Anda di halaman 1dari 3

Fungsi dan Tugas Dewan Komisaris dan Komisaris Independen

Fungsi Dewan Komisaris (Dekom) termasuk anggota Komisaris Independen adalah


mencakup dua peran sebagai berikut:
(1) Mengawasi Direksi perusahaan dalam mencapai kinerja dalam business plan dan
memberikan nasehat kepada Direksi mengenai penyimpangan pengelolaan usaha yang tidak
sesuai dengan arah yang ingin dituju oleh perusahaan.
(2) Memantau penerapan dan efektivitas dari praktek GCG.
Agar supaya fungsi dan tugas Dekom ini dapat berjalan dengan baik, maka perlu
dipastikan bahwa setiap kebijakan dan keputusan Dekom yang dikeluarkan tidak memihak
kepentingan BOD sebagai agent atau bias kepada kepentingan pemilik. Dalam hal ini
Komisaris Independen dapat berperan dalam untuk mewakili kepentingan pemegang saham
minoritas.
Dalam kaitannya dengan upaya menjalankan GCG di perusahaan seluruh Anggota
Komisaris atau Komisaris Independen perlu mengerti dan menjalankan tugasnya dengan
mengacu pada prinsip-prinsip GCG berikut ini:

(a) Transparansi yang menunjukan kemampuan dari berbagai pihak pemegang kepentingan
terkait untuk melihat dan memahami proses dan acuan yang digunakan dalam pengambilan
keputusan dalam mengelola perusahaan. Disini perlu dibangun berbagai sistem prosedur yang
baku untuk ditaati dalam proses pengambilan keputusan. Berkaitan dengan proses pengambilan
keputusan penting yang berkaitan dengan azas ini mencakup antara lain penunjukan komisaris
dan direksi, remunerasi komisaris dan direksi, kinerja komisaris dan direksi, hubungan dengan
pihak eksternal, trasaksi dengan pihak ketiga, dan penunjukan auditor.
(b) Disclosure yang merupakan penyajian informasi kepada berbagai pihak pemegang
kepentingan mengenai berbagai hal-hal yang berkenaan dengan kinerja operasional, keuangan
dan risiko usaha perusahaan.
Pada tahap awal menerima tugas pekerjaannya, BOC dan BOD perlu memastikan bahwa
eksternal auditor, internal auditor dan Komite Audit mempunyai akses terhadap informasi yang
dimiliki perusahaan, dengan syarat kerahasiaan informasi perusahaan ini tetap dijaga. Kemudian,
pada tahap berikutnya, BOD perlu menyampaikan laporan keuangan audited dan kinerja usaha
kepada publik secara rutin (RUPS, lembaga bursa, public expose, berita surat kabar). BOC dan
BOD perlu memberikan laporan corporate governance kepada pihak pemerintah atau badan
pengawas eksternal (Bank Indonesia, Bapepam, Kantor Meneg BUMN).
Perusahaan perlu juga menyampaikan pada publik sejauh mana tingkat kepatuhan telah
mereka jalankan, yang meliputi ketaatan pada peraturan dan Undang-Undang yang berlaku,
arahan pemerintah, peraturan perpajakan, prosedur standar akuntasi serta standar operasional
lainnya.
(c) Akuntanbilitas yang berkaitan dengan pertanggungan jawab BOC dan BOD atas
keputusan manajerial dan hasil kinerja usaha yang dicapai, sesuai dengan wewenang yang
dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggung jawab dalam mengelola perusahaan.
BOD dan BOC perlu menyampaikan laporan realisasi pencapaian kinerja usahanya
dikaitkan dengan pencapaian target-target usaha yang ditetapkan dalam business plan dan
menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit secara rutin dan tepat waktu kepada publik.
Bahkan untuk beberapa perusahaan laporan keuangan dan kegiatan operasional disampaikan oleh
BOD kepada BOC secara rutin dalam laporan semesteran, triwulanan, atau bulanan.
(d) Kemandirian yang menuntut pemilik perusahaan, BOD dan BOC dalam menjalankan
kegiatan usaha melepaskan diri dari berbagai pengaruh atau tekanan yang berasal dari pihak
tertentu yang dapat menggangu, merugikan, atau mengurangi obyektifitas pengambilan
keputusan.
Praktek-praktek kemandirian dapat meliputi kriteria seleksi anggota komisaris dan
anggota direksi, akses terhadap pendapat konsultan independen, proses alokasi kredit, proses
lelang, dan proses audit.
(e) Keadilan,yang menjamin terselengaranya perlakuan adil pada para pihak pemegang
kepentingan, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Disamping perlakuan adil ini
diberikan kepada pihak tersebut diatas, maka perlu dijamin hal serupa akan diberikan pada
karyawan dan pegawai perusahaan serta kelompok masyarakat yang bermukim di sekitar
perusahaan. Beberapa perusahaan besar seperti halnya Citibank, Kelompok Sampoerna dan
perusahaan Coca-Cola dan Unilever bahkan telah menjalankan berbagai bentuk social
resposibility programs atau community development yang dirasakan manfaatnya oleh kalangan
eksternal di luar perusahaan.
Dalam menjalankan tugasnya Dewan Komisaris dapat membentuk berbagai komite yang
membantu fungsi Dewan Komisaris agar berjalan secara lebih efektif.
(1) Komite audit memastikan terselenggaranya efektifitas dari pengendalian intern,
pelaksanaan tugas external auditor dan internal auditor.
(2) Komite Nominasi yang menyusun kriteria seleksi dan prosedur nominasi anggota
Komisaris dan Direksi dan eksektutif lainnya, merancang sistem penilaian, dan memberikan
rekomendasi tentang jumlah direksi dan komisaris.
(3) Komite Remunerasi yang menetapkan arahan dalam pennyusunan sistem penggajian dan
pemberian tunjangan serta rekomendasi atas penilaian sistem remunerasi, pemberian saham,
sistem pensiun dan kompensasi dalam kasus pengurangan pegawai.
(4) Komite Asuransi dan Resiko Usaha yang melakukan penilaian berkala dan pemberian
rekomendasi resiko usaha dan jenis serta jumlah asuransi.

