
dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.

1.2 Etiologi

Sheila (2008) menyatakan faktor-faktor penyebab demensia dapat dibagi menurut beberapa
penyebab :

a. Infeksi

1) Neurosifilis

2) Tuberkolosis

3) Penyakit virus

b. Gangguan metabolik

1) Hipotiroidisme

2) Keseimbangan elektrolit

c. Defisiensi zat-zat makanan

1) Defisiensi vitamin B12

2) Defisiensi Niamin

3) Defisiensi Korsakoff (tiamin)

d. Lesi desak ruang

1) Hematoma subdural

2) Tumor

3) Abses

e. Infark otak

f. Zat-zat toksik

1) Obat-obatan

2) Alkohol
3) Arsen

g. Gangguan vaskuler

1) Embolus serebral

2) Vaskulitis serebral

h. Lain-lain

1) Penyakit Parkinson

2) Penyakit Wilson

3) Penyakit Huntington

4) Depresi

5) Cedera kepala sebelumnya

1.3 Tanda dan Gejala

Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala demensia adalah :

1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.

2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada.

3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan
kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.

4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,
marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak
beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut
muncul.

5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

1.4 Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat
otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun.
Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular
dan penyakit lainnya, serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun
tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia,
infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu
fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal. Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang
diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan
gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian,
kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung
lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya
dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut
demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
Komplikasi

Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia adalah:

1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.

a). Ulkus diabetikus

b). Infeksi saluran kencing

c). Pneumonia

2. Thromboemboli, infarkmiokardium

3. Kejang.

4. Kontraktur sendi.

5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri.

6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan peralatan.

1.7 Diagnostik Test

Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) :

a. Pemeriksaan laboratorium rutin

b. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)

c. Pemeriksaan EEG
d. Pemeriksaan cairan otak

e. Pemeriksaan genetika

f. Pemeriksaan neuropsikologis

1.8 Penatalaksanaan Medis

Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.

a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti


Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine

b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine ,
Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.

c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya
bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing
manis yang berhubungan dengan stroke.

d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi seperti
Sertraline dan Citalopram.

e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai
demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine
dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius.
Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid.

1.9 Fokus Assessment

Fokus assessment pada penderita demensia berupa riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik
klien. Riwayat keperawatan meliputi status kesehatan masa lalu klien yang beresiko terhadap
demensia, berupa penyakit-penyakit yang pernah diderita klien yang bisa menyebabkan
demensia seperti : penyakit degenaratif, penyakit serebrovaskuler, gagal jantung, trauma otak,
infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis), Hidrosefaulus normotensif, Tumor primer atau metastasis,
stress mental, heat stroke, whipple disease, diabetes.
Pemeriksaan fisik klien meliputi : ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, kerusakan
fungsi tubuh, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri

1.9 Diagnosa Keperawatan

Doengoes (2007) intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien dengan
hiperbilirubin

1. Perubahan proses pikir sehubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron


ireversibel)

Intervensi Keperawatan

Rasional

-Lakukan pendekatan kepada klien secara verbal

-Panggil klien dengan namanya

-Tatap wajah Klien ketika berbicara

-Tuliskan nama perawat di sebuah kertas dan ditempelkan pada salah satu tempat yang mudah
dilihat klien

-Menyebutkan nama perawat tiap bertemu dan menanyakan kembali ketika akan berpisah

-Untuk membina hubungan terapeutik antara klien dan perawaat

-Menghargai klien sesuai dengan keadaan yang ada

-Menghormati klien sebagai pasangan bicara

-Mengasah daya ingat klien tanpa memaksakan kemampuan klien

-Melatih kemampuan klien untuk mengingat


2. Hambatan komunikasi verbal sehubungan dengan perubahan persepsi

Intervensi Keperawatan

Rasional

-Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi

-Gunakan komunikasi non-verbal

-Gunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan sesuatu

-Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan baku (mudah dimengerti

-Untuk melihat tingkat pengetahuan dan bahasa yang sering digunakan klien saat berkomunikasi

-Memperlancar komunikasi agar tidak kaku

-Membuat klien lebih mengerti dalam berkomunikasi selain membaca

-Klien dapat memahami dengan baik maksud dari kata-kata yang ditanyakan
BAB II

LAPORAN KASUS

Pada bab ini dibahas mengenai pengkajian pasien yang dirawat (identitas pasien, riwayat
keperawatan, observasi dan pemeriksaan fisik, diagnostik test, data analisis), diagnosis
keperawatan, asuhan keperawatan (prioritas masalah, tujuan dan hasil yang diharapkan,
perencanaan), implementasi, dan evaluasi.