Persyaratan menjadi anggota komisaris pada perusahaan BUMN telah ditentukan oleh
Pemerintah dalam hal ini Kantor Menteri Negara BUMN. Untuk industri perbankan, biasanya
lembaga perbankan mengacu pada ketentuan dari Bank Indonesia, melalui suatu proses uji
kelayakan (fit and proper test). Hanya mereka yang lulus uji kelayakan ini dapat ditetapkan di
RUPS untuk menjadi anggota komisaris. Akhmad Syakhroza (2004) menyarankan agar dalam
test tersebut dilakukan test yang meliputi kelayakan karakter dari kandidat anggota komisaris
dalam hal uji pengetahuan tranparansi, akuntabilitas, responsibilitas, kemandirian dan fairness.
Lingkup tugas dan wewenang serta tanggung jawab anggota komisaris secara umum telah
diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas No1 tahun 1995, khususnya Pasal 94 sd Pasal
101. Dalam Undang-Undang tersebut tidak dipisahkan peran khusus dari Komisaris Independen.
Dalam Undang-Undang tersebut diberi keleluasaan masing-masing perusahaan mengatur lebih
lanjut mengenai ketentuan syarat-syarat dan tanggung jawab keanggotaan Dewan Komisaris
secara lebih rinci sesuai dengan rujukan Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga
Perusahaan. Untuk beberapa perusahaan, ketentuan persyaratan keanggotaan Dewan
Komisaris dapat diatur lebih lanjut dalam Manual GCG.
Istilah dan keberadaan Komisaris Independen baru muncul setelah terbitnya Surat edaran
Bapepam Nomor: SE03/PM/2000 dan Peraturan Pencatatan Efek Nomor 339/BEJ/07-2001 tgl 21
Juli 2001. Menurut ketentuan tersebut perusahaan publik yang tercatat di Bursa wajib memiliki
beberapa anggota Dewan Komisaris yang memenuhi kualifikasi sebagai Komisaris Independen.
Keberadaan Komisaris Independen ini rupanya berhubungan dengan ketentuan
penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (GCG), antara lain:
(1) Jumlah komisaris independen adalah sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jumlah anggota
komisaris
(2) Perlunya dibentuk Komite Audit
(3) Keharusan perusahaan memiliki Sekretaris Perusahaan corporate secretary.
Komite audit bertugas menjalankan pendapat profesional yang independen kepada Dewan
Komisaris terhadap Laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi kepada Dewan
Komisaris, serta mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris, yang
mencakup:(a) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan
(b) Menelaah independensi dan obyektifitas akuntan publik
(c) Melakukan penelaahan atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan akuntan publik untuk
memastikan semua risiko yang perlu dipertimbangkan
(d) Melakukan penelahaan atas efektifitas pengendalian internal perusahaan
(e) Menelaah tingkat kepatuhan perusahaan
(f) Melakukan pemeriksaan atas dugaan adanya kesalahan dalam keputusan Direksi atau
penyimpangan dalam hasil keputusan rapat direksi
(g) Komisaris Independen wajib juga menyampaikan peristiwa atau kejadian penting yang
diketahuinya kepada Dewan Komisaris Perusahaan tercatat.