2.1 Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan meliputi pengkajian identitas pasien, riwayat keperawatan


pemeriksaan fisik dan diagnostik test yang mendukung pengumpulan data

2.1.1 Identitas pasien

a. Nama : Ny. U

b. Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 1941

c. Usia : 82 Tahun

d. Pendidikan terakhir : SD

e. Agama : Islam

f. Suku, Bangsa : Jawa,Indonesia

g. Status perkawinan : Janda

h. Tinggi badan / Berat badan : 142 cm / 34 kg

i. Penampilan secara umum : Sehat dan bersih

j. Ciri-ciri fisik : Berambut pendek beruban, kulit sawo matang

k. Alamat : Panti Werdha Budi Pertiwi

l. Orangyang dapat dihubungi : Tidak ada

m. Hubungan dengan klien : -

n. Perawat yang bertugas : Freestly Janry Sanger

o. Tanggal perawatan : 04-15 February 2013

Genogram

klien 90+ thn (sehat)


(Klien tidak tidak ingat keluarga klien, klien dibawa oleh tukang bejak ke panti dan tidak
membawa Kartu Identitas)

Riwayat Lingkungan Hidup Klien

Klien menyatakan berasal dari cicalengka (informasi didapatkan dari pertugas panti werdha) dan
sudah lupa mengenai lingkuangan tempat hidupnya dulu

Sistem Pendukung Yang Digunakan Klien

Sistem pendukung yang digunakan klien hanyalah pegawai dan teman-teman panti werdha
yang selalu membantunya dalam kegiatan sehari-hari.

Deskripsi Kekhususan atau Kebiasaan Ritual

Sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian di panti setiap hari Jumat bersama dengan teman-teman
panti wedha dibantu oleh petugas panti werdha.

ADL (Activity Daily Living)

Pasien masih bisa melakukan tindakan dengan mandiri misalnya: mandi, kontinen, kekamar
kecil, berpakaian dan mobilisasi. Sedangkan makan kadang-kadang klien harus di bantu orang
lain.

2.1.2 Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan klien meliputi status kesehatan klien saat ini dan status kesehatan
masa lalu.

Status Kesehatan Klien Saat Ini

Klien tidak mampu mengungkapkan status kesehatannya secara verbal, dari segi fisik mengalami
kyphosis dan saat ini klien mengalami kepikunan atau demensia.

Status Kesehatan Masa Lalu Klien

Saat ditanyakan, klien menyatakan sudah lupa atau tidak tahu.

2.1.3 Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Hasil observasi dan pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. U adalah:

a. Keadaan umum : Baik

b. Tingkat kesadaran : Compos Mentis

c. Skala koma Glasgow : 15 (E=6, M=4, V=5)


d. Tanda-tanda vital : T: 37c, P: 80 x/m, R: 17x/m, BP: 120/80 mmHg

e. TB dan BB : 142 cm dan 34 kg

f. Kulit : Sawo matang, turgor, hiperpigmentasi

g. Kepala : Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada memar dan
tidak ada lesi

h. Rambut dan kuku : rambut berminyak dan beruban, kuku bersih

i. Mata : Simetris, ada katarak dan konjunktiva normal.

j. Telinga : Simetris, tak tampak kotoran

k. Hidung : Simetris, tampak bersih

l. Mulut dan gigi : Jumlah gigi 2 buah, ada karies.

m. Leher : Tak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening, dan tidak
ada peningkatan tekanan vena jugularis, simetris.

n. Sistem Kardiovaskuler : BP= 120/80 mmHg, P= 79 x/m, tidak nyeri tekan.

o. Sistem Pernafasan : Pernafasan normal, R= 18 x/m, bronkovesikular, dan resonance.

p. Sistem Gastrointestinal : Tampak tumpukan lemak yang berlipat-lipat, tak ada nyeri tekan,
lambung= tympani, hati= dulness

q. Anus dan genitalia : Ada sedikit kotoran dan sedikit bau

r. Sistem Perkemihan : Tidak nyeri saat berkemih, frekuensi berkemih 5-7 x/hari

s. Sistem Muskuloskeletal : Bentuk tulang belakang khiposis.

t. Sistem Endokrin : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening.

u. Sistem Imun : Menurun seiring dengan pertambahan usia.