Kasus PermataBank Tbk.


PermataBank merupakan bank hasil merger dari lima bank nasional pada dua tahun
yang lalu sekarang dikelola oleh 7 orang anggota BOC dan 8 orang anggota BOD. Bank ini
telah dengan sukses melakukan proses merger dan membukukan laba usaha pada akhir
Desember 2003 sekitar Rp. 558,1 Milyar, naik pesat dibandingkan dengan jumlah kerugian
pada tahun pertama setelah merger. Pada saat ini managemen Bank sedang malakukan
proses divestasi, agar dapat menjadi bank fokus yang kuat di tanah air.
Proses seleksi keanggotaan BOC dan BOD pada tahap awal dilakukan sepenuhnya oleh
Pemerintah (BPPN dan BI) dengan memperhatikan masukan-masukan dari pihak terkait.
Pemerintah dalam mencari dan menetapkan susunan jajaran BOC dan BOD memprioritaskan
pada pentingnya para profesional dan akademisi untuk mengawasi dan mengelola perusahaan
ini. Dari tujuh anggota komisaris yang terpilih, empat anggota termasuk President Komisaris
adalah Komisaris Independen. Mereka tidak memiliki afiliasi dengan pemegang saham
mayoritas, dalam hal ini Pemerintah Indonesia.
Seluruh anggota BOC dan BOC telah melakukan uji fit and proper test yang dilakukan oleh
Tim yang dibentuk oleh Bank Indonesia. Masa jabatan BOC adalah sampai dengan penutupan
RUPS tahunan yang kedua, dengan status pegawai kontrakan.
Remunerasi BOC ditetapkan oleh Pemegang Saham dan BOC mengusulkan remunerasi
Direksi pada RUPS Perseroan.
Dalam menjalankan tugasnya BOC dibantu oleh Komite Audit, Komite Remunerasi dan
Komite Nominasi.Di bawah Direksi telah dibentuk Komite Manajemen Risiko yang merumuskan
kebijakan, strategi dan sasaran dalam manajemen risiko, kebijakan kredit, investasi dan
persetujuan kredit.

Akhmad Syakhroza Model Komisaris untuk Efektifitas GCG di Indonesia, Usahawan No.05, Mei 2004.
Hitt. Dkk. 2000. Strategic Management
PermataBank. 2004. Manual Kebijakan: Good Corporate Governance.
Richard Chinn dan Martyn E Jones. 2000. The Corporate Governance Handbook .London: GEE Pub. Ltd.
Republik Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas.(copyright@aditiawanchandra

Anda mungkin juga menyukai