Riwayat Psikososial

Klien tidak dapat menceritakan dengan jelas riwayat psikososialnya. Dari informasi yang
didapatkan oma Utik hanya di bawa oleh seorang wanita yang menemukannya di jalan dan
membawanya ke panti werdha, pada saat itu keadaan oma Utik sudah mengalami demensia.

Keterangan :
Klien terlihat bingung saat dilakukan pengkajian, dan jawaban yang diberikan
klien tidak cocok dengan pertanyaan yang diberikan karena klien sudah pikun (demensia).

2.1.4 Diagnostik Test

Depresi Beck

Nama : Ny. U

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir :-

Tanggal tes : 11 February 2013

NORMAL BECK DEPRESSION INVENTORY

Nilai Total

Tingkatan Depresi

1 10

Naik turunnya perasaan ini tergolong wajar

11 16

Gangguan mood atau perasaan murung yang ringan

17 20

Garis batas murung yang ringan

21 30

Depresi sedang

31 40

Depresi parah

40 Ke atas

Depresi ekstrim

SPMSQ (Short Poertable Mental Status Queastionaire)

1. Tanggal berapa hari ini? = Salah ( tgl 20, )


2. Apa hari minggu itu? = Tidak tahu

3. Apa nama tempat ini? = Tidak tahu

4. Apakah nomor telepon anda? = Tidak ada

5. Apa nama alamat jalan anda? = Tidak ingat

6. Berapa umur anda? = Tidak ingat

7. Kapan anda lahir? = Tidak ingat

8. Siapa Presiden Indonesia sekarang? = Tidak tahu

9. Siapa nama gadis ibu anda? = Tidak tahu

10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap mengurangi dari setiap nomor baru, semua jalan ke bawah.

= Tidak tahu

Jumlah Kesalahan = 10 Scoring : 0

INDEKS KATZ

1. Bathing :Mandiri

2. Dressing :Mandiri

3. Toileting : Mandiri

4. Transferring : Mandiri

5. Continence : Mandiri

6. Feeding : Tergantung

Indeks Katz = B ( mandiri untuk 5 aktivitas

2.1.5 Data Analisis

Data analisis yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian pada Ny. U seperti yang
tertulis pada tabel dibawah ini.

12-02-2013

Ds : siapa freestly (dalam bahasa sunda) ?


Do : : Klien tidak mampu mengingat nama perawat dengan terus menanyakan nama perawat tiap
kali bertemu, klien mampu menjawab pertanyaan pada saat pengkajian dan menjawab secara
berubah-ubah setiap harinya, tidak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan

Ds : -

Do : Klien tidak bisa mendengar, klien tidak tahu hari dan tanggal saat ini, susah mengingat
orang, hanya mengetahui bahasa sunda dan kurang tahu bahasa indonesia

Perubahan proses pikir

Hambatan komunikasi verbal

perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)

Perubahan persepsi

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian adalah

1. Perubahan proses pikir s/d perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)

2. Hambatan komunikasi verbal s/d perubahan persepsi.

2.3 Asuhan Keperawatan

11 February 2013

Perubahan proses pikir s/d perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)

Ds : siapa freestly (dalam bahasa sunda) ?

Do : Klien tidak mampu mengingat nama perawat dengan terus menanyakan nama perawat tiap
kali bertemu, klien mampu menjawab pertanyaan pada saat pengkajian dan menjawab secara
berubah-ubah setiap harinya, tidak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan

Klien mampu mengingat nama perawat dengan kriteria tidak menanyakan nama perawat setelah
tindakan keperawatan.

- Lakukan pendekatan kepada klien secara verbal dan tindakan

- Panggil klien dengan namanya.

- Tatap wajah klien ketika berbicara

- Tuliskan nama perawat di sebuah kertas dan di tempelkan pada salah satu tempat yang mudah
dilihat klien.
- Sebutkan nama perawat tiap bertemu dan menanyakan kembali ketika akan berpisah

- Untuk membina hubungan terapeutik antara klien dan perawat

- Menghargai klien sesuai dengan keadaan yang ada.

- Menghormati klien sebagai pasangan bicara.

- Mengasah daya ingat klien tanpa memaksakan klien.

-Melatih kemampuan klien untuk mengingat

11-13 February 20123

At 11.00

- Melakukan pendekatan pada nenek utik.

- Memanggil nama klien pada saat berbincang.

- Menatap wajah klien saat berbicara.

- Menuliskan nama perawat di kertas dan menempelkannya di meja samping tempat tidur klien.

- Menyebutkan nama perawat dan menanyakan kembali ketika akan berpisah.

13 February 2013

At 13.50

S : siapa yang namanya freestly.

O : klien belum mampu menyebutkan nama perawat tanpa mengingatkan nya lagi.

A : masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi

11 February 2013

Hambatan komunikasi verbal

s/d perubahan persepsi.

Ds : -
Do : Klien tidak bisa mendengar, klien tidak tahu hari dan tanggal saat ini, susah mengingat
orang, hanya mengetahui bahasa sunda dan kurang tahu bahasa indonesia

Klien dapat berkomunikasi dengan baik setelah tindakan keperawatan

- Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi.

- Gunakan komunikasi non-verbal.

- Gunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan sesuatu.

- Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan baku (mudah dimengerti)

- Untuk melihat tingkat pengetahuan, dan bahasa yang sering digunakan klien saat
berkomunikasi

- Memperlancar komunikasi agar tidak kaku.

- Membuat klien lebih mengerti dalam berkomunikasi selain membaca.

- Klien dapat memahami dengan baik maksud dari kata-kata yang ditanyakan

11-13 Februay 2013

At 11.00

- Mengkaji kemampuan berkomuniakasi klien.

- Menggunakan komunikasi non verbal dengan menuliskan di buku hal-hal yang ingin
diperbincangkan agar dapat dibaca klien.

- Menggunakan bahasa tubuh seperti pergerakan bibir, dan tangan.

- Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan baku

13 February 2013

At 12.00

S : __.

O : klien masih belum dapat berkomunikasi dengan baik, klien tidak dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mudah dijawab.

A: Masalah belum teratasi.

P: Lanjutkan intervensi

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Menurut Hutapea, 2005, Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian. Dan Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut)
secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho
Wahyudi, 2000). Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Dengan adanya perubahan
dalam proses berpikir ini, maka asuhan keperawatan sangat dibutuhkan dalam menangani
masalah pada usia lanjut ini.

4.2 Saran

Kurangnya informasi kepada klien tentang demensia, perawatan dan tentang cara untuk
pencegahan, maka penulis memberi saran kepada Panti Werdha Budi Pertiwi Bandung untuk
menyediakan sarana pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan demensia dengan materi
yang sederhana yang dapat di cerna oleh klien dengan mudahnya sehingga klien dapat mengerti
tentang demensia mulai dari definisi, penyebab, tanda dan gejala dan cara pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Hutapea, Ronald. 2005. Sehat dan Ceria Diusia Senja. PT Rhineka Cipta: Jakarta.

Tjokronegroho, Arjatmo. Hendra, Utama .2003. Kecerdasan pada Usia Lanjut dan demensia .
FKUI: Jakarta.

Nugroho, W.2009. Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Constantinides, P, 2004. General Pathobiology. Appleton & lange.

Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia Dengan Demensia Pada Pasien
Home Care. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewArticle/389. diakses
tanggal 12 maret 20013.

Asosiasi Alzheimer Indonesia.2003 Konsesus Nasional. Pengenalan dan Penatalaksanaan


Demensia Alzheimer danDemensialainya.Edisi 1 Jakarta.

Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC: Jakarta.


Nugroho,Wahjudi. 2004. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran. EGC.Jakarta

Boedhi-Darmojo, (2009), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta : FKUI.

Setiati, Siti. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi IV, FKUI, Jakarta.

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Salemba medika : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